Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muh.

Ivan Fadila Idris

Nim : 200511502023

Kelas : BSI B

Mata Kuliah : Sastra Nusantara

Tradisi Uang Panai

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pernikahan merupakan hal yang telah ada dalam kehidupan dan hadir
dikeseharian kita. Arti dari pernikahan itu sendiri adalah menjodohkan atau
menggabungkan dua insan manusia melalui proses akad yang menghalalkan pergaulan
antara laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan(mahram sehingga dengan akad
tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan serta diliputi rasa serta kasih
sayang dikedua pasangan tersebut.
Kata dari pernikahan sama dengan sebutan perkwainan. Pernikahan dilakukan
bukanlah hanya semata-mata untuk menggabungkan pasangan saja tetapi, dengan
dibentuknya suatu pernikahan dapat menyusun batrah rumah tangga yang
sakinah,mawadah dan warohmah maka itulah yang dimaksud dengan keluarga(rumah
tangga).
Pada proses perkawinan di setiap daerah memiliki budaya atau ciri khas
masingmasing, dari acara pra nikah hingga pasca menikah memiliki keunikan yang
menarik. Ketika melangsungkan pernikahan yaitu menyatukan dua insan yang saling
mencintai, namun, tidak hanya itu bahkan terdapat hal seperti status sosial, ekonomi,
budaya dari kedua belah pihak yang akan dipertimbangkan. Pernikahan merupakan
upacara untuk mengikat janji agar saling bersama dan itu adalah sebuah hal yang sakral
dalam kehidupan. Karena pernikahan hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup lalu
dalam pernikahan juga melibatkan berbagai pihak seperti keluarga, kerabat yang akan
menjadi saksi dalam pernikahan calon tersebut.
Salah satu budaya yang ada di Indonesia adalah suku Bugis. Budaya bugis yang
menarik ialah ketika akan melakukan acara pernikahan yaitu tradisi uang panai atau biasa
disebut dengan dui’ menre. Ketika mendengar uang panai ini budaya bugis yang tidak
asing di kalangan masyarakat umum, ketika masyarakat mendegar suku bugis maka
masyarakat akan berfikir kalau anak perempuan dari suku bugis memiliki mahar yang
mahal dan itu dilihat dari tingkat pendidikan dan status sosial calon mempelai perempuan
tersebut.
Dalam trasdisi Uang panai ini yang mana setiap calon keluarga bertemu dan
membicarakan mengenai biaya pernikahan yang akan digelar. Lalu, biaya pernikahan
tersebut tergantung dari kebutuhan setiap calon mempelai dari kebutuhan pokok seperti
jumlah konsumsi, undangan lalu acara pernikahan tersebut akan digelar semeriah
mungkin atau tidak. Salah satu film Indonesia yang berjudul Uang Panai ini menceritakan
tentang ketika ada seorang lelaki yang ingin melamar wanita, lalu di adakanlah
pertemuan antara kedua keluarga calon mempelai untuk membicarakan uang panai
tersebut namun ketika proses negoisasi berjalan, pihak mempelai perempuan ingin
meminta uang panai yang cukup tinggi dan hal itu membuat lelaki tersebut tidak sanggup
dengan persyaratan uang panai yang diberikan.
Apabila tidak ada uang panai maka tidak ada pula acara pernikahan kedua
mempelai tersebut. Karena, budaya suku bugis apabila tidak merayakan pesta pernikahan
dengan mewah maka masyarakat akan berpikir ada sesuatu hal buruk yang terjadi, oleh
sebab itu etnis bugis melaksanakan pesta pernikahan semewah mungkin. Lalu, uang
panai tersebut adalah salah satu cara etnis bugis untuk menghargai anak perempuannya
jadi oleh karena itu uang panai perempuan cukup tinggi. Sehingga, dalam pertemuan
tersebut terjadilah negoisasi antara kedua pihak mempelai untuk mendapatkan
kesepakatan dalam menentukan uang panai yang akan dikeluarkan. Akan tetapi, apabila
dalam pertemuan negoisasi uang panai dan ada salah satu anggota dari pihak mempelai
pria ataupun perempuan yang memiliki jabatan tinggi atua tokoh masyarakat di daerah
tempat tinggalnya maka dari pihak perempuan tidak bisa menolak uang panai yang
ditentukan oleh pihak laki-laki, karena suku bugis dalam menghargai seseorang itu cukup
tinggi dan memiliki rasa malu yang tinggi apabila menolaknya. Oleh sebab itu, adanya
peran juru bicara sebagai negosiator dalam pertemuan tersebut dan hal itu akan
mempengaruhi jumlah uang panai tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Tradisi Adat Pernikahan Uang Panai Suku Bugis di Makassar diharuskan?

