Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI TEORI GESTALT DALAM KOMUNIKASI

VISUAL KEHUMASAN PADA ERA DIGITAL


oleh:
Oriell Annahlka

ABSTRAK
Kajian ini dilatarbelakangi oleh munculnya media digital yang menuntut praktisi
humas untuk menguasai dan memahami prinsip desain dalam pembuatan media online
korporasi. Masalah yang dibahas adalah implementasi teori gestalt dalam komunikasi
visual kehumasan yang perlu dipahami oleh para praktisi pada era digital. Tujuan dari
kajian ini adalah untuk menjelaskan bahwa implementasi teori gestalt dalam komunikasi
visual kehumasan penting untuk dipahami para praktisi humas dalam penggunaan media
baru di era digital. Berdasarkan hasil pembahasan, ditemukan bahwa penerapan teori
gestalt dalam proses pembuatan media baru oleh praktisi humas dapat membantu
meningkatkan keefektifan pesan yang akan disampaikan.

Kata kunci: teori gestalt, komunikasi visual, kehumasan

1. PENDAHULUAN
Seorang praktisi humas idealnya mampu menyajikan informasi yang akan
disampaikan kepada khalayaknya melalui strategi komunikasi visual agar informasinya
dapat lebih mudah dipahami oleh sang penerima. Penggunaan komunikasi visual dalam
penyajian informasi yang dibuat oleh praktisi humas, khususnya di era digital seperti
ini, perlu memahami salah satu persepsi visual yang akurat, teruji, dan relevan agar
proses penyampaian informasinya dapat dilakukan dengan efektif. Teori Gestalt dikenal
sebagai sebuah teori yang dapat dijadikan sebagai landasan proses pembuatan
komunikasi visual yang akan digunakan oleh seorang praktisi humas karena teori ini
berbasis pada pattern seeking dalam perilaku manusia.
1.1 Latar Belakang
Saat ini, media sosial memberikan dampak yang begitu besar terhadap masyarakat
pengguna sebagai media komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi dalam media
sosial memiliki peran yang cukup penting dalam dunia Public Relations (humas). Maka
dari itu, untuk memaksimalkan penggunaan media sosial sebagai media penyebaran
informasi, seorang praktsi humas harus mampu menerapkan strategi komunikasi visual
dalam penyampaian informasinya melalui media sosial. Berdasarkan uraian tersebut,
maka teori gestalt yang dijadikan sebagai prinsip desain dalam komunikasi visual
penting untuk dikaji karena saat ini media sosial sudah menjadi kebutuhan masyarakat
yang dimanfaatkan humas sebagai sarana komunikasi perusahaan atau organisasi.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam artikel ini difokuskan pada implementasi teori gestalt dalam
komunikasi visual kehumasan yang perlu dipahami oleh para praktisi pada era digital.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji adalah bagaimana
implementasi teori gestalt dalam komunikasi visual kehumasan.
1.4 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah menjelaskan bahwa implementasi teori gestalt
dalam komunikasi visual kehumasan penting untuk dipahami para praktisi humas dalam
penggunaan media baru di era digital.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam artikel ini adalah studi pustaka. Metode
studi pustaka merupakan metode yang informasinya dapat diperoleh dari laporan
penelitian (jurnal), dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik. Pustaka
utama yang digunakan berjudul Aplikasi Prinsip Gestalt Pada Media Desain
Komunikasi Visual ditulis oleh Bing Bedjo Tanudjadja. Pustaka pendukung yang
dijadikan acuan adalah tulisan berdasarkan jurnal dari internet yang secara umum
membahas tentang prinsip teori psikologi yang diterapkan pada desain komunikasi
visual. Selain itu, literatur pendukung yang lain adalah tulisan berdasarkan data dari
internet tentang pengertian teori gestalt.

2. KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisi tentang teori-teori yang berkenaan dengan topik. Adapun
subjudulnya adalah pengertian teori gestalt dan prinsip-prinsip teori gestalt.
2.1 Pengertian Teori Gestalt
Teori Gestalt merupakan teori psikologi yang dijadikan prinsip design pada dunia
desain grafis. Teori ini diciptakan oleh 3 ilmuwan asal Jerman yaitu Kurt Koffka, Max
Wertheimer, dan Wolfgang Kohler. Istilah ‘Gestalt’ ini sendiri merupakan istilah dari
bahasa Jerman yang cukup sulit untuk dicari terjemahannya dalam bahasa lain.
Dikarenakan aadanya ketidakpastian dalam penerjemahannya, akhirnya para sarjana
dari seluruh dunia sepakat untuk menggunakan istilah ‘Gestalt’ tanpa
menerjemahkannya pada bahasa lain.

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan sebuah proses persepsi melalui
pengorganisasian. Teori Gestalt pada akhirnya diterapkan pada desain grafis karena
teori ini menjelaskan bagaimana persepsi visual dapat terbentuk. Tujuan pengaplikasian
teori ini pada desain grafis adalah agar suatu gambar dapat lebih mudah diproses dan
dipahami oleh otak, lebih nyaman dilihat, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat
diterima dengan mudah.

2.2 Prinsip-Prinsip Teori Gestalt


Prinsip-prinsip dalam desain grafis antara lain adalah proximity, similarity, closure,
continuity, dan figure ground.

2.2.1 Proxymity (kedekatan posisi)


Prinsip ini menjelaskan bahwa sebuah elemen atau objek yang berbeda dan
saling berdekatan akan membentuk sesuatu hal yang baru, seperti gambar
dibawah ini, dapat dilihat bahwa terdapat kumpulan persegi yang memiliki
perbedaan warna, ketika diletakkan akan membentuk huruf E.
2.2.2 Similarity (kesamaan bentuk)
Prinsip similarity menjelaskan bahwa sebuah elemen atau objek yang
memiliki kesamaan karakteristik secara otomatis dapat membuat mata kita
mengelompokkan elemen tersebut merupakan suatu kesatuan. Dalam teori
gestalt, elemen yang sama akan dikelompokkan secara visual, terlepas dari
kedekatannya antara satu sama lain. Elemen tersebut akan dikelompokkan
berdasarkan warna, bentuk, atau ukuruan. Contohnya ada pada logo Sun
Microsystems, logo ini merupakan perpaduan huruf U, namun karena
diletakkan dengan perspektif yang berbeda dan dibuat kedalam suatu
susunan, maka terbentuklah ilusi seolah-olah terdapat kata SUN.

2.2.3 Closure (penutupan bentuk)


Prinsip closure merupakan sebuah prinsip yang menjelaskan bahwa mata
kita dapat melihat satu bentuk baru dari beberapa objek lain yang berada
dalam kesatuan tersebut. Closure juga bisa disebut dengan istilah kamuflase.
Jadi sebenarnya bukan simbol tersebut yang terdapat pada gambar,
melainkan adanya beberapa objek yang berkamuflase menjadi sebuah bentuk
baru ketika dilihat oleh mata kita. Salah satu prinsip gestalt ini dapat dilihat
pada logo panda World Wildlife Fund (WWF). Ketika melihat logo ini, otak
kita dapat melengkapi bentuk-bentuk putih meskipun tidak terdefinisi
dengan baik.

2.2.4 Continuity (kesinambungan pola)


Prinsip continuity merupakan sebuah prinsip yang menyatakan bahwa
beberapa objek jika diletakkan sejajar dalam satu pola, maka otak akan
melihat dan membentuk persepsi objek sebagai suatu kesatuan karena
adanya pola yang berkesinambungan. Secara alamiah, mata kita akan
mengikuti garis dan menempatkan objek tersebut dalam sebuah rangkaian
dalam satu garis, kemudian akan menarik perhatian dari satu objek ke objek
berikutnya.

2.2.5 Figure Ground


Prinsip teori gestalt yang terakhir adalah figure ground. Prinsip ini
menyatakan bahwa otak kita mampu melihat suatu objek ataupun elemen
meskipun sebenarnya objek tersebut memiliki bentuk yang tidak sempurna
atau bahkan objeknya tidak ada sama sekali. Secara general, otak manusia
akan menafsirkan proporsi gambar yang lebih luas sebagai ground dan
proporsi yang lebih kecil dijadikan sebagai figure. Seperti gambar yang
ditunjukkan di bawah ini, mata kita dapat melihat bahwa objek dengan
warna yang lebih terang dan gelap dapat memberikan pengaruh apa yang
dilihat sebagai figure dan apa yang dilihat sebagai ground.

