Anda di halaman 1dari 37

PORTOFOLIO BAHASA INDONESIA

LOGO SMA 1

NAMA: NABILA MAHARANI PUTRI

KELAS: X MIPA 4

SMA NEGERI 1 TENGGARONG

DAFTAR ISI;

BAB 1
- RANGKUMAN MATERI TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI
- TUGAS INDIVIDU 1
- TUGAS INDIVIDU 2

BAB 2
- RANGKUMAN MATERI TEKS EKSPOSISI
- TUGAS INDIVIDU 1

BAB 3
- RANGKUMAN MATERI ANEKDOT
- TUGAS INDIVIDU 1

BAB 4
- RANGKUMAN MATERI HIKAYAT
- TUGA INDIVIDU 1

BAB 5
- RANGKUMAN MATERI IKHTISAR
- TUGAS INDIVIDU 1

BAB 1

TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI


Saat melihat sebuah fenomena, pasti akan ada ketertarikan untuk membahas fenomena tersebut.
Pembahasan berupa teks yang membahas fenomena tersebut disebut teks laporan. Kejadian-Kejadian
yang dibahas dalam Teks Laporan melalui Fenomena Alam termasuk Hewan, Tumbuhan, keadaan
lingkungan. Peristiwa Budaya termasuk Bahasa, Seni, Adat istiadat. Kondisi Sosial termasuk
Trasportasi, Hukum, Pendidikan. Carilah salah satu artikel dari internet, buku, majalah, atau yang
lainnya. Pilih salah satu baik fenomena alam, peristiwa budaya, kondisi sosial. teks laporan tergolong ke
dalam jenis karangan faktual (nonfiksional) karangan yang berisan fakta-fakta. berdasarkan objek yang
dipaparkannya, laporan terbagi ke dalam beberapa macam. antara lain laporan penelitian, laporan
peristiwa, laporan diskusi, dan laporan kegiatan. secara garis besar, struktur teks laporan terbagi atass
pernyataan umum, deskripsi bagaian, dan deskripsi manfaat. dalam struktur laporan secara umum bagian
tersebut lazim disebut dengan pendahuluan, pembahasan, dan penutup.
Sebelum melaporkan hasil observasi dapat disajikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan. Teks
laporan hasi observasi merupakan jenis teks yang mendriskipsikan atau menggambakan bentuk, ciri,
sifat makhluk hidup maupun menggambarkan sebuah tempat, pariwisata dan sebagainya secara umum.
Sebelum menyusun teks laporaan hasil obsevasi, kita harus menentukan terlebih dahulu onyek yang
akan diobsevasi. Kemudian kita menyusun jadwal obsevasi, melakukan obsevasi, serta mencatat data
dan hasil obsevasi. Selain itu kita menyusunnya ke dalam sebuah teks.
Struktur teks laporan hasil obsevasi
1. Pernyataan umum berisi kalimat-kalimat yang menggambarkan fenomenayang akan dipaparkan
secara umum. isi keseluruhan teks itu terwakili di dalan bagian tersebut.
2. Deskripsi bagian berisi rincian atapun pembagian dari fenomena yang digambarkan.
3. Deskripsi manfaat berisi penjelasan tentang manfaat, kegunaan, ataupun dampak dari suatu
fenomena.
Kaidah teks laporan hasil obsevasi
1. Banyak menggunakan kata benda atau peristiwa umum sebagai objek utama pemaparannya.
2. banyak menggunakan kata kerja material atau kata kerja yang menunjukkan tindakan suatu
benda, binatang, manusia, atau peristiwa.
3. Banyak menggunakan kopula, yakni kata adalah, merupakan, yaitu. kata-kata itu digunakan
untuk menjelaskan pengertian atau konsep.
4. Banyak menggunakan kata yang menyatakan pngelompokan. kata-kata yangdimaksud, misalnya
dipialah, dikelompokkan, terbagi, terdiri atas.
5. Banyak menggunakan kata yang menggambarkan atau bermakna wuatu keadaaan.
6. Banyak menggunkan kata-kata teknis, sesuai dengan topik yang bahasnya.

Materi Teks Laporan Hasil Obsevasi


Teks laporan hasil observasi merupakan satu di antara materi yang ada dalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memberikan informasi secara umum tentang
sesuatu berdasarkan fakta dari hasil pengamatan secara langsung.
Jadi, pengamatan atau biasa disebut observasi itu dilakukan oleh si pengamat dengan terjun langsung ke
lapangan untuk mengetahui sebuah informasi yang ada. Informasi itu bisa meliputi objek tentang
keadaan alam, keadaan lingkungan, hewan, tumbuhan, sosial, sebuah peristiwa, kesenian dan
kebudayaan.
Adapun teks laporan hasil observasi bersifat informatif atau berita, komunikatif atau dialog dan objektif
atau benda. Hal itu berarti isi teks laporan hasil observasi tersebut harus memberikan sebuah informasi
yang mudah dipahami oleh pembaca.
Setiap informasi yang didapat juga harus disajikan atau ditulis secara objektif dan sesuai fakta yang
sebenarnya, tidak dibuat-buat atau tidak menurut opini sang penulis, serta dapat dibuktikan
kebenarannya.
Pertemuan minggu yang kemarin Anda sudah mengidentifikasi teks laporan hasil obsevasi sesuai
dengan teks yang Anda pilih dan memberikan alasan mengapa teks yang Anda pilih termasuk teks
laporan hasil observasi. Di atas sudah dijelaskan definisi teks laporan observasi. Sekarang kita bahas
ciri-ciri, Struktur dan kaidah teks observasi meskipun tertemua pertama sudah dibahas.

