Anda di halaman 1dari 16

Biaya relevan dan keputusan manajemen

Kelompok 5 :

1. Hofifa
2. Marisa dwi santika
3. Marisa yudia castila
4. Nur muhammad mansyur
5. Nurholipah
6. Panji alfian

Universitas pamulang
Tangerang selatan
2022
abstrack
Pengambilan keputusan dilakukan untuk menjawab atau menyelesaikan masalah yang terjadi.
Keputusan yang baik akan sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas informasi yang dimiliki
oleh perusahaan. Pihak manajemen tidak dapat melakukan pengambilan keputusan dengan
tepat tanpa suatu informasi yang tepat yang dapat mendukung keputusan tersebut. Agar pihak
manajemen bisa melakukan pengambilan keputusan di antara alternatif yang ada maka pihak
manajemen harus bisa melakukan analisa terhadap alternatif yang ada. Salah satu metode yang
dapat dilakukan untuk membantu menganalisa alternatif adalah dengan melakukan analisa
terhadap biaya relevan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan keputusan yang
harus diambil yaitu mempertahankan atau menghentikan segmen produksi makanan ringan
potato. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan CV. Podo Kumpul merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang produksi makanan ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keputusan perusahaan menghentikan segmen produksi makanan ringan potato tidak tepat.
Hasil perhitungan laba rugi berdasarkan variabel costing menunjukkan segmen margin makanan
ringan potato positif yaitu sebesar Rp 46.797.923,00. Berdasarkan hal tersebut maka pihak
perusahaan seharusnya tetap mempertahankan produksi makanan ringan potato.

Kata Kunci: Biaya Relevan, Menghentikan Segmen Perusahaan, Mempertahankan Segmen


Perusahaan
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah serta petunjuknya, makalah ini dengan judul materi “Pengambilan Keputusan
Taktis” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta
kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah
ini. Sehingga penyusunan materi ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu
apapun. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan selaku penyusun, memohon
maaf apabila dalam penyusunan materi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Daftar isi
2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen
Menurut Hansen dan Mowen (2009) sistem informasi akuntansi pada suatu organisasi memiliki
dua subsistem utama yaitu sistem akuntansi manajemen dan sistem akuntansi keuangan.
Kedua subsistem akuntansi tersebut berbeda tujuannya, sifat masukannya, dan jenis proses
yang dipergunakan untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Sistem
akuntansi keuangan berhubungan terutama dengan penyediaan output laporan keuangan pihak
eksternal. Tujuan akuntansi eksternal adalah menyusun laporan keuangan keuangan bagi pihak
eksternal seperti investor, kreditor, lembaga pemerintah, dan pihak eksternal lainnya sesuai
dengan aturan dan ketentuan tertentu. Sistem akuntansi manajemen menghasilkan informasi
untuk pengguna internal, seperti manajer, eksekutif, dan pekerja. Akuntansi manajemen
mengidentifikasi dan melaporkan informasi yang bermanfaat bagi pihak internal dalam
merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan. Informasi akuntansi manajemen
dapat membantu para manajer mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan
mengevaluasi kinerja. Informasi ini dibutuhkan dan dipergunakan dalam semua tahap
manajemen, termasuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

Menurut Mulyadi (2001) akuntansi manajemen dapat dipandang dari 2 sudut, yaitu
1. Akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi, yang merupakan suatu sistem
peugelolaan informasi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuaugan bagi
kepentingan pemakai intern organisasi.
2. Akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi, yang merupakan tipe informasi
kuantitatif yang menggunakan uang sebagai satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu
manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan.

Menurut Hansen dan Mowen (2009) sistem akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan
umum yaitu :
1. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan
tujuan lain yang diinginkan manajemen.

