Anda di halaman 1dari 30

MATERI PEMBELAJARAN TEKS

LAPORAN HASIL OBSERVASI

Pengertian Teks Laporan Hasil Observasi

 Teks laporan hasil observasi adalah teks laporan yang memuat klasifikasi mengenai jenis sesuatu
berdasarkan kriteria.

Observasi : Pengamatan
Teks Laporan Hasil Observasi adalah teks yang menjelaskan informasi mengenai sesuatu, baik itu hewan,
tumbuhan, alam, fenomena sosial, hasil karya manusia, dan/atau fenomena alam sesuai fakta dengan
klasifikasi kelas dan subkelas yang ada di dalamnya berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.

misalnya:
Singkatnya, teks LHO adalah sebuah teks yang akan memaparkan hasil observasi secara sistematik dan
objektif berdasarkan kenyataan/fakta yang ada.
Teks jenis ini juga mendeskripsikan mengenai bentuk, ciri, dan/atau sifat umum suatu objek. Objek tersebut
dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, atau berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini.

Jadi dapat di simpulkan


Teks laporan hasil observasi berisi penjabaran umum mengenai sesuatu yang didasarkan pada hasil kegiatan
observasi. Kegiatan observasi merupakan kegiatan pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan
langsung atau peninjauan secara cermat di lapangan atau lokasi pengamatan. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang tingkah laku, keadaan, kondisi, atau situasi dari objek yang diteliti.

Tujuan Teks Laporan Hasil Observasi


 Melaporkan hasil observasi secara sistematis dan objektif berupa hasil pengamatan untuk memecahkan suatu
persoalan atau menguji suatu hipotesis.
Adapun tujuan lainnya yaitu :
 Untuk mengatasi suatu persoalan.
 Untuk menemukan teknik atau cara terbaru.
 Untuk mengambil keputusan yang lebih efektif.
 Untuk melakukan pengawasan atau perbaikan.
 Untuk mengetahui perkembangan suatu permasalahan.
Fungsi LHO
1. Melaporkan tanggung jawab sebuah tugas dan kegiatan pengamatan.
2. Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan dan pemecahan masalah.
3. Sarana untuk pendokumentasian.
4. Sebagai sumber informasi terpecaya.

Manfaat Belajar LHO


Mempelajari LHO akan membuat kalian terlatih untuk melakukan pengamatan, meningkatkan tingkat
ketelitian kalian, dan membuat kalian lebih peka terhadap sesuatu di sekitar kaliaan.
Kemampuan mengamati ini tidak hanya membantu lakian dalam pelajaran bahasa
Indonesia, tetapi juga membantu kalian pada pelajaran lain yang membutuhkan
Pengamatan .
Materi ini juga menjadikan modal kalian dimasa depan untuk menulis karya ilmiah.

PERBEDAAN ANTARA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI DENGAN TEKS DESKRIPSI ?


Keduanya sama-sama menyampaikan informasi sesuai fakta, tapi letak perbedaannya ada pada sifatnya yaitu :
 Teks Laporan Hasil Observasi  : bersifat universal yang di dalamnya ada klasifikasi dan fakta
deskripsi.
 Teks Deskripsi : bersifat unik dan individual yang di dalamnya ada deskripsi spesifik.
Dari segi isi, laporan hasil observasi mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Ditulis secara lengkap dan sempurna.
2. Bersifat objektif, global atau universal.
3. Objek yang akan dibicarakan/dibahas adalah objek tunggal.
4. Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
5. Informasi teks merupakan hasil penelitian terkini yang sudah terbukti kebenarannya.
6. Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakan yang menyimpang atau tidak tepat.
7. Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang antara kelas dan subkelas yang terdapat di dalamnya.
8. Tidak adanya bagian penutup dari penulis. Penulis hanya melaporkan apa yang dilihat dan diketahuinya
berdasarkan hasil analisis serta observasinya.
9. Menitikberatkan pada pengelompokkan segala sesuatu ke dalam jenis-jenis dengan ciri atau keadaannya
secara umum.
10. Disajikan secara menarik, baik dalam hal kata, bahasa jelas, isinya berbobot maupun susunannya logis.
11. Teks Laporan Hasil Observasi menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta, tanpa adanya opini
penulis.
12. Teks deskripsi menggambarkan secara khusus (unik dan individual) dan menggunakan sudut pandang
penulis.

Ciri Umum Teks Laporan Hasil Observasi


1.  Bersifat objektif dan tidak memihak
2.  Harus ditulis berdasarkan fakta yang terjadi pada saat pengamatan.
3. Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menyimpang,dugaan-dugaan yang tidak tepat atau
pemihakan terhadap sesuatu
4. Ditulis secara lengkap dan sempurna
5. Sifatnya universal atau global

3. Struktur Teks Hasil Observasi


Di dalam teks laporan hasil observasi terdapat struktur yang harus dipatuhi agar teks menjadi lebih
menarik dan mudah untuk dicermati pembaca.
1.Definisi Umum Definisi umum adalah bagian pembuka pada teks hasil observasi. Pada bagian ini
terdapat pengertian dan gambaran umum untuk sesuatu yang akan dibahas.
2. Definisi Bagian Definisi bagian adalah bagian teks yang menjelaskan tentang setiap ide pokok dari
paragrafsecara jelas dan terperinci.
3. Definisi Manfaat Definisi manfaat adalah bagian teks yang menjelaskan tentang manfaat dari disajikannya
tekstersebut.4. PenutupPenutup berisikan kesimpulan singkat dari semua hal yang telah di paparkan.

Kaidah Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi


 Penggunaan verba (kata kerja), yaitu kata-kata yang menyatakan suatu tindakan. Contoh:
memiliki, mengalami, memegang, mengandung.
 Penggunaan adjektiva (kata sifat), yaitu kata-kata yang digunakan untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, benda, ataupun binatang. Kata sifat biasanya didahului atau diikuti dengan kata
paling, sekali, sangat, amat, dan lain-lain. Contoh: sangat bagus, cerdik sekali, amat luas, paling
besar.
 Penggunaan sinonim dan antonim. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki persamaan makna, dan
antonim adalah kata yang maknanya berlawanan.
 Contoh: halus bersinonim dengan lembut, malas berantonim dengan rajin.
 Penggunaan konjungsi, yaitu kata-kata yang menghubungkan dua satuan bahasa sederajat.
 Contoh: tetapi, sedangkan, dan, atau, supaya.
 Penggunaan kalimat kompleks dan simpleks.
 Kalimat kompleks adalah kalimat yang mempunyai lebih dari satu verba atau satu predikat.
Sedangkan kalimat simpleks hanya terdiri atas satu struktur kalimat.
 Contoh: Kupu-kupu termasuk ke dalam kingdom Animalia, yaitu kingdom yang anggotanya terdiri
atas berbagai macam hewan.

