Kelompok 5 :
1. Hofifa
2. Marisa dwi santika
3. Marisa yudia castila
4. Nur muhammad mansyur
5. Nurholipah
6. Panji alfian
Universitas pamulang
Tangerang selatan
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah serta petunjuknya, makalah ini dengan judul materi “Pengambilan Keputusan
Taktis” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta
kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Tak lupa pula ucapan rasa terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah
ini. Sehingga penyusunan materi ini bisa berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu
apapun. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan selaku penyusun, memohon
maaf apabila dalam penyusunan materi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Daftar isi
1. Pengertian Biaya Relevan
Biaya relevan adalah data biaya yang di harapkan di masa akan datang yang berbeda dalam
beberapa alternative keputusan atau Biaya relevan merupakan biaya yang terkait dengan
keputusan operasional.
Biaya relevan dapat digunakan untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan
bisnis. Biaya relevan ini sangat berperan bila perusahaan dihadapkan pada masalah pilihan yang
cukup pelik antara menerima atau menolak, antara menghentikan atau melanjutkan, antara
membeli atau membuat, atau antara dijual di titik pisah atau setelah titik pisah dan sebagainya.
Misalnya, perusahaan yang memproduksi komponen produk seperti kancing yang
menggunakan mesin dan peralatan produksi khusus maka Biaya Overhead Pabrik (BOP) tetap
akan menjadi beban untuk perusahaan baik perusahaan membeli atau membuat sendiri
komponen tersebut. Dalam hal ini BOP tetap tersebut tidak relevan untuk dipertimbangkan
dalam keputusan.
Contoh biaya relevan adalah biaya tenaga kerja langsung, karena biaya tenaga kerjalangsung
merupakan biaya masa depan dan biaya ini berbeda pada setiap alternatif (jika alternatif
“membuat” yang digunakan maka akan timbul biaya tenaga kerja langsung, tetapi jika alternatif
“tidak membuat/membeli” yang digunakan maka tidak akan muncul biaya tenaga kerja
langsung)
Biaya relevan merupakan hasil pengolahan data historis oleh akuntan intern, oleh ahli yang
lainnya. Ia disebut relevan karena berhubungan erat dengan pengambilan keputusan manajemen.
Ia merupakan biaya masa datang karena digunakan untuk menyusun anggaran, perencanaan laba,
dan pengendalian kegiatan yang bertumpu pada program jangka pendek dan jangka panjang.
Biaya relevan untuk pengambilan keputusan didasarkan kepada konsep “different analysis
for different purposes”, yang berarti bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlukan analisa yang
berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat beberapa konsep biaya relevan untuk berbagai
pengambilan keputusan, yaitu:
Biaya Diferensial (Differntial Cost) adalah biaya yang berbeda pada berbagai alternatif
pengambilan keputusan yang mungkin untuk dipilih. Dalam pengambilan keputusan,
biaya diferensial dibandingkan dengan penghasilan diferensial untuk menentukan
besarnya laba diferensial.
Biaya Treceabel (Treceable Cost) adalah yang dapat diakui jejaknya pada produk,
pesanan, pusat biaya, departemen, atau divisi tertentu di dalam suatu perusahaan.
Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) adalah penghasilan atau penghematan biaya yang
dikorbankan karena dipilihnya satu alternatif tertentu, sehingga penghasilan atau
penghematan biaya tersebut perlu diperhitungkan sebagai biaya pada alternatif tertentu.
Biaya Incremental (Incremental Cost) adalah biaya-biaya yang ditambahkan atau biaya-
biaya yang tidak akan dikorbankan apabila suatu alternatif (proyek) tertentu tidak dipilih
untuk dilaksanakan.
Maka keputusan yang diambil adalah membeli dari tempat lain seharga Rp380.000.000
karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan membuat sendiri sebesar Rp400.000.000.
20.000.000
Dalam pemilihan alternatif kita perlu mempertimbangkan mana saja yang masuk dalam
biaya relavan dan biaya yang tidak relavan. Yang termasuk biaya tidak relavan yaitu memiliki
ciri biaya yang terjadi pada masa lalu atau biaya yang akan datang yang sama diantara alternatif.
