“Halusinasi”
DISUSUN OLEH :
(17.156.01.11.108)
4C KEPERAWATAN
HALUSINASI
A. Definisi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiibua
lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan
delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren :Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
B. Macam – macam halusinasi
JENIS KARAKTERISTIK
HALUSINASI
Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
70 % Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan 20% Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
Kinisthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. Fase halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
Fase halusinasi terbagi empat:
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini menolong
untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol kesadarannya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal
menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan
yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak
mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan
rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam ibuaktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
D. Pengkajian klien dengan halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang ditampakkan oleh klien yang
mengalami psikotik, khususnya schizofrenia. Pengkajian klien dengan halusinasi
demikian merupakan proses identifikasi data yang melekat erat dengan pengkajian
respon neurobiologi lainnya seperti yang terdapat juga pada schizofrenia.
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti halusinasi antara lain:
a. Faktor Genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa yang
menjadi factor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen schizoprenia adalah kromoson nomor enam,
dengan kontribusi genetik tambahan No.4,8,5 dan 22 (Buchanan dan
Carpenter,2002). Istri kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
schizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami schizofrenia,
sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %, seorang istri yang salah
satu orang tuanya mengalami schizofrenia berpeluang 15% mengalami
schizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya schizofrenia maka
peluangnya menjadi 35 %.
b. Faktor Neurobiologi.
Ditemukan bahwa korteks pre frontal dan korteks limbiks pada klien
schizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien
schizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotin.
c. Studi neurotransmitter.
Schizofrenia diduga juga disebabkan oleh ketidak seimbangan
neurotransmitter dimana dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan
kadar serotin.
d. Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi
factor predisposisi schizofrenia.
e. Psikologis.
Beberapa kondisi pikologis yang menjadi factor predisposisi
schizofrenia antara lain istri yang di pelihara oleh ibu yang suka cemas,
terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan istrinya.
2. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu ( mekanisme gateing abnormal)
c. Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan perilaku seperti
yang tercantum pada tabel dibawah ini ;
3. Mekanisme Koping.
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi adalah:
a. Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien
4. Perilaku
Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara- suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara riil dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal haluinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain.Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman –pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila Perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.
Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :
a. Isi Halusinasi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa
yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan
yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika
halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa
yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan Frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
c. Situasi Pencetus Halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu Perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien
bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
E. Diagnosa halusinasi
Klien yang mengalmi halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga
bias membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Hal ini terjadi jika
halusinasi sudah sampai pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya
di kendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan
penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh
diri ( suicide), membunuh orang lain (homocide) dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga
mengalami masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya
halusinasi.Masalah itu antara lain harga diri rendah dan isolasi social (Stuart dan
Laria,2001).
Akibat harga diri rendah dan kurangnya keterampilan berhubungan social ,
klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan di
bandingkan stimulus eksternal. Klien selanjutnya kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu timbulnya
halusinasi.
Dari masalah tersebut diatas dapat disusun pohon maslah sebagai berikut :
EFEK Resiko mencederai diri sendiri, Orang lain, dan lingkungan
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar.
Data objektif :
a. Klien tampak tertawa sendiri.
b. Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Halusinasi
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat.
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi.
c. Melatih pasien cara mengontrol halusinasi.
SP 1 : Pengkajian dan mengenal halusinasi
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terpeutik
Perawat : selamat pagi ibu! Perkenalkan Saya perawat Nabilah, saya dinas hari
ini dari jam 7 pagi sampai dengan jam 2 siang. Hari ini saya yang akan merawat
ibu di rumah sakit ini, saya boleh tau nama ibu siapa ?
Pasien : saya Nur ayni
Perawat : ibu senang dipanggil apa ?
Pasien : Ayni
b. validasi
Perawat : baiklah bu Ayni, bagaimana kabarnya hari ini ?
Pasien : baik
c. Kontrak :
Perawat : ibu Ayni, bagaimana kalau kita ngobrol hari ini tentang suara yang
mengganggu ibu dan cara mengontrol suara-suara tersebut, Apakah ibu Ayni
bersedia?
Pasien : iya sus (sambil menganguk-anggukan kepala)
Perawat : Berapa lama ibu mau ngobrol dengan saya? Apakah 30 mneit cukup?