Langkah – Langkah Kegiatan


1. Mengidentifikasi Isi Teks Laporan Hasil Observasi
Mengidentifikasi isi teks laporan hasil observasi adalah kegiatan menentukan atau menetapkan isi teks laporan
hasil observasi. 
Pokok-pokok isi teks terangkum dalam rumus 5W + 1H. Dalam bahasa Indonesia, pokok-pokok isi atau
informasi  itu dapat pula disingkat dengan ADIKSIMBA (Apa, DI mana, SIapa, Mengapa, BAgaimana) .

a.    Apa (what) peristiwanya?


Jawaban sesuatu/perihal peristiwa dalam bacaan.
b.    Siapa (who) yang mengalami peristiwa itu?
Jawaban: Pihak (subjek) yang diinformasikan.
c.    Di mana (where) terjadinya peristiwa itu?
Jawaban: tempat terjadinya peristiwa.
d.   Kapan (when) terjadinya peristiwa itu?
Jawaban: Waktu terjadinya peristiwa.
e.    Mengapa (why) peristiwa itu terjadi?
Jawaban: alasan/penyebab terjadinya peristiwa.
f.     Bagaimana (how) proses peristiwanya?
Jawaban: proses terjadinya peristiwa. 
Berikut disajikan contoh teks dan  identifikasi isi teks laporan hasil observasi 

Wayang

Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. UNESCO,
lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai
pertunjukan bayangan boneka tersohor berasal dari Indonesia. Wayang merupakan warisan mahakarya dunia
yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Para wali songo, penyebar agama Islam di Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga. Wayang kulit di Timur,
wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau wayang boneka di Jawa Barat.
Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan wayang. Wayang kulit dibuat dari kulit hewan
ternak, misalnya kulit kerbau, sapi, atau kambing. Wayang wong berarti wayang yang ditampilkan atau
diperankan oleh orang. Wayang golek adalah wayang yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran tokoh.
Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya wayang agar tetap dicintai, seniman mengembangkan wayang
dengan bahan-bahan lain, antara lain wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis. Jenis yang
paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal dari
bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai
kaidah pulasan wayang pendalangan, serta diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah
sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan
langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal
di suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng.
Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat ini
beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara yang bersifat
menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek
berasal dari Sunda. Selain wayang golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau
sering juga disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut kali
pertama dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang
klithik berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang
diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan.
Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi,
wayang golek techno, dan wayang ajen. Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa
wayang suket. Jenis wayang ini disebut suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang
dibentuk menyerupai wayang kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang kulit yang
terbuat dari rumput (bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastic berwarna. Wayang motekar adalah
sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Namun, jika wayang kulit memiliki
bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik terbaru hingga bayang-bayangnya
bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem
pencahayaan teater modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai
kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat
sebagai media pendidikan karena isinya banyak memberikan ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era
modern ini, wayang juga banyak digunakan sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat pada
pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti keluarga berencana (KB),
pemilihan umum, dan sebagainya.Yang terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media
hiburan. (Sumber: http://istiqomahalmaky.blogspot.co.id)
Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan singkat dan jelas sesuai dengan isi teks tersebut.  
1. Apakah wayang itu? 
Jawaban: Wayang adalah suatu seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia.
2. Kapan wayang ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia? 
    Jawaban: 7 November 203.
3. Siapa yang menetapkan wayang sebagai warisan budaya asli Indonesia? 
    Jawaban: UNESCO, lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB. 
4. Mengapa wayang ditetapkan sebagai mahakarya dunia? 
Jawaban: Karena wayang merupakan warisan dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of
Oral and Intangible Heritage of Humanity).
5. Ada berapa jenis wayang berdasarkan bahan pembuatannya?
Jawaban: Berdasarkan pembuatannya, wayang dibedakan menjadi tiga jenis, yakni wayang kulit, wayang
wong dan wayang golek.
6. Apa sebutan dari wayang yang muncul kali pertama? 
Jawaban: Sebutan bagi wayang yang muncul kali pertama adalah wayang purwa.
7. Apa saja gaya atau gagrak yang dimiliki oleh wayang purwa?  
Jawaban: Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan;
Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
8. Apakah fungsi dari pertunjukan wayang?  
Jawaban: Pertunjukkan wayang berfungsi sebagai media pendidikan, media informasi, dan media hiburan
9. Apa yang dimaksud dengan wayang motekar?  
Jawaban: Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Akan
tetapi, jika wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik
terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh.
10. Apa yang dimaksud dengan wayang suket? 
Jawaban: Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai fgur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa
Jawa: suket). 

Dari segi isi, laporan hasil observasi di atas mempunyai ciri sebagai Berikut.
a. Bersifat objektif.
b. Ditulis berdasarkan fakta yang ditemukan pada saat pengamatan.

c. Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menyimpang, dugaan-dugaan yang tidak tepat, atau pemihakan
terhadap sesuatu.
d. Ditulis secara lengkap 

2. Menyusun Ringkasan Isi Teks Laporan Hasil Observasi


Sebuah ringkasan pada dasarnya merupakan rangkaian pokok-pokok pikiran yang dirangkai menjadi satu
dengan tetap memerhatikan urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap
diperhatikan dan dipertahankan. 
Untuk menyusun sebuah ringkasan, hal yang pertama harus dilakukan adalah membaca pemahaman isi teks,
kemudian menemukan pokok-pokok isi informasi di dalamnya. Pokok-pokok isi sebuah teks dapat ditemukan
dengan menemukan kalimat utamanya. 
Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya mengandung pokok pikiran atau gagasan utama yang menjadi
dasar pengembangan sebuah paragraf. Gagasan utama bersifat umum dan dapat merangkum semua isi yang
ada dalam sebuah paragraf. 