Dalam hal ini biaya tidak relavan adalah biaya tetap depresiasi. Jika biaya tetap depresiasi dapat
dihilangkan, maka membuat sendiri akan lebih hemat daripada membeli dari luar. Berikut
perhitungannya:
Dari hasil di atas, ada 2 alternatif pilihan yaitu membeli dan membuat sendiri komponen
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Apabila membeli komponen dari luar sebanyak 20.000 unit,
membutuhkan dan Rp380.000.000. sedangkan jika membuat sendiri biaya totalnya sebesar
Rp360.000.000 (Rp120.000.000 + Rp160.000.000 + Rp40.000.000 + Rp40.000.000). sehingga
ada selisih sebesar Rp20.000.000 daripada membeli komponen dari luar.
Dengan melihat hasil tersebut diperoleh biaya untuk membeli komponen di luar yang
lebih murah yaitu sebesar Rp228.000.000, sedangkan jika membuat sendiri sebesar
Rp232.000.000, selisihnya sebesar Rp4.000.000. jadi membeli komponen di luar lebih
menguntungkan dibanding membuat sendiri.
Manajemen dapat mengetahui pada volume berapakah kedua alternatif tersebut bernilai
sama. Untuk menghitungnya menggunakan rumus indifferent cost volume.
Dalam perusahaan yang mempunyai berbagai jenis produk dan kadangkala dari beberapa
produk yang dibuka ini ada yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Dari pihak
manajemen akan melakukan tindakan untuk departemen yang tidak menguntungkan tersebut
dengan menggunakan analisis keuangan. Dalam kasus suatu departemen mengalami kerugian
secara terus-menerus, maka pihak manajemen harus mempertimbangkan pendapatan diferensial
dan biaya diferensial. Pengambilan keputusan dengan menghilangkan salah satu jenis
produk/departemen. Biaya-biaya tidak akan terjadi jika suatu jenis produk/departemen
ditiadakan.
Biaya yang tak terhindarkan adalah biaya yang tetap akan terjadi dengan pengambilan
keputusan jika suatu jenis produk/ departemen ditiadakan. Pada umumnya merupakan biaya
bersama bagi beberapa jenis produk sehingga peniadaan salah satu jenis tersebut akan
mempengaruhi biaya tersebut.
Contoh:
Sebuah departemen store memiliki 3 departemen utama, yaitu departemen makanan, departemen
kelontong, dan departemen obat-obatan. Berikut ini taksiran perhitungan rugi laba untuk setiap
departemen.
Departemen Jumlah
Makanan Kelontong Obat-obatan
Hasil penjualan 5.000.000 4.000.000 500.000 9.500.000
Biaya variabel 4.000.000 2.800.000 300.000 7.100.000
Ø Jika biaya kesempatan lebih besar daripada biaya terhindarkan apabila perusahaan meniadakan
departemen makanan, maka sebaiknya perusahaan meneruskan departemen tersebut.
Ø Sebaliknya, jika biaya kesempatan lebih kecil daripada biaya terhindarkan apabila perusahaan
meniadakan dpartemen makanan maka sebaiknya perusahaan memutuskan untuk meniadakan
departemen tersebut.
Ø Biaya terhindarkan sering pula disebut sebagai penghemat biaya tambahan (incremental cost
saving).
Ø Perusahaan harus menganalisis pendapatan diferensial dan biaya diferensial antara tetap
meneruskan atau menambah departemen kosmetik (mengganti departemen makanan dengan
departemen kosmetik).
Ø Manajemen memiliki alternatif 2 karena biaya kesempatan jika alternatif 2 dipilih adalah
Rp2.000.000 lebih kecil dibandingkan dengan biaya dapat dihindarkan (Rp2.300.000).
Ø Jika memilih alternatif 1, laba yang diperoleh (Rp175.000 - Rp1.1750.000 - Rp900.000) lebih
kecil dibandingkan dengan jika alternatif 2 yang dipilih (Rp475.000 - Rp1.375.000 -
Rp900.000).