2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan. Pengendalian,


pengevaluasian. dan perbaikan berkelanjutan.
3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan. Pada dasarnya, para manajer
memerlukan informasi keuangan sebagat dasar untuk mengambil keputusan mengenai bagian
yang dipimpinnya dalam melaksanakan fungsi manajemen Dalam hal fungsi manajemen,
Garrison (2000) mengidentifikasikan bahwa terdapat empat fungsi utama dalam manajemen
sebagai berikut :
1. Perencanaan Dalam perencanaan. manajer merancang beberapa langkah yang akan diambil
dalam upaya menggerakkan organisasi kearah sasarannya.
2. Pengorganisasian dan Pengarahan Dalam pengorganisasian. manajer memutuskan bagaimana
cara terbaik mengkombinasikan sumber daya manusia dengan sumber daya ekonomi lain yang
menjadi milik perusahaan agar dapat menjalankan rencana yang sudah diterapkan. Dalam
pengarahan, manajer memimpin aktifitas seharihari dan mempertahankan organisasi agar
berfungsi secara lancar.
3. Pengendalian Dalam Pengendalian, manajer mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk memastikan bahwa setiap bagian organisasi berfungsi dengan efektifitas yang maksimal.
4. Pengambilan Keputusan Dalam pengambilan keputusan, manajer berusaha membuat pilihan
yang masuk akal diantara alternatif yang ada.
Pada hakekatnva pengambilan keputusan merupakan prasayarat dasar yang harus dipenuhi
lebih dahulu untuk setiap kegiatan manajemen, tugas sistem informasi manajemen adalah
memudahkan pengambilan keputusan yang diperlukan untuk perencanaan. pengorganisasian
dan pengendalian pekerjaan.
Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut di atas manajer membutuhkan informasi yang akurat.
Informasi yang ada di perusahaan terdiri dari bermacammacam bentuknya baik kuantitatif
maupun kualitatif, sehingga ditemui kesulitan untuk memilih informasi mana yang berguna bagi
manajemen dalam menjalankan fungsinya.
Informasi akuntansi adalah menyediakan informasi yang bersifat keuangan. Akuntansi
membantu kebutuhan informasi untuk perencanaan.
Memusatkan perhatian pada penyimpangan rencana. mengarahkan operasi sehari-hari dan
mencapai peuyelesaian terbaik sehubungan dengan masalah operasi yang dihadapi organisasi.
Informasi akuntansi merupakan faktor yang sangat penting dalam membantu manajemen
menyediakan data. Perusahaan membuat laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum untuk kepentingan pihak eksternal dalam setiap periode. Laporan
keuangan tersebut dapat memberikan informasi kepada pihak pihak eksternal menegnai
bagaimana kinerja perusahaan selama satu periode. Namun, bagi pihak internal perushaaan,
informasi yang diperoleh dari laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku secara umum itu tidaklah cukup. Informasi yang dibutuhkan untuk tujuan internal
sering kali berbeda dari informasi yang diperlukan pelaporan ekternal. Untuk membuat
keputusan strategis, seorang manajer membutuhkan lebih dari sekedar ikhtisar informasi yang
terdapat dalam laporan laba-rugi perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan manajer dan pihak
internal lain di dalam perusahaan, dapat dibuat suatu bentuk laporan yang berbeda dengan
laporan yang diperuntukan bagi pihak ekternal. Pelaporan segmen yang disusun dengan dasar
perhitungan biaya variabel merupakan salah satu bentuk laporan yang tidak mengikuti
ketentuan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Perhitungan biaya varabel sebagai metode perhitungan biaya produk memang tidak
diperkenankan untuk digunakan dalam pelaporan eksternal yang diisyaratkan untuk keperluan
pelaporan kepada pihak ekternal ialah perhitungan biaya absorpsi. Meskipun begitu, untuk
kepentingan
internal perhitungan biaya variabel dapat dipergunakan karena mampu memberikan informasi
biaya yang penting bagi seorang manajer untuk proses pengambilan keputusan dan
pengendalian.

