A. Karakteristik
B. Lingkup Materi
Secara umum perubahan materi pada kurikulum ini adalah sebagai berikut:
menghapuskan materi atau program pembelajaran yang dirasa kurang relevan dengan
kebutuhan siswa, menunda pembahasan materi yang sulit untuk tingkat yang lebih
tinggi, menjadikan materi wajib sebagai dasar dan pengayaan, dan penyempurnaan
ejaan.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa kurikulum ini menggunakan
metode pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dimana pada metode ini siswa
dituntut untuk aktif mengikuti proses pembelajaran baik secara intelektual, mental,
maupun fisik. Setiap mata pelajaran akan disampaikan secara terpisah, dan dimulai dari
penyampaian materi yang bersifat mudah ke materi yang bersifat sulit. Cara
pengorganisasian penyampaian materi seperti itu disebut dengan sekuens logis dan
psikologis. Sekuens logis bahan ajar dapat diartikan sebagai cara penyampaian materi
yang bersifat sederhana ke komplek, dari materi yang bersifat nyata ke abstrak, dari
benda ke teori, dari fungsi ke struktur, sedangkan menurut sekuens psikologis matriks
pembelajaran adalah keseluruhan dari bagian.
Guru menjadi komponen yang sangat penting dan diandalkan karena dianggap
merupakan pusat dari pembelajaran, karena guru akan menyampaikan materi
pembelajaran dengan hanya menggunakan satu metode saja yaitu metode penyampaian
langsung atau ceramah. Dan juga guru harus mengejar target berupa materi yang harus
diterima dan dikuasai oleh siswa serta berorientasi secara kognitif. Guru juga menjadi
penentu keberhasilan dalam proses PBM (Proses Belajar Mengajar) karena menjadi
satu-satunya sumber belajar hal ini menyebabkan siswa mengalami kepasifan dalam
proses PBM dan senantiasa menerima apapun yang diajarkan oleh guru. Hal ini tentu
saja berbeda dengan kurikulum kita saat ini dimana tujuannya adalah menjadikan siswa
dapat berfikir kritis terhadap penyampaian suatu informasi, karena ada banyak sumber
belajar yang bisa dijadikan referensi.
D. Teori Pembelajaran
Pada kurikulum 1999, pada dasarnya memiliki materi kurikulum yang sama
dengan kurikulum 1994 namun pada kurikulum 1999 terdapat penambahan atau
pemecahan materi yaitu PJK dipecah menjadi dua mata pelajaran, yaitu Pendidikan
Jasmani dan Pendidikan Kesehatan (PJPK). PJPK ini diubah untuk memenuhi
keperluan pertumbuhan dan perkembangan individu untuk membentuk masyarakat
cerdas, sejahtera dan produktif, disamping mengamalkan gaya hidup sehat. Terdapat
ciri-ciri kurikulum 1999, di antaranya sebagai berikut:
• Aspek Pendekatan
Pendekatan berbasis pada pencapaian tujuan (Objective based
curicullum) selain itu ada penambalan pada sejumlah materi kurikulum 1994
serta ada relevansi materi
• Aspek Guru
Dalam kurikulum 1999 guru berperan sangat penting,karena merupakan
sumber belajar satu-satunya yang di miliki oleh siswa.
• Aspek Relasi
Nuansa pembelajaran dalam Kurikulum 1999 bersifat informatif, sebab
sejak semula guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Metode didaktika yang
sering tampak dipergunakan adalah ceramah, maka yang terjadi situasi
monologis, guru lebih aktif memberikan materi dan siswa menjadi pasif lebih
banyak mendengar.
• Aspek Tahun Pembelajaran
Dalam kurikulum 1999 menggunakan tahun pembelajaran terbagi dalam
caturwulan, maka dalam satu tahun ada tiga masa utama belajar aktif. Dengan
implikasi masa ujian juga menjadi tiga kali (Tes Tahap Belajar Catur Wulan I,
II dan III). Ini tidak lepas dari orientasi awal pembelajaran yang bersifat teoritis,
mencurahkan materi/bahan sebanyak mungkin pada siswa.
• Aspek Hari Efeketif
Pada Kurikulum 1999 anak didik wajib masuk kelas selama 6 hari /
minggu dan menghabiskan 42 jam pelajaran. Hanya tersisa satu hari bagi anak
didik untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, belum lagi bagi mereka yang
menempuh dua jenis pendidikan. Hampir seharian penuh waktunya dihabiskan
di ruang – ruang kelas, pagi sampai siang hari dimanfaatkan belajar di Sekolah
Dasar (SD), sedang siang sampai sore hari digunakan belajar di Madrasah
Ibtidaiyah (MI), amat melelahkan dan cukup membosankan.
Kelebihan dan kekurangan kurikulum 1999 pada dasarnya hampir sama
dengan kurikulum 1994. Durasi waktu yang digunakan untuk menggarap
kurikulum baru hanya sedikit.
Teori belajar yang digunakan pada kurikulum 1999 ini masih sama
dengan yang digunakan pada implementasi kurikulum sebelumnya. Yaitu untuk
tingkat SD masih dominan memakai teori belajar dari dari Skinner, untuk
tingkat SLTP dan SMU teori belajar yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar masih bersifat campuran dengan dominasi ada pada penerapan aliran
psikologi perkembangan. Orientasi kurikulum 1999 lebih ditekankan pada
perolehan hasil tes yang tinggi, dalam raport diwujudkan dengan bentuk angka-
angka.
E. Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi atau sistem penilaian pada kurikulum 1994/1999 menurut Irma
dkk (2014), sebagai berikut. Penilaian dilakukan dalam ulangan harian, ulangan catur
wulan, serta EBTA dan EBTANAS. Ulangan harian dan catur wulan dilakukan oleh
guru dan dijadikan sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor dan kenaikan kelas,
sedangkan EBTA dilakukan oleh sekolah untuk mata pelajaran yang tidak di-
EBTANAS-kan. EBTANAS dikoordinasikan secara nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu dasar dalam menentukan kelulusan
siswa.
Bentuk soal yang digunakan adalah soal uraian dan pilihan ganda. Bentuk soal
uraian biasa digunakan dalam ulangan harian, maksudnya agar siswa memperoleh
kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya secara tertulis. Adapun bentuk soal
pilihan ganda terutama digunakan dalam EBTANAS. Maksudnya adalah demi
obyektivitas dalam memberikan penilaian. Dalam EBTANAS juga masih ada soal
uraian, tetapi uraian terbatas.
F. Daftar Pustaka
https://www.coursehero.com/file/p7rn1au/1-Aspek-Otoritas-Pengembangan-
Dalam-kurikulum-1994-pemerintah-pusat-lebih/
https://sites.google.com/site/personaledukasi/personal-edukasi-
blog/sejarahperkembangankurikulumtahun1994
https://www.silabus.web.id/kurikulum-1994-menggunakan-pendekatan/
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/insania/article/view/1597/1184
Soleman, N. (2020). Dinamika Perkembangan Kurikulum di Indonesia Nuraini Soleman.
Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan Keislaman, 12(1).