Contoh Identifikasi gagasan utama paragraf


Paragraf Gagasan Utama
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi Wayang kulit memiliki berbagai
menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan macam jenis jika dilihat dari
memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa umur dan gaya pertunjukan
Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah,
dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai
dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama
cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit. Cerita yang biasanya digunakan
adalah Ramayana dan Mahabharata. Wayang purwa terdiri atas beberapa
gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan,
Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan
sebagainya. Selain wayang purwa jenis wayang kulit yang lain yaitu:
wayang madya, wayang gedog, wayang dupara, wayang wahyu, wayang
suluh, wayang kancil, wayang calonarang, wayang krucil, wayang ajen,
wayang sasak, wayang sadat, wayang parwa, wayang arja, wayang gambuh,
wayang cupak, dan wayang beber yang saat ini masih berkembang di
Pacitan.
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu Pada setiap daerah, wayang wong
pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang memiliki sebutan yang berbeda.
yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal
di suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang
yang menggunakan topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan
gamelan dan tari-tarian. Perkembangan wayang orang pun saat ini
beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi juga digunakan
dalam acara yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang Wayang golek adalah salah satu
mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Wayang jenis wayang yang berasal dari
ini disebut juga sebagai wayang thengul. Selain wayang golek Sunda, Sunda memiliki bahan dasar
wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga sebuah kayu
disebut wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek.
Wayang tersebut kali pertama dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang
yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang klithik berbeda
dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan
tetapi, cerita yang diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan. Wayang
lain yang terbuat dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang
timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen.
Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa Perkembangan terbaru dunia
wayang suket. Disebut wayang suket karena wayang yang digunakan pewayangan menghasilkan kreasi
terbuat dari rumput yang dibentuk menyerupai wayang kulit. Wayang suket berupa wayang suket.
merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput
(bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan
atau penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastik Dalam versi modern terdapat
berwarna. Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang- wayang yang disebut dengan
bayang atau serupa wayang kulit. Akan tetapi, jika wayang kulit memiliki wayang motekar atau wayang
bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik plastik yang berwarna.
terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh.
Wayang motekar ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim setelah
melewati eksperimen lebih dari delapan tahun (1993 – 2001). Wayang
tersebut menggunakan bahan plastic berwarna, sistem pencahayaan teater
modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan, yang Wayang memiliki berbagai
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan karena dapat dijadikan manfaat bagi kehidupan, antara
sarana untuk menyampaikan ajaran-ajaran yang baik dengan cara yang lain sebagai media pendidikan,
menarik. Pemerintah juga sering menggunakan wayang sebagai media media informasi, dan media
informasi misalnya dengan menggelar wayang yang disisipi informasi hiburan.
tentang program pembangunan seperti keluarga berencana (KB), pemilihan
umum, dan sebagainya. Terakhir, meski semakin jarang, wayang masih
tetap menjadi media hiburan. Dengan kata lain, wayang mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media
informasi, dan media hiburan.

 Setelah menemukan semua gagasan pokok tiap paragraf dalam teks laporan hasil observasi di atas, kita dapat
menggabungkan kalimat-kalimat itu dengan konjungsi yang tepat.
Berikut ini
contoh hasil ringkasan berdasarkan gagasan pokok yang telah diidentifikasi. 

Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia. Wayang kulit
dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis Wayang wong adalah
salah satu pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang golek adalah jenis wayang yang
mempertunjukkan boneka kayu. Ada juga wayang suket yaitu wayang yang terbuat dari rumput dan wayang
motekar atau wayang plastik berwarna. Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan
yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi,
dan media hiburan.

3. Menyimpulkan Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi


Laporan hasil pengamatan dapat berfungsi untuk memberitahukan atau menjelaskan tanggung jawab tugas dan
kegiatan pengamatan. Hasil observasi terhadap suatu objek juga dapat berfungsi untuk memberitahukan
kepada pihak berwenang atau terkait suatu informasi dan kemudian dijadikan dasar penyusunan kebijakan.
Salah satu contohnya adalah teks laporan hasil observasi kerusakan lingkungan. Selain itu, banyak teks laporan
hasil observasi yang dapat dijadikan bahan informasi untuk berbagai kepentingan. Teks laporan hasil observasi
secara umum juga berfungsi sebagai alat pendokumentasian suatu objek atau kegiatan. 

Contoh teks laporan hasil observasi


 Simpulan fungsi teks laporan hasil observasi
Fungsi teks laporan hasil observasi berjudul Wayang tersebut adalah sebagai Berikut.
1. Memberitahukan kepada pihak berwenang atau terkait seni pertunjukan Wayang  dan kemudian dijadikan dasar
penyusunan kebijakan untuk melestarikan Wayang.
2. Bahan informasi untuk berbagai kepentingan. Misalnya, untuk menyusun program bagaimana melestarikan dan
mengembangkan Wayang. 

4. Menganalisis Isi, Struktur,  dan Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi


Teks laporan hasil observasi mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil pengamatan, bukan hasil
imajinasi.
Teks laporan hasil observasi disusun dengan struktur (a) pernyataan umum atau klasifikasi, (b) deskripsi
bagian, dan (c) deskripsi manfaat.

Aspek kebahasaan teks laporan hasil observasi di antaranya meliputi : kata, serta frasa ,verba dan nomina,
afiksasi, kalimat definisi dan kalimat deskripsi, kalimat simpleks dan kompleks.

A. Isi Teks Laporan Hasil Observasi


Laporan hasil observasi adalah berita atau informasi yang dibuat berdasarkan pengamatan. Kosasih
(2014:43) menyatakan bahwa teks laporan hasil observasi mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh dari hasil
pengamatan, bukan hasil imajinasi. Hal ini menegaskan bahwa yang diungkapkan dalam laporan hasil
observasi adalah sesuatu yang terjadi.
B. Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Teks laporan hasil observasi disusun dengan struktur (a) pernyataan umum atau klasifikasi,
(b) deskripsi bagian, dan (c) deskripsi manfaat. Pernyataan umum berisi pembuka atau pengantar hal yang
akan disampaikan. Bagian ini berisi hal umum tentang objek yang akan dikaji, menjelaskan secara garis besar
pemahaman tentang hal tersebut. Deskripsi per bagian berisi penjelasan detail mengenai objek atau bagian
yang diklasifikasikan. Deskripsi manfaat menunjukkan bahwa setiap objek yang diamati memiliki manfaat
atau fungsi dalam kehidupan. 
C. Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi

1. Kata serta Frasa Verba dan Nomina


Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks laporan hasil
observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
2. Afiksasi
Dalam kegiatan berbahasa, kata yang digunakan dapat berupa kata dasar atau kata bentukan. Kata
dasar adalah kata yang belum mendapat imbuhan, pemajemukan, atau pengulangan. Kata bentukan adalah kata
yang telah mendapat imbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan
pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata berjenis verba dapat berubah
menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh, kata “minum” (verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi
“minuman” (nomina).
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika mendapat imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang
ter- atau ke-an. Sementara itu, kata dasar yang sama dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan
pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an.
3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
kalimat definisi, yaitu kalimat yang menggunakan verba definitif dan kalimat deskripsi, yaitu kalimat
yang menggunakan verba sebagai deskriptif.
4. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian kalimat yang
memiliki subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya memiliki satu klausa disebut sebagai kalimat
simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa. Kalimat
kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau majemuk setara dan kalimat kompleks atau
majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara memiliki dua klausa yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan
kalimat majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah fungsi utama suatu
kalimat.

Contoh analisis struktur teks tersebut adalah sebagai berikut.


