Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ETIKA PROFESI

KETERIKATAN ANTARA ETIKA, HUKUM DAN PROFESI


GRAPHIC DESIGNER

Oleh:

AAN SYAHRIANI
1654190054

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PERSADA Y.A.I
2020
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi dengan segala perkembangannya, membawa banyak


dampak dalam banyak aspek, salah satunya dalam aspek teknologi dan industri.
Sistem industri dan teknologi makin berkembang seiringan dengan peningkatan
kemampuan pada Sumber Daya Manusia (SDM). SDM kini berkembang sangat
cepat dengan segala keahlian yang dimiliki agar dapat bersaing dalam keahliannya
masing-masing hingga akhirnya memiliki sebuah profesi.
Profesi sendiri adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Sedangkan professional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan
purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian
yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Salah satu bidang yang SDM nya makin berkembang adalah bidang desain
grafis. Desain grafis di Indonesia sendiri sedang mengalami peningkatan
kemampuan SDM yang pesat adalah Desain Grafis. Desain Grafis berkembang
pesat sejak revolusi Industri di mana informasi melalui media cetak makin luas
digunakan dalam perdagangan, penerbitan, dan informasi seni budaya. informasi
umum, Pendidikan, promosi, dan branding. Bidang profesi Desain Grafis meliputi
kegiatan penunjang dalam kegiatan penerbitan, media massa cetak koran dan
majalah, dan biro grafis. Desain Grafis merupakan bagian dari ilmu seni rupa yang
dimanfaatkan untuk berkomunikasi. Kini hampir setiap perusahaan memiliki SDM
dalam bidang ini untuk pemanfaatan dalam banyak hal, terutama komunikasi dan
promosi.
SDM dalam bidang Gesain Grafis yang kini disebut Graphic Designer
dahulunya belum terlalu dilirik banyak orang, hingga akhirnya, kini Graphic
Designer sudah dianggap banyak orang sebagai sebuah profesi walaupun belum
resmi dikategorikan sebagai profesi karena ketiadaan kode etik yang resmi serta
organisasi yang menaungi.
Dengan adanya sebuah profesi, tentu ada aturan dan Batasan-batasannya. Hal-hal
ini diatur dalam kode etik profesi. Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang
berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud
tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan
suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode
etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Dengan
adanya hal ini, tentu profesi akan lebih memiliki tatanan.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apakah yang dimaksud kode etik profesi?
2. Bagaimana kaitan etika dengan kode etik profesi khususnya Graphic
Designer?

TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui apa yang dimaksud kode etik profesi
2. Mengetahui keterkaitan antara etika dan kode etik profesi khususnya bagi
Graphic Designer
BAB II
PEMBAHASAN