Pasien : cukup sus
Perawat : Ibu mau mengobrol dimana?
pasien : Disini saja sus
perawat : baiklah bu kita akan mengobrol disini.
2. Fase Kerja .
Perawat : Apakah ibu Ayni mendengar suara tanpa ada wujudnya
Pasien : Iya sus.
Perawat : Saya percaya ibu mendengar suara itu, tetapi saya tidak mendengar
suara itu. Apa yang dikatakan oleh suara yang ibu dengar?
Pasien : suara itu mengejek saya, saya mendengarnya kadang- kadang buk
Perawat : Kapan paling sering Ibu mendengar suara itu?
Pasien : saat malam hari, ketika saya hendak tidur.
Perawat : Berapa kali dalam sehari ibu mendengarnya?
Pasien : 1-3 kali su
Perawat : Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Pasien : ya sus, saat saya sedang berbaring dikasur saat hendak tidur
Perawat : Apa yang ibu rasakan ketika mendengar suara itu?
Pasien : saya merasa kesal karena suara itu terus mengejek saya, dan suara itu
sangat mengganggu.
Perawat : apa yang ibu lakukan ketika mendengar suara itu ?
Pasien : saya menyuruh suara itu untuk berhenti
Perawat : Apakah suara nya hilang setelah ibu melakukan itu?
Pasien : suaranya masih terdengar.
Perawat : apa yang alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yang ibu Ayni alami yaitu menghardik, minum obat, bercakap-
cakap, dan melakukan aktifitas. Hari ini, Bagaimana kalau kita latih cara yang
pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah ibu Ayni bersedia?
Pasien : bersedia sus (sambil menganguk-anggukkan kepala)
Perawat : kita mulai ya. Saya akan mempraktekan dahulu, baru ibu mengikuti
kembali apa yang telah saya lakukan. Begini bu, jika suara itu muncul
katakan dengan keras “pergilah suara palsu, saya tidak akan percaya
ucapan mu” sambil menutup kedua telinga ibu. seperti ini ya bu. Coba
sekarang ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergilah suara palsu,
saya tidak akan memercayai ucapan mu” (sambil menutup kedua telinganya)
Perawat : bagus sekali, ibu mempraktekannya dengan sempurna.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan bu Ayni setelah kita kita mengobrol?
Pasien : saya lebih baik sus
Perawat : Jika suara itu masih terdengar mengejek ibu, seperti yang telah kita
pelajari bila suara-suara itu muncul ibu bisa mengatakan “ pergilah
suara palsu saya tidak memercayai ucapanmu”
b. Tindakan Lanjut
Perawat : Ibu lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 08:00, 14:00 dan jam 20:00 atau disaat
ibu mendengar suara tersebut. cara mengisi buku kegiatan harian
adalah sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi
ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri maka ibu menuliskan di
kolom M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga
atau teman maka ibu buat di kolom B, Jika ibu tidak melakukanya
maka ibu tulis di kolom T. apakah ibu mengerti?
Pasien : saya mengerti sus.
c. Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baiklah bu, Bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang cara yang
kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara itu
muncul, apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia sus.
Perawat : Ibu mau mulai jam berapa? Bagaimana kalau jam 09:00 ?
Pasien : baik sus
Perawat : dimana ibu mau mengobrol untuk besok?
Pasien : disini saja sus.
Perawat : Baiklah bu Ayni besok saya akan kesini jam 09:00 ya bu. Saya
permisi ya buk. Selamat siang.
SP 2 : ENAM BENAR MINUM OBAT
HALUSINASI
Nama klien :
Ruangan :
Hari :
Pertemuan :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak kesal dan berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Halusinasi
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar minum
obat.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d. Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar ibuaktu, benar dosis dan kontinuitas.
A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : Selamat pagi, Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih sus
Perawat : Bagaimana kabar bu Ayni hari ini?
Pasien : baik buk
b. Evaluasi/validasi.
Perawat :Apakah bu Ayni masih mendengar suara yang mengejek ibu?
Pasien : masih buk, saya masih mendengarnya
Perawat : Apakah ibu telah melakukan yang telah kami pelajari
kemarin?
Pasien : sudah, saya sudah melakukannya
Perawat : Apakah dengan menghardik suara-suara yang ibu dengar
berkurang?