C. TUJUAN PENULISAN
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar dapat digunakan sebagai bahan
informasi,wawasan dan pengetahuan kita semua mengenai sebuah hal pernikahan yang
terbilang sangat tradisi akan adat istiadat dan buadaya masyarakat daerah yang terkesan
unik, sakral dan memiliki nilai makna yang berbeda serta juga memberikan arti dari
sebuah pernikahan sesungguhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. UANG PANAI DALAM TRADISI ADAT DAN BUDAYA MASYARAKAT SUKU
BUGIS DI MAKASSAR,SULAWESI SELATAN.

Sebagai orang Indonesia, adat dan budaya tentu mempunyai peranan besar dalam
keseharian daerahnya masing-masing. Karena itu wajar jika pada hari pernikahan(hari
besar) dalam hidup seseorang, kita mampu menginterprestasikan adat dan budaya suku
masing-masing daerah. Namun, rangkain acar pernikahan adat seringkali terkesan rumit
dan proses waktu yang sangat panjang sehingga banyak orang yang sekarang yang calon
pengantin lebih memilih pernikahan secara modern.

Prosesi pernikahan adat adalah suatu hal yang sakral,setiap tahapan dan ritual
yang dijalani mengandung makna dan doa yang berbeda. Di dalam adat suku bugis,adat
pernikahan yang sangat khas dan terkenal ialah tradisi “ Uang Panai atau Panaik”.
Uang Panai atau uang belanja untuk pengantin mempelai wanita yang diberikan oleh
pengantin pria. Uang Panai ini sejak dulu berlaku sebagai mahar jika pria ingin melamar
wanita idamannya. Akan tetapi, tradisi ini menadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan
disebabkan menjadi beban bagi mempelai pria untuk meminang wanita pujaannya.

Hal tersebut bisa dikatakan sangat sulit karena dari nilai Uang Panai sebagai
syarat adat untuk membiayai acara pernikahan untuk pengantin tidaklah sedikit. Dan
bahkan,bisa mencapai miliaran rupiah bisa dilihat berdasarkan latar belakang dari
mempelai wanita yang jadi calon pengantinnya. Uang Panai memiliki kelas atau tingkat
besar biaya yang harus ditanggung berdasarkan latar belakang mempelai perempuan
tersebut, contohnya [ strata, kecantikan,pendidikan,keluarga dan pekerjaan].

Sebagai contohnya, jika Uang Panai perempuan lulusan SMA senilai


Rp50.000.000; maka Uang Panai bagi gadis berpendidikan S1 bisa mencapai
Rp75.000.000-Rp100.000.000. Dan bahkan jika perempuan berketurunan bangsawan,
nilai Uang Panai bisa mencapai miliaran rupiah. Dan masih banyak hal lagi yang bisa
dijadikan faktor nilai Uang Panai tersebut. Namun, dengan banyak hal dipertimbangkan
Uang Panai biasanya masih bisa di diskusikan oleh kedua keluarga calon mempelai
dengan dilakukannya tawar-menawar tentang jumlah Uang Panai yang diberikan, bahkan
ada sebagian kecil masyarakat suku bugis melakukan pernikahan berlangsung kepada
wanita yang belum mencapai sekolah jenjang tinggi atau hanya sebatas tamat SMP atau
SMA saja. Sebagian masyarakat suku bugis ada yang mengatakan bahwa Uang Panai itu
berbeda dengan mahar, dikarenakan uang mahar ada tersendiri.

Tradisi lain menyebutkan, Panaik adalah model dan pengejawantahan dari


kebiasaan suku Bugis yang memang seorang pelaut dari.Para sang pria terbiasa untuk
berkelana ke lautan luas untuk mencari rejeki dan sepulangnya dari melaut, mereka
melamar gadis pujaan yang menunggu mereka. Namun pada nyantanya sekarang, Uang
Panai kerap menimbulkan kontroversi.Selain karena pria Bugis kini tak hanya berprofesi
sebagai pelaut, juga dinilai wujud komersial “membeli” wanita untuk diperistri. Juga ada
yang menimbang dari sisi agama, bahwa Uang Panai bukanlah mahar yang disyariatkan.