2.2 Penggolongan Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2009) Biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa, yang diharapkan
memberikan manfaat pada saat ini atau masa datang bagi organisasi. Biaya dikeluarkan untuk
mendapatkan manfaat di masa depan. Pada perusahaan yang berorientasi laba, manfaat masa
depan biasanya berarti pendapatan. Jika biaya telah dihabiskan dalam proses pendapatan, maka
biaya tersebut dinyatakan expired. Biaya yang telah expired tersebut disebut dengan beban.
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, berdasarkan perilaku biaya, berdasarkan
akuntansi pertanggung jawaban, berdasarkan sifat penelusuran terhadap objek biaya

2.2.1 Klasifikasi Biaya berdasarkan fungsi Menurut Hansen dan Mowen (2009) Biaya
dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama: produksi dan nonproduksi. Pada
perusahaan manufaktur yang memproduksi barang-barang berwujud biasanya menggunakan
biaya produksi sedangkan pada perusahaan jasa yang hanya memberikan pelayanan kepada
konsumen biasanya menggunakan biaya non produksi dan keduanya sering disebut sebagai
biaya manufaktur dan biaya non manufaktur.
Selanjutnya biaya produksi yang diklasifikasikan menurut fungsinya diuraikan sebagai berikut.
1. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa. Biaya produksi merupakan biaya yang timbul darn kegiatan produksi untuk
mengolah dan mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual.
Biaya produksi dapat dikiasifikasikan lebih lanjut menjadi:
a. Biaya Bahan Baku Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk
selesai dan pemakainnya dapat diidentifikasikan secara langsung atau merupakan bagian
integral dari produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam
bahan baku yang dipakai di dalam kegiatan pengolahan produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya
dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya manfaatnva pada produk tertentu. Biaya tenaga
kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja
langsung dan jejak manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu.
c. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya Non produksi Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi
perancangan, pengembangan, adminnistrasi umum, pemasaran, distribusi, dan layanan
pelanggan. Terdapat dua kategori biaya non produksi yang lazim yatu biaya penjualan dan
biaya administrasi. Biaya pemasaran, distribusi, dan layanan pelanggan di ditempatkan
dalam situ kategori umum yaitu biaya penjualan. Sedangkan biaya perancangan,
pengembangan dan administrasi umum ditempatkan dalam kategon biaya admánistrasi.
Biaya penjualan merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk memasarkan dan
mendistribusikan produk atau jasa serta melayani pelanggan. Contoh biaya penjualan
meliputi gaji dan komisi tenaga penjual, biaya iklan, dan biaya pengiriman barang. Biaya
administrasi merupakan seluruh biaya yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan,
dan administrasi umum pada organisasi yang tidak dapat dibebankan ke pemasaran ataupun
produksi. Contoh biaya administrasi adalah biaya perancangan dan pengembangan produk
baru, gaji eksekutif perusahaan, gaji pegawai bagian keuangan, dan biaya legal (hukum).
2.2.2 Klasifikasi Biaya Sesuai dengan Perilaku
Biaya Perilaku biaya menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan
output. Beberapa biaya berubah sejalan dengan perubahan output, namun biaya-biaya lain
bersifat tetap dan tidak akan berubah ketika output berubah. Berdasarkan perilakunya,.
biaya dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu
biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (voriable cost), dan biaya campuran (mixed cost).
1. Biaya tetap Selanjutnya, Hansen dan Mowen (2009) menjelaskan bahwa “Biaya tetap
adalah suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah”. Secara total biaya
tetap tidak berubah, akan tetapi biaya tetap per unit produk akan menjadi lebih kecil apabila
jumlah aktivitas yang dilakukan dan jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak.
Adakalanya biaya tetap akan tetap konstan/tidak berubah hanya sepanjang rentang yang
relevan, artinya dalam satu tingkat kapasitas tertentu biaya ini bersifat tetap, namun apabila
ada peningkatan kapasitas, total biaya tetap ini juga akan meningkat. Contoh biaya tetap
adalah biaya penyusutan, biaya sewa gedung dan biaya sewa mesin.
2. Biaya Variabel Menurut Hansen dan Mowen (2009) “Biaya vanabel adalah biaya yang
jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output”. Jadi total biaya
variabel akan berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas tetapi biaya
variabel per unit akan tetap konstan. Contoh biaya variabel ini adalah biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya Campuran Menurut Hansen dan Mowen (2009) “Biaya campuran adalah biaya yang
memiliki komponen tetap dan variabel”. Carter dan Usry
(2006) mendefinisikan biaya campuran atau semi varlabel sebagai biaya yang
memperlihatkan baik karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel.
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah secara tidak proporsional karena di dalamnya
mengandung unsur biaya tetap dan juga biaya variabel. Untuk merencanakan, menganalisis,
mengendalikan atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya tetap
dan biaya variabel harus dipisahkan. Biaya-blaya yang seluruhnya tetap atau seluruhnya
variabel dalam rentang aktivitas yang diantisipasi harus diidentifikasi, dan komponen tetap
dan variabel dan biaya semivariabel harus diestimasikan.