Ciri-ciri teks laporan observasi:

1. Ditulis secara lengkap dan sempurna.


2. Bersifat objektif, global, dan universal.
3. Objek yang akan dibicarakan atau dibahas adalah objek tunggal.
4. Ditulis berdasarkan fakta sesuai pengamatan yang telah dilakukan.
5. Informasi teks merupakan hasil penelitian terkini yang sudah terbukti kebenarannya.
6. Tidak mengandung prasangka atau dugaan yang menyimpang atau tidak tepat.
7. Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang antara kelas dan subkelas yang terdapat di
dalamnya.
8. Tidak adanya bagian penutup dari penulis. Penulis hanya melaporkan apa yang dilihat dan
diketahuinya berdasarkan hasil analisis serta observasinya.
9. Menitikberatkan pada pengelompokkan segala sesuatu ke dalam jenis-jenis dengan ciri atau
keadaannya secara umum.
10. Disajikan secara menarik, baik kata, bahasa, isinya berbobot maupun susunannya logis.
11. Teks laporan hasil observasi menggambarkan sesuatu secara umum dan sesuai fakta, tanpa
adanya opini penulis.

Tujuan Teks Laporan Hasil Observasi


Tujuannya, yaitu untuk memberikan informasi secara objektif dan fakta yang ada di lapangan sesuai
hasil pengamatan yang didapatkan.

Tujuan yaitu :
1. Untuk penelitian.
2. Untuk memberikan informasi terbaru.
3. Untuk mengatasi suatu persoalan.
4. Untuk menemukan teknik atau cara terbaru.
5. Untuk mengambil keputusan yang lebih efektif.
6. Untuk melakukan pengawasan dan atau perbaikan.
7. Untuk mengetahui perkembangan suatu permasalahan.

Fungsi Teks Laporan Hasil Observasi


Teks laporan observasi memiliki fungsi atau manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain, fungsinya:

1. Sebagai bahan penelitian


2. Sebagai sumber yang dapat dipercaya
3. Sebagai laporan tugas dan kegiatan pengamatan
4. Sebagai dokumentasi
5. Sebagai ilmu pengetahuan
6. Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan dan/atau pemecahan masalah dalam
pengamatan.

Struktur Teks Laporan Hasil Observasi


Teks laporan hasil observasi secara umum memiliki tiga struktur:
1. Pernyataan Umum, yaitu pembukaan yang berisi pengertian tentang sesuatu yang dibahas di
dalam teks secara umum.
2. Deskripsi Bagian, yaitu bagian atau jenis-jenis yang terdapat pada setiap paragraf
terdapat isi, rincian, pembahasan, dan penjelasan secara lebih detail atau secara rinci.
3. Deskripsi Manfaat, yaitu bagian yang menjelaskan manfaat terhadap sesuatu yang dilaporkan.
berisi fungsi atau manfaat setiap objek yang diamati dalam kehidupan.

Kaidah Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi


Teks laporan hasil observasi sangat berkaitan dengan penelitian dan pengetahuan, maka hal ini termasuk
ke dalam jenis teks formal yang mengharuskan bahasa yang baku atau sesuai kaidah Bahasa Indonesia
yang baik dan benar, serta mudah dipahami.

Kaidah kebahasaan teks laporan hasil observasi sebagai berikut:

1. Menggunakan frasa nomina yang diikuti penjenis dan pendeskripsi.


2. Menggunakan verba relasional, seperti : ialah, merupakan, adalah, yaitu, digolongkan, termasuk,
meliputi, terdiri atas, disebut, dan lain-lain (digunakan untuk menyatakan definisi pada istilah teknis
atau istilah yang digunakan secara khusus pada bidang tertentu).
3. Menggunakan verba aktif, hal ini untuk menjelaskan perilaku, seperti : bertelur, membuat,
hidup, makan, tidur, dan sebagainya.
4. Menggunakan kata penghubung atau konjungsi, untuk menyatakan :
A. Tambahan: dan, serta
B. Perbedaan: berbeda,dengan
C. Persamaan: sebagaimana, seperti halnya, demikian halnya, hal demikian, sebagai, hal yang sama
D. Pertentangan: sedangkan, tetapi, namun, melainkan, sementara itu, padahal berbanding terbalik
E. Pilihan: atau
5. Menggunakan kalimat simpleks( kalimat yang terdiri dari satu verba) dan kompleks (kalimat
yang tang terdiri dari dua atau lebih).
6. Penggunaan kalimat definisi dan kalimat deskripsi.
7. Menggunakan kata keilmuan atau teknis, seperti : herbivora, degeneratif, osteoporosis,
mutualisme, parasitisme, pembuluh vena, leukimia, syndrom, phobia, dan lain-lain.

Langkah-langkah Menyusun Teks Laporan Hasil Observasi


Untuk menyusun teks laporan hasil observasi langkah-langkahnya, sebagai berikut:

1. Tentukan objek yang akan kamu amati.


2. Susunlah jadwal observasi yang akan kamu kamu lakukan.
3. Lakukanlah observasi terhadap objek tersebut dengan menyiapkan pertanyaan atau poin-poin
pengamatan terlebih dahulu.
4. Catatlah hasil observasimu dengan memerhatikan ketepatan isi, struktur dan kaidah
kebahasaannya. Bila memungkinkan ambil foto dan videokan observasimu.
5. Meneliti kembali hasil penulisan teks, jika ada kalimat janggal atau salah penulisan, segera
perbaiki kembali.