3. BAGAIMANA IMPLEMENTASI TEORI GESTALT DALAM


KOMUNIKASI VISUAL KEHUMASAN?
Pada era digital seperti saat ini, sebagian besar praktisi humas sudah beradaptasi
dengan penggunaan media baru sebagai sarana untuk menyampaikan informasi dan
menjaga engagement kepada khalayaknya. Proses komunikasi pada era digital telah
dilakukan melalui media online seperti website, social media, dan digital platform
lainnya. Maka dari itu, seorang praktisi humas perlu mengetahui hal-hal penting
tersebut untuk mendukung proses komunikasi antara korporasi dan publik. Salah satu
langkah penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan media online oleh praktisi
humas adalah graphics dan design.
Dalam tahapan graphics, praktisi humas dianjurkan untuk menggunakan infografis
berupa gambar atau grafik yang dapat mendukung, memperkuat, atau menyoroti teks
untuk membuat isi media online korporasi tersebut menarik. Penggunaan foto atau
gambar dapat menggantikan penyampaian informasi berbentuk teks karena khalayak
akan merasa lebih mudah dan tertarik membaca informasi apabila disajikan dalam
desain yang menarik. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahapan design adalah
menghindari rancangan gambar yang sudah tidak relevan dengan keadaan di masa kini,
seorang praktisi humas membutuhkan pemikiran out of the box untuk menciptakan
sebuah logo, cover majalah, situs web, layout media sosial, ataupun hal-hal lainnya
yang berhubungan dengan konten media sosial atau digital platform pada suatu
korporasi.
Teori gestalt dapat digunakan sebagai landasan dalam aktivitas kehumasan untuk
membuat media online, terutama pada tahapan desain. Hal ini dikarenakan teori gestalt
dapat membantu pembuat desain dalam menentukan bentuk yang akan dibuat untuk
media online korporasi tersebut agar informasi yang telah dikemas kedalam sebuah
gambar dapat lebih mudah diproses dan dipahami oleh khalayak.
4. PENUTUP
Bagian penutup terdiri atas simpulan dan saran. Simpulan merupakan pendapat
akhir dari sebuah topik yang dibahas. Saran merupakan bagian penutup berupa
komentar yang dapat memberikan masukan terhadap suatu masalah yang ditemukan.
4.1 Simpulan
Berdasarkan atas analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pengaplikasian teori gestalt pada desain grafis yang akan dibuat oleh praktisi humas
dalam menciptakan suatu media online korporasi dapat membantu suatu informasi yang
telah dikemas ke dalam bentuk gambar dapat lebih mudah diproses dan dipahami oleh
otak, lebih nyaman dilihat, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima
dengan mudah.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari hasil analisis implementasi teori gestalt dalam
komunikasi visual kehumasan pada era digital adalah, diharapkan seluruh praktisi
humas mampu beradaptasi dengan penggunaan media baru sebagai media komunikasi
antara korporasi dan khalayaknya. Praktisi humas juga diharapkan dapat mengemas
informasi ke dalam sebuah desain dengan menggunakan teori gestalt sebagai
landasannya agar informasinya dapat tersampaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Askaria, A. (2019, January 20). Bina Nusantara University. Diambil kembali dari
binus.ac.id: https://binus.ac.id/knowledge/2019/01/prinsip-gestalt-dalam-
mendesain-ui-part-1/

DS, D. P. (2020, September 28). Medium. Diambil kembali dari Medium.com:


https://medium.com/dot-intern/gestalt-theory-teori-psikologi-yang-diterapkan-
pada-desain-d300d140a630

T, B. B. (2005). Aplikasi Prinsip Gestalt Pada Media Komunikasi Visual . Universitas


Kristen Petra, 56-58.

Anda mungkin juga menyukai