2.2.3 Klasifikasi biaya berdasarkan akuntansi pertanggungjawaban Laporan segmen mampu


menyediakan informasi yang berharga mengenai berbagai biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajer segmen. Berdasarkan pertangg ungjawaban seorang manajer segmen, biaya
dapat dikategorikan menjadi biaya terkendali (controllable cost) dan biaya tidak terkendali
(uncontrollable cost).
1. Biaya Terkendali (Controllable cost) Menurut Hilton (2005) ”If a manager can control or
heavily influence the level of a cost, then that cost is classified as a controllable cost of that
manager”. Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dikendalikan dan
dipengaruhi oleh seorang manajer tertentu dalam jangka waktu tertentu Misalnya biaya
iklan dan komisi untuk jasa pemasaran yang menjadi tanggung jawab manajer marketing
merupakan biaya yang dapat dikendalikan bagi manajer marketing.

2. Biaya Tidak Terkendali (Uncontrollable cost) Menurut Hilton (2005) “Cost that a manager
cannot influence significantly are classified as uncontrollable costs of that manager”. Biaya
tidak terkendali adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tertentu
berdasarkan wewenang yang dia miliki dan dalam jangka waktu tertentu. Contoh biaya yang
tidak dapat dikendalikan adalah gaji manajer puncak dan biaya tingkat korporasi seperti
biaya penelitian dan pelatihan.

2.2.4. Klasifikasi Biaya berdasarkan sifat penelusuran terhadap obyeknya Biaya dapat secara
langsung atau tidak langsung berkaitan dengan objek biaya. Objek biaya dapat berupa apa
pun, seperti produk, pelanggan, departemen proyek, aktivitas, dan sebagainya, yang diukur
biayanya dan dibebani biaya. Pembebanan biaya secara akurat ke objek biaya sangatlah
penting. Untuk dapat mengevaluasi kinerja dari masing-masing segmen dengan baik, perlu
diketahui biaya-biaya mana yang dapat ditelusuri secara langsung ke suatu segmen.
Berdasarkan penelusuran ke objek biaya, biaya dikelompokan menjadi dua kategori yaitu
biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
1. Biaya Langsung (Direct Cost) Menurut Hilton (2005) “A cost that can be traced to a
particular department is called a direct cost of a department” Biaya langsung adalah
biaya yang terjadi pada suatu segmen dan terjadinya karena adanya segmen tersebut. Biaya
ini merupakan biaya yang dapat ditelusuri dengan jelas dan nyata ke bagian segmen
tertentu yang akan dianalisa.

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Menurut Hilton (2005) “A cost that is t directly
traceable to a particular department is called an indirect cost of the department”. Biaya
tidak Langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berkaitan dengan segmen Contoh
biaya tidak langsung adalah gaji dan eksekutif perusahaan.

2.2.5 Klasifikasi Biaya Sesuai dengan Tujuan Pengambilan Keputusan Untuk tujuan
pengambilan keputusan manajemen, data biaya dikelompokkan ke dalam :
1. Biaya Relevan Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda pada berbagai
macam alternatif. Biaya relevan berpengaruh dalam pengambilan keputusan, sehingga
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
2. Biaya Tidak Relevan Biaya tidak relevan adalah biaya yang tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan.