TUGAS INDIVIDU 1:

TUGAS INDIVIDU 2:

BAB 2
TEKS EKSPOSISI
TEKS EKSPOSISI UNTUK MENANGGAPI BERAGAM MASALAH
TEKS EKSPOSISI ADALAH TETEKS YANG MEMBAHAS SUATU MASALAH DENGAN
MENGUNGKAPKAN FAKTA-FAKTA DAN ARGUMEN YANG DAPAT DI PERTANGGUNG
JAWABKAN.
LANGKAH MENULIS
TEKS EKSPOSISI:

- MENENTUKAN TOPIK YANG AKAN DI BAHAS


- MENYUSUN KERANGKA TULISAN
- MENGEMPULKAN BAHAN MELALUI PENELITIAN
- MENENTUKAN PEMBACA
- MENGEMBANGKAN BAHAN MENJADI TEKS
EDITING ATAU PENYUTINGAN ADALAH PROSES MENYIAPKAN NASKAH SIAP CETAK
ATAU SIAP TERBIT DENGAN MEMPERHATIKAN SEGI SISTEMATIKA PENYAJIAN,ISI,DAN
BAHASA (MENYANGKUT EJAAN,DIKSI DAN TRUKTUR KALIMAT).

Teks eksposisi adalah paragraf atau karangan yang terkandung sejumlah informasi dan pengetahuan
yang disajikan secara singkat, padat, dan akurat. Pendapat lain menyatakan bahwa Teks Eksposisi
adalah jenis atau ragam teks yang memiliki fungsi menyampaikan gagasan-gagasan berupa pemikiran
tentang suatu topik. Paragraf eksposisi ini bersifat Ilmiah atau dapat dikatakan non fiksi.
Ragam teks Eksposisi ini sering digunakan dalam konteks komunikasi sehari-hari secara lisan, maupun
tulisan. Misalnya, ketika kalian melakukan diskusi dalam forum seminar, seseorang yang
menyampaikan argumen dalam debat pendapat dan sebagainya.
Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak
jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian
lazim disebut paparan proses. Teks Eksposisi layaknya teks yang lain, yakni memiliki struktur.

Tujuan Teks Eksposisi


Adalah Untuk menjelaskan informasi tertentu supaya dapat menambah ilmu pengetahuan pembaca,
sehingga dengan membaca teks eksposisi maka pembaca akan mendapatkan pengetahuan secara rinci
dari suatu hal atau kejadian.
Adapun ciri-ciri teks eksposisi yang diantaranya yaitu:
1. Singkat dan Padat
2. Gaya informasi yang mengajak atau persuasif
3. Penyampaian teksnya secara lugas dan menggunakan bahasa yang baku.
4. Menjelaskan informasi-informasi pengetahuan.
5. Tidak memihak berarti tidak memaksakan kemauan dari penulis terhadap pembacanya.
6. Teks eksposisi bersifat objektif dan netral.
7. Penjelasannya disertai data-data yang akurat.
8. Fakta digunakan sebagai alat konkritasi dan kontribusi.
9. Umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.
Struktur Teks eksposisi

Sebagimana teks laporan, teks eksposisi memiliki struktur tertentu. Teks eksposisi dibentuk bagian-
bagian berikut: tesis, argument, dan penegasan kembali.

Tesis berupa pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum tentang topik yang akan
dibahas. Masalah yang diangkat dakam teks ekposisi pada umumnya terkait dengan hal-hal yang bersifat
actual dan memiliki arti penting bagi khalayak dan tiddak seperti halnya topik dalam teks laporan yang
bersifat umum dan tidak pula memperhatikan keaktualannya.
Rangkaian argument penulis beerkaitan dengan tesis pada bagian ini, dikemukakan pula sejumlah fakta
yang memperkuat argument-argumen atau penilaian penulis.
Penegasan ulang atas pernyataan-pernyataan sebelumnya, dapat berupa saran-saran. Bagian ini lebih
tepat disebut dengan kesimpulan dan saran karena pernyataan-pernyataan seperti itulah yang mengisi
bagian akhir dari teks eksposisi.