Ø Kesimpulan: peniadaan departemen makanan dapat dibenarkan jika departemen tersebut
diganti dengan departemen kosmetik.
Jika suatu perusahaan mempunyai aktiva tetap, maka akan mempunyai 2 alternatif untuk
menyewakan atau menjual aktiva tetap tersebut yang sudah tidak digunakan oleh perusahaan.
Akuntansi manajemen akan melakukan perhitungan dari 2 alternatif tersebut, manakah yang
paling menguntungkan dari sisi keuangan.
Contoh:
PT. Andalas mempunyai mesin lama dengan harga perolehan Rp4.000.000 dan nilai sisa
Rp1.600.000, biaya penyusutan Rp2.400.000. Mesin tersebut direncanakan akan disewakan
dengan biaya sewa Rp2.500.000. Untuk bisa disewakansebaiknya mesin tersebut harus direparasi
terlebih dahulu dengan biaya Rp700.000. Selain itu PT. Andalas juga mempunyai alternatif
untuk menjual mesin lama tersebut seharga Rp2.000.000. biaya komisi untuk perantara
Rp120.000. Dari 2 alternatif di atas sebaiknya kapan PT. Andalas menyewakan atau menjual
mesin lama tersebut?
Analisis yang dibuat oleh perusahaan untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
adalah:
Biaya:
PT. Andalas sebaiknya menjual mesin lama saja karena lebih menguntungkan sebesar
Rp80.000 dibandingkan jika mesin lama tersebut harus disewakan. Nilai buku mesin
Rp1.600.000 (Rp4.000.000 – Rp2.400.000) tidak perlu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputuan tersebut karena nilai buku mesin merupakan biaya tenggelam (surk cost).
Perusahaan yang sudah terbiasa memproduksi produk reguler dalam jumlah yang sama
setiap hari, jika mendapatkan pesanan tambahan dengan harga di bawah standar maka pesanan
tambahan tersebut dapat diterima atau ditolak. Dalam akuntansi manajemen perlu
mempertimbangkan dengan menghitung biaya-biaya yang timbul. Jika perusahaan memproduksi
dengan jumlah yang sudah penuh, apabila ada pesanan tambahan akan menyebabkan kenaikan
biaya, baik itu biaya variabel maupun biaya tetap. Maka perlu diperhitungkan kembali pesanan
tambahan dengan harga khusus jangan sampai perusahaan mengalami kerugian.
Jika perusahaan memproduksi dengan jumlah yang belum penuh dan memungkinkan
pengerjaan pesanan khusus tersebut tanpa menambah biaya tetap lagi, maka akan
menguntungkan perusahaan karena perusahaan sudah tidak lagi mengeluarkan biaya tetap untuk
pesanan tambahan tersebut.
Contoh:
Perhitungan rugi-laba perusahaan yang setiap bulan memproduksi reguler genteng sebanyak
1000 buah adalah sebagai berikut.
Keterangan Jumlah
Hasil penjualan Rp1.000.000
Biaya produksi:
Variabel: 1.000 x Rp1.000
Tetap Rp100.000
Rp700.000
Laba kotor Rp300.000
Biaya usaha Rp50.000
Laba bersih Rp250.000
Setiap bulan perusahaan membuat genteng reguler 1000 buah dan setiap bulan mendapatkan laba
sebesar Rp250.000. sebaiknya ada pesanan khusus sebanyak 300 genteng dengan harga khusus
yaitu Rp900 per genteng pesanan khusus tersebut diambil atau tidak dengan perhitungan sebagai
berikut.
Dengan adanya tambahan pesanan khusus sebanyak 300 genteng dengan harga Rp900,
PT. Andalas akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp490.000. Jika tidak menerima pesanan
khusus hanya mendapat laba Rp400.000. Mendapat pesanan khusus lebih menguntungkan karena
PT. Andalas tidak lagi membayar biaya tetap jika mendapat pesanan dengan harga khusus.
Perusahaan dihadapkan pada pilihan menjual bahan mentah atau mengolah bahan mentah
tersebut menjadi produk jadi. Akuntansi manajemen akan membuat perhitungan mana yang lebih
menguntungkan dari sisi keuangan.