Bagian Isi Analisis
Struktur
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan
budaya asli Indonesia. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan
Pernyataan Pernyataan
dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukan
umum atau Umum atau
bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia
klasifikasi umum
yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity).
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi
menjadi bermacam jenis. Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan
memiliki umur paling tua adalah wayang purwa. Purwa berasal dari bahasa
Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah,
dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai
dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan
nama  cempurit yang terdiri atas tuding dan gapit. Cerita yang biasanya Deskripsi
Deskripsi digunakan adalah Ramayana dan Mahabharata. Wayang purwa terdiri atas tentang salah
Bagian beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; satu jenis
Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya. wayang
Selain wayang purwa jenis wayang kulit yang lain yaitu: wayang madya
wayang gedog wayang dupara, wayang wahyu, wayang suluh, wayang kancil,
wayang calonarang, wayang krucil; wayang ajen; wayang sasak, wayang
sadat, wayang parwa wayang arja, wayang gambuh, wayang cupak dan
wayang
beber yang saat ini masih berkembang di Pacitan.
Deskripsi Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu Deskripsi
Bagian pertunjukan wayang yang diperankan langsung oleh orang. Wayang orang tentang salah
yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung, sedangkan yang dikenal di satu jenis
suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang
menggunakan topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan
dan tari-tarian.
wayang
Perkembangan wayang orang pun saat ini beragam, tidak hanya digunakan
dalam acara ritual, tetapi juga digunakan dalam acara yang bersifat
menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang
mempertunjukkan boneka kayu. Wayang golek berasal dari Sunda. Wayang
ini disebut juga sebagai wayang thengul. Selain wayang golek Sunda, wayang
yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang
Deskripsi
golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut
Deskripsi tentang salah
pertama kali dikenalkan di Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar
Bagian satu jenis
kayu adalah wayang klithik. Wayang klithik berbeda dengan golek. Wayang
wayang
tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang
diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan. Wayang lain yang terbuat
dari kayu adalah wayang papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi,
wayang golek techno, dan wayang ajen.
Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa
wayang suket. Disebut wayang suket karena wayang yang digunakan terbuat
Deskripsi
dari rumput yang dibentuk menyerupai wayang kulit. Wayang suket
Deskripsi tentang salah
merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput
Bagian satu jenis
(bahasa Jawa:
wayang
suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau
penyampaian cerita pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastik
berwarna. Wayang motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang
atau serupa wayang kulit. Akan tetapi, jika wayang kulit memiliki bayangan
Deskripsi
yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik terbaru
Deskripsi tentang salah
hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna warni penuh. Wayang
Bagian satu jenis
motekar ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim setelah melewati
wayang
eksperimen lebih dari delapan tahun (1993 – 2001). Wayang tersebut
menggunakan bahan plastik berwarna, sistem pencahayaan teater modern,
dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang
dapat dimanfaatkan dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media
pendidikan, media informasi, dan media hiburan. Wayang bermanfaat sebagai
media pendidikan karena isinya banyak memberikan ajaran-ajaran kehidupan
Deskripsi Manfat
kepada manusia. Pada era modern ini, wayang juga banyak digunakan
Manfaat wayang
sebagai media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat dari pagelaran
wayang yang disisipi informasi tentang program pembangunan seperti
keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya. Yang terakhir,
meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.

Analisis Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi


1. Kata serta Frasa Verba serta Nomina
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks laporan hasil observasi
adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
Untuk memahami hal tersebut, siswa harus mengetahui perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk
morfem atau morf bebas, yaitu satuan bahasa terkecil (dapat memiliki arti maupun tidak) yang bersifat
bebas. Frasa merupakan unsur yang lebih luas, yaitu kelompok kata nonpredikatif, hanya menduduki satu
fungsi dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh identifikasi kata benda dan frasa benda dalam teks berjudul Wayang
Paragraf Kata Frasa
seni pertunjukan yang telah ditetapkan
sebagai warisan budaya asli Indonesia
wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka
I
tersohor dari Indonesia
sebuah warisan mahakarya dunia yang
UNESCO lembaga yang mengurusi kebudayaan dari PBB
b. Verba
Paragraf Kata Frasa
adalah sudah membagi
I menetapkan
disesuaikan
Berdasarkan analisis kata dan frasa dapat dinyatakan bahwa pada paragraf pertama teks di atas banyak
digunakan frasa nomina. Sementara itu, frasa verba pada paragraf pertama teks di atas hanya ada satu,
sedangkan yang lainnya berupa kata. Dengan demikian, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek pada
paragraf pertama teks di atas banyak menggunakan frasa, sedangkan predikat banyak menggunakan kata.
2. Afiksasi
Sebuah kata dalam teks dapat berupa kata dasar atau kata turunan. Kata turunan terbentuk melalui
afiksasi, yaitu proses pengimbuhan. Suatu kata yang melalui afiksasi bisa saja berubah jenis. Sebagai contoh,
suatu jenis verba suatu ketika muncul sebagai nomina dengan hanya menambah atau mengubah imbuhan.
Suatu kata dasar dapat berubah menjadi verba jika diberi imbuhan me(N)-, be(R)-, di-, bahkan terkadang ter-
atau ke-an. Sementara itu, kata dasar
yang sama dapat berubah menjadi nomina jika diberi imbuhan pe(N)-, pe(R)-, -an, atau terkadang ke-an.
Berikut adalah contoh afiksasi:
No. Kata Jenis Imbuhan Kata Dasar
1. Disebut verba di- sebut
2. Menakutkan verba me(N)-kan takut
3. Kemampuan nomina ke-an mampu
4. Getaran nomina -an getar
5. Menyusui verba me(N)-i susu
6. Berasal verba be(R)- asal
7. Mengisap verba me(N)- isap
8. Menggigit verba me(N)- gigit
9. Gigitan nomina -an gigit
10. Penelitian nomina pe(N)-an teliti

3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi


Kalimat definisi adalah kalimat yang menggunakan verba definitif dan kalimat deskripsi adalah
kalimat yang menggunakan verba sebagai deskriptif.
Contoh kalimat definisi yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi berjudul Wayang adalah sebagai
berikut.
a. Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia.
b. Wayang golek adalah wayang yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran tokoh.
c. Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang diperankan
langsung oleh orang.
d. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput (bahasa
Jawa: suket).
Kalimat deskripsi yang terdapat dalam teks tersebut adalah sebagai berikut.
a. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah, dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang
pendalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama
cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit.
b. Wayang purwa terdiri atas beberapa gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan;
Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.
c. Wayang topeng dimainkan oleh orang yang menggunakan topeng.
d. Selain wayang golek Sunda yang terbuat dari kayu ada juga wayang menak atau sering juga disebut
wayang golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek.