Etika (Etimologi) berasal dari Negeri Yunani yang dalam bahasa Yunani
yaitu “Ethos” yang berarti memiliki watak kesusilaan atau beradat. Sedangkan, kata
moral berasal dari Bahasa Latin “Mos in” yang berarti sama namun berbeda dalam
pemakaian sehari-hari. Etika umumnya dipakai untuk pengkajian system nilai-nilai
sedangkan moral diajarkan dalam hal perbuatan yang sedang dinilai.
Menurut Franz Magis Suseno, et. Al (1983:3) mengetengahkan bahwa,
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang
merefleksikan ajaran-ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas
yaitu bersifat rasional, kritis, mendasar, sistematis dan normative.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak sertatolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika
umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud: Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus
yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar.
Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat, etika adalah teori
tentang tingkah laku, perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh
yang dapat ditentukan oleh akal.
Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan
atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik, yaitu norma atau
azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku
sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Sedangkan yang dimaksud dengan kode etik Menurut UU NO. 8 (POKOK-
POKOK KEPEGAWAIAN) Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Professional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Perancang grafis atau sering disebut dengan Graphic Designer adalah
profesi yang berhubungan dengan ilustrasi, tipografi, fotografi, atau graphic
motion/gambar bergerak/ animasi. Seorang desainer grafis menciptakan karya
untuk (misalnya: penerbit, media cetak, elektronik, dan lain-lain), termasuk di
dalamnya brosur dan iklan suatu produk. Mereka bertanggung jawab untuk sebuah
tampilan agar tampak menarik, yang bisa diaplikasikan dalam berbagai bentuk
materi promosi yang berkaitan dengan produk dan publik.
Kata desain memiliki arti merancang atau merencanakan. Kata grafis sendiri
mengandung dua pengertian: (1) graphien (Latin = garis, marka) yang kemudian
menjadi graphic arts atau komunikasi grafis, (2) graphise vakken (Belanda =
pekerjaan cetak) yang di Indonesia menjadi grafika, diartikan sebagai percetakan.
Jadi, pengertian desain grafis adalah pekerjaan dalam bidang komunikasi visual
yang berhubungan dengan grafika (cetakan) dan/ atau pada bidang dua dimensi,
dan statis (tidak bergerak dan bukan time-based image). Secara khusus, desain
grafis adalah keahlian menyusun dan merancang unsur visual menjadi informasi
yang dimengerti publik/masyarakat.
Kode etik profesi masuk kedalam etika khusus, yang dalam hal ini ialah
kode etik profesi Graphic Designer, karena hubungannya dalam bidang kehidupan
khusus. Dapat diartikan bahwa kode etik profesi adalah batasan,
pegangan/pedoman bagi sikap dan perilaku para pekerja professional yang dapat
melindungi suatu profesi serta memiliki konsekuensinya masing-masing jika
dilanggar.
Dalam hal ini, Graphic Designer yang belum dapat dikatakan profesi,
karena belum memiliki kode etik profesi yang konkrit, disetujui semua pihak, serta
dijalankan oleh semua Graphic Designer. Adapun tujuan dan fungsi kode etik
profesi sendiri adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Fungsi dari kode etik profesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
Dengan adanya kode etik profesi Graphic Designer tentu akan memberikan
pedoman serta menjadi perlindungan bagi pelaku profesi ini. Keberadaan kode etik
profesi ini sangat penting bagi kelangsungan profesi itu sendiri, baik secara luas,
seluruh profesi, ataupun secara khusus, Graphic Designer.
Meskipun hal ini penting, kode etik profesi ini perlu dibuat sesuai dengan
ruang lingkup dan alu pekerjaan seorang Graphic Designer, kode etik ini tidak
dapat langsung diturunkan dari pemerintah atau instansi lain yang tidak mengerti
akan dunia Graphic Designer. Kode etik profesi baiknya dibuat dan dikeluarkan
oleh organisasi dari sekumpulan professional dengan profesi yang sama.
Salah satu hal atau masalah yang bersangkutan dengan kode etik adalah
Cancellation Fee atau uang pembatalan. Banyak Graphic Designer yang dirugikan
karena hal ini, dengan adanya kode etik profesi yang mengatur hal ini Graphic
Designer akan terlindungi dengan pembatalan sepihak atas karya/proyek yang
sedang berjalan atau sudah dibuat.
Masalah lain yang dapat diatasi dengan adanya kode etik profesi adalah Plagiarism,
duplikasi atau pelanggaran hak cipta. Dalam UU, definisi Hak Cipta sendiri
menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, “Hak
Cipta adalah Hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Pelanggaran ini secara umum memang merugikan banyak orang dari
profesi lain, hal ini tak kalah penting bagi Graphic Designer, jika ada Lembaga
resmi yang menaungi profesi Graphic Designer yang akan membantu dan
melindungi hak-hak serta karya desainer tentu akan semakin terbantu dengan
adanya aturan tentang plagiarisme dalam kode etik profesi, Graphic Designer atau
pihak lain yang terbukti menduplikasi karya/proyek orang lain akan mendapatkan
sanksi yang telah diatur dalam kode etik profesi, sekaligus sebagai perlindungan
bagi karya Graphic Designer yang dirugikan.
Diantaranya beberapa pelanggaran lain etika profesi seorang designer adalah:
1. Free Pitching: tender proyek desain tanpa kewajiban apapun dari pihak
klien
2. Plagiarism: tindakan meniru (sama persis) sebagian atau seluruh karya
desain pihak lain ke dalam desain baru tanpa ijin designer/pemiliknya
3. Free Submission: minta contoh/ desain awal preliminary design tanpa
adanya cancellation fee
4. Brokering: praktek mengorderkan pekerjaan kepada pihak ketiga
(dengan biaya murah, kualitas rendah) tanpa sepengetahuan klien.
BAB III
PENUTUP

SIMPULAN
Kode etik profesi merupakan suatu aturan atau pedoman yang penting
adanya bagi keberlangsungan suatu profesi. Dengan kode etik profesi banyak hal
yang dapat dilindungi serta dapat diatur dalam suatu tatanan etika, serta banyak
pelanggaran kode etik profesi yang dapat menguntungkan suatu profesi dalam hal
ini ialah Graphic Designer.

SARAN
Demikian makalah yang penulis buat mengenai keterkaitan antara etika,
hokum dan profesi Graphic Designer. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
pembaca. Bila ada kritik dan saran, dapat disampikan kepada penulis sebagai acuan
untuk kemajuan dalam hal penulisan.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan dan metri yang disampaikan,
penulis memohon maaf yang sedalam-dalamnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Isnanto, R.Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang.
Widyadharma, Ignatius Ridwan. 1996. Etika Profesi Hukum. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Kamil, Alif. 2016. Etika Profesi Desain. Diakses pada 15 Januari 2020 pukul
16:13 https://slideplayer.info/slide/3990022/
Widya, Leonardo Adi Dharma dan Andreas James Darmawan. 2016. Pengantar
Desain Grafis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan.
Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan HAM Republik
Indonesia. Diakses pada pukul 15 Januari 2020 pukul 12.05
https://dgip.go.id/images/ki-images/pdf-files/uu_pp1/uu_no_19_th_2002.pdf

Anda mungkin juga menyukai