Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yessy Ary Estiani Sutopo

Npm : 1213052051
Makul : Konseling Sebaya (Perbaikan)

A. Deskripsi Kasus dengan Teori ABC


A (Activity Event): Klien datang pada konselor dengan membawa masalah,
bahwa klien tidak bisa menolak ajakan teman-temannya untuk pergi bermain (ke
Mall dan karokean). Teman-temannya selalu mengajaknya pergi bermain hingga
larut malam, alhasil ia jarang belajar karena memiliki sedikit waktu untuk belajar
dan sudah merasa lelah.
B (Belief): Klien takut untuk menolak ajakan teman-temannya karena ia
beranggapa jika ia menolak ajakan temannya ia akan dimusuhi oleh teman-
temannya.
C (Consequen):
 Konsekuensi perilaku:
Karena selalu mengikuti ajakan teman-temannya, sehingga membuatnya jarang
belajar dan jarang mengerjakan tugas dengan baik. Akhirnya hal tersebut
mengakibatkan penurunan prestasi.
 Konsekuensi emosi yang ditimbulkan:
Dia merasa tertekan dan terancam akibat pikiran irasionalnya sehingga ia merasa
cemas untuk mengatakan kata “Tidak” jika ia diajak pergi bermain bersama
teman-teman“ dengan kata lain ia takut dan cemas ketika menolak ajakan teman-
temannya.

B. Langkah – langkah Konseling Sebaya


1. Tujuan Spesifik
Klien ingin agar ia mampu menolak ajakan temannya agar ia tidak pergi bermain
hingga larut malam. Contoh percakapan:
Konselor: “Apa yang ingin kamu dapatkan dari sesi konseling ini?”

2. Persetujuan klien untuk berubah bukan situasi


Klien setuju bahwa yang merubah dirinya, bukan teman – temannya tetapi dirinya
sendiri. Contoh percakapan:
Konseli: “Saya sadar seharusnya sayalah yang menolak ajakan teman saya karena
teman saya hanya mengajak dan saya yang memutuskan untuk ikut atau tidak
pergi bersama mereka.

3. Menentukan masalah target yang konkret, meliputi:


Situasi : Saat diajak pergi bermain bersama teman-teman
Waktu : Sepulang sekolah (ketika duduk dibangku SMA)
Orang : Teman-teman yang mengajak pergi hingga larut malam

4. Identifikasi respon perilaku disfungsional / Identifikasi C


Emosi yang dirasakan klien ketika diajak bermain dengan teman-temannya
adalah: jengkel, sebal, merasa bersalah pada dirinya sendiri karena selalu bermain,
tidak belajar dan pulang malam serta tidak berani menolak ajakan temannya. Apa
yang dilakukan klien pada saat itu? klien pergi bermain dengan terpaksa. Contoh
percakapan:
Konselor: “Apa yang kamu rasakan ketika teman mu mengajak mu pergi
bermain?”
Konselor: “Apa yang dilakukan klien pada saat itu?”

5. Menemukan konsekuensi emosi yang spesifik


Klien merasa tertekan dan terancam akibat pikiran irasionalnya sehingga ia
merasa cemas untuk mengatakan kata “Tidak” jika ia diajak pergi bermain
bersama teman-teman“ dengan kata lain ia takut dan cemas ketika menolak ajakan
teman-temannya.Contoh percakapan:
Konselor: “Jadi kamu merasa cemas karena kamu tidak bisa menolak ajakan
teman-teman mu itu?”

6. Mengukur emosi disfungsional dan motivasi klien untuk merubah C


 Mengukur emosi disfungsional: ukuran disfungsional emosi yang dialami klien /
tingkat rasa cemas pada diri klien ketika klien tidak dapat menolak ajakan teman,
ditunjukkan pada angka 6. Contoh percakapan:
Konselor: “Jika ditunjukkan dengan angka 1-10, berapa tingkat kecemasan yang
ada pada dirimu?”
 Motivasi klien untuk merubah C: ketika klien melihat teman lainnya yang dapat
Menolak ajakan temannya untuk pergi ke salah satu swalayan untuk berbelanja
(shoping) dan tidak keluar malam karena teman tersebut ingin belajar sehingga
prestasi yang baik dapat bertahan dan meningkat. Contoh percakapan:
Konselor: “Apa yang membuat mu ingin berubah untuk dapat menolak ajakan
teman-teman mu?”

