Hiposentrum, yaitu titik pusat terjadinya gempa yang terletak di lapisan bumi bagian
dalam.
Episentrum, yaitu titik pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi, tegak lurus
dengan hiposentrum.
Fokus, yaitu jarak antara hiposentrum dan episentrum.
Isoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah-daerah yang mengalami
intensitas getaran gempa yang sama besarnya.
Pleistoseista, yaitu garis pada peta yang menunjukkan daerah yang paling kuat menerima
goncangan gempa. Daerah tersebut terletak di sekitar episentrum.
Homoseista, yaitu garis pada peta yang menghubungkan daerah yang menerima getaran
gempa yang pertama pada waktu yang bersamaan.
Proses Terjadinya Seisme
Akibatnya, tekanan bertambah besar. Jika tekanannya besar, bebatuan di bawah tanah akan
pecah dan terangkat. Pelepasan tekanan ini merambatkan getaran yang menyebabkan gempa
bumi.
Setiap tahun, terjadi sekitar 11 juta gempa bumi dan 34.000-nya tergolong kuat.
Beberapa gempa terbesar di dunia terjadi karena proses subduksi. Dalam proses ini, terjadi
tumbukan antara dua lempeng dengan salah satu lempeng kerak bumi terdorong ke bawah
lempeng yang lain.
Lempeng samudra di laut menumbuk lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudra
yang jatuh dan bergesekan dengan lempeng di atasnya, melelehkan kedua bagian lempeng.
Getaran gempa vulkanik lebih terasa jika dibandingkan getaran gempa runtuhan, getarannya
terasa di daerah yang lebih luas.
Gempa Daratan
Merupakan gempa yang episentrumnya berada di daratan dan memiiki peluang tsunami yang
kecil.
Gempa Laut
Gempa yang episentrumnya berada di lautan dan memiliki potensi untuk terjadi tsunami.
5. Berdasarkan Episentrumnya
Berdasarkan episentrum gempa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
Gempa Sentral
Gempa sentral adalah gempa yang episentrumnya berbentuk titik. Contohnya, gempa vulkanik
dan gempa rutinan.
Gempa Linier
Gempa linier adalah gempa yang episentrumnya berbentuk garis. Contohnya, gempa tektonik.