Contoh:
Perusahaan kaos bisa memilih alternatif menjual kaos atau memproses kain kaos menjadi
kaos polos. Harga juala kain kaos Rp9.000 per meter, harga pokok Rp6.000. Bila kain kaos
diproses lebih lanjut menjadi kaos polos, harga jual per kaos yang membutuhkan 1 meter kain
kaos Rp15.000 dan tambahan variabel Rp6.000 per kaos. Perusahaan bisa membuat 10.000 meter
kaos tiap periode. Buatlah analisis pengambilan keputusan.
Dijual Kain Kaos Dijual Kaos Polos Perbedaan
Penjualan (10.000x Rp9.000) (10.000 x Rp15.000) Rp60.000.000
(10.000m/kaos) Rp90.000.000 Rp150.000.000
Harga pokok kulit mentah Rp60.000.000 Rp60.000.000
(10.000 x Rp6.000)
Biaya meneruskan proses Rp30.000.000 Rp30.000.000
(10.000 x Rp30.000)
Laba Rp30.000.0000 Rp60.000.000 Rp30.000.000
Kesimpulan:
Perusahaan lebih baik memilih alternatif membuat kaos polos karena menghasilkan laba sebesar
Rp60.000.000.
Biaya diferensial = (Rp90.000.000 – Rp60.000.000) = Rp30.000.000
Contoh:
PT. Abadi adalah sebuah perusahaan yang memproduksi suatu barang yakni kursi yang
dijual dengan harga Rp50.000 per buah tetapi belum finishing. Sedangkan biaya penuh yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut adalah sebagai berikut.
Jika alternatif menjual yang dipilih, maka keuntungan yang diperoleh adalah:
= Rp3.000.000.000 – Rp2.400.000.000
= Rp600.000.000
Jika alternatif memproses lebih lanjut yang dipilih, maka keuntungan yang diperoleh
adalah:
= Rp1.200.000.000 – Rp480.000.000
= Rp720.000.000
Jadi, jika PT. Abadi membuat keputusan sebaiknya memproses lebih lanjut karena memberikan
keuntungan yang lebih besar.
Lini produk atau yang biasa dikenal sebagai product line adalah sekelompok produk terkait yang
dipasarkan dan dijual dengan merek tertentu, yang ditawarkan oleh perusahaan tertentu.
Beberapa frasa unik yang harus difokuskan untuk memahami definisi product line ini adalah –
Kelompok produk terkait: Lini produk adalah kelompok produk yang terdiri dari
produk terkait berdasarkan audiens target, proposisi nilai, teknologi yang digunakan,
preferensi pelanggan, dll.
Produk gabungan (joint products) memiliki proses yang umum dan biaya produksi sampai pada
titik split-off. Pada titik tersebut, mereka dapat dibedakan. Sebagai contoh, mineral tertentu
seperti tembaga dan emas mungkin terkandung dalam satu biji besi tertentu. Biji besi tersebut
harus ditambang, dihancurkan, dan diolah sebelum tembaga dan emas dipisahkan. Saat
pemisahan inilah yang disebut titik split-off (split-of point). Biaya penambangan, penghancuran,
dan pengolahan berlaku untuk kedua produk. Seringkali produk gabungan dijual pada titik split-
off. Kadangkala lebih menguntungkan memproses lebih lanjut suatu produk gabungan, setelah
titik split-off, sebelum menjualnya. Penentuan apakah akan menjual atau memproses lebih lanjut
(sell or process further) merupakan suatu keputusan penting yang harus dibuat oleh para manajer.