Jenis-jenis teks eksposisi


Berdasarkan pola pengembangan paragrafnya, teks eksposisi terbagi menjadi beberapa bagian, antara
lain.
1. Eksposisi Definisi
Ekpsosisi ini menjelaskan topik tertentu secara definitif, yaitu memberi penjelasan dengan batasan
makna. Contohnya,
Globalisasi adalah proses ketika dunia menjadi semakin saling terhubung sebagai hasil dari peningkatan
perdagangan dan pertukaran budaya secara masif. Globalisasi telah meningkatkan produksi barang dan
jasa. Perusahaan yang dimaksud bukan lagi perusahaan nasional tetapi perusahaan multinasional dengan
anak perusahaan di banyak negara.
2. Eksposisi Proses
Eksposisi yang memaparkan langkah-langkah atau cara melakukan sesuatu atau dalam pembuatan hal
tertentu. Contohnya,
Ketika seseorang menulis teks eksposisi, langkah awalnya adalah menentukan topik yang kemudian
dituangkan ke dalam judul. Setelah itu, pernyataan penulis berdasarkan fakta dituangkan ke dalam
bagain tesis, yang di dalamnya juga terdapat posisi penulis apakah pro ataukah kontra.
3. Eksposisi Ilustrasi
Eksposisi ini bertujuan untuk memberikan gambaran atas suatu ide nyata agar pembaca dapat
memahami dengan baik. Penggambaran ini melihat kesamaan sifat dari topik yang satu ke topik yang
lain dengan ciri-ciri biasanya terdapat konjungsi seperti atau bagaikan , dan nomina ibarat. Contohnya,
Salah satu tanda pemanasan global adalah peningkatan suhu udara di bumi. Pada suatu kondisi tertentu,
suhu udara di bumi diibaratkan pemanasan mesin kendaraan bermotor. Dampak pemanasan global dapat
dirasakan dengan panasnya udara di sekitar kita. Udara yang pada umumnya dirasakan biasa, kini sudah
melampaui batas normal. Hal itu seperti halnya mesin motor yang memanas karena dikendarai secara
terus-menerus.
4. Eksposisi Pertentangan
Eksposisi ini berisi topik yang dijelaskan dari sisi kontradiksi, yang biasanya berhubungan dengan topik
yang lain. Ciri-ciri eksposisi pertentangan terletak dari penggunaan konjungsi intrakalimat, seperti tetapi
dan sedangkan, ataupun konjungsi antarkalimat, seperti akan tetapi, meskipun demikian, namun,
sebaliknya. Contohnya,
Terdapat keunikan yang sangat menarik dari planet Merkurius. Lama rotasi dan revolusi planet ini
berbanding terbalik. Untuk berevolusi mengitari matahari, Merkurius membutuhkan waktu selama 88
hari. Sebaliknya, untuk berputar pada porosnya, 59 hari adalah waktu yang dibutuhkan oleh planet
Merkurius. Perbedaannya sangat mencolok dengan bumi yang hanya membutuhkan waktu 1 hari.
5. Eksposisi Perbandingan
Membandingkan antara satu dengan yang lain menjadi ciri dari teks eksposisi ini. Dengan cara
demikian, pembahasan suatu persoalan akan lebih jelas daripada hanya dengan berfokus pada persoalan
itu sendiri. Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif murah. Setiap orang dapat menjadi pelanggan listrik
dengan tidak banyak mengeluarkan biaya. Sementara itu, petromaks memerlukan perawatan yang lebih
cermat dan banyak menggunakan bahan bakar bila dibandingkan dengan sebuah tenaga pembangkit
listrik. Petromaks hanya dapat menghasilkan sebuah sumber terang dan hanya bermanfaat untuk
penerangan. Dengan sebuah pembangkit tenaga listrik dapat dihasilkan ribuan, bahkan jutaan watt
listrik’ dan bukan hanya dipergunakan untuk penerangan, tetapi juga untuk keperluan-keperluan lain.
Listrik terdapat di kota-kota. Petromaks biasanya dipergunakan di tempat-tempat yang tidak ada listrik
atau di desa-desa.
6. Eksposisi Klasifikasi
Eksposisi ini berfungsi untuk mengelompokkan atau membagi sesuatu ke dalam golongan tertentu.
Terdapat dua pola: menyeragamkan ke dalam satu kelompok atau memisahkan ke kelompok lain. Oleh
karena itu, dalam membuat teks eksposisi ini dibutuhkan dasar pengklasifikasian yang jelas. Contoh:
Jurusan sastra Indonesia di Universitas Indonesia terbagi menjadi tiga: linguistik, sastra, dan filologi.
Meskipun ketiganya sama-sama mempelajari bahasa Indonesia, perbedaan terletak dari penggolongan
minat para mahasiswa. Linguistik menjadi peminatan bagi mahasiswa yang fokus terhadap ilmu tata
bahasa. Sementara itu, mahasiswa, yang menaruh perhatian utama pada seni yang mediumnya bahasa,
menempatkan sastra sebagai peminatan. Filologi dikhususkan untuk para mahasiswa yang ingin
menelusuri bahasa Indonesia klasik yang dipelajari dari naskah-naskah kuno.
7. Eksposisi Berita
Ekposisi ini berisi informasi yang biasanya terdapat pada media massa yang bersifat aktual dan faktual.
Informasi yang diangkat berupa peristiwa-peristiwa tertentu. Contoh:
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia. Manik Margamahendra, menjadi sorotan
public setelah aksinya menyatakan secara lantang bahwa DPR adalah singkatan dari “Dewan Penghianat
Rakyat”. Aksinya tersebut dilontari dari bentuk protesnya yang mewakili suara para mahasiswa
Indonesia yang menolak RKUHAP.
8. Eksposisi Analisis
Eksposisi ini berisi pengamatan yang mendalam lalu pada bagian argumentasi dibahas secara bertahap.
Contohnya,
Saya meyakini bahwa adanya pelbagai lembaga bimbingan belajar merupakan bentuk dari gagalnya
sistem pendidikan di Indonesia. Hal ini bukanlah tanpa alasan. Pertama, tak sedikit peserta didik yang
kalah bersaing dengan para peserta didik lain yang mengikuti bimbel yang dilihat dari segi nilai pada
tiap-tiap mata pelajaran yang diampuh.

TUGAS INDIVIDU 1:

BAB 3
TEKS ANEKDOT

A. KATA ANEKDOT BERASAL DARI Memahami Teks Anekdot


1. Pengertian dan karakteristik Anekdot
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan
untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah
cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang
orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan.
Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot
tersebut merupakan hasil rekaan.

Anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindiran


Batasan anekdot
terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor.
Isi pokok dari sebuah teks anekdot adalah sebuah sindirian pada suatu
Isi pokok anekdot
hal atau pada seseorang.
Fungsi dari anekdot adalah sebuah hiburan atau intermezzo yang
Fungsi anekdot
dilengkapi dengan sebuah sindiran terhadap suatu hal.

B. Menganalisis Isi, Struktur, dan Kaidah kebahasaan Anekdot


1. Isi Anekdot
Dalam teks tidak hanya berisikan kisah-kisah cerita lucu semata melainkan terdapat juga
amanat, pesan moral, serta ungkapan tentang suatu kebenaran secara umum.

2. Struktur Teks Anekdot


Anekdot memiliki struktur teks yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot
memiliki struktur abstraksi, orientasi, krisis,  reaksi, dan koda.
1. Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau
gambaran umum tentang isi suatu teks.
2. Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik,
atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3. Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian
krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
4. Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.
Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5. Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di
dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari
cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti
itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak
ada.

