Tgs 4 SPA Meisya
Tgs 4 SPA Meisya
Nim : 19329173
Seksi : 008
Jawab :
Sebagian dari orang masih ada yang memiliki pandangan yang salah terhadap Ilmu
Perbandaingan Agama. Kebanyakan dari mereka menganggap Ilmu Perbandingan Agama
merupakan ilmu yang hanya membandingkan agama satu dengan agama yang lain.
Kemudian sebagaian yang lain ada yang menganggap ilmu perbandingan agama adalah
ilmu yang dapat mendangkalkan aqidah seseorang. Hal demikian terjadi karena persepsi
mereka yang mengira bahwa dengan mempelajari ilmu tersebut seseorang akan semakin
jauh dari keimanannya.
Jawab :
Agama selalu berpartisipasi dalam menciptakan dunia yang lebih baik, adil, dan damai.
Agama secara historis dan teologis lahir dari kondisi yang dimana manusia hidup dalam
dosa. Dalam konteks ini, agama mendorong transformasi sosial dari situasi konflik dan
ketidakberdayaan menjadi situasi yang lebih baik, adil, damai, dan penuh dengan
sukacita. Untuk dapat menjadi contoh bagi perdamaian dunia, agama tentu harus Kembali
dengan mendengarkan pesan-pesan Tuhan. Hal ini dapat kita lakukan dengan membaca
dan mempelajari kitab suci. Kalau pesan-pesan dala kitab suci sulit untuk dimengerti,
berusahalah untuk menafsirkannya dengan mendengarkan hati nurani masing-masing.
Peran agama dalam mengatasi konflik dapat dilakukan dengan melakukan dialog antar
kelompok agama yang berbeda. Dalam konteks ini, perbedaan adalah cara Tuhan
memberikan pesan-pesanNya kepada manusia. Saling menghargai dan menghormati
orang-orang yang beragama berbeda menjadi salah satu langkah dalam membangun
dunia yang lebih baik dan juga, merupakan cara agama dalam menemukan pesan Tuhan
mengenai bagaimana perdamaian dunia perlu diciptakan.
Sebagai orang beragama peran yang dilakukan dalam menciptakan perdamaian dunia
adalah melakukan dialog antar umat beragama, dialog yang dimaksud tidak hanya terjadi
dengan mengobrol, berdikusi maupun langsung menyentuh pembicaraan keimanan dan
ajaran agama dengan umat agama lainnya namun lebih keranah menunjukkan tindakan,
praktek sehari-hari dan pembicaraan terhadap sesama tanpa mengucilkan, membeda-
bedakan, dan menjatuhkan teman maupun orang lain namun merangkul, menjaga sikap
dan omongan agar memiliki hubungan yang baik dan mencontohkan tindakan sikap
toleransi terhadap sesama umat manusia. Lalu, juga tergabung dalam suatu organisasi
pecinta alam yang memiliki anggota dengan agama yang beragam, dalam organisasi ini
saya banyak belajar mengenai bagaimana dialog dapat menciptakan perdamaian,
menyalurkan cinta kasih kepada sesama dan dapat menyatukan setiap perbedaan yang
ada. Setiap anggota menunjukkan bagaimana agama yang dipeluk tidak dijadikan sebagai
ajang eksistensi diri melainkan menjunjung toleransi untuk bersama-sama merangkul dan
menjadi contoh bagi kelompok masyarakat lainnya mengenai indahnya kebersamaan
ditengah perbedaan. Saya sering mengikuti kegiatan bersama yang Organisasi buat
dengan melakukan kegiatan bersama ditengah masyarakat seperti, ikut reboisasi di
Gunung Gede Pangarango, mengambil sampah plastik yang ditinggalkan pendaki dijalur
pendakian Gunung Salak, serta melakukan Bakti Sosial di Panti Jompo. Dialog-dialog
seperti inilah yang saya lakukan dalam berperan menciptakan perdamaian dunia.
Dalam Islam, terdapat banyak sekali dalam Al-Qur’an dan Hadits yang mengatakan
bahwa Allah SWT sangat menyukai perdamaian dan sesungguhnya manusia-manusia
yang mulia dan bertaqwa di sisi-Nya ialah manusia yang mencintai perdamaian. Dalam
ajaran Islam pun, Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa seorang muslim
harus berbuat baik tidak hanya ke sesama muslim lainnya, namun berbuat baik kepada
seluruh umat manusia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Islam sangat mendorong
umatnya untuk tidak saling membeda-bedakan satu sama lain dan pentingnya arti
toleransi. Islam juga mengajarkan bahwa perjalanan menuju kedamaian dimulai dari
seorang individu itu sendiri. Sumber pertamanya ialah ditanamkan dari dalam hati
masing-masing. Ketika ia berkembang dalam pribadi seseorang, maka keluarganya akan
mendapatkan kedamaian. Dari keluarga, dampaknya akan berkembang ke masyarakat.