4. Kalimat Simpleks dan Komples


Kalimat dalam sebuah teks dapat dibentuk hanya oleh satu klausa, yaitu bagian kalimat yang
mengandung subjek dan predikat (predikatif). Kalimat yang hanya memiliki satu klausa disebut
sebagai kalimat simpleks atau biasa disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Berikut adalah contoh kalimat simpleks dengan bermacam pola:

Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau lebih klausa. Kalimat
kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks atau majemuk setara dan kalimat kompleks atau
majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara memiliki dua atau klausa ganda yang setara dalam suatu
kalimat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di bawah
fungsi utama suatu kalimat. Fungsi-fungsi utama dalam dalam kalimat majemuk setara membentuk induk
kalimat atau klausa atasan. Fungsi-fungsi yang membentuk tingkat, yaitu yang mengikuti konjungsi
subordinatif disebut klausa bawahan atau anak kalimat. Kalimat majemuk setara biasanya ditandai dengan
penggunaan konjungsi koordinatif (setara), sedangkan kalimat majemuk bertingkat biasanya ditandai dengan
penggunaan konjungsi subordinatif (bertingkat).
Cermatilah contoh kalimat kompleks di bawah ini!

5. Mengonstruksikan Teks Laporan Hasil Observasi


Menyusun teks laporan hasil observasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah Berikut.
1. Menentukan objek yang akan diamati!
2. Menyusun jadwal observasi yang akan dilakukan.
3. Melakukan observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau poin-poin pengamatan
terlebih dahulu.
4. Mencatat hasil observasi kamu. Bila memungkinkan siswa diminta mengambil foto dan memvideokan
observasi.
5. Menyusun teks laporan hasil observasimu dengan meperhatikan ketepatan isi, struktur, dan kaidah
kebahasaannya.

Mengonstruksikan Teks Laporan Hasil Observasi 

A. Melengkapi Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas


Setiap paragraf terdapat gagasan pokok. Jadi, mengembangkan teks dimulai dengan menuliskan
gagasan-gagasan pokok terlebih dahulu. Setiap gagasan pokok dikembangkan menjadi satu paragraf.
Perhatikanlah contoh rangkaian gagasan pokok berikut.
1. Merpati sering disamakan dengan dara karena termasuk dalam ordo yang sama.
2. Merpati dan dara adalah burung yang berbadan gempal dengan leher pendek,
paruh ramping pendek, dan cere berair.
3. Merpati dan dara memiliki spesies yang bermacam.
4. Berbagai spesies merpati dan dara dimanfaatkan sebagai burung hias.

Gagasan pertama dapat dikembangkan, dengan menambah gagasan-gagasan penjelas.


Nomor Gagasan Pokok Gagasan Penjelas
1 Merpati dan dara adalah Merpati dan dara pada umumnya membentuk sarangnya dari ranting-
burung yang berbadan gempal ranting yang di tempatkan di pepohonan.
dengan leher pendek, paruh Merpati dan dara mengerami satu atau dua telurnya dan selalu
ramping pendek, dan cere menjaga anak-anaknya dengan ketat sebelum mereka dapat mencari
berair. makan sendiri.
Anak dari merpati dan dara akan meninggalkan sarangnya jika telah
berusia 7-28 hari
Merpati dan dara adalah burung pemakan biji-bijian.
2 Merpati dan dara memiliki Dalam praktik ornitologi, terdapat suatu kecenderungan “dara”
spesies yang bermacam. digunakan untuk spesies yang lebih kecil dan “merpati” untuk yang
lebih besar.
Burung merpati digolongkan menjadi dua jenis yakni merpati lokal
dan merpati impor.
Merpati lokal adalah merpati yang sering disebut dengan “merpati
balap”, sedangkan merpati import sering disebut dengan “merpati
hias.
Merpati balap hanya akan kita temukan di Indonesia saja.
3 Berbagai spesies merpati dan Beberapa jenis burung merpati memiliki bentuk tubuh yang unik
dara dimanfaatkan sebagai serta warna tubuh yang indah sehingga seringkali digunakan sebagai
burung hias. burung hias.
Warna yang cantik dan bentuk tubuh yang unik menjadi sebuah daya
tarik tersendiri bagi burung merpati dan dara ini.
Jenis dari burung merpati hias ini meliputi homer, tumbler, cumulet
dan flight.
Merpati hias ini memiliki banyak sekali peminat dan memiliki harga
yang lumayan mahal.

Jadi agar lebih jelas dalam membuat teks laporan hasil observasi
CIRI/KAIDAH KEBAHASAAN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
1. Menggunakan frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.
2. Menggunakan verba relasional, seperti : ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan,
termasuk, meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada istilah teknis
atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).
3. Menggunakan verba aktif alam untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat, hidup, makan,
tidur, dan sebagainya.
4. Menggunakan kata penghubung yang menyatakan :
 Tambahan : dan, serta
 Perbedaan : berbeda dengan
 Persamaan : sebagaimana, seperti halnya, demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal yang sama
 Pertentangan : sedangkan, tetapi, namun, melainkan, sementara itu, padahal berbanding terbalik
 Pilihan : atau
5. Menggunakan paragraf dengan kalimat utama untuk menyusun informasi utama, diikuti rincian aspek
yang hendak dilaporkan dalam beberapa paragraf.
6. Menggunakan kata keilmuwan atau teknis, seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis, mutualisme,
parasitisme, pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, atau agar lebih jelas;
1. Adanya frasa/kelompok kata
2. Adanya konjungsi dan,tetapi
3. Kalimat simplek ( kalimat yang terdiri dari satu verba)
4. Kalimat kompleks (kalimat yang terdiri dari dua atau lebih verba)
5. Kata kerja/ verba
6. Kata benda/ nomina
7. Menggunakan berbagai istilah
8. Persamaan kata/ sinonim
9. Lawan kata/ antonim