Contoh

Aksi Maling Tertangkap CCTV


Isi Struktur
Seorang warga melapor kemalingan. Abstraksi
Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?” Orientasi
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas.
Krisis
Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
Reaksi
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya). Koda

C. Kebahasaan Teks Anekdot 

Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu,
(b) menggunakan kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban];
(c) menggunakan konjungsi [kata penghubung] yang menyatakan hubungan waktu seperti
kemudian, lalu;
(d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, dan berjalan, ;
(e) menggunakan kalimat perintah (imperative sentence); dan
(f) menggunakan kalimat seru. Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog,
penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

No. Unsur Kebahasaan Contoh Kalimat


Kalimat yang menyatakan Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut
1.
peristiwa masa lalu umum menyerang saksi.
2. Kalimat retoris “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima
lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Penggunaan konjungsi yang Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab
3.
menyatakan hubungan waktu pertanyaan Jaksa.”
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak
4. Penggunaan kata kerja aksi
mendengar pertanyaan.
5. Penggunaan kalimat perintah “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
6. Penggunaan kalimat seru “Oh, maaf.”

D. Menyusun Teks Anekdot


1. Langkah-langkah penyusunan
Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut
adalah menentukan tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, alur, dan pola penyajian teks
anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan untuk belajar menyusun anekdot. 
Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom
ketiga.

No. Aspek Isi


1. Tema Kasih sayang pada orangtua.
Anak yang memandang orangtua di masa tuanya
2. Kritik
sebagai orang yang merepotkan.
Humor/
3. Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil.
kelucuan
4. Tokoh Kakek tua, ayah, anak dan menantu.
Kakek tua yang tinggal bersama anak,
Abstraksi
menantu dan cucu 6 tahun.
Kebiasaan makan malam di rumah
Orientasi si anak. Kakek tua makannya sering
berantakan.
Kakek tua diberi meja kecil terpisah di
5. Struktur Krisis
pojok, dengan alat makan anti pecah.
Cucu 6 tahun membuat replika
Reaksi
meja terpisah.
Cucu 6 tahun mengungkapkan kelak akan
Koda membuat meja terpisah juga
untuk ayah dan ibunya.
7             Alur Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang
berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan
tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja
terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya
baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah
bermain membuat replika meja.
8 Pola
Narasi.
Penyajian
Teks Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan
anekdot cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam
bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan
segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek
susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi
taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu
lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat
sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk
melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk
dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan
dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel
agar kakek tak menghamburkan makanan lagi.
Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati semua
kejadian itu dalam diam.
Suatu hari si ayah memerhatikan anaknya sedang membuat
replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya.
“Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu.
Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.”
Ayah anak kecil itu langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali
diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan
saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.
Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman
47.  (dengan penyesuaian)

2. Menyunting teks Anekdot


Menyuting merupakan langkah terakhir dari langkah-langkah penyusunan suatu teks,
termasuk anekdot. Tujuannya mendapat teks yang lebih baik, yang terhindar dari
kesalahan-kesalahan. Setidaktidaknya ada tiga yang harus diperhatikan dalam
penyuntingan, yakni aspek isi, struktur, kaidah kebahasaan dan ejaan.

E. Pola Penyajian Anekdot

Anekdot dapat disajikan dalam bentuk dialog maupun narasi. Salah satu ciri dialog adalah
menggunakan kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimat yang merupakan hasil
kutipan langsung dari pembicaraan seseorang yang sama persis seperti apa yang dikatakannya.

Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi


Dialog Narasi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Pada puncak pengadilan korupsi politik,
Jaksa penuntut umum menyerang saksi. Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menerima “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda
lima ribu dolar untuk berkompromi dalam menerima lima ribu dolar untuk berkompromi
kasus ini?” dalam kasus ini?”
Saksi : (menatap keluar jendela seolah-olah Saksi menatap keluar jendela seolaholah tidak
tidak mendengar pertanyaan) mendengar pertanyaan.
Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menerima “Bukankah benar bahwa Anda menerima
lima ribu dolar untuk berkompromi dalam lima ribu dolar untuk berkompromi dalam
kasus ini?” kasus ini?” ulang pengacara.
Saksi : (tidak menanggapi) Saksi masih tidak menanggapi.
Hakim : “Pak, tolong jawab pertanyaan Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab
Jaksa.” pertanyaan Jaksa.”
Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Saya piker dia tadi “Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata
berbicara dengan Anda.” kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara
dengan Anda.”

Kaidah kebahasaan Anekdot

Seperti halnya teks lain, anekdot memiliki kaidah kebahaasan tersendiri. Namun, sebagai teks
bergenre cerita tersebut memiliki kesamaan dengan teks sejenisnya, seperti cerpen, novel, dan
cerita ulang. Kaidah kebahasaan teks anekdot sebagai berikut:

Kalimat langsung

KATA KERJA
MATERIAL, Kata ganti orang
MENTAL ketiga
Kaidah kebahasaan
Anekdot

Keterangan
waktu

KONJUNGSI
TEMPORAL

KONJUNGSI
PENERANG

Kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil kutipan langsung dari
pembicaran seseorang yang sam persis apa yang dikatakannya.
Ciri-ciri kalimat langsung:
1. Kalimat langsung ditandai tanda petik (“)
2. Huruf pertama pada kalimat yang dipetik menggunakan huruf kapital
3. Kalimat petikan dan kalimat pengiring di pisah dengan tanda (,) koma
4. Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, harus menggunakan tanda baca titik
dua (: ) di depan kalimat langsung
5. Cara memba pada kalimat langsung kutipan intonasinya sedikit ditekankan

Contoh : Ani bertanya, “Bisa bicara sebentar, Pak?”


