Teks laporan hasil observasi adalah teks laporan yang memuat klasifikasi mengenai jenis sesuatu
berdasarkan kriteria.
Observasi : Pengamatan
Teks Laporan Hasil Observasi adalah teks yang menjelaskan informasi mengenai sesuatu, baik itu hewan,
tumbuhan, alam, fenomena sosial, hasil karya manusia, dan/atau fenomena alam sesuai fakta dengan
klasifikasi kelas dan subkelas yang ada di dalamnya berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.
misalnya:
Singkatnya, teks LHO adalah sebuah teks yang akan memaparkan hasil observasi secara sistematik dan
objektif berdasarkan kenyataan/fakta yang ada.
Teks jenis ini juga mendeskripsikan mengenai bentuk, ciri, dan/atau sifat umum suatu objek. Objek tersebut
dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, atau berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini.
Wayang
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. UNESCO,
lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai
pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia
yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di Timur,
wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat.
Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan
ternak, misalnya kulit kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau
diperankan oleh orang. Wayang golek adalah wayang yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran tokoh.
Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap dicintai, seniman mengembangkan wayang
dengan bahan-bahan lain, antara lain wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang
paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal dari
bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai
kaidah pulasan wayang pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah
sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan
langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal
di suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng.
Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat ini
beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara yang bersifat
menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek
berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau
sering juga disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali
pertama dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang
klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang
diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi,
wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa
wayang suket. Jenis wayang ini disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang
dibentuk menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang kulit yang
terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna. Wayang motekar adalah
sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki
bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya
bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem
pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat
sebagai media pendidikan karena isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era
modern ini, wayang juga banyak digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat pada
pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti keluarga berencana (KB),
pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media
hiburan. (Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan singkat dan jelas sesuai dengan isi teks tersebut.
1. Apakah wayang itu?
Jawaban: Wayang adalah suatu seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia.
2. Kapan wayang ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia?
Jawaban: 7 November 203.
3. Siapa yang menetapkan wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia?
Jawaban: UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB.
4. Mengapa wayang ditetapkan sebagai mahakarya dunia?
Jawaban: Karena wayang merupakan warisan dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of
Oral and Intangible Heritage of Humanity).
5. Ada berapa jenis wayang berdasarkan bahan pembuatannya?
Jawaban: Berdasarkan pembuatannya, wayang dibedakan menjadi tiga jenis, yakni wayang kulit, wayang
wong dan wayang golek.
6. Apa sebutan dari wayang yang muncul kali pertama?
Jawaban: Sebutan bagi wayang yang muncul kali pertama adalah wayang purwa.
7. Apa saja gaya atau gagrak yang dimiliki oleh wayang purwa?
Jawaban: Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan;
Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
8. Apakah fungsi dari pertunjukan wayang?
Jawaban: Pertunjukkan wayang berfungsi sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan
9. Apa yang dimaksud dengan wayang motekar?
Jawaban: Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Akan
tetapi, jika wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik
terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh.
10. Apa yang dimaksud dengan wayang suket?
Jawaban: Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa
Jawa: suket).
Dari segi isi, laporan hasil observasi di atas mempunyai ciri sebagai Berikut.
a. Bersifat objektif.
b. Ditulis berdasarkan fakta yang ditemukan pada saat pengamatan.
c. Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menyimpang, dugaan-dugaan yang tidak tepat, atau pemihakan
terhadap sesuatu.
d. Ditulis secara lengkap
Setelah menemukan semua gagasan pokok tiap paragraf dalam teks laporan hasil observasi di atas, kita dapat
menggabungkan kalimat-kalimat itu dengan konjungsi yang tepat.
Berikut ini
contoh hasil ringkasan berdasarkan gagasan pokok yang telah diidentifikasi.
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. Wayang kulit
dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis Wayang wong adalah
salah satu pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang golek adalah jenis wayang yang
mempertunjukkan boneka kayu. Ada juga wayang suket yaitu wayang yang terbuat dari rumput dan wayang
motekar atau wayang plastik berwarna. Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan
yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi,
dan media hiburan.
Aspek kebahasaan teks laporan hasil observasi di antaranya meliputi : kata, serta frasa ,verba dan nomina,
afiksasi, kalimat definisi dan kalimat deskripsi, kalimat simpleks dan kompleks.
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa. Kalimat
kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau majemuk setara dan kalimat kompleks atau
majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara memiliki dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu
kalimat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah
fungsi utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat majemuk setara membentuk induk
kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat, yaitu yang mengikuti konjungsi
subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat. Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan
penggunaan konjungsi koordinatif (setara), sedangkan kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai dengan
penggunaan konjungsi subordinatif (bertingkat).
Cermatilah contoh kalimat kompleks di bawah ini!
Jadi agar lebih jelas dalam membuat teks laporan hasil observasi
CIRI/KAIDAH KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
1. Menggunakan frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.
2. Menggunakan verba relasional, seperti : ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan,
termasuk, meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada istilah teknis
atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).
3. Menggunakan verba aktif alam untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat, hidup, makan,
tidur, dan sebagainya.
4. Menggunakan kata penghubung yang menyatakan :
Tambahan : dan, serta
Perbedaan : berbeda dengan
Persamaan : sebagaimana, seperti halnya, demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal yang sama
Pertentangan : sedangkan, tetapi, namun, melainkan, sementara itu, padahal berbanding terbalik
Pilihan : atau
5. Menggunakan paragraf dengan kalimat utama untuk menyusun informasi utama, diikuti rincian aspek
yang hendak dilaporkan dalam beberapa paragraf.
6. Menggunakan kata keilmuwan atau teknis, seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis, mutualisme,
parasitisme, pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, atau agar lebih jelas;
1. Adanya frasa/kelompok kata
2. Adanya konjungsi dan,tetapi
3. Kalimat simplek ( kalimat yang terdiri dari satu verba)
4. Kalimat kompleks (kalimat yang terdiri dari dua atau lebih verba)
5. Kata kerja/ verba
6. Kata benda/ nomina
7. Menggunakan berbagai istilah
8. Persamaan kata/ sinonim
9. Lawan kata/ antonim
Contoh :
Joni memukul anjing itu hingga kesakitan.
S P O K
Paman memberi adik sebuah mainan.
S P O pel
Anak kecil itu menyebrangkan nenek yang berdiri di pinggir jalan.
S P O pel
Guru mengelompokan anak muridnya ke dalam beberapa kelompok.
S P O K
Harimau menerkam rusa sebagai buruannya.
S P O K
2. Kalimat pasif Intransitif
Kalimat pasif ini adalah kalimat yang predikat atau verbanya tidak memerlukan objek. Namun,
biasanya kalimat ini selalu diikuti dengan pelengkap (pel), dan keterangan (K).
Predikat pada kalimat ini biasanya kata kerja yang diberi imbuhan ber – dan ter -.
Contoh : bekerja, belajar, berlari, berterimakasih, tertawa, tertidur, dan lain – lain.
Contoh :
Ayahku bekerja di perusahaan nasional.
S P K
Budi belajar dengan sangat giat.
S P K
Dena berterimakasih kepada orang itu.
S P pel.
Joni tertawa melihat orang itu.
S P pel.
Aku tertidur di sofa.
S P K
3. Kalimat Aktif Ekatransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang hanya memiliki 3 unsur kalimat yaitu, Subjek (S), Predikat (P),
dan Objek (O).
Contoh :
Aku membeli sebuah buku.
S P O
Burung jalak memakan cacing.
S P O
Ibu membangunkan kakak.
S P O
4. Kalimat Aktif Dwitransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang harus memiliki 4 unsur kalimat, yaitu Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), da Pelengkap (pel.)
