Refleksi Story of An Hour
Refleksi Story of An Hour
diri manusia. Hal ini tampak dalam diri Nyonya Mallard. Kisah ini menceritakan tentang kabar
buruk mengenai kematian suami Nyonya Mallard. Nyonya Mallard yang menderita penyakit
jantung semula sedih dan bahkan merasa bahwa hidupnya akan terus tenggelam dalam
penderitaan. Namun beberapa saat setelah ia duduk termenung di depan jendela, tiba-tiba saja dia
merasakan ledakan kebahagiaan bahwa dirinya bebas. Dalam hal ini, Nyonya Mallard ternyata
tidak benar-benar mencintai suaminya. Ia merasa kematian suaminya berarti beban hidupnya
telah terangkat. Menurut informasi yang saya cari di internet, pasangan ini ialah keluarga
bangsawan. Pernikahan antar bangsawan ini sepertinya tidak dipupuk cinta sehingga tiada
kebahagiaan dan keintiman dalam pernikahan mereka. Akhirnya, Nyonya Mallard malah merasa
Josephine juga khawatir dengan Nyonya Mallard yang berseru-seru sendiri bahwa ia
telah bebas. Josephine mengira bahwa penyakit Nyonya Mallard kambuh. Sehingga Josephine
mengetuk-ngetuk pintu kamar Nyonya Mallard. Namun, Nyonya Mallard tetap menyuruh
Josephine pergi dan meminum ramuan yang paling mujarab pada masa itu.
Tak disangka, tiba-tiba suami Nyonya Mallard, Brently Mallard pulang. Ternyata kabar
kematian suaminya tidak benar. Mengkagetkan. Pada saat itu juga, Nyonya Mallard kehilangan
nyawanya. Penyakit jantung sudah membunuhnya. Menurut cerita, Kate Chopin menuliskan
bahwa kebahagiaan lah yang membunuh Nyonya Mallard. Sungguh ironis, saat suaminya
dikabarkan meninggal, Nyonya Mallard merasa bebas. Tetapi saat suaminya kembali, ia juga
merasa bahagia.
Cerita ini sepertinya merefleksikan pernikahan antar kaum bangsawan yang tidak bahagia
karena tidak dipupuk cinta yang tulus. Mungkin, pernikahan di antara keduanya serasa seperti
sangkar burung. Nyonya Mallard sendiri mungkin ialah burung dalam sangkar itu. Nyonya
Mallard tidak pernah bahagia dengan pernikahannya. Namun saat suaminya sendiri kembali, ia
justru malah bahagia. Bahkan hingga mati. Mungkin, sejujurnya, laki-laki tidak dapat hidup
Kadang ada ketidakbahagiaan yang bila dicabut dari hidup kita, justru kita merasa
kehilangan. Contohnya seperti di masa SMA, seringkali siswa-siswi diomeli guru. Namun
beranjak kuliah, hal itu sudah tiada. Itu menyenangkan tetapi juga membuat rasa “hilang”. Hal
ini mirip dengan Nyonya Mallard. Ia sudah terbiasa dengan keberadaan suaminya walau ia tidak
mencintainya. Semula ia merasa bahagia bahwa bebannya telah terangkat. Namun, jauh dalam
lubuk hatinya ia merasa kehilangan. Ia sudah terbiasa dengan keberadaannya sehingga merasa itu
sebagai kesatuan dalam dirinya. Saat dicabut, ia merasa seperti ada potongan puzzle yang
dicabut dari dirinya. Oleh karena itulah ia bahagia melihat suaminya kembali.
Bila dikaitkan dengan hidup, cerpen karya Kate Chopin ini seolah ingin mengatakan
bahwa hidup itu tidak disebut hidup apabila tidak ada rasa sakit dan ketidakbahagiaan. Cerita ini
sedangkan kematian Nyonya Mallard sendiri menyimbolkan bahwa kita tidak bisa hidup fully
tanpa ketidakbahagiaan. Hidup itu seperti lagu. Pada piano terdapat tuts hitam dan putih.
Ibaratnya putih ialah kebahagiaan sedangkan hitam adalah ketidakbahagiaan. Suatu lagu akan
menjadi lagu yang indah dengan keberadaan tuts hitam dan putih. Hal ini berlaku dalam hidup.
Rasa sakit, kepedihan, kesedihan, putus asa, itulah yang membuat hidup sungguh merupakan
hidup.