Pasien : ya, suara sudah berkurang
Perawat : Bagus bu. Sekarang coba ibu praktekkan pada saya
bagaimana ibu melakukannya.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergilah suara
palsu, saya tidak memercayai ucapanmu” (sambil menutup
kedua telinganya)
Perawat : Bagus sekali bu. Coba kita lihat jadwal kegiatan hariannya.
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada
Perawat)
Perawat : bagus sekali buk Ayni. Ibuk sudah bisa melakukan kegiatan
menghardik secara mandiri ibuk walaupun masih ada
diingatkan oleh keluarga.
c. Kontrak.
Perawat : sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan latihan cara yang
kedua dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu cara minum
obat yang benar, apakah ibu bersedia?
Pasien : saya bersedia buk ( sambil mengannguk)
Perawat :Berapa lama ibuk mau mengobrol dengan saya? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien : baik sus
Perawat : ibu mau berbincang-bincang dimana?
Pasien : disini saja sus
Perawat : Baiklah bu
2. Fase Kerja.
Perawat : Ibu sudah dapat obat dari Perawat?
Pasien : sudah sus
Perawat : Ibu perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran jadi
tenang, dan tidurnya juga menjadi nyenyak. Obatnya ada tiga
macam, yang warnanya orange namanya CPZ minum 3 kali
sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa marah dan
mondar mandirnya, yang warnanya putih namanya THP minum
3 kali sehari supaya relaks dan tidak kaku, yang warnanya
merah jambu ini namanya HLP gunanya untuk menghilangkan
suara-suara yang ibuk dengar. Semuanya ini harus ibuk minum
3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti mulut ibuk terasa kering, untuk membantu
mengatasinya ibu bisa menghisap es batu yang bisa diminta
pada Perawat. Bila ibuk merasa mata berkunang-kunang, ibu
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu. Jangan pernah
menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu. Sampai disini, apakah buk Ayni mengerti ?
Pasien : ya, saya mengerti (sambil menggangguk)
Perawat : Baiklah bu Ayni, kita lanjutkan ya. Sebelum ibuk meminum
obat lihat dulu label yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama ibu
yang tertulis disitu. Selain itu ibuk perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa
dosis, satu atau dua butir obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya
harus diminum, dan cara meminum obatnya. ibuk harus meminum obat secara
teratur dan tidak menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang
kita memasukan waktu meminum obat kedalam jadwal ya buk. Cara mengisi
jadwalnya adalah jika ibuk minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh
Perawat atau teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika ibu meminum
obatnya diingatkan oleh Perawat atau oleh teman maka di isi B artinya
dibantu, jika ibu tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak
melakukannya. Mengerti bu?
Pasien : saya mengerti
Perawat : coba ibu ulangi kembali cara mengisi jadwal kegiatan?
Pasien : jika saya meminum obat tanpa diingatkan maka saya isi di
kolom M artinya mandiri, jika saya minum obat diingatkan oleh
keluarga/ Perawat/ teman saya buat di kolom B, jika saya tidak
melakukannya saya buat di kolom T.
Perawat : bagus, ibu sudah mengerti.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita mengobrol tentang obat?
Pasien : saya sekarang mengerti cara minum obat yang baik sus
Perawat : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara? Coba ibu sebutkan?
Pasien : menghardik dan minum obat
Perawat : Wah, ibu benar sekali
b. Tindakan lanjut
Perawat : Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu 07:00, 13:00 dan
19:00 pada jadwal kegiatan ibuk. Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal
minum obat yang telah kita buat tadi ya ibuk. jangan lupa lakukan semua
dengan teratur ya ibuk
Pasien : baik sus
c. Kontrak yang akan datang :
Perawat : Baiklah sus. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk
melihat manfaat minum obat dan berlatih cara untuk
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu bercakap-cakap
dengan orang lain. apakah Ayni bersedia?
Pasien : ya, saya bersedia sus
Perawat : jam berapa ibu mau kita mengobrol lagi untuk besok ?
bagaimana kalau jam 9 pagi
Pasien : baik sus
Perawat : baiklah buk. Kita akan bertemu jam 9 pagi disini ya bu. Saya
permisi dulu ya buk. Selamat siang.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : BERCAKAP-CAKAP.
Ruangan :
Nama Klien :
Hari :
Pertemuan :
Sp/Dx : 3/Halusinasi
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Halusinasi
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
harian klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : selamat pagi bu Ayni
Pasien : Walaikumsalam sus
b. Evaluasi/validasi.