Dan saat sebuah bangsa meraih kedamaian itulah, maka ia akan berkontribusi pada
perdamaian dunia. Contohnya dengan kita menghargai setiap agama maka kita akan
berdamai dengan dunia tanpa membedakan agama yang lainnya.
Jawab :
Segi Metafisis AgamaMetafisis yaitu yang tak dapat dicerna dg logika dan diamati secara
empiris. Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas
hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya. [1] Kajian
mengenai metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai
keberadaan dan sifat-sifat yang meliputi realitas yang dikaji. Pemaknaan mengenai
metafisika bervariasi dan setiap masa dan filsuf tentu memiliki pandangan yang berbeda.
[1] Secara umum topik analisis metafisika meliputi pembahasan mengenai eksistensi,
keberadaan aktual dan karakteristik yang menyertai, ruang dan waktu, relasi
antarkeberadaan seperti pembahasan mengenai kausalitas, posibilitas, dan pembahasan
metafisis lainnya.
Objek bahasan metafisika bukan semata-mata hal-hal empiri atau hal-hal yang dapat
dijangkau oleh pengamatan individual, melainkan hal-hal atau aspek-aspek yang menjadi
dasar realitas itu sendiri. Klaim-klaim atas metode dan objek kajian metafisika telah
menjadi problem perenial kefilsafatan.
Jawab :
Ilmu Perbandingan Agama sangat bermanfaat bagi seorang Muslim, sebab dengan
mempelajarinya dapat memahami agama-agama lain baik ajaran-ajarannya maupun
perkembangan penafsiran dan lembaganya secara empiris. Selanjutnya dapat menemukan
mutu manikam keunggulan ajaran Islam setelah dibandingkan dengan agama-agama lain,
serta dapat menemukan mutu manikam keunggulan ajaran Islam setelah
dibandingkan dengan agama-agama lain. Akhirnya dapat digunakan sebagai dialog,
kerukunan hidup beragama dan dakwah.
5. Jelaskan beberapa kesulitan yang bakal ditemukan oleh seorang pengkaji dlm
mengkaji agama-agama
Jawab :
Problem studi agama adalah karena adanya konflik antara pendekatan teologis yang
normatif, subyektif (fideitic-subjectivism) dan cenderung menganggap paling benar
sendiri (truth claim) dengan sejarah agama yang bersifat ilmiah dan objektif (scientific-
objectivism) (Martin, 1985: 2). Mengutip Charles J. Adam, Martin mengungkapkan
adanya kesulitan mengenai hubungan langsung antara studi Islam dengan studi sejarah
agama-agama hal ini karena dua alasan. Pertama, karena para sejarawan agama-agama
tidak cukup memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan pengetahuan tentang masyarakat
Islam dan tradisi agama mereka. Kedua, tema besar yang mendominasi horison para
sejarawan agama-agama dalam beberapa dekade terakhir ini belum menyoroti
pengalaman Islam atau problem yang ada dalam keilmuan Islam (Martin, 1985: 3).
Agama sebagai pewaris religionswissenschaft abad XIX, para sejarawan agama-agama
secara halus telah diabaikan oleh para ahli humaniora dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Para Islamisasis yang memiliki tradisi orientalisme, dalam beberapa tahun terakhir ini
semakin gencar mendapat serangan karena pandangan sempit dan distorsi citra tentang
masyarakat Islam mereka ciptakan. Posisi orang yang hendak bertanya bagaimana
mempelajari Islam sebagai agama dibingungkan oleh kecenderungan pada penggolongan
dalam pendidikan tinggi. Disamping itu juga muncul pertanyaan sebagai berikut apakah
disiplin studi agama melahirkan kurikulum yang dibangun atas dasar konsensus,
kemudian apakah bobot keilmuan disiplin studi agama ditentukan program penelitian
sehingga ada kemajuan yang dapat dilihat dalam penyelidikan atas persoalan-persoalan
yang muncul dalam jangka panjang, kemudian pertanyaan yang terakhir adakah kriteria
tertentu untuk mengakui suatu capaian secara layak