H. SIFAT TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI


 Bersifat Informatif.
 Bersifat Komunikatif.
 Bersifat Objektif.
SYARAT/KRITERIA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI YANG IDEAL, BAIK DAN BENAR
 Memiliki susunan struktur teks yang urut dan lengkap.
 Dalam struktur teks tidak memiliki kesimpulan/penutup.
 Di dalam teks tidak ada opini dari penulis.
 Teks menjelaskan sebuah informasi yang benar adanya (sesuai fakta).
LANGKAH MEMPRODUKSI/MENYUSUN TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
1. Membuat judul laporan sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
2. Membuat kerangka teks dengan menitikberatkan pembuatan gagasan utama sesuai dengan hasil
pengamatan.
3. Menyusun teks berdasarkan gagasan utama yang telah dibuat, diawali dengan paragraf pernyataan
umum lalu ke bagian isi (anggota/aspek yang dilaporkan). Jadi, setelah membuat klasifikasi secara
umum, langkah selanjutnya adalah menjabarkan klasifikasi tersebut berdasarkan hasil pengamatan
4. Meneliti kembali hasil penulisan teks, jika terdapat kalimat janggal atau terdapat kesalahan penulisan,
segera perbaiki kembali.
Laporan Hasil Observasi akan dikatakan idel jika :
 Memiliki struktur teks yang lengkap.
 Memanfaatkan konjungsi atau kata penghubung yang tepat.
 Pengelompokkan kata dilakukan berdasarkan kriteria tertentu.
 Memfungsikan kelompok kata dan jenis kata sesuai keperluan.
Definisi, Ciri, dan Contoh Kalimat Aktif dan Pasif
Pengertian Kalimat Aktif dan Pasif - Kalimat adalah rangkaian kata yang saling terhubung dan dapat berdiri
sendiri. Kalimat juga merupakan satu kesatuan bahasa yang dapat mengungkapkan satu pemikiran utuh.
Berdasarkan subjeknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat aktif dan pasif. Berikut ini adalah pengertian
kalimat aktif dan pasif beserta contoh – contohnya.
Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah suatu kalimat yang subjeknya (S) melakukan tindakan yang diungkapkan dalam predikat
(P) terhadap objeknya (O).
Ciri – ciri kalimat aktif
1. Subjek kalimat ini melakukan tindakan langsung terhadap objeknya.
2. Predikatnya selalu diawali dengan imbuhan me- atau ber-.
3. Memiliki pola S P O K, S P O atau S P K
Contoh :
Ibu   menyiram bunga di taman.
  S              P                    K   
Ayah membaca   koran.
    S              P         O
Polisi   menangkap   buronan narkoba      kemarin malam.
     S              P                         O                        K
Berbagai Macam Kalimat Aktif
Kalimat aktif dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan objeknya.
1. Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat ini adalah kalimat yang predikat atau verbanya selalu membutuhkan objek untuk dikenai
tindakan.
Kalimat ini selalu memiliki kata kerja yang selalu memerlukan objek, dan biasanya kata kerjanya memiliki
imbuhan me-, menye-, atau menge-
Contoh: memukul, memberi, menyeberangkan, mengelompokkan, dan lain – lain.

Contoh :
Joni memukul anjing itu hingga kesakitan.
    S          P             O                      K
Paman  memberi  adik  sebuah mainan.
    S              P            O               pel
Anak kecil itu  menyebrangkan  nenek  yang berdiri di pinggir jalan.
    S                        P                      O                  pel  
Guru mengelompokan anak muridnya ke dalam beberapa kelompok.
    S               P                             O                         K
Harimau menerkam rusa sebagai buruannya.
    S                P                O           K
2. Kalimat pasif Intransitif
Kalimat pasif ini adalah kalimat yang predikat atau verbanya tidak memerlukan objek. Namun,
biasanya kalimat ini selalu diikuti dengan pelengkap (pel), dan keterangan (K).
Predikat pada kalimat ini biasanya kata kerja yang diberi imbuhan ber – dan ter -. 
Contoh : bekerja, belajar, berlari, berterimakasih, tertawa, tertidur, dan lain – lain.
Contoh :
Ayahku  bekerja  di perusahaan nasional.
   S               P                          K
Budi  belajar  dengan  sangat giat.
   S          P                  K
Dena  berterimakasih  kepada orang itu.
  S            P                           pel.
Joni  tertawa  melihat orang itu.
   S          P                pel.
Aku  tertidur  di sofa.
   S         P          K
3. Kalimat Aktif Ekatransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang hanya memiliki 3 unsur kalimat yaitu, Subjek (S), Predikat (P),
dan Objek (O).
Contoh :
Aku  membeli   sebuah buku.
    S            P               O
Burung jalak   memakan   cacing.
    S                      P               O
Ibu  membangunkan  kakak.
   S          P                   O
4. Kalimat Aktif Dwitransitif
Kalimat ini adalah kalimat aktif yang harus memiliki 4 unsur kalimat, yaitu Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), da Pelengkap (pel.)
Contoh :
Aku  melihat  gadis  yang berambut pirang itu
 S         P            O                      pel.
Kakak  merawat  kucing  yang dia temui di jalanan.
  S               P               O                      pel.
Ani  menanam  bunga mawar asli dari afrika.
S          P                      O                    pel.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya (S) mendapat atau dikenai suatu tindakan yang
dinyatakan dengan predikat (P) oleh objek (O).
Ciri – ciri kalimat pasif
1. Subjeknya dikenai tindakan oleh objek.
2. Kata kerjanya selalu berimbuhan di-, ke - an atau ter-.
3. Biasanya diikuti dengan kata oleh, dan dengan.
Contoh:
Tanaman itu  disirami oleh ibu
   S                         P           O  
Buronan narkoba   tertangkap    oleh polisi   kemarin malam.
   S                            P                       O                      K
Bukuku  terinjak   budi   yang sedang berdiri  di depanku.
   S              P         O                pel.                           K
Mataku  kemasukan  debu – debu  yang bertebrangan.
  S                 P                 O                        pel.
Kamarku  disapu  oleh ibu  hingga menjadi bersih.
  S                P                O                  K
Cara merubah kalimat aktif menjadi pasif
1. Pastikan dahulu bahwa kalimat aktif tersebut memiliki objek (aktif intransitif)
2. Ubah posisi subjek menjadi objek dan objek menjadi subjek.
3. Ubah kata kerja menjadi berimbuhan di- atau ter-.
Contoh :
Ibu  membersihkan ruang  tamu.   (Aktif)
Ruang tamu dibersihkan oleh ibu.  (Pasif)

Cara merubah kalimat pasif menjadi aktif


1. Ubah posisi subjek menjadi objek dan sebaliknya.
2. Ubah imbuhan di- atau ter- menjadi me-, menge-, atau ,menye-.
Contoh :
Buku itu dikembalikan oleh Andi di tempatnya.   (Pasif)
Andi mengembalikan buku di tempatnya.    (Aktif)
Pengertian dan Macam-Macam Konjungsi dalam Kalimat Bahasa Indonesia - Konjungsi adalah suatu kata
tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau
lebih. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam konjungsi yang dapat ditemukan, antara lain: Konjungsi
antar klausa, antar kalimat, dan konjungs antar paragraf.

