ISI
A. Situasi
Guru bimbingan dan konseling proses pembelajaran dengan mengadakan
kegiatan layanan bimbingan dan konseling dalam bidang pribadi, sosial, belajar
dan karir. Pada abad 21, bimbingan dan konseling disekolah mendapatkan
eksistensinya untuk mengoptimalkan tugas perkembangan peserta didik. Oleh
karena itu, guru bimbingan dan konseling perlu meningkatkan kompetensinya
agar layanan bimbingan dan konseling berjalan secara efektif, efisien dan lebih
dicintai peserta didik. Agar layanan BK dapat dicintai, dibutuhkan optimalisasi
kinerja untuk menciptakan inovasi dalam setiap kegiatan layanan baik
bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling
individu, dan kegiatan layanan lainnya. Salah satunya adalah menciptakan
bimbingan klasikal yang aktif, inovatif, dan menyenangkan peserta didik.
Sehingga tujuan layanan tercapai. Model bimbingan klasikal disesuaikan
dengan pembelajaran abad 21.
Identifikasi masalah yang ditemukan di SMAN 1 Seputih Raman
berdasarkan hasil asesmen AKPD (Angket Kebutuhan Peserta Didik) yang
dilakukan oleh penulis mengenai kemandirian belajar peserta didik yang
rendah, dengan perolehan persentase per item sebesar 67% peserta didik
dengan subjek penelitian sebanyak 60 peserta didik. Kemudian penulis juga
melakukan wawancara dengan wali kelas X diketahui bahwa masih banyak
peserta didik takut bertanya dan menjawab pertanyaan di kelas, peserta didik
menggunakan waktu belajar di sekolah untuk bermain saat ada jam kosong,
tidak mengerjakan tugas dan PR, tidak tepat waktu mengumpulkan tugas dan
PR, mencontek ketika ulangan harian dan tugas mandiri yang diberikan oleh
guru, tidak berinisiatif mencatat pelajaran yang ditulis dipapan tulis oleh guru,
mereka harus diperintah terlebih dahulu.
Tujuan yang diharapkan tercapai yaitu meningkatkan kemandirian belajar
peserta didik, sehingga peserta didik yang tingkat karakter kemandirian
7
belajarnya rendah diharapkan dapat dikembangkan dan meningkat menjadi
cukup tinggi dan tinggi. Sedangkan, peserta didik yang sudah memiliki
kemandirian yang cukup tinggi dapat dipertahankan atau ditingkatkan menjadi
tinggi. Dengan demikian, peserta didik dapat mengembangkan diri dan
mencapai tingkat kemandirian belajar yang lebih baik.
Peningkatan kemandirian belajar peserta didik dapat terjadi karena adanya
faktor stimulus dari dalam dan luar. Dalam hal ini, penulis mencoba
mengembangkan karakter kemandirian belajar peserta didik dengan
memberikan stimulus dari luar yaitu dengan pemberian layanan klasikal
dengan metode STEAM.
Pada pelaksanaan layanan bimbingan klasikal, dinamika kelas memiliki
peranan penting dalam mengembangkan kemandirian belajar peserta didik,
dimana peserta didik diminta untuk saling berdiskusi untuk membahas tugas
yang diberikan guru, dilanjutkan tanya jawab untuk lebih memperdalam
materi. Sehingga peserta didik mengetahui tujuan diadakannya layanan
bimbingan klasikal, yakni sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian
belajarnya. Sedangkan stimulus dari dalam yaitu stimulus yang berasal dari
keaktifan dan kreativitas itu sendiri untuk bisa atau mampu memiliki karakter
mandiri.
Gambaran kemandirian belajar peserta didik berdasarkan perhitungan
analisis deskriptif persentase, dapat diketahui bahwa sesudah diberikan layanan
bimbingan klasikal kemandirian belajar peserta didik termasuk dalam kategori
tinggi dengan persentase 55,63%. Tidak ditemukan sama sekali peserta didik
yang memiliki kemandirian belajar dengan kategori rendah dan sangat rendah.
Hal ini juga terlihat selama proses pengamatan bahwa peserta didik telah
menunjukkan karakteristik individu yang memiliki kemandirian belajar yang
baik yaitu memiliki tanggungjawab belajar, berbuat aktif dan kreatif,
memecahkan problem belajar dan continue belajar.