Contoh :
Aku melihat gadis yang berambut pirang itu
S P O pel.
Kakak merawat kucing yang dia temui di jalanan.
S P O pel.
Ani menanam bunga mawar asli dari afrika.
S P O pel.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya (S) mendapat atau dikenai suatu tindakan yang
dinyatakan dengan predikat (P) oleh objek (O).
Ciri – ciri kalimat pasif
1. Subjeknya dikenai tindakan oleh objek.
2. Kata kerjanya selalu berimbuhan di-, ke - an atau ter-.
3. Biasanya diikuti dengan kata oleh, dan dengan.
Contoh:
Tanaman itu disirami oleh ibu
S P O
Buronan narkoba tertangkap oleh polisi kemarin malam.
S P O K
Bukuku terinjak budi yang sedang berdiri di depanku.
S P O pel. K
Mataku kemasukan debu – debu yang bertebrangan.
S P O pel.
Kamarku disapu oleh ibu hingga menjadi bersih.
S P O K
Cara merubah kalimat aktif menjadi pasif
1. Pastikan dahulu bahwa kalimat aktif tersebut memiliki objek (aktif intransitif)
2. Ubah posisi subjek menjadi objek dan objek menjadi subjek.
3. Ubah kata kerja menjadi berimbuhan di- atau ter-.
Contoh :
Ibu membersihkan ruang tamu. (Aktif)
Ruang tamu dibersihkan oleh ibu. (Pasif)
Jenis-Jenis Konjungsi
Berdasarkan fungsinya konjungsi dikelompokan ke dalam tiga bentuk, diantaranya adalah:
1. Konjungsi antar klausa
Konjungsi antar klausa adalah kata hubung yang mengubungkan dua buah klausa atau lebih. Ada tiga macam
konjungsi antara klausa, yaitu, korelatif, subordinatif, dan koordinatif.
A. Konjungsi korelatif
konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis setara.
Macam-macam konjungsi korelatif:
baik … maupun …
tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
bukan hanya …, melainkan …
(se)demikian (rupa) … sehingga…
apa(kah) … atau …
entah … entah …
jangankan…,…pun… .
Contoh:
Baik Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.
Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.
Jangankan uang segudang, sepeser pun aku tak punya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang menemuinya.
Dia menghias bunga itu sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah.
B. Konjungsi subordinatif
Konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis yang tidak sama
(bertingkat).
Macam-macam konjungsi subordinatif:
…..sebelum…
jika…., maka….
…agar….
Meskipun/bagaimanapun….. , …..
dan lain-lain.
Contoh:
Ani telah pergi ke Jakarta sebelum Budi datang menyusulnya.
Meskipun dia miskin, dia sangat dermawan kepada setiap orang.
Saya giat belajar agar tidak menjadi anak yang malas.
Jika aku memliki banyak uang, aku akan pergi ke luar negeri.
Meskipun dia sangat nakal, bagaimanapun juga orang tuanya tetap menyayanginya.
C. Konjungsi koordnatif
Konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu menghubungkan dua buah klausa yang sejajar, tetapi konjungsi ini
hanya terjadi pada klausa-klausa yang sederhana.
Macam-macam konjungsi koordinatif
…. dan …
… tetapi …
… atau …
Contoh:
Andi membeli buku dan baju di toko itu.
Aku ingin pergi tetapi tidak diijinkan oleh ayahku.
Kau boleh datang bersamaku tau bersama Indri.
*Menyatakan konsekuensi/akibat:
Dengan demikian, akibatnya, konsekuensinya.
*Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu:
Biarpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, Meskipun demikian/begitu
*Menyatakan suatu kebalikan dari pernyataan sebelumnya:
Sebaliknya, berbeda dengan
*Menyatakan peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya:
Kemudian, sesudah/setelah itu, selanjutnya
*Menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi:
Bahwasanya, sebenarnya , sesungguhnya
*Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya:
Bahkan, Tak hanya itu, malahan
*Mempertentangkan keadaan sebelumnya:
Sayangnya, Akan tetapi, namun, kecuali
Oleh karena konjungsi ini merupakan penghubung antar kalimat, maka konjungsi-konjungsi tersebut diawali
dengan huruf kapital.