2.3 Konsep Biaya relevan dalam Pengambilan Keputusan Semua bentuk pengambilan
keputusan oleh manajemen harus mempertimbangkan semua faktor yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, salah satu faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah faktor biaya yang disebut dengan biaya relevan.
Menurut Mulyadi (1992) biaya relevan adalah biaya masa yang akan datang yang
diperkirakan akan berbeda atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan
pemilihan diantara berbbagai macam alternatif.
Oleh karena itu, biaya tersebut adalah relevan dengan analisis yang dilakukan dalam
pengambilan keputusan tersebut. Biaya relevan menurut Supriyono (1992) meliputi
semua biaya yang akan terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan, karena itu
biaya tersebut harus dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan tertentu
tersebut. Selain itu, biaya relevan menurut Hansen & Mowen (2009) merupakan biaya
masa depan yang berbeda pada setiap alternatif. Semua keputusan berhubungan
dengan masa depan sehingga hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan
dengan keputusan. Namun, untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya harus
merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan
alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat pada lebih dari satu alternatif
maka biaya tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan. Biaya demikian
disebut biaya tidak relevan. Kemampuan untuk mengidentifikasi biaya relevan dan tak
relevan merupakan suatu keterampilan pengambilan keputusan yang penting. Biaya
relevan untuk pengambilan keputusan didasarkan kepada konsep “different analysis for
different purposes”, yang berarti bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlukan analisa
yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep biaya relevan untuk
berbagai pengambilan keputusan, yaitu:
1. Biaya Diferensial (Differntial Cost) adalah biaya yang berbeda pada berbagai alternatif
pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih. Dalam pengambilan keputusan, biaya
diferensial dibandingkan dengan penghasilan diferensial untuk menentukan besarnya laba
diferensial.
2. Biaya Treceabel (Treceable Cost) adalah yang dapat diakui jejaknya pada produk,
pesanan, pusat biaya, departemen, atau divisi tertentu di dalam suatu perusahaan.
3. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) adalah penghasilan atau penghematan biaya yang
dikorbankan karena dipilihnya satu alternatif tertentu, sehingga penghasilan atau
penghematan biaya tersebut perlu diperhitungkan sebagai biaya pada alternatif tertentu.
4. Biaya Incremental (Incremental Cost) adalah biaya-biaya yang ditambahkan atau biaya-
biaya yang tidak akan dikorbankan apabila suatu alternatif (proyek) tertentu tidak dipilih
untuk dilaksanakan.

2.4 Langkah-langkah Analisis Biaya Relevan Proses pengambilan keputusan memerlukan


data yang dapat diukur, dianalisa dengan tepat dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
Dalam pengambilan keputusan tidak ada aturan umum yang membedakan biaya ke
dalam biaya relevanatau tidak relevan,
maka dari itu untuk mengetahui mana yang merupakan biaya relevan diperlukan
analisis biaya yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghimpun seluruh biaya yangg berkaitan dengan masing-masing alternatif yang
dipertimbangkan.
2. Mengeliminasi sunk cost
3. Mengeliminasi biaya yang tidak berbeda diantara alternatif yang dipertimbangkan.
4. Mengambil kesimpulan berdasarkan data biaya lain yang tersisa, yang merupakan
biaya yang berbeda. Biaya tersebut merupakan biaya yang relevan dengan pengambilan
keputusan.

2.5 Penerapan Biaya Relevan untuk Pengambilan Keputusan Penerapan analisa biaya
relevan dapat bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Berikut
adalah jenis-jenis keputusan dalam analisis biaya relevan menurut Mulyadi (1997) :
1. Make or Buy decisions Keputusan atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen
terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari bebrbagai komponen dan yang
memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk
suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok luar
dapat memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya
untuk memproduksi sendiri komponen tersebut.

2. Keep or drop decisions Dalam perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam
keluarga produk atau product line atau yang memiliki berbagai departmen penghasil
laba, ada kalanya manajemen puncak menghadapi salah satu keluarga produknya salah
satu departemennya mengalami kerugian usaha yang diperkirakan ajkan berlangsung
terus. Dalam menghadapi kondisi ini manajemen perlu mempertimbangkan keputusan
menghentikan atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan usaha
departemen yang mengalami kerugian tersebut.