Bimbingan klasikal dalam hal ini merupakan upaya pemberian bantuan
kepada peserta didik agar mendapatkan informasi serta menambah pemahaman
tentang cara meningkatkan kemandirian belajar sehingga peserta didik mampu
meningkatkan potensi sampai terwujudnya kemandirian belajar dalam
8
kehidupannya. Meskipun dalam penerapannya mengalami hambatan. Menurut
Fara (2017:90), layanan bimbingan klasikal merupakan layanan yang
dilaksanakan dalam setting kelas, diberikan kepada semua peserta didik, dalam
bentuk tatap muka terjadwal dan rutin setiap kelas. Layanan bimbingan
klasikal merupakan layanan preventif sebagai upaya pencegahan terjadinya
masalah yang secara spesifik diarahkan pada proses proaktif.
Diperlukan bimbingan klasikal akan dirasakan peserta didik tidak
membosankan dan menarik apabila guru mengemasnya dengan baik. Kurang
optimalnya pelaksanaan bimbingan klasikal menyebabkan hasil bimbingan
yang kurang signifikan. Agar peserta didik tidak merasa bosan saat layanan
bimbingan klasikal hanya dengan mendengarkan guru berceramah didalam
kelas, maka perlu adanya variasi layanan bimbingan dengan cara yang lebih
menyenangkan yang meliatkan sepenuhnya diri peserta didik.
Dalam pelaksanaan strategi ini sangat fleksibel dan mudah diterapkan,
untuk materi dapat disesuaikan menggunakan strategi yang tepat yaitu dengan
menggunakan metode STEAM yang telah dilakukan terdiri dari enam tahapan,
yaitu: perumusan masalah, rencana solusi, membuat dan mengembangkan
model, menggunakan model, evaluasi, mengkomunikasikan dan merefleksi.
Kemandirian yang dimiliki oleh seseorang itu berbeda-beda. Sebagian
orang ada yang memiliki karakter mandiri yang tinggi, sedang, dan rendah.
Sebagai seorang peserta didik harus memiliki kemandirian belajar karena hal
tersebut dapat menunjang prestasi di sekolah yang akan dihasilkan oleh anak
tersebut dalam mencapai hidup yang sukses.
Berbagai hal yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan
kemandirian belajar peserta didik dibahas pada layanan bimbingan klasikal
dengan suasana akrab, terbuka, dan hangat. Oleh karena itu, layanan bimbingan
klasikal yang diberikan berisikan materi-materi dan kegiatan menarik dengan
berbagai games, penggunaan aplikasi canva, WPS Powerpoint serta Mind
mapping sebagai media layanan untuk meningkatkan indikator kemandirian
belajar peserta didik.
Dalam kegiatan bimbingan klasikal, peserta didik mempunyai hak sama
untuk melatih diri dalam mengemukakan pendapat, gagasan dan sarannya,
9
membahas topik yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemandirian belajar
peserta didik dengan tuntas, peserta didik juga dapat saling bertukar informasi,
memberi saran serta pengalaman. Dengan demikian, apa yang disampaikan
dalam bimbingan klasikal diharapkan komunikasi yang dijalani bersifat multi
arah.
Bimbingan klasikal bertujuan untuk membahas materi layanan
kemandirian belajar. Melalui keaktifan dan antusiasme yang intensif,
pembahasan materi layanan itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan, sikap yang menunjang dan dapat diterapkan pada tingkah
laku yang lebih efektif. Dengan harapan mampu mendorong pengembangan
dan peningkatan kemandirian belajar peserta didik dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan sekolah ataupun di rumah.
B. Tantangan
Tantangan yang ditemui saat praktik layanan bimbingan klasikal, sebagai
berikut:
Ketidaksesuaian
No Kendala yang antara Rencana Tantangan yang Alternatif
. Terjadi dengan Dihadapi Solusi/Tindakan
Pelaksanaan
1. Keterbatasan Waktu Layanan selesai Meminta waktu
waktu untuk pelaksanaan melebihi waktu tambahan kepada
melakukan layanan terjadi yang sudah guru bidang
layanan karena selama 60 menit. ditentukan. studi. Namun,
pembelajaran di penulis harus
sekolah masih memperhatikan
terbatas (PTMT). waktu
pelaksanaan
layanan apabila
berakhirnya
PTMT agar
dapat berjalan
dengan baik
tanpa merugikan
orang lain.