“KISAH RISNA YANG MEMILUKAN “

Sebuah kisah nyata yang terjadi di daerah Makassar,Sulawesi Selatan yaitu yang
dialami oleh seorang wanita berusia 24 tahun bernama Risna. Ia merupakan salah satu
tamu undangan dalam acara pernikahan mantan pacarnya. Awalnya tampak biasa saja
akan tetapi, setibanya Risna naik keatas panggung untuk prosesi salaman dan ucapan
selamat kepada sang pengantin tiba tiba Risna langsung memeluk sang pengantin pria
dan menangis terseduh. Lantas, sang pengantin wanita dan pihak kelaurga serta tamu
undangan yang hadir pun bingung apa yang terjadi pada wanita tersebut hingga bersedih
sambil memeluk pengantin pria. Hingga akhirnya tahu bahwa, Risna merupakan mantan
pacarnya dari mempelai pria dan juga sebagai mantan calon istrinya. Kegagalan nikah
yang terjadi pada Risna disebabkan oleh faktor Tradisi pernikahan Uang Panai yang tidak
cukup untuk meminang Risna sehingga sang pria ditolak oleh pihak keluarga Risna atas
alasan tersebut. Hal ini sangat menyedihkan bila kita lihat dan rasakan namun, walau
bagaimanapun yang dinamakan sebuah tradisi akan tetap selalu ada dan dijalani sesuai
aturan dan budayanya masing-masing.

B. Uang Panai Dari Sudut Pandang Budaya


Uang panai dari segi budaya dapat diketahui dari sejarah uang panai yang bermula
dari seorang putri bangsawan Bugis yang begitu menarik sehingga pria asal Belanda jatuh
hati kepada putri raja tersebut dan ingin menikahinya. Namun sang raja yang tidak ingin
putrinya disentuh oleh laki-laki manapun, akhirnya memberikan syarat yang saat ini kita
kenal dengan uang panai. Pengajaran serta makna yang terkandung dalam uang panai jika
ditinjau dari sudut pandang budaya. Uang panai merupakan bentuk penghargaan dari
pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang begitu ia cintai dan rela melakukan
segalanya termasuk syarat uang panai yang tidak menjadi berat bahkan menjadi beban,
sebab lakilaki tersebut ikhlas berusaha keras dalam memenuhi peryaratan keluarga
perempuan yang ia cintai. Jadi makna yang sebenarnya terkandung dalam uang panai
sangat berharga, bahkan dapat dijadikan sebagai motivasi dalam mewujudkan keinginan
dalam memperoleh apa yang diinginkan, apalagi hal ini berkaitan dengan calon
pendamping hidup. Sehingga uang panai bukan lagi sebagai beban yang menyebabkan
berbagai permasalahan sosial. Makna sebenarnya yang terkandung dalam uang panai
adalah bentuk penghargaan dan kerja keras seorang laki-laki. . Jika kita melihat beberapa
budaya pernikahan, uang panai merupakan bentuk budaya perkawinan yang memberikan
pemahaman arti kerja keras dan bentuk penghormatan atau penghargaan jika ditinjau dari
sudut pandang budaya.Sebab nilai-nilai yang terkandung dalam uang panai sangat
dipengaruhi oleh perkembangan zaman.sehingga yang terlihat saat ini makna
sesungguhnya dari uang panai telah terlupakan hingga berubah dan masyarakat kurang
mengetahui atau bahkan tidak tahu akan hal tersebut.
C. TRADISI ADAT PERNIKAHAN UANG PANAI YANG TERBILANG MAHAL.

Nilai Uang Panai dalam adat dan budaya pernikahan Suku Bugis yang dikenal
sangat mahal kerap dipertanyakan. Konon, zaman dahulu para orang tua ingin melihat
keseriusan sang mempelai pria dalam melamar anak wanitanya, sehingga sang mempelai
pria benar-benar berusaha mengupayakan Uang Panai untuk mendapatkan wanita pujaan
hatinya dan dari sinilah akan terlihat bahwa keseriusan dan kesungguhan sang pria dalam
menjalani pilihan rumah tangga dan membangun keluarga.

Makanya susah untuk mendapatkan orang atau wanita Suku Bugis Makassar,tapi
susah pula lepasnya atau bercerai. Mengenai persoalan perceraian atau putusnya
hubungan pernikahan, telah diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dalam Pasal 38 dan 39 ayat(2) yang berbunyi : Pasal 38 Perkawinan dapat putus
karena: a. Kematian, b. Perceraian dan c. atas keputusan Pengadilan. Pasal 39 ayat (2)
Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak
akan dapat rukun sebagai suami isteri. Selanjutnya dalam artian tingginya harga Uang
Panai akan membuat pihak pria akan berpikir panjang untuk menceraikan istrinya karena
ia sudah berkorban banyak untuk mempersuntingkan istrinya.