3. Special order decisions Pada umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan


kapasitas yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi beberapa tahuin yang akan
datang. Jika perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas yang hanya mampu
memenuhi permintaan pasar sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik
secara terus-menerus. Dengan demikian, umumnya perusahaan memiliki kapasitas yang
menganggur, yang sering sekali mendorong manajemen puncak untuk mempertimbangakan
penetapan harga jual dibawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang
demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak berdampak terhadap penjualan
yang reguler.
4. Decisions to sell process further Adakalanya manajemen puncak dihadapkan pada pilihan
menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi
produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan semacam ini,
informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan
diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.
2.6 Keputusan menghentikan atau Mempertahankan Segmen Lingkungan eksternal mungkin
mengakibatkan munculnya masalahmasalah yang dihadapi perusahaan. Masalah-masalh itu
meliputi:
1. Menurunnya volume penjualan
2. Menurunnya penjualan suatu produk sebagai bagian presentase dari total penjualan
3. Menurunnya pangsa pasar
4. Kenaikkan berbagai biaya tanpa diimbangi oleh kenaikan penjualan Apabila
suatuperusahaan mengalami masalh seperti di atas mungkin manajemen perusahaan
memutuskan untuk melanjutkan atau menghentikan suatu segmen yang mempunyai
keuntungan negatif. Pengambilan keputusan didasarkan pada segmented reporting yang
disusun berdasarkan variable costing. Suatu segmen dianggap tidak menguntungkan lagi
apabila memberikan keuntungan segmen margin yang negatif. Jika manajemen perusahaan
memutuskan untuk menutup suatu segmen, maka yang harus dipertimbangkan adalah laba
diferensial yaitu selisih antara pendapatan dan biaya diferensial. Laba diferensial disini
adalah pendapatan dan biaya yang berbeda apabila perusahaan menutup salah satu segmen
dengan tetapmelanjutkan suatu segmen meskipun memberikan keuntungan yang negatif.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah biaya yang dapat dihindari apabila salah satu
segmen ditutup atau diberhentikan. Biaya yang dapat dihindari adalah biaya yang tidak akan
terjadi apabila salah satu keputusan diambil. Misalnya biaya gaji manajer, biaya advertensi
untuk suatu segmen, biaya asuransi untuk suatu segmen. Biaya-biaya tersebut relevan untuk
dipertimbangkan. Biaya yang tidak dapat dihindari tidak relevan untuk pengambilan
keputusan, karena biaya tersebut tetap terjadi meskipun suatu segmen ditiadakan. Misalnya
biaya depresiasi, bunga, pajak bumi dan bangunan.

Biaya terbenam

Apa Itu Sunk Cost?


Secara bahasa, pengertian sunk cost adalah biaya dengan potensi kecil atau bahkan tidak
berpotensi sama sekali menghasilkan keuntungan di masa depan. Sementara itu di dunia
bisnis, pengertian sunk cost adalah biaya yang terlanjur dikeluarkan perusahaan dan tidak
mungkin didapatkan lagi, baik menghasilkan keuntungan atau tidak.

Perbedaan pengertian sunk cost dari segi bahasa dan bisnis terjadi karena tidak semua sunk
cost menghasilkan 100% kerugian bagi perusahaan.

Sebagai contoh, perusahaan mengeluarkan budget iklan Rp15 miliar selama 10 tahun
dengan pendapatan sebesar Rp500 miliar. Perusahaan tidak tahu berapa persentase
kontribusi iklan terhadap pendapatan, sehingga daripada susah menghitung dan riset,
perusahaan pun menggolongkan keseluruhan Rp15 miliar sebagai sunk cost.

Meski demikian, besar kecilnya sunk cost adalah salah satu indikator keberhasilan
perusahaan dalam menerapkan efisiensi. Semakin kecil rasio biaya pengorbanan dan
keuntungan, maka semakin kecil pula biaya sunk cost-nya.

Pengertian Sunk Cost Fallacy


Salah satu istilah paling populer dalam terminologi sunk cost adalah sunk cost fallacy, yaitu
kesalahan logika yang diambil untuk menghindari terjadinya sunk cost. Salah logika sunk
cost adalah salah satu kekeliruan paling sering dialami seseorang atau suatu bisnis saat ingin
meningkatkan efisiensi biaya.

Contoh sunk cost fallacy paling sering terjadi di kehidupan sehari-hari misalnya seseorang
salah beli tiket nonton film. Daripada rugi, akhirnya seseorang tersebut memutuskan tetap
menonton film. Bukannya merasa senang, di akhir film orang tersebut jadi tidak selera
makan, karena film barusan adalah film bergenre sadis.

