Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FENOMENA BAHAN 2
ANALISIS KEKUATAN MATERIAL HASIL LAS GESEK

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Dwi Saputra (4.21.18.0.13)


2. Era Hasfi S. (4.21.18.0.14)
3. Galuh Fajar S. (4.21.18.0.15)

SARJANA TERAPAN TEKNIK MESIN PRODUKSI


DAN PERAWATAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengelasan adalah proses penyambungan dua atau lebih bahan teknik dengan cara
memanaskan hingga mencapai titik cair. Energi panas yang dihasilkan dalam proses
pengelasan dapat berasal dari nyala busur (fusion) luar ataupun gesekan dua benda kerja.
Teknologi pengelasan logam termasuk suatu proses penting dalam dunia industri
manufaktur dan modern penerbangan hingga saat ini. Proses pengelasan juga memegang
peran penting dalam bidang perbaikan (maintenance).
Dalam dunia industri modern secara umum terdapat 2 kategori proses pengelasan,
yaitu, pengelasan dengan pencairan (fusion welding) dan pengelasan tanpa pencairan atau
dalam kondisi padat (semi-solid welding). Pengelasan gesek atau friction welding
merupakan salah satu metode pengelasan yang dikembangkan oleh seorang ahli mesin
dari uni-soviet, AL Chudi Kov pada tahun 1950. Dalam pengujiannya, diusulkan bahwa
tenaga mekanik dapat diubah menjadi energi panas untuk proses pengelasan. Dalam
aplikasi di industri modern saat ini, teknologi las gesek telah menjadi satu alternatif
dalam memecahkan masalah penyambungan logam yang sulit dilakukan dengan fusion
welding, diantaranya pada penyambungan crank shaft.
Prinsip kerja friction welding memanfaatkan gesekan dari benda kerja yang
berputar dengan benda kerja lain yang diam, sehingga mampu melelehkan kedua
permukaan logam las (base metal) dan dengan bantuan gaya tekan dari luar, akan
didapatkan permukaan las yang disambung. Parameter penting dalam pengelasan gesek
meliputi, waktu gesekan, kecepatan rotasi (rotational speed) lengan bergerak (rotational
spindel), dan gaya tekan. Kualitas hasil las gesek akan sangat dipengaruhi oleh pemilihan
kecepatan parameter prosesnya.

1.2. Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur uji tarik dan uji gesek.
b. Mahasiswa dapat menentukan tegangan tarik maksimal, tegangan yield, dan
persentase regangan.

1
c. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian raw material dan material hasil
las gesek.

1.3. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengetahui prosedur uji tarik dan uji gesek.
b. Mahasiswa dapat menentukan tegangan tarik maksimal, tegangan yield, dan
persentase regangan.
c. Mahasiswa dapat membandingkan hasil pengujian raw material dan material hasil las
gesek.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengujian Tarik


Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material
denganmaksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material.
Tegangan tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan
sumbu benda uji. Uji tarik dilakukan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara
terus menerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur
sampai putus, dengan tujuan menentukan nilai tarik. (Robert Danti Salindeho, dkk, 2018)
Pengujian ini didapat suatu kurva hubungan beban tarik (F), terhadap perpanjangan
spesimen(∆L). Kurva ini kemudian akan dikonversikan menjadi kurva tegangan teknik
dan renggangan teknik dan digunakan untuk mendapatkan sifat mekanik logam yang
akan diuji. Diagram kurva tegangan - regangan sangat dibutuhkan dalam pengujian tarik,
karena untuk menganalisis suatu material yang diuji tarik. (Iman Rudi Sugara,dkk, 2017)
Spesimen pengujian tarikyang digunakan harus memiliki ukuran yang sesuai
dengan standar ASTM E8, dengan ketentuan sebagai berikut :

3
2.2. Kurva Tegangan-Regangan
Persamaan penyusun representasi kurva tegangan-regangan berdasarkan
parameter-parameter berikut :

(Anggoro Suryo Pramudyo,dkk, 2014)


Sehingga menghasilkan diagram sebagai berikut :

(Mulyati S.T, M.T, 2019)

4
2.3. Pengelasan Gesek
Pengelasan gesek (friction welding) merupakan teknik pengelasan dengan
memanfaatkan panas yang ditimbulkan akibat gesekan. Permukaan dari dua bahan yang
akan disambung, salah satu berputar sedang lainnya diam, dikontakkan oleh gaya tekan.
Gesekan pada kedua permukaan kontak dilakukan secara kontinu sehingga panas yang
ditimbulkan oleh gesekan yang kontinu akan terus meningkat. Dengan gaya tekan dan
panas pada kedua permukaan hingga pertemuan kedua bahan mencapai suhu leleh
(melting temperature) maka terjadilah proses las. (M.Afifi, 2014)
Poedji Haryanto, dkk. (2018) Las gesek (Friction welding) merupakan proses
pengelasan yang memanfaatkan panas yang ditimbulkan akibat gesekan pada kedua
permukaan batang yang akan disambung. Gesekan yang berlangsung terus-menerus
akibat tekanan pada kedua permukaan, panas akan meningkat sampai mencapai pada
temperatur leleh (melting). Las gesek sangat baik digunakan untuk mengelas dua bahan
yang berbeda (dissimilar materials) dan batang yang mempunyai bentuk geometris yang
berbeda.
Pengelasan gesek mempunyai banyak kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
proses pengelasan lainnya, diantaranya: tidak memerlukan fluks/selaput las, bahan
pengisi/elektroda ataupun gas dalam proses pengelasannya, tidak ada percikan api las
ataupun asap yang dihasilkan, tidak ada pencairan sehingga tidak ada cacat solidifikasi
yang terjadi (misalnya gas porositas, segregasi atau inklusi terak), dapat menyambung
dua buah logam yang berbeda (dissimilar) sehingga dapat mengurangi biaya bahan baku
dalam aplikasi pengelasan logam yang berbeda dan sebagainya. (Muhammad Iswar, dkk,
2012)
Gambar di bawah ini menunjukkan langkah-langkah dasar proses pengelasan
dengan gesekan dimana proses penyambungan logam yang terjadi disebabkan oleh
gesekan akibat perputaran logam satu terhadap lainnya di bawah pengaruh tekanan aksial
:

5
6
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


a. Mesin Las Gesek

b. Mesin Bubut

c. Mesin Uji Tarik

7
d. Raw Material

3.2. Prosedur Percobaan


a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Melakukan penyambungan terhadap raw material dengan mesin las gesek.
c. Melakukan pembubutan terhadap material yang telah disambung menggunakan las
gesek, sesuai standart EM8 untuk proses uji tarik poros.
d. Melakukan proses uji tarik terhadap spesimen yang telah disambung las gesek.
e. Melakukan analisis terhadap tegangan maksimum, tegangan yield, dan persentase
regangan.
f. Melakukan proses uju tarik terhadap spesimen raw material.
g. Melakukan analisis tengangan tarik mask, tegangan yield, dan persentase regangan
dari raw material.
h. Melakukan perbandingan antara spesimen yang disambung las gesek dengan
spesimen raw material.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Kekuatan Tarik


Benda uji dengan bahan Al-Mg-Si, yang telah lakukan penyambungan las gesek,
kemudian dilakukan proses pengujian tarik untuk mengetahui kekuatan tariknya setelah
dilakukan sebuah treatment. Sehingga menghasilkan tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengujian Tarik Spesimen


Berdasarkan data pada tabel 1, setelah dilakukan pengelasan dengan variasi kecