Anda di halaman 1dari 3

ASSIGNMENT 12 KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

Oriell Annahlka (1503200059)


PR 44-05

Tema Essay : The Dark Side of Interpersonal Relationship


Kasus yang Diangkat : Kekerasan seksual (sexual abuse) oleh salah satu anggota LAMRI
(Laskar Mahasiswa Republik Indonesia) Surabaya

Ketika komunikasi dan hubungan interpersonal terjadi, tidak hanya komunikasi yang
produktif dan bermakna saja yang dapat muncul, proses komunikasi yang bersifat destruktif
terhadap hubungan itu sendiri juga dapat muncul pada hubungan interpersonal, hal ini disebut
dengan “dark side” atau sisi gelap. Sisi gelap dari hubungan interpersonal terdiri dari kasus
jealousy (iri), bullying (perundungan), dan violence (kekerasan). Jealousy memiliki kemiripan
dengan sifat iri hati dalam beberapa kasus, hal ini dapat muncul ketika kita mengalami emosi
negatif yang muncul pada suatu hubungan. Namun, jealousy dan iri hati memiliki beberapa
berbedaan, iri hati adalah perasaan yang timbul ketika kita menginginkan sesuatu yang dimiliki
oleh orang lain. Sedangkan jealousy adalah sebuah perasaan yang dimiliki ketika kita merasa
hubungan kita dengan seseorang sedang terancam akibat kehadiran orang lain. Terdapat tiga
komponen dalam Jealousy, yaitu cognitive jealousy (melibatkan kecurigaan dalam berpikir),
emotional jealousy (melibatkan perasaan), dan behavioral jealousy (menunjukkan respon kita
terhadap perasaan jealousy dan emosi).

Sisi gelap selanjutnya adalah bullying. Bullying atau perundungan adalah suatu tindakan
menyimpang yang dilakukan secara berkala dari satu orang atau suatu kelompok terhadap pihak
lainnya. Perundungan dapat terjadi ketika seseorang membuat orang lain sebagai bahan guyonan,
memperlakukan orang lain sebagai bawahan, penghinaan verbal, menampilkan ekspresi negatif,
melontarkan kritik pedas, dan menyalahkan seseorang secara berlebihan. Kemudian sisi gelap
yang terakhir adalah violence atau kekerasan. Terdapat tiga jenis tipe kekerasan dalam hubungan
interpersonal, yaitu :

1. Verbal/Emotional Abuse
Verbal abuse adalah kekerasan yang dilontarkan berupa kata-kata dengan cara
merendahkan, memfitnah, ataupun meremehkan orang lain. Sedangkan emotional
abuse adalah suatu jenis kekerasan yang melanggar integritas emosional atau
psikologis.
2. Physical Abuse
Kekerasan fisik yang dilakukan oleh satu orang/kelompok terhadap pihak lain.
3. Sexual Abuse
Sexual abuse adalah sebuah tindakan seksual yang membuat seseorang merasa tidak
nyaman, terintimidasi, dan takut. Tindakan ini adalah perilaku yang tidak diinginkan
atau tidak dipilih oleh seseorang. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas kasus
sexual abuse yang telah saya temukan pada platform media sosial Instagram
@indonesiafeminis.

Appridzani Syahfrullah merupakan salah satu anggota dari organisasi asal Surabaya, yaitu
LAMRI. Pada 2 Maret 2018, Appridzani dilaporkan atas tindakan kekerasan seksual yang
dilakukannya kepada 2 orang korban. Tim investigasi LAMRI juga telah berbicara dengan kedua
korban yang terlibat dalam sidang untuk meminta ketersediaan korban dalam memberikan
keterangan dan izin untuk mempublikasikan kronologi.

Korban pertama atas tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Appridzani terjadi
pada tahun 2016 dengan dalih mengajak korban untuk berdiskusi dan minum alcohol dalam rangka
merayakan ulang tahun korban di salah satu kamar kontrakan teman korban. Setelah beberapa jam,
teman korban merasa sudah mabuk dan memutuskan untuk pindah ke kamar lain. Pada saat itu,
pelaku mulai mengalihkan diskusi dengan menanyakan pertanyaan sensitive mengenai keluarga
korban. Korban menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mulai merasa emosional lalu
menangis. Saat korban menangis, Appridzani mencium bibir korban dengan dalih agar korban
berhenti menangis. Korban menolak ciuman tersebut, dan Appridzani sempat berhenti lalu berdiri
dan tiba-tiba mengunci pintu ruangan. Setelah itu, Appridzani kembali memaksa korban untuk
berciuman, korban mulai menolak dan meronta, akan tetapi Appridzani menindih dan
mencengkram kedua tangan korban agar tidak berontak. Saat itu, Appridzani mulai meraba bagian
tubuh korban. Korban menangis dan memohon agar Appridzani tidak meneruskan tindakannya,
lalu tiba-tiba Appridzani berkata “Ayo Ta, katanya kamu feminis”. Korban kemudian beralasan
jika sedang menstruasi agar Appridzani mengurungkan niatnya, akan tetapi Appridzani kemudian
memaksa korban untuk melakukan oral seks. Appridzani sempat meminta maaf pada korban, akan
tetapi ia mengulangi perbuatannya yang membuat korban tidak lagi mau memaafkan. Kejadian ini
membuat korban mengalami gejala aneh dalam kesehariannya. Setelah mendapatkan perawatan
dari psikiater, kondisi korban dinyatakan mengarah pada PTSD (post-traumatic stress disorder)
atau gangguan stress pascatrauma dan korban masih melakukan rawat jalan hingga saat ini.

Tidak hanya sampai disitu, karena tindakan tidak senonoh Appridzani belum sempat
terkuak, maka korban kekerasan seksual yang dilakukannya pun terus bertambah hingga memakan
3 korban. Berdasarkan kronologis yang saya baca, pelaku kekerasan seksual ini sebelumnya sudah
memiliki hubungan yang cukup dekat dengan para korban, sehingga korban tidak merasa ragu
untuk berinteraksi lebih dekat dengan pelaku. Hal ini sesuai dengan salah satu teori dalam
komunikasi antarpribadi, yaitu Teori Penetrasi Sosial. Teori ini menjelaskan bahwa perkembangan
hubungan antara dua orang (antarpribadi) diatur oleh seperangkat kekuatan yang kompleks dan
harus dikelola secara terus menerus oleh para pihak yang terlibat. Tentunya, dengan adanya faktor
kedekatan tersebut, pelaku kekerasan seksual dapat lebih mudah untuk menjebak para korban yang
sudah dikenalnya. Kekerasan seksual ini merupakan salah satu kasus yang sangat serius dan perlu
ditindaklanjuti agar korban yang berjatuhan tidak semakin banyak. Peristiwa semacam ini sudah
pasti dapat membuat para korban merasakan trauma, hingga mengalami gangguan fisik maupun
mental.

Anda mungkin juga menyukai