Ujar Pak Rino, “Iya, akan saya sampaikan!”

Kata ganti orang:


1. Kata ganti orang 1 menjadi orang ke 3 (saya, aku, menjadi dia, ia, nama orang)
2. Kata ganti orang ke 2 menjadi orang 1 (kamu, dia menjadi saya, aku)
3. Kata ganti orang ke 2 jamak menjadi kata ganti orang pertama jamak (kalian, mereka
menjadi kami, kita)

TUGAS INDIVIDU 1:

BAB 4
TEKS HIKAYAT
A. Mengidentifikasi isi cerita rakyat atau hikyat
Pernahkan Anda menonton film Bawang merah dan bawang putih, Si kabayan, dan si Pitung?.
Cerita-cerita tersebut digolongkan ke dalan sastra melayu klasik yakni sastra yang berkembang
pada masa dulu sebelum kita mengenal budaya membaca dan menulis. Cerita-cerita tersebut
merupakan saarana hiburan yang kaya dengan nilai-nilai yang dapat diteladani.
Jenis karya sastra melayu klasik salah satunya adalah hikayat. Contoh hikayat Indra bangsawan,
Hikayat Abbdullan, hikayat ini memiliki karakteristi, struktur, dan kaidah kebahasaan, serta
memiliki nilai-nilai berharga bagi pembacanya.
Hikayat merupakan karya sastra klasik yang berkisah tentang kehidupan paara dewi, peri,
pangeran, putri kerajaan, dan raja-raja. Di dalamnya berisi cerita kehidupan para dewa, dewi
dan tokoh kerajaan. Banyak pula dikisahkan kekuatan gaib, kesaktian, dan kekuatan di luar
batas tokoh.

Talibun Karmila

Stanza
Seloka

Soneta
SASTRA MELAYU KLASIK
Gurindam

B. Ciri-ciri Hikayat
1. Berkembang secara stratis
2. Bersifata pralogis
3. Disampaikan secara lisan
4. Nama pengarangnya tidak diketahui? Anonim
5. Nama tokoh menunjukkan asal usul cerita
6. Latar cerita menggambarkan asal cerita meskipun tidak selalu muncul
7. Bersifat istana sentris

C. Bacalah hikayat di bawah ini!


Hikayat sebagai Karya Sastra melayu Klasik
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial.
Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun
menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa
lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun
yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu
amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera
Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi
mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul,
fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar
pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah,
tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama
gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia
bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat
mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi
mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung,
masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap
gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun
bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.Tersebut pula
perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun
menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia naik
ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan
dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu
diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari
gendang
itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah
sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul
yang lain ialah perkakas dan dayangdayangnya. Dengan segera  Syah Peri mengeluarkan
dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun
duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala
dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu
padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan
seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan
sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala
Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat
membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya
itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum
mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan
penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah
yang akan
menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi
susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui
pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
 Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu
harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan
diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang
Sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi
panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib
berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu, Indera
Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya
kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan
Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteripun sembuhlah. Adapun
setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri
kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda
sudah kehilangan daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada
sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubbah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk
itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan
diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke
dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri, Puteri
menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat
itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam
gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan
mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan
daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut
Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut
Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata
Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja
datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu
kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik

Teks tersebut merupakan jenis karya fiksi sastra melayu klasik yang disebut hikayat. Di
dalamnya termuat cerita kehidupan para dewa, peri, pangeran, putri kerajaan, raja-raja, atau
tokoh-tokok sejarawan. Banyak pula dikisahkan kekuatan gaib, kesaktian, dan kekuatan luar
biasa yang terkadang tidak masuk akal.

D. Membandingkan hikayat ddengan Cerpen

unsur- unsur hikayat dan cerpan


Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi. Dalam cerita pendek kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik
protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. 
Sesuai dengan namanya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang menurut wujud fsiknya
berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada
umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau
setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500 – 5.000 kata. Olek karena itu, cerita pendek sering
diungkapkan dengan “cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk”.
unsur-unsur pembangun cerita pendek
Seperti halnya jenis teks lainnya, cerita pendek dibentuk oleh sejumlah unsur. Adapun unsur
yang berada langsung di dalam isi teksnya, dinamakan dengan unsur intrinsik, yang meliputi
tema, amanat, alur, penokohan, latar, dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut segala
persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan
sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap
berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema, kita
harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur cerita dalam cerpen
itu. 
b. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat dalam
cerpen umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-peristiwa
yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas dari tema cerita.
Misalnya, apabia tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan. Maka, amanat cerita itu pun
tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan. Apabila temanya tentang hubungan
suami istri, temanya pun tidak jauh dari pentingnya keharmonisan dalam rumah tangga.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-
tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik tokoh.
1) Teknik analitik langsung, misalnya penggalan cerita berikut.
Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman-temannya. Ia pun tidak merasa
sombong walaupun berkali-kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya itulah yang menyebabkan
ia banyak disenangi teman-temannya.
2) Penggambaran fsik dan perilaku tokoh
Seperti sedang berkampanye, orang-orang desa itu serempak berteriak-teriak! Mereka
menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung-acungkan
tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu-ragu. Malah ada di antara
mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangganya, agar tidak kelihatan berbeda
dengna orang lain. Sudah barang tentu, suasana di sekitar kecamatan menjadi riuh. bukan saja
oleh demonstarandemonstran dari desa itu, tapi juga oleh  orang-orang yang kebetulan lewat
dan ada di sana.
3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampungkampung tetangganya sudah
pada   terang semua.
4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya benar-
benar membuat orang sedesa marah.
5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, mencium bau
keringatnya. Dalam pikirannya, Cuma anak gadisnya yang masih mau menyambutnya dirinya.
Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, masih berlapang dada menerima
kepulangannya.
6) Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke rumah sambil
membawa aneka brosur barang-barang promosi. Yang menjengkelkan saya, seluruh keluargaku
jadi menaruh perhatian kepadanya
d. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat ataupun
bersifat kronologis. Pola pengembangan cerita suatu cerpen beragam. Pola-pola pengembangan
cerita harus menarik, mudah dipahami, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang-kadang
berbelit-belit dan penuh kejutan, juga kadang-kadang sederhana.
e. Latar
Latar atau setting  meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam suatu cerita. Latar
dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula yang imajinatif. Latar berfungsi untuk
memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan
demikian, apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka
cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang
berada dalam latar itu.

f. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana
persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara
sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat
menjelmakan suatu suasana yang berterusterang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan,
objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna untuk adegan
yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan, maupun harapan. Bahasa dapat pula
digunakan pengarang untuk menandai karakter seseorang tokoh. Karakter jahat dan bijak dapat
digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang digunakannya. Demikian pula dengan tokoh
anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata ataupun truktur kalimat yang
digunakan oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.

E. Struktur dan Kaidah Teks Hikayat

Hikayat merupakan teks bagian dari prosa yang mirip dengan cerpen. Oleh karena itu
struktur hikayat pada dasarnya sama dengan teks cerpen. 
1. Abstraksi
Merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan dikembangkan menjadi rangkaian-
rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional
yang artinya sebuah teks hikayat boleh tidak memakai abstrak.
2. Orientasi 
Adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat yang berkaitan
dengan hikayat tersebut.
3. Komplikasi 
Berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada bagian ini
kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai
bermunculan.
4. Evaluasi 
konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaiannya
dari   konflik tersebut.
5. Resolusi 
Pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap permasalahan yang dialami
tokoh atau pelaku.
6. Koda 
Ini merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks cerita oleh
pembacanya.

F. Ciri kebahasaan teks hikayat antara lain sebagai berikut.


1. Banyak menggunakan konjungsi
Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungsi pada
setiap awal kalimat.
2. Banyak menggunakan kata arkais
Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais.
Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua
dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai
dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan
sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.
 Contoh
Kata Arkais     Makna Kamus
beroleh            mendapat
titah     kata, perintah
buluh   tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan
keras; bambu; aur

3. Banyak menggunakan majas atau gaya bahasa


Majas atau gaya bahasa yang sering dijumpai dalam teks hikayat antara lain sebagai
berikut
1. Majas antonomasia 
Majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau
sifatnya yang menonjol.
Contoh:
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan
mencari rezeki berkeliling di negeri antah berantah di bawah pemerintahan
Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh
penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-
bengkak dan berdarahdarah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin
berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan,
siangnya berjalan mencari rezeki.
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia.
2. Majas simile 
Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya
menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata
pembanding yang biasa digunakan antara lain:
seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Contoh
Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang
banyak, Si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya.
Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu
(Hikayat Si Miskin).
4. Selalu menggunakan kata ganti peertama tunggal atau jamak sebagai konsekuensi dari
penggunaan sudut pandang orang ketiga.
5. Banyak menggunakan kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa atau
perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh.
6. Banyak menggunakan kata kerja pasif.
7. Banyak menggunakan kata kerja mental untuk menggambarkan peran tokoh
8. Banyak menggunakan kata penghubung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan
dengan urutan waktu.

TUGAS INDIVIDU 1:
BAB 5

IKHTISAR
A. Menyebutkan butir-butir buku fiksi dan nonfiksi
1. Membaca dengan teknik SQ3R
Dengan membaca buku fiksi, kita memperoleh hiburan atau kesenangan batin. Membaca buku
fiksi akan lebih bermakna apabila kita melakukan sesuatu yang produktif, yakni dengan
meringkasnya. Bagian-bagian penting itu kita ceritakan kembali dengan menggunakan kata-
kata sendiri secara ringkas.

Tentu saja kegiatan membaca harus dilakukan dengan langkah-langkah yang benar. Dari sekian
teknik membaca, teknik SQ3R sangat cocok digunakan untuk memahami gagasan-gagasan
utama dalam sebuah buku, adapaunteksni sebagai berikut:

Langkah 1 : S (Survey)

Survei atau prabaca dilakukan dengan melihat seluruh organisasi suatu buku secara cepat.
Untuk mendapat kesan umum atau memperolah hal-hal menarik dari buku itu. Kegiatan survey
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menelusuri tafdar isi, lihat halaman untuk mendapatkan keseluruhan organisasi buku.
b. Membaca pengantar, lihat halaman, untuk mengetahui permasalahan utama yang
dibahas buku.
c. Melihat organisasi bab secara sekilas lihat judul bab dan lihat halaman pertama sampai
terakhir.

Langkah 2 : Q (Question )

Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan agar menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap isi
cerita yang ada di dalamnya.

Pertanyaan itu sebagai berikut:

a. Bercerita tentang apa buku itu?


b. Apa hubungan judul dengan isi buku?
c. Siap tokoh-tokoh utamanya?
d. Konflik apa saja yang dihadapai oleh tokoh tersebut?