Salah satu petua di Suku Bugis Makassar atau salah satu Dosen di Universitas
Hasanuddin Makassar mengatakan bahwa mahalnya Uang Panai merupakan penghargaan
bagi sang pria kepada sang mempelai wanita yang ingin di peristri. Dengan adanya adat
dan kebudayaan Uang Panai tersebut ,menunjukan dengan jelas bahwa masyarakat bugis
sangat menghargai keberadaan perempuan sebagai mahluk Tuhan yang sangat berharga
sehingga tidak sembarang orang dapat meminang wanita khususnya wanita di Suku
Bugis. Dan ada juga yang berpendapat alasan kenapa Tradisi ini sangatlah mahal yaitu
dikarenakan menurut masyarakat tradsi Suku Bugis itu merupakan salah satu cara yang
sangat berhubungan dengan cinta yang dihasilkan dari pernikahan. Cinta adalah hal yang
sangat mahal dan tidak sembaranga orang bisa mendapatkannya. Tidak hanya sembarang
cantik,tapi juga baik dan berkualitas. Itulah nilai yang diangkat oleh Tradisi Uang Panai
di suku Bugis Makassar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebudayaan daerah merupakan suatu kebiasaan yang telah dilakukan oleh
seorang individu atau sekelompok orang dalam kesehariannya dengan maksud dan tujuan
agar tetap melestarikan serta mempertahankan sisi baik dan nilai budaya yang telah
dimiliki sebelumnya. Tradisi Adat Pernikahan yang terjadi di Suku Bugis bisa dikatakan
sangat unik dan menarik untuk kita ketahui dan fahami sebab di dalam masyarakat
Makassar mereka menilai bahwa sebuah pernikahan atau perkawinan itu merupakan hal
yang sangat dihargai dan dihormati dikarenakan Tradisi Uang Panai yang mereka maksud
memiliki arti sebuah penghargaan kepada sang mempelai pengantin dalam membangun
sebuah keluarga atau rumah tangga yang mereka anggap bahwa pernikahan bukanlah hal
yang mudah atau sebagai hubungan pasangan yang biasa saja tetapi sebuah perjalanan
yang diperjuangkan dengan upaya keras yang dilakukan sang mempelai pria dalam
mendapatkan sang mempelai wanita dengan dibuktikan kesungguhan dan sikap
keseriusan, juga menghargai sebuah latar belakang setiap orang(teruntuk mempelai
wanita), serta mengajarkan arti sebuah kesetiaan dalam berumah tangga. status sosial
perempuan sangat menentukan tinggih dan rendahnya uang panai. Status sosial tersebut
meliputi Ketuurunan Bangsawan, Kondisi fisik, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan
Status Ekonomi perempuan.Saat ini uang panai sudah dianggap sebagai siri atau harga
diri seorang perempuan dan keluarga.

B. SARAN
Untuk menjadikan Kebudayaan Daerah dinilai sangat penting oleh seluruh
masyarakat banyak yaitu dengan memberikan kesan dan pesan yang baik kepada orang
banyak bahwa sebuah kebudayaan dan adat tradisi daerah merupakan hal yang
menjadikan kita lebih dikenal oleh orang lain dan dihargai karena perbedaaan yang
berkarakter positif. Agar masyarakat Makassar atau Suku Bugis itu sendiri tidak
melupakan dan meninggalkan kebudayaan pernikahan daerahnya dengan cara lebih
meringankan nilai Uang Panai, tidak terlalu memaksakan kehendak dari sang mempelai
dan mempermudah proses pernikahan namun tetap menjunjung tinggi nilai leluhur
budaya dan adat istiadat daerah, agar mengurangi kasus silariang dan persaingan gengsi
uang panai dikalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
https://fathuratunk.wordpress.com/article/tradisi-uang-panai-dalam-adat-pernikahan-
suku-bugis/

https://regional.kompas.com/read/2017/03/13/08532951/.uang.panai.tanda.penghargaan.untu
k.meminang.gadis.bugis-makassar

Rika.Elvira. 2014a.Ingkar Janji Atas Kesepakatan Uang Belanja (uang panai) dalam Perkawinan
Suku Bugis Makassar. Skripsi. Bagian hukum perdataan. Universitas Hasanuddin Makassar. Hlm:
13

Anda mungkin juga menyukai