Perawat : Bagaimana perasaan bu Ayni hari ini?
Pasien : Baik buk
Perawat : Apakah suara-suara masih muncul?
Pasien : masih sus, tapi sudah berkurang
Perawat : Apakah Ibu telah melakukan dua cara yang telah kita pelajari
untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : sudah sus
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya bu?
Pasien : (mengeluarkan catatan harian dan memberikan kepada
Perawat)
Perawat : bagus sekali bu, sekarang coba lihat obatnya. Ya bagus, ibu
sudah minum obat dengan teratur jam 07:00, 13:00 dan 19:00
dan latihan menghardik suara-suara juga dilakukan dengan
teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan dua
cara tadi suara-suara yang ibuk dengarkan berkurang?
Pasien : ya, suara sudah mulai berkurang
Perawat : Coba sekarang praktekkan cara menghardik suara-suara yang
telah kita pelajari.
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya katakan “Pergilah suara
palsu, saya tidak memercayai apa yang kamu katakan” (sambil
menutup kedua telinganya)
Perawat : Coba ibuk jelaskan kembali pada saya cara minum obat
dengan benar.
Pasien :Sebelum saya meminum obat lihat dulu label yang menempel
di bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis disitu,
perhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat
yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum,
dan cara meminum obatnya.
Perawat : Bagus sekali ibuk rahmi
c. Kontrak.
Perawat : sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan belajar cara ketiga
dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah bu Ayni bersedia?
Pasien : saya bersedia sus
Perawat : Berapa lama ibu mau mengobrol? Bagaimana kalau 20 menit,
Buk?
Pasien : baik buk
Perawat : ibuk mau mengobrol dimana?
Pasien : Disini saja buk.
Perawat : Baiklah ibuk.
2. Fase Kerja.
Perawat : Caranya adalah jika ibu mulai mendengar suara-suara, langsung
saja ibu cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman ibu untuk
berbicara dengan ibu. Contohnya begini ibu, tolong berbicara
dengan saya, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol
dengan saya! Atau Ibuk minta pada perawat untuk berbicara
dengannya seperti “ bu tolong berbicara dengan saya karena saya
mulai mendengar suara-suara”
Sekarang coba ibu praktekkan !
Pasien : Jika saya mendengar suara itu, saya cari teman atau perawat
untuk berbicara dengan saya. “Bu, tolong bicara dengan saya
karena saya sudah mendengar suara-suara”
Perawat : Bagus sekali bu Ayni
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih tentang cara
mengontrol suara-suara dengan bercakap-cakap.
Pasien : merasa baik buk
Perawat : Jadi sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-
suara?
Pasien : sudah 3 cara
Perawat : Coba sebutkan !
Pasien : menghardik, minum obat dan bercakap- cakap dengan teman
Perawat :Bagus sekali ibu. mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan
harian ya Ibu
b. RTL :
Perawat : berapa kali ibuk akan bercakap-cakap.
Pasien : dua kali buk
Perawat : baiklah buk dua kali saja. Jam berapa saja ibuk?
Pasien : Jam 08.00 dan 19.00
Perawat : Baiklah ibuk jam 08:00 dan 19:00. Jangan lupa ibuk lakukan
cara yang ketiga agar suara-suara yang ibuk dengarkan tidak
mengganggu ibuk lagi.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
a. Klien mengatakan masih mendengar suara laki-laki yang mengejeknya.
b. Klien mengatakan mendengarnya ketika sendiri.
Data objektif :
a. Klien masih tampak berbicara sendiri.
b. Klien masih tampak mengarahkan telinga kesuatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
halusinasi
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu klien lakukan.
c. Menganjurkan klien memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan sehari-hari
klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Perawat : selamat pagi bu Ayni
Pasien : pagi sus
Perawat : Ibu masih ingat dengan saya?
Pasien : Masih sus (sambil mengangguk)
b. Evaluasi validasi.
Perawat :Bagaimana perasaan bu Ayni hari ini? Apakah masih ada
mendengar suara-suara?
Pasien : saya baik buk, suaranya sudah jarang saya dengar
Perawat : Apakah ibuk telah melakukan tiga cara yang telah dipelajari
untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu?
Pasien : saya sudah melakukannya
Perawat : Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya?