Langkah 3. R (Read)

Berkonsentrasilah waktu membaca dan perhatikan bagian-bagian bacan yang dianggap sebagai
jawaban dari pertanyan-pertanyaan. Perlambatlah kecepatan membaca pada bagian-bagian yang
dianggap penting atau yang dianggap sulit dipahami. Dan sebaliknya percepatlah membaca
yang dianggap tidak penting.
Langkah 4 R (Recite)

Setiap selesai membaca suatu bagian, berhenlah sejenak untuk menjawab pertanyan-pertanyan
yang telah dirumuskan. Pada kesempatan yang sama kita dapat membuat catatan tambahan
seperlunya jika masih mengalami kesulitan ulangi lagi bagian-bagain yang penting.

Langkah 5 R (Review/Reflection)

Ulangilah untuk menelusuri kembali judul-judul dan bagian-bagian penting yang lainnya,
seperti karakter tokoh, konflik dan nilai-nilai yang ada. Tahap ini memperjelas pemahaman dan
apresiasi, dan bermanfaat untuk mendapatkan yang penting-penting.

B. menyusun Ikhtisar Buku

2. Langkah-langkah Meringkas Buku


Dengan menggunakan teknik membaca SQ3R suatu buku dapat kita ringkas dengan
menggunakan langkah-langkah sebagi berikut:
1. Membaca secara sekilas untuk menentukan kesan umum buku, yakni judul,
pengarang, daftar isi, dan bagian-bagian penting yang lainnya.
2. Mengajukan sejumlah pertanyan misalnya:
a. Bercerita tentang apa isi buku tersebut?
b. Siapakah tokoh utama buku tersebut?
c. Dimana dan kapan cerita itu berlasung?
d. Bagaiman alur ceritanya?
e. Apa pesan yang disampakan pengarang?
3. Mencatat bagian demi bagian
4. Mengembangkan catatan menjadi ringkasan (sinopsis)

Fungsi ikhtisar Salah satu fungsi dari ikhtisar adalah untuk menghemat kata sehingga tidak
menggunakan kalimat yang panjang dan berkesar bertele-tele. Ikhtisar juga berfungsi untuk
membantu pembaca memahami dan mendapatkan ide tentang masalah yang dibahas dalam
suatu teks. Ikhtisar juga dapat memengaruhi seseorang untuk membaca teks asli karena merasa
penasaran setelah membaca ikhtisarnya.
Ciri-Ciri ikhtisar
Beberapa ciri-ciri ikhtisar dapat dilihat sebagai berikut: 
1. Mengandung kata-kata yang lugas dan tidak bertele-tele
2. Menunjukan gagasan inti dari suatu teks
3. Bisa tidak berurutan namun tidak mengubah isi teks asli
4. Bebas mengkombinasikan kata dan frasa namun tidak mengubah isi teks asli

Cara membuat teks ikhtisar, yakni: 


1. Membaca teks asli Untuk membuat ikhtisar, kita harus membaca teks asli. Teks asli bisa
dibaca lebih dari sekali untuk memastikan dan memahami isi teks secara keseluruhan.
2. Menuliskan gagasan utama dan pokok pikiran teks asli Setelah membaca teks asli
berkali-kali, kita harus membuat gagasan utama apa saja dan pokok pikiran apasaja
yang dimuat dalam teks tersebut. Kita harus tahu pokok permasalahan apa yang ingin
disampaikan oleh teks asli tersebut.
Menulis ikhtisar Setelah mengetahui pokok masalah yang ingin dsampaikan teks asli, kita
dapat mulai menulis ikhtisar. Ikhtisar ditulis dengan bahasa yang singkat namun lugas, gagasan
utama yang ingin disampaikan teks harus disampaikan secara singkat dalam ikhtisar tanpa
mengubah maknanya.

UNSUR-UNSUR IKHTISAR BUKU


1. Identitas buku
Dalam membuat suatu resensi maka anda harus mengetahui terlebih dahulu mengenai identitas
dari buku yang akan anda resensi, coba bayangkan saja jika anda ingin meresensi suatu karya
namun anda sendiri bingung karena sebelumnya tidak mengenal identitas buku tersebut.
Identitas buku yang harus anda ketahui tidaklah rumit seperti rumus-rumus fisika dan kimia di
sekolah, justru identitas buku hanya terdiri dari:
1. Judul buku resensi
2. Nama pengarang buku resensi
3. Nama penerbit buku resensi
4. Jumlah halaman buku resensi
5. Tahun terbit buku resensi
6. Nomer edisi terbit buku resensi
2. Ikhtisar buku
Ikhtisar buku ini disusun berdasarkan dengan apa yang dibutuhkan buku itu sendiri, maksudnya
tidak semua karya sastra memiliki ikhtisar buku yang mencolok apalagi suatu karya sastra yang
dalam bentuk novel, tentunya dalam menentukan ikhtisar buku sangatlah berbeda dengan
menentukan ikhtisar buku pada karangan non fiksi. Jika anda akan meresensi novel maka
sebaiknya untuk menentukan bagian ini anda tulis ketika menemukan kejadian-kejadian yang
penting dalam novel tersebut.

3. Pengarang
Dalam membuat suatu resensi karya sastra maka anda harus mengetahui pengarang dari karya
tersebut yang biasanya nama pengarang diletakkan oada bagian depan buku dan biasanya dalam
poin pengarang ini anda tidak hanya cukup menuliskan nama pengarang saja namun anda juga
biasanya dituntut untuk sedikit mengulik latar belakang pengarang karya tersebut.
4. Kelemahan dan keunggulan karya tersebut
Jelas sekali dalam membuat suatu resensi bahwa anda harus dituntut memberikan gambaran
mengenai kelemahan dan keunggulan dari karya tersebut. Hal ini juga sebenarnya dapat
membuat anda secara tidak langsung berlatih untuk lebih kritis dan imajinatif terhadap suatu
karya seseorang.

TUGAS INDIVIDU 1:

Anda mungkin juga menyukai