Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SITI LILYA MA’RIFAH

NIM : P1337420516056
KELAS : GATOTKACA 2

A. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita
serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien
dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal
dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang
dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003).Perawatan paliatif merupakan
perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta
untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada
perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di
hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai
bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk,
2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual
(Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien
yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan
hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit
dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang
normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien
terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik
dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai
martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013) dan
Aziz,Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prinsip pelayanan perawatan paliatif
yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik
lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap
kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau
menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual,
memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan
dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan
pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project
dalam Campbell (2013), meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien
dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam
kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan
keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif
berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga
sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi
yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk
dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat,
farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah,
pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif
adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan
oleh penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam
memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan,
membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap
individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan
kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta
kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang
tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus
bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi,
kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis
kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat
mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan
evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

B. Lingkup kegiatan perawatan paliatif


a. Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
 Penatalaksanaan nyeri.
 Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
 Asuhan keperawatan
 Dukungan psikologis
 Dukungan sosial
 Dukungan kultural dan spiritual
 Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement).
b. Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah. Aspek midokelegal dalam perawatan paliatif di
ruang kritis :
1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif.
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
 Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi
dapat dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh Tim Perawatan
paliatif.
 Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada
saat pasien memasuki atau memulai perawatan paliatif.
 Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk
membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat
diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consentmenjelang ia kehilangan kompetensinya.
 Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat
keputusan tidak resusitasi, kecuali telah dipesankan dalam
advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan
tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut,
permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekat dapat
dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
 Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak
melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini,
yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan
resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki
kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
3. Perawatan pasien paliatif di ICU
 Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti
ketentuan-ketentuan umum yang berlaku sebagaimana diuraikan di
atas.
 Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan
penghentian peralatan life-supporting.
4. Beberapa karakteristik perawat paliatif di ruangan kritis :
 Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
 Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses
yang normal.
 Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
 Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan
pasien.
 Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
 Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit
dan setelah kematian.
 Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika
diindikasikan.
 Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif
memengaruhi perjalanan penyakit.
 Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk
memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan
mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih memahami dan
mengelola komplikasi klinis yang berat.

Anda mungkin juga menyukai