Pasien : (mengambil buku kegiatan harian dan memberikannya pada
perawat)
Perawat :Bagus sekali buk, ibu minum obatnya dengan teratur, latihan
bercakap-cakap dengan teman dan perawat juga dilakukan
dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah
dengan ketiga cara tadi suara-suara yang ibu dengarkan
berkurang?
Pasien : iya bu, suaranya berkurang
Perawat :Bagus sekali buk, dengan cara tersebut suara-suara itu sudah
tidak akan menganggu ibuk lagi. Coba sekarang ibuk
praktekkan lagi bagaimana cara menghardik suara-suara yang
telah kita pelajari dan jelaskan kembali pada saya 6 cara
minum obat yang benar dan dengan siapa ibu bisa bercakap-
cakap?
Pasien : Jika saya mendengar suara itu lagi, saya katakan “Pergi..
pergi saya tidak mau dengar.. Kamu suara palsu” (sambil menutup
kedua telinganya). Sebelum saya meminum obat saya lihat dulu label
yang menempel di bungkus obat, apakah benar nama saya yang tertulis
disitu, perhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir obat
yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obatnya. Dan yang terakhir saya harus bercakap cakap
dengan teman atau perawat jika suara itu terdengar.
Perawat : Bagus sekali ibu Ayni sudah bisa mempraktekkannya.
c. Kontrak.
Perawat : sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara yang
muncul yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu membersih kamar tujuannya
kalau ibu sibuk maka kesempatan muncul suara-suara akan berkurang.
Apakah ibuk bersedia?
Pasien : saya bersedia
Perawat : Berapa lama waktu kita berbincang-bincang buk? Bagaimana
kalau 20 menit?
Pasien :baiklah sus
1. Fase Kerja.
Perawat : Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuan nya agar ibuk
dapat mengalihkan suara yang didengar. Dimana kamar tidur ibu?
Pasien : Disana sus
Perawat : (di kamar) Baiklah buk sekarang kita merapikan tempat tidur ibuk
ya. Kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu
bantal, guling dan selimutnya. Lalu kita pasang sepraynya lagi, kita
mulai dari arah atas ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu
bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan
dibagian atas kepala. Selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya
dan letakan dibawah kaki.
Pasien : (mempraktekkan)
Perawat : wah bagus sekali ibu bisa mempraktekannya dengan benar.
2. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Perawat : Bagaimana perasaan ibu setelah kita membereskan tempat tidur
apakah selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang?
Pasien : saya senang sus dan suara itu sudah tidak terdengar lagi.
Perawat : Bagus sekali bu. Jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya
buk. Ibu dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-
suara dengan sering bekerja. Apakah ibuk bisa menjelaskan
kembali langkah-langkah merapikan tempat tidur?
Pasien : Pindahkan dulu bantal, guling dan selimutnya. Lalu pasang
sepraynya, mulai dari arah atas lalu bagian kaki, tarik dan
masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Kemudian letakkan
bantal dibagian atas kepala. Selanjutnya lipat dan rapikan
selimutnya dan letakan dibawah kaki.
b. RTL :
Perawat :Bagus sekali buk sekarang masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
Pasien : baik buk ( sambil membuka buku jadwal harian)
a. Orientasi
Perawat : selamat pagi pak, saya nabilah yang merawat ibu Ayni,
Perawat : Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang istri bapak
alami dan bantuan apa yang bisa bapak berikan. Kita mau diskusi di
mana, pak? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
keluarga : Baiklah,Sus
Perawat :Berapa lama waktu bapak inginkan? Bisa selama 20 menit, pak?
b. Kerja
Perawat : Baiklah pak. Apa yang bapak rasakan ketika melihat istri bapak?
keluarga : Saya sedih Sus, saya tidak tau apa yang terjadi pada istri saya.
Perawat : Apa yang bapak lakukan saat melihat istri bapak berteriak-teriak?
Keluarga :Saya hanya bisa menemani dia dan menenangkannya, Sus. Tapi istri
saya tidak mau berhenti untuk berteriak.
Perawat : Baiklah Buk. Gejala yang dialami oleh istri bapak itu dinamakan
halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya. Tanda-tandanya bicara sendiri, tertawa sendiri,
atau marah-marah tanpa sebab Jadi kalau istri mengatakan mendengar
suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Untuk itu kita diharapkan
dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu istri bapak agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan istri bapak, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja bapak
percaya bahwa kakak ibuk tersebut memang mendengar suara, tetapi
bapak sendiri tidak mendengarnya. Kedua, jangan biarkan istri bapak
melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul
lagi. Upayakan ada orang mau mengobrol dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, beribadah bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih istri bapak untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong bapak pantau pelaksanaannya ya dan
berikan pujian jika dia lakukan. Sampai disini apakah ibuk sudah
mengerti? Apakah ada yang ingin ibuk tanyakan?