7. Mengidentifikasi A dan mengasumsikan A benar sehingga iB sesuai


 Mengidentifikasi A
Contoh percakapan:
Konselor : “Apa yang membuat cemas kepada dirimu sendiri ketika kamu
menolak ajakan teman-teman mu?”
Konseli : “jika saya menolak ajakan teman-tema saya takut dimusuhi oleh
teman-teman saya.
 Mengasumsikan A benar sehingga iB sesuai
Konselor berkata “Bahwa sewajarnya teman mengajak mu bermain tetapi kamu
masih bisa menolaknya dan kamu juga bisa berteman dan tidak dimusuhi teman
mu karena tidak mau bermain bersamanya, asalkan alasan yang kamu utarakan
dapat diterima oleh teman-teman mu sehingga teman-teman mu tidak mengajak
mu bermain lagi.

8. Hubungan B-C
Konselor mengungkapkan bahwa konsekuensi emosi yang klien alami adalah Dia
merasa tertekan dan terancam akibat pikiran irasionalnya sehingga ia merasa
cemas untuk mengatakan kata “Tidak” jika ia diajak pergi bermain bersama
teman-teman“ dengan kata lain ia takut dan cemas ketika menolak ajakan teman-
temannya.
untuk menolak karena ia takut dijauhi oleh teman-temannya bukan karena ajakan
dari teman-temannya untuk mengajaknya bermain / keluar malam. Contoh
percakapan:
Konselor: “Apa yang membuat mu tidak berani menolak ajakan teman-teman
mu?”

9. Memahami distorsi fungisonal bukan karena A tapi karena C (Tidak


menggunakan teknik 100 person)
Klien telah memahami bahwa menerima ajakan teman-temannya untuk pergi
bermain membuat rasa cemas pada dirinya sendiri dan tidak bisa menolak ajakan
membuatnya tidak belajar sehingga mengalami penurunan prestasi.

10. Mengidentifikasi iBS dan mengajarkan rBs


 Mengidentifikasi iBS, yaitu merasa cemas karena tidak dapat / tidak bisa
menolak ajakan teman-temannya untuk bermain dikarenakan ia takut dimusuhi.
 Mengajarkan iBS, yaitu konselor mengajarkan rasional belief yang harus
dimiliki dan dikembangkan oleh klien menghilangkan rasa cemas dan takut untuk
berani menolak ajakan teman-temannya serta ia tidak akan dimusuhi oleh teman-
temannya.

C. Interaksi yang dihasilkan dalam Konseling


1. Apa yang terlintas didalam pikiran?
Telintas dipikiran saya klien orang yang keras kepala karena klien selalu
menganggap penurunan pretasinya bukan karena dirinya tetapi karena ajakan
teman-temannya.

2. Emosi apa yang timbul (disebutkan)?


Saya sebagai konselor mempunyai rasa empati/ikut merasakan apa yang sedang
dialami oleh klien saya atas permasalahan yang sedang Ia alami.

3. Apa yang dirasakan, dibagian tubuh anda? dan dibagian tubuh mana?
Pada saat saya melakukan proses konseling saya merasa sedikit gerogi. Hal ini
dirasakan pada bagian kaki yang gemetar.

4. Bagaimana dengan pernapasan anda?


Meskipun saya sedikit gerogi dalam pelaksanaan konseling, tetapi dalam
pernapasan tidak ada kendala. Pernapasan saya baik-baik saja.