Di dunia bisnis, contoh sunk cost fallacy misalnya perusahaan menolak membeli mesin baru
karena efisiensi biaya. Pada akhirnya, mesin-mesin yang ada sekarang dipaksa bekerja
melebihi kapasitas sehingga rusak semuanya. Akhirnya perusahaan harus membayar lebih
banyak biaya perawatan daripada biaya beli mesin baru.
Contoh Sunk Cost di Perusahaan
Agar Anda lebih memahami apa itu sunk cost, di bawah ini terdapat beberapa contoh sunk
cost di dunia bisnis, di antaranya:

Sunk Cost di Sektor Pemasaran


Contoh pertama sunk cost adalah yang terjadi di sektor pemasaran. Misalnya perusahaan
mengeluarkan biaya Facebook/Instagram Ads tiap bulan dengan jumlah sama bahkan
cenderung meningkat, berapapun penjualannya. Biaya promosi tersebut termasuk ke dalam
sunk cost.

Sunk Cost di Sektor Operasional


Contoh berikutnya sunk cost adalah penambahan mesin dan tenaga kerja di sektor
produksi/operasional. Jika analisanya kurang bagus, maka penambahan tersebut berpotensi
menjadi sunk cost yang tidak berkontribusi apa-apa pada produktivitas perusahaan.
Meskipun begitu, perusahaan juga tidak boleh terjebak dalam sunk cost fallacy, supaya tidak
mengalami kerugian lebih buruk.

Sunk Cost di Sektor Finansial


Pada dasarnya, besar tidaknya biaya sunk cost adalah tanggung jawab divisi finansial
perusahaan. Oleh karena itu, setiap kali menerima pengajuan anggaran biaya dari divisi lain,
orang bagian keuangan wajib kritis dan mengukur potensi terjadinya sunk cost dan
nominalnya.

Sunk Cost di Sektor Investasi


Contoh sunk cost di sektor investasi misalnya kerugian yang dialami perusahaan akibat
kegagalan dari suatu proyek. Sebagai contoh, perusahaan A telah menggelontorkan Rp2
milyar guna membangun kantor baru. Tapi, ternyata tanah tempat membangun kantor
adalah tanah rawan bencana, sehingga proyek pun terpaksa dihentikan setengah jalan.
Akhirnya, perusahaan pun kehilangan dana sebesar Rp2 miliar tadi.

Sunk Cost di Sektor Penelitian dan Pengembangan


Contoh sunk cost di sektor penelitian dan pengembangan misalnya biaya promosi yang
dikeluarkan guna meraup sebanyak mungkin populasi survey. Demi mendapat pemahaman
lebih baik tentang pasar, perusahaan sering melakukan penelitian langsung ke masyarakat.
Apapun hasil penelitian dan dampaknya ke profit, biaya penelitian tetap dihitung sebagai
sunk cost.
biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (voriable cost), dan biaya campuran (mixed cost).
1. Biaya tetap Selanjutnya, Hansen dan Mowen (2009) menjelaskan bahwa “Biaya tetap
adalah suatu biaya yang jumlahnya tetap sama ketika output berubah”. Secara total
biaya tetap tidak berubah, akan tetapi biaya tetap per unit produk akan menjadi lebih
kecil apabila jumlah aktivitas yang dilakukan dan jumlah produk yang dihasilkan semakin
banyak. Adakalanya biaya tetap akan tetap konstan/tidak berubah hanya sepanjang
rentang yang relevan, artinya dalam satu tingkat kapasitas tertentu biaya ini bersifat
tetap, namun apabila ada peningkatan kapasitas, total biaya tetap ini juga akan
meningkat. Contoh biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya sewa gedung dan biaya
sewa mesin.

2. Biaya Variabel Menurut Hansen dan Mowen (2009) “Biaya vanabel adalah biaya yang
jumlah total bervariasi secara proporsional terhadap perubahan output”. Jadi total biaya
variabel akan berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas tetapi biaya
variabel per unit akan tetap konstan. Contoh biaya variabel ini adalah biaya bahan baku
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya Campuran Menurut Hansen dan Mowen
(2009) “Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel”. Carter
dan Usry

Anda mungkin juga menyukai