Perawat : Baiklah pak, kita lanjutkannya. Ketiga, bantu istri bapak minum obat
secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait
dengan obat ini, saya juga sudah melatih kakak ibuk untuk minum obat
secara teratur. Jadi adik dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan
suara-suara . Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam
minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat
perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan. Terakhir, bila ada
tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi kakak ibuk
dengan cara menepuk punggung istri bapak. Kemudian suruhlah istri
bapak menghardik suara tersebut. Istri bapak sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi. Bagaimana buk? Apakah sudah paham?
keluarga : Jika kakak saya terlihat sedang mendengar suara-suara saya harus
katakan :Buk, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan
perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, Buk. Tutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, Buk.
Perawat : Bagus buk. Ibuk sudah bisa mempraktekkan yang saya ajarkan
c. Terminasi:
keluarga : saya merasa senang Sus, sekarang saya sudah bisa membantu istri
saya
Perawat :Sekarang coba bapak sebutkan kembali tiga cara merawat istri bapak?
Perawat :Bagus sekali pak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan istri
bapak. Jam berapa kita bertemu?
Perawat :Baiklah, pak. Kita bertemu lagi di ruangan ini 2 hari lagi jam 1 ya
buk. Saya permisi dulu. Selamat siang.
SP 2 Keluarga
1. Orientasi:
Perawat : selamat pagi, bagaimna kabarbapak hari ini ?
keluarga : Baik, Sus
Perawat : Apakah bapak masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi istri
bapak yang sedang mengalami halusinasi?
keluarga : Ya, Sus. Saya masih ingat
Perawat :Bagus! Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan kakak
ibuk. Mari kita datangi istri bapak.
2. Kerja
Perawat : (diruang Pasien) selamat siang buk, suami ibu sangat ingin
membantu ibu mengendalikan suara-suara yang sering ibuk dengar.
Untuk itu pagi ini suami ibu datang untuk mempraktekkan cara
memutus suara-suara yang ibu dengar. Ibuk nanti kalau sedang dengar
suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka suami ibu
akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang ibuk alami seperti yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Tepuk punggung kakak ibuk lalu suruh kakak
ibuk mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
tersebut” (perawat mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien)
Perawat : Baiklah, sekarang saya dan suami ibu kembalu ke ruang perawat dulu
3. Terminasi
Perawat : Baiklah, pak. bapak harus terus mengingat pelajaran kita hari ini ya
pak. bapak dapat melakukan cara itu bila istri bapak mengalami
halusinasi.
Perawat : Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan
tentang jadwal kegiatan harian istri bapak untuk persiapan di rumah.
Jam berapa ibuk bisa datang?
1. Orientasi
Perawat : selamat pagi pak, karena besok istri bapak sudah boleh pulang, maka
sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal ibu
selama dirumah. Bagaimana pak selama bapak membesuk apakah
sudah terus dilatih cara merawatistr bapak?
keluarga :Baik Sus, saya sering mengingatkan istri saya untuk terus
menjalankan kegiatan tersebut.
Perawat : Nah sekarang kita bicarakan jadwal istri bapak di rumah? Mari kita
duduk di ruang perawat!
Perawat : (diruang Perawat) Ini jadwal kegiatan istri bapak di rumah sakit.
Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba ibuk lihat mungkinkah
dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan? pak, jadwal yang telah dibuat selama istri bapak di
rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun
jadwal minum obatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut
adalah perilaku yang ditampilkan oleh istri bapak selama di rumah.
Misalnya kalau iatri bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum
obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera hubungi perawat di Puskesmas terdekat dari rumah
bapak. Selanjutnya perawat tersebut yang akan membantu memantau
perkembangan istri bapak selama di rumah
keluarga :Baiklah, Sus. Saya dan keluarga saya akan berusaha untuk memantau
kondisi istri saya dan mengingatkan untuk terus melaksanakan kegiatan
yang ia dapat selama di rumah sakit.
2. Terminasi