Jenis-Jenis Konjungsi
Berdasarkan fungsinya konjungsi dikelompokan ke dalam tiga bentuk, diantaranya adalah:
1. Konjungsi antar klausa
Konjungsi antar klausa adalah kata hubung yang mengubungkan dua buah klausa atau lebih. Ada tiga macam
konjungsi antara klausa, yaitu, korelatif, subordinatif, dan koordinatif.
A. Konjungsi korelatif
konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis setara.
Macam-macam konjungsi korelatif:
baik … maupun …
tidak hanya …, tetapi ( …) juga …
bukan hanya …, melainkan …
(se)demikian (rupa) … sehingga…
apa(kah) … atau …
entah … entah …
jangankan…,…pun… . 
Contoh:
Baik Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.
Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.
Jangankan uang segudang, sepeser pun aku tak punya. 
Aku tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang menemuinya.
Dia menghias bunga itu sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah.
B. Konjungsi subordinatif
Konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis yang tidak sama
(bertingkat).
Macam-macam konjungsi subordinatif:
…..sebelum…
jika…., maka….
…agar….
Meskipun/bagaimanapun….. , …..
dan lain-lain.
Contoh:
Ani telah pergi ke Jakarta sebelum Budi datang menyusulnya.
Meskipun dia miskin, dia sangat dermawan kepada setiap orang.
Saya giat belajar agar tidak menjadi anak yang malas.
Jika aku memliki banyak uang, aku akan pergi ke luar negeri.
Meskipun dia sangat nakal, bagaimanapun juga orang tuanya tetap menyayanginya.
C. Konjungsi koordnatif
Konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu menghubungkan dua buah klausa yang sejajar, tetapi konjungsi ini
hanya terjadi pada klausa-klausa yang sederhana.
Macam-macam konjungsi koordinatif
…. dan …
… tetapi …
… atau …
Contoh:
Andi membeli buku dan baju di toko itu.
Aku ingin pergi tetapi tidak diijinkan oleh ayahku.
Kau boleh datang bersamaku tau bersama Indri.

2. Konjungsi antar kalimat


Konjungsi antar kalimat adalah kata hubung yang menghubungkan antara satu kalimat dengan
kalimat yang lain sehingga kalimat menjadi logis.
Macam-macam konjungsi antar kalimat:

*Menyatakan konsekuensi/akibat:
Dengan demikian, akibatnya, konsekuensinya.
*Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu:
Biarpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, Meskipun demikian/begitu
*Menyatakan suatu kebalikan dari pernyataan sebelumnya:
Sebaliknya, berbeda dengan
*Menyatakan peristiwa, atau keadaan lain di luar hal yang telah dinyatakan sebelumnya:
Kemudian, sesudah/setelah itu, selanjutnya
*Menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi:
Bahwasanya, sebenarnya , sesungguhnya
*Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya:
Bahkan, Tak hanya itu, malahan
*Mempertentangkan keadaan sebelumnya:
Sayangnya, Akan tetapi, namun, kecuali
Oleh karena konjungsi ini merupakan penghubung antar kalimat, maka konjungsi-konjungsi tersebut diawali
dengan huruf kapital.

Contoh:
Andi suka sekali menolong orang banyak. Akibatnya dia menjadi popular di kalangan wanita.
Pertama-tama kita harus membuat kerangka. Setelah itu kita mulai mendesignnya.
Dewi alergi terhadap buah durian. Bahkan dia akan muntah jika mencium baunya.
Shinta adalah gadis yang sangat cantik. Sayangnya sikapnya tidak seperti rupa wajahnya.
Dia hidup dengan sangat sederhana. Sebenarnya dia adalah anak orang kaya.
Kakak Budi orang yang sangat pintar. Sebaliknya Budi adalah anak yang bodoh.

3. Konjungsi antar paragraf


Konjungsi antar paragraf adalah kata-kata penghubung yang menghubungkan antar paragraf.
Konjungsi ini berguna untuk menjadikan suatu paragrag unity, coherent, dan sistematis.
Macam-macam konjungsi antar paragraf:

Terlebih lagi
Disamping…..
Tak hanya sebagai …
Oleh karena itu…
Berdasarkan …

Contoh:
Burung adalah hewan yang sangat banyak ditemui. Hampir di semua tempat di dunia ini bisa kita
jumpai berbagai macam burung seperti di dalam hutan, perkotaan. Bahkan ada juga di padang pasir. Hal ini
karena daya adaptasi burung yang sangat bagus terhadap lingkungannya.   
Selain itu, burung juga memiliki tingkat reproduksi yang baik. Pada umumnya setiap induk burung
mampu menghasilkan 4 atau lebih telur dalam sekali bereproduksi.
Terlebih lagi, burung juga sangat berguna bagi manusia seperti menjadi hewan peliharaan, bahan
makanan, dan lain-lain. tak heran burung sering dikembangbiakan oleh manusia.
Oleh karena itu, populasi burung di dunia ini tetap terjaga dan sulit untuk punah. Hal tersebut
mungkin terjadi karena daya adapatasinya yang tinggi, reproduksinya yang cepat, dan juga dikembangbakan
oleh manusia.
Dalam kegiatan berbahasa seperti menulis sebuah paragraf, cerpen atau novel pastilah harus
menguasai konjungsi sebagai penunjangnya. Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung.
Kata penghubung adalah kata tugas yang fungsinya menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan
antarparagraf. Kata penghubung antarklausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat, sedangkan kata
penghubung antarkalimat di awal kalimat ( setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru ), adapun kata
penghubung antarparagraf letaknya di awal paragraf.

Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam konjungsi intra kalimat dan konjungsi antar
kalimat. Kata penghubung intrakalimat (antar klausa) adalah kata yang menghubungkan klausa  induk dan
klausa anak. Dalam konjungsi intrakalimat (antar klausa) juga ada 2 jenis kata penghubung atau konjungsi,
yaitu konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Sedangkan konjungsi antar kalimat adalah kata yang
menghubungkan kata yang satu dengan lainnya. Berikut penjelasan konjungsi intra dan antar kalimat.

A.Konjungsi Intra Kalimat


Konjungsi intra kalimat (Antar Klausa) Adalah kata yang menghubungkan klausa induk dan klausa
anak. Kata penghubung antar klausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat. Dalam intra kalimat (antar
klausa) juga ada dua jenis kata penghubung atau konjugsi, yaitu :

Konjungsi Koordinatif
Konjugsi Koordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang
memiliki status sederajat, diantaranya : dan, atau, tetapi, sedangkan, melainkan, lalu, kemudian, padahal.