Contoh:
Andi suka sekali menolong orang banyak. Akibatnya dia menjadi popular di kalangan wanita.
Pertama-tama kita harus membuat kerangka. Setelah itu kita mulai mendesignnya.
Dewi alergi terhadap buah durian. Bahkan dia akan muntah jika mencium baunya.
Shinta adalah gadis yang sangat cantik. Sayangnya sikapnya tidak seperti rupa wajahnya.
Dia hidup dengan sangat sederhana. Sebenarnya dia adalah anak orang kaya.
Kakak Budi orang yang sangat pintar. Sebaliknya Budi adalah anak yang bodoh.
Terlebih lagi
Disamping…..
Tak hanya sebagai …
Oleh karena itu…
Berdasarkan …
Contoh:
Burung adalah hewan yang sangat banyak ditemui. Hampir di semua tempat di dunia ini bisa kita
jumpai berbagai macam burung seperti di dalam hutan, perkotaan. Bahkan ada juga di padang pasir. Hal ini
karena daya adaptasi burung yang sangat bagus terhadap lingkungannya.
Selain itu, burung juga memiliki tingkat reproduksi yang baik. Pada umumnya setiap induk burung
mampu menghasilkan 4 atau lebih telur dalam sekali bereproduksi.
Terlebih lagi, burung juga sangat berguna bagi manusia seperti menjadi hewan peliharaan, bahan
makanan, dan lain-lain. tak heran burung sering dikembangbiakan oleh manusia.
Oleh karena itu, populasi burung di dunia ini tetap terjaga dan sulit untuk punah. Hal tersebut
mungkin terjadi karena daya adapatasinya yang tinggi, reproduksinya yang cepat, dan juga dikembangbakan
oleh manusia.
Dalam kegiatan berbahasa seperti menulis sebuah paragraf, cerpen atau novel pastilah harus
menguasai konjungsi sebagai penunjangnya. Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung.
Kata penghubung adalah kata tugas yang fungsinya menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan
antarparagraf. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata
penghubung antarkalimat di awal kalimat ( setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru ), adapun kata
penghubung antarparagraf letaknya di awal paragraf.
Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam konjungsi intra kalimat dan konjungsi antar
kalimat. Kata penghubung intrakalimat (antar klausa) adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan
klausa anak. Dalam konjungsi intrakalimat (antar klausa) juga ada 2 jenis kata penghubung atau konjungsi,
yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Sedangkan konjungsi antar kalimat adalah kata yang
menghubungkan kata yang satu dengan lainnya. Berikut penjelasan konjungsi intra dan antar kalimat.
Konjungsi Koordinatif
Konjugsi Koordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang
memiliki status sederajat, diantaranya : dan, atau, tetapi, sedangkan, melainkan, lalu, kemudian, padahal.
Konjungsi Subordinatif
Konjugsi Subordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak
sama derajatnya, diantaranya : ketika, sejak, kalau, jika, supaya, biar, seperti, sehingga, setelah, andai, bagai,
ibarat, karena. Berikut adalah jenis-jenis konjungsi subordinatif.
Contoh Konjungsi Contoh
Hubungan waktu Sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sementara,
sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
Hubungan syarat Jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
Hubungan pengandaian Anadaikan, sekiranya, seandainya, seumpamanya
Hubungan tujuan Agar, biar, supaya
Hubungan konsesif Biarpun, meskipun, sekalipun walau(pun), sunguhpun, kendatipun
Hubungan pemiripan Seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana
Hubungan penyebaban Sebab, karena, oleh karena
Hubungan pengakibatan Sehingga, sampai (-sampai), maka(-nya)
Hubungan penjelasan Bahwa
Hubungan cara Dengan