5. Apa yang ingin anda lakukan (teori abc)?


Selama proses konseling berlangsung saya merumuskan permasalahan dengan
menggunakan teori ABC dari Albert Ellis:
A (Activity Event): Klien datang pada konselor dengan membawa masalah,
bahwa klien tidak bisa menolak ajakan teman-temannya untuk pergi bermain (ke
Mall dan karokean). Teman-temannya selalu mengajaknya pergi bermain hingga
larut malam, alhasil ia jarang belajar karena memiliki sedikit waktu untuk belajar
dan sudah merasa lelah.
B (Belief): Klien takut untuk menolak ajakan teman-temannya karena ia
beranggapa jika ia menolak ajakan temannya ia akan dimusuhi oleh teman-
temannya.
C (Consequen):
 Konsekuensi perilaku:
Karena selalu mengikuti ajakan teman-temannya, sehingga membuatnya jarang
belajar dan jarang mengerjakan tugas dengan baik. Akhirnya hal tersebut
mengakibatkan penurunan prestasi.
 Konsekuensi emosi yang ditimbulkan:
Dia merasa tertekan dan terancam akibat pikiran irasionalnya sehingga ia merasa
cemas untuk mengatakan kata “Tidak” jika ia diajak pergi bermain bersama
teman-teman“ dengan kata lain ia takut dan cemas ketika menolak ajakan teman-
temannya.
Kemudian saya melakukan disputing yaitu metode yang digunakan untuk
menolong klien membantah keyakinan irasionalnya. kemudian teknik yang saya
dapat gunakan untuk menangani masalah tersebut adalah:
a. Konseling Kognitif
Teknik latihan asertif adalah :
 Mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan
dengan emosinya;
 Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri
tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain;
 Mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri; dan
Meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang
cocok untuk diri sendiri.
Konselor :”Ayo, kamu pasti bisa mengungkapkan semua perasaan kamu,
anggaplah saya sebagai orang yang ingin kamu marahi dan katakan semua
kekecewaan kamu dan keinginan kamu”
Klien :”Saya kurang yakin untuk melakukan hal itu.”
Konselor :”Setelah kamu mengungkapkan semuanya maka paling tidak
kamu bisa merasa tenang”
Klien :”Iya Bu, akan saya coba”

b. Teknik Emotif
Self Modeling, klien diminta agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen”
dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tersebut.

6. Apa yang anda bayangkan, dan apa yang anda rasakan?


Saya membayangkan bahwa betapa sulitnya mengubah pikiran klien yang
irrasional untuk menjadi pikiran rasional. Karena klien mempunyai pikiran bahwa
prestasinya turun akibat teman-temannya bukan kesalahan darinya. kebingungan
yang saya peroleh ketika mendapatkan klien yang sangat keras kepala yang selalu
menyalahkan oranglain dan jika klien terus berfikiran seperti ini saya bingung
untuk mengentaskan permasalahnnya.
7. Apa yang anda bayangkan tentang pikiran orang?
saya merasa ketika ditengah-tengah sesi konseling klien belum merasa tenang atas
permasalahan yang sedang Ia hadapi, maka pikiran yang muncul pada klien
tentang saya bahwa saya tidak dapat menyelesaikan masalahnya dan
kedatangannya hanya sia-sia saja karena sudah terlalu lama klien melakukan
konseling tetapi klien belum merasa tenang.

8. Apa yang anda bayangkan tentang apa yang diinginkan oranglain dari anda?
Dengan kedatangan klien kepada saya, tentu saja klien berharap ingin masalahnya
dapat terentaskan dengan baik dan klien berharap pada saya agar saya dapat
mendengarkan segala keluh kesahnya permasalahan yang sedang dia alami dan
sedang ia ceritakan dan berharap saya dapat memberikan respon yang baik dan
tepat.

9. Apakah anda dapat bayangkan dari orang lain apasaja bagian itu?
Apabila konselor melakukan sesi konseling berjalan dengan baik dan konseling
berhasil, dengan kata lain klien telah dapat menyelesaikan permasalahannya dan
klien merasa tenang atas terentasnya permasalahannya, dengan begitu klien akan
menganggap vonselor adalah orang yang tepat untuk membantu mengentaskan
permasalahan dan klien dapat menyadari kredibilitas kinerja konselor dalam
mengentaskan suatu permasalahan.

10. Apa yang kamu lakukan, yang kamu senangi, dan yang terasa sulit selama
konseling?
Hal yang saya senangi ketika sesi konseling adalah ketika klien telah dapat
berfikir rasional dan kesulitannya adalah klien ketika diawal konseling hingga
pertengahan klien selalu menyalahkan temannya atas penurunan prestasinya.

Anda mungkin juga menyukai