Konjungsi Subordinatif
Konjugsi Subordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak
sama derajatnya, diantaranya : ketika, sejak, kalau, jika, supaya, biar, seperti, sehingga, setelah, andai, bagai,
ibarat, karena. Berikut adalah jenis-jenis konjungsi subordinatif.
Contoh Konjungsi Contoh
Hubungan waktu Sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sementara,
sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai
Hubungan syarat Jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala
Hubungan pengandaian Anadaikan, sekiranya, seandainya, seumpamanya
Hubungan tujuan Agar, biar, supaya
Hubungan konsesif Biarpun, meskipun, sekalipun walau(pun), sunguhpun, kendatipun
Hubungan pemiripan Seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana
Hubungan penyebaban Sebab, karena, oleh karena
Hubungan pengakibatan Sehingga, sampai (-sampai), maka(-nya)
Hubungan penjelasan Bahwa
Hubungan cara Dengan

2. Konjungsi Antar Kalimat


Konjungsi antar kalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Dalam penggunaanya, konjungsi antar kalimat menyatakan makna yang berbeda-beda, diantaranya : oleh
karena itu, sebelum itu, namun, akan tetapi, kecuali itu, dengan demikian, sesudah itu, selain itu, sebaliknya.
Konjungsi antar kalimat di awal kalimat (setelah tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya). Berikut adalah
contoh konjungsi antarkalimat.
Contoh Konjungsi Makna
Biarpun demikian/begitu, sekalipun Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu yang
demikian/begitu walaupun demikian/begitu, berbeda atau pun bertentangan dengan yang dinyatakan
meskipun demikian/begitu pada kalimat sebelumnya
Kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada
kalimat sebelumnya
Tambahan pula, lagi pula, selain itu Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di
luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.
Sebaliknya Mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya
Sesungguhnya, bahwasanya Menyatakan keadaan yang sebenarnya.
Malah(-an), bahkan Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya
(akan) tetapi, namun, kecuali itu Menyatakan keadaan pertentangan dengan keadaan
sebelumnya
Dengan demikian Menyatakan konsekuensi
Oleh karena itu, oleh sebab itu Menyatakan akibat
Sebelum itu Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya

B. Macam-macam Konjungsi Berdasarkan Fungsinya


1. Konjungsi Aditif (gabungan). Konjungsi aditif (gabungan) adalah konjungsi koordinatif yang
berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam kedudukan yang sederajat,
misalnya : dan, lagi, lagi pula, dan serta.
2. Konjungsi Pertentangan. Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi koordinatif yang
menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut.
Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama, misalnya :
tetapi, akan tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, padahal, dan namun.
3. Konjungsi Disjungtif (pilihan). Konjungsi pilihan merupakan konjungsi koordinatif yang
menghubungkan dua unsur yang sederajat dengan memilih salah satu dari dua hal atau lebih,
misalnya: atau, atau....atau, maupun, baik...baik..., dan entah...entah...
4. Konjungsi waktu. Konjungsi waktu menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-
kata konjungsi temporal berikut ini menjelaskan hubungan yang tidak sederajat, misalnya : apabila,
bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak,
sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. Sementara konjungsi berikut ini
menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, misalnya sebelumnya dan sesudahnya
5. Konjungsi Final (tujuan). Konjungsi tujuan adalah semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan
maksud dan tujuan suatu peristiwa, atau tindakan. Kata-kata yang biasa dipakai untuk menyatakan
hubungan ini adalah : supaya, guna, untuk, dan agar
6. Konjungsi Sebab (kausal). Konjungsi sebab menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu
sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk kalimat merupakan akibatnya.
Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan sebab adalah sebab, sebab itu, karena, dan
karena itu.
7. Konjungsi Akibat (konsekutif). Konjungsi akibat menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat
suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai konjungsi yang menyatakan akibat,
sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai
konjungsi akibat adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
8. Konjungsi Syarat (kondisional). Konjungsi syarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila
syarat -syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Kata kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika,
jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
9. Konjungsi Tak Bersyarat. Kata penghubung tak bersyarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi
tanpa perlu ada syarat - syarat yang dipenuhi. Kata - kata yang termasuk dalam konjungsi ini adalah
walaupun, meskipun, dan biarpun.
10. Konjungsi Perbandingan. Konjungsi perbandingan berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara
membandingkan kedua hal itu. Kata kata yang sering dipakai dalam konjungsi ini adalah sebagai,
sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan, ibarat, umpama, dan daripada.
11. Konjungsi Korelatif. Konjungsi korelatif menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai
hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain atau yang satu
melengkapi yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kedua kalimat mempunyai hubungan timbal-balik.
Katakata yang menyatakan konjungsi ini adalah semakin…..semakin,kian….. kian,bertambah……
bertambah, tidak hanya….tetapi juga..., sedemikian rupa..., sehingga..., baik..., dan maupun.
12. Konjungsi Penegas (menguatkan atau intensifikasi). Konjungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau
meringkas suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Termasuk di dalam konjungsi hal-hal
yang menyatakan rincian. Kata-kata yang termasuk dalam konjungsi ini adalah bahkan, apalagi,
yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
13. Konjungsi Penjelas (penetap). Konjungsi penjelas berfungsi menghubungkan bagian kalimat
terdahulu dengan perinciannya. Contoh kata dalam konjungsi ini adalah bahwa.
14. Konjungsi Pembenaran (konsesif). Konjungsi pembenaran adalah konjungsi subordinatif yang
menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sementara menolak hal
yang lain yang ditandai oleh konjungsi tadi. Pembenaran dinyatakan dalam klausa utama (induk
kalimat), sementara penolakan dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konjungsi seperti,
meskipun, walaupun, biar, biarpun, sungguhpun, kendatipun, dan sekalipun.
15. Konjungsi Urutan. Konjungsi ini menyatakan urutan sesuatu hal. Kata-kata yang termasuk dalam
konjungsi ini adalah mula-mula, lalu, dan kemudian.
16. Konjungsi Pembatasan. Konjungsi ini menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-
batas mana perbuatan dapat dikerjakan, misalnya kecuali, selain, dan asal.
17. Konjungsi Penanda. Konjungsi ini menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Kata-kata
18. yang ada dalam konjungsi ini adalah misalnya, umpama, dan contoh. Konjungsi lain yang masih
merupakan konjungsi penanda yaitu konjungsi penanda pengutamaan. Contoh kata-kata konjungsi ini
adalah yang penting, yang pokok, paling utama, dan terutama.
19. Konjungsi Situasi. Konjungsi situasi menjelaskan suatu perbuatan terjadi atau berlangsung dalam
keadaan tertentu. Kata-kata yang dipakai dalam konjungsi ini adalah sedang, sedangkan, padahal, dan
sambil.
Jadi dari semua contoh kalimat jelas terlihat bahwa fungsi dari kata konjungsi dalam Bahasa Indonesia adalah
untuk menyambungkan kata, frase, atau klausa dalam suatu kalimat.

Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi


Menyusun teks laporan hasil observasi dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Menentukan objek yang akan diamati!
2. Menyusun jadwal observasi yang akan dilakukan.
3. Melakukan observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau poin-poin pengamatan
terlebih dahulu.
4. Mencatat hasil observasi kamu. Bila memungkinkan siswa diminta mengambil foto dan memvideokan
observasi.
5. Menyusun teks laporan hasil observasimu dengan meperhatikan ketepatan isi, struktur, dan kaidah
kebahasaannya.

INI CONTOH YANG ADA DI DALAM BUKU PAKET KITA


 
 
 

Anda mungkin juga menyukai