2. Kurangnya Dalam melakukan Proses diskusi Pada pertemuan
keaktifan peserta diskusi kelompok berjalan kurang berikutnya,
didik peserta dari interaktif . bahan diskusi
kelompok lain yang diberikan
kurang aktif dalam lebih bersifat
10
memberikan analisis kasus
dan menanggapi untuk menarik
pertanyaan yang peserta didik
ada. menyampaikan
pendapatnya
mengenai kasus
tersebut.
3. Koneksi Internet Penggunaan media Ketika membuka Pemberian tugas
layanan yang aplikasi canva yang
semula dan mind menggunakan
menggunakan mapping tidak aplikasi canva
jaringan internet bisa membuka dan mind
terhambat aplikasi tersebut. mapping
dikerjakan
dirumah agar
hasilnya optimal.
C. Aksi
1. Bahan / Materi Kegiatan
Bahan materi yang digunakan dalam best practice layanan ini adalah
materi kemandirian belajar kelas X, adapun penjabarannya sebagai berikut:
No. Materi Layanan Indikator Kemandirian Belajar
2. Ciri kemandirian belajar dalam kehidupan 2. Berbuat aktif dan kreatif dalam
sehari-hari belajar
2. Media / Instrumen
Media layanan yang digunakan adalah video, aplikasi canva, kartu true
or false, finding word (cari kata). Sedangkan, instrumen yang digunakan
dalam praktik baik ini ada 2 macam yaitu:
11
a. Instrumen untuk mengamati proses layanan berupa lembar observasi.
b. Instrumen untuk melihat peningkatan pemahaman kemandirian peserta
didik dengan menggunakan angket kemandirian belajar peserta didik.
Peserta didik
menuliskan didalam
kertas tentang
masalah yang
menghambat
kemandirian
belajar, meminta
perwakilan
beberapa peserta
didik untuk
membacakan.
Dilanjutkan
brainstorming
tentang masalah
yang menghambat
kemandirian
belajar.
2) Rencana 1 Mengemukaka 10 menit Peserta didik
12
Solusi n ciri diminta
kemandirian mengemukakan ciri
belajar dalam kemandirian belajar
kehidupan di dalam permainan
sekolah mencari kata yang
tersembunyi.
Kemudian, peserta
didik diminta
menghitung
seberapa banyak
ciri-ciri
kemandirian belajar
yang ada pada diri
peserta didik dalam
1 hari
(Mathematic).
13
strategi menjelaskan
kemandirian rancangan model
belajar di strategi
sekolah kemandirian belajar
yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemandirian belajar
yang dialami.
5) Evaluasi 2 Meyakinkan 10 menit Peserta didik
pentingnya mengevaluasi hasil
manfaat kerjanya dengan
kemandirian membandingkan
belajar di kesesuaian antara
sekolah rancangan dengan
kondisi diri untuk
meyakinkan
seberapa besar
manfaat dari
kemandirian
belajar.
6) Mengkomu 2 Melakukan 10 menit Peserta didik
nikasikan refleksi untuk bermain permainan
dan menilai “pilih cepat”.
merefleksi kemandirian
belajar di
sekolah
D. Refleksi
Hasil refleksi materi layanan selama dua kali pertemuan untuk menilai
keberhasilan indikator kemandirian belajar di sekolah peserta didik, antara lain:
a. Bertanggungjawab belajar
Indikator bertanggungjawab belajar cukup baik, perilaku yang
nampak pada peserta didik yaitu, tidak mencontek tugas yang diberikan
guru. Dibuktikan dengan pembuatan desain strategi kemandirian belajar
di sekolah setiap peserta didik berbeda. Ketika guru memberikan
pertanyaan peserta didik menjawabnya dengan berbeda-beda. Artinya,
peserta didik mempunyai pendapatnya masing-masing. Tanpa diminta
guru, peserta didik merangkum materi layanan pertemuan satu dan dua.
Hal ini dituliskan peserta didik pada desain strategi kemandirian belajar
14
di sekolah. Perilaku yang nampak juga dibuktikan dengan ketepatan
peserta didik dalam menyelesaikan segala tugas di sekolah mapun di
rumah.
d. Continue belajar
Indikator continue belajar cukup baik, perilaku yang nampak pada
peserta didik yaitu, ketika peserta didik ditanya materi layanan dua hari
yang lalu, peserta didik ditanya masih bisa menjawab dengan benar.
15
Guru bertanya, apakah materi layanan yang sudah didapat dibaca
kembali? Peserta didik menjawab iya. Dengan adanya tugas membuat
canva peserta didik membaca kembali materi layanan yang sudah
diberikan.
16