Sebagai ilustrasi, mari kita pertimbangkan PT Raja Apel, yaitu sebuah perusahaan besar di
bidang pertanian yang menspesialisasikan bisnisnya pada penanaman apel. Setiap plot lahan
menghasilkan kira-kira satu ton apel. Pohon di setiap plot harus disemprot, dipupuk, disiram, dan
dipangkas. Saat apel matang, pekerja disewa untuk memetiknya. Apel-apel tersebut selanjutnya
dikirim ke gudang untuk dicuci dan disortir. Perkiraan biaya dari semua aktivitas tersebut
(termasuk pemrosesan) adalah 300 per ton per tahun. Apel disortir menjadi tiga jenis (A, B, dan
C) menurut ukuran dan kerusakan. Apel besar tanpa kerusakan (lecet, terpotong, berlubang, dan
seterusnya) disisihkan dalam sate tempat dan diklasifikasikan sebagai jenis A. Apel kecil tanpa
kerusakan disisihkan dalam tempat kedua dan diklasifikasikan sebagai jenis B. Sedangkan apel
yang tidak termasuk jenis A dan B dimasukkan dalam tempat ketiga dan diklasifikasikan sebagai
jenis C. Setiap ton apel memproduksi 800 kg jenis A, 600 kg jenis B, dan 600 kg jenis C. Apel
jenis A dijual ke supermarket besar dengan harga 40 per kg. Apel jenis B dikemas dalam
kantong sebanyak 120 kantong dan dijual ke supermarket dengan harga 130 per kantong. (Biaya
setiap kantongan adalah 5). Apel jenis C diproses lebih lanjut untuk pembuatan saus apel, yang
akan dijual dalam kaleng dengan harga 75 per kaleng. Biaya pemrosesan adalah 10 per kaleng
saus apel. Output akhirnya adalah 500 kaleng saus apel.
Suatu jaringan supermarket besar baru-baru ini meminta agar PT Raja Apel memasok saus apel
dalam kemasan kaleng dengan harga 90 per kaleng. PT Raja Apel menetapkan bahwa apel jenis
B cocok untuk memenuhi pesanan ini dan mengestimasi bahwa diperlukan biaya 20 per kaleng
untuk memproses apel menjadi saus apel. Outputnya adalah 500 kaleng.
Ketika memutuskan apakah akan menjual apel jenis B pada titik split-off atau
memprosesnya lebih lanjut dan rnenjualnya dalam bentuk pai apel, biaya umum penyemprotan,
pemangkasan, dan seterusnya, adalah tidak relevan. Perusahaan harus membayar 300 per ton
untuk aktivitas ini tanpa memperhatikan apakah apel tersebut dijual pada titik split-off atau
setelah di proses lebih lanjut. Namun, pendapatan yang diterima dari split-off kemungkinan besar
berbeda dari pendapatan yang diterima apabila apel jenis B dijual dalam bentuk saus apel.
Karena itu, pendapatan merupakan pertimbangan yang relevan. Demikian juga, biaya
pemrosesan hanya terjadi apabila proses lanjutan dilakukan. Karena itu, biaya pemrosesan
termasuk relevan.
Karena terdapat 600 kg apel jenis B pada titik split-off, PT Raja Apel menjual 120 kantong
dengan harga per unit bersih 125 =(130 – 5). Dengan demikian, total pendapatan bersih pada titik
split-off adalah 15.000 = (125 x 120). Apabila apel diproses menjadi saus apel, maka total
pendapatan adalah 45.000,00=(90 x 500). Karena itu, pendapatan inkremental dari proses lebih
lanjut adalah 30.000,00 = (45.000,00 – 15.000,00). Biaya inkremental pemrosesan adalah
10.000,00 = (20 x 500). Karena pendapatan naik sebesar 30.000,00 dan biaya hanya naik
10.000,00, maka manfaat bersih dari pemrosesan lebih lanjut adalah 20.000,00. Dengan
demikian, PT Raja Apel harus memproses apel jenis B menjadi saus apel apel. Analisisnya
diikhtisarkan sebagai berikut:
Dalam keputusan ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yakni sebagai berikut :
2. Keputusan yang dihadapi oleh perusahaan yang sebelumnya membeli produk tertentu
dari pemasok luar, kemudian mempertimbangkan akan memproduksi sendiri produk
tersebut.
Apabila Keputusan yang pertama yang Diambil, maka ada 2 (dua) kemungkinan yang dihadapi
oleh manajemen dalam pengambilan keputusan ini, yakni :
Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat dimanfaatkan jika produk
dihentikan produksinya karena manajemen memilih alternative membeli dari luar.
Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan untuk usaha lain yang
mendatangkan laba, jika produk dihentikan produksinya karena manajemen memilih
alternative membeli dari luar.
Namun, agar memperjelas dari Keputusan pertama , maka akan dibuat seperti ini :
Keputusan :
– Fasilitas yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bisnis lainnya
Pendapatan diferensial B
Keputusan :
Biaya Terhindarkan disini mempunyai arti yaitu, biaya yang dikeluarkan apabila kita memilih
untuk membuat / memproduksi sendiri produk tersebut.
Untuk pengambilan keputusan, manajemen perlu memperhitungkan pengorbanan dan manfaat
dari pemilihan alternatif membeli atau membuat sendiri.
– Manfaat dari pemilihan alternatif membeli dari luar yaitu berupa besarnya biaya yang
terhindarkan (avoidable cost) jika kegiatan membuat sendiri dihentikan.
– Pengorbanan dari pemilihan alternatif membeli dari luar yaitu sebesar biaya diferensial
yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok luar.
Sedangkan keputusan pada alternative kedua dapat dibagi menjadi dua yakni sebagai
berikut :
1. Tidak diperlukan tambahan fasilitas poduksi. Apabila biaya diferensial lebih kecil dari
harga beli yang dapat dihindari , maka keputusan membuat yang dipilih. Akan tetapi
apabila biaya diferensial yakni harga beli yang dapat dihindari lebih kecil dari biaya
untuk membuat, maka keputusan membeli yang dipilih.
Biaya Difrensial penjelasan diatas mempunyai arti yaitu, biaya yang dikeluarkan apabila kita
memilih untuk membuat / memproduksi sendiri produk tersebut.
Namun, agar memperjelas dari Keputusan kedua , maka akan dibuat seperti ini :
Keputusan :
Keputusan :
Jika perusahaan sebelumnya membeli dari luar dan kemudiaan mempertimbangkan akan
membuat sendiri, serta memerlukan mesin dan ekuipmen untuk memproduksi sendiri:
– Manfaat bersih yang diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi dalam mesin dan
ekuipmen (aktiva penuh) untuk memutuskan apakah manfaat bersih yang diperoleh
sebanding dengan investasi yang akan dilakukan.
Contoh :
Rincian Biaya pembuatan suku cadang pada PT “ Andalas Putra” adalah sebagai berikut (Jml
Produksi : 100.000 unit)
Jika perusahaan membeli dari pihak luar, maka harga yang ditawarkan adalah sebesar Rp. 70 per
unit.
Pendekatan Konvensional
Alternatif Membuat
Biaya per unit : Rp. 4.500.000 / 100.000 Rp. 45 per unit
Alternatif Membeli :
Keputusan :
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpul kan bahwa membeli dari luar tidak
menguntungkan karena biaya yang dikeluarkan dalam alternative membeli lebih besar Rp.
2.500.000 daripada alternative membuat sendiri.
Dengan pendekatan dalam konsep ABC (Activity Based Costing) biaya untuk pembuatan produk
di atas dapat dirinci lagi ke dalam bentuk activity selain biaya-biaya dengan pendekatan
tradisional.
Tarif per
Konsumsi
unit
Cost Driver Cost
Cost
Driver
Driver
BOP
Unit Level
Batch Related
Jam
Bia Inspeksi Rp. 150 10.000
Inspeksi
Bia Frekw
Rp. 200 .5000 x
penanganan pindah
bahan
Jam
Bia persiapan Rp. 100 8.000
persiapan
produksi
Prod.
Sustaining
Order Rp.
Bia rekayasa 20
rekayasa 25.000
Dari informasi di atas dapat dibuat suatu perhitungan analisis dengan pendekatan Activity Based
Costing dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli dari pihak luar.
Unit level
Batch Related
Product sustaining
Keputusan :
Berdasarkan alternative di atas, apabila dibandingkan antara alternative membuat sendiri dan
membeli dari pihak luar, maka keputusan membeli dari pihak luar merupakan pilihan yang
paling tepat, karena dengan membeli dari pihak luar berarti perusahaan dapat menghemat sebesar
Rp. 8.850.000 – Rp. 7.000.000 = Rp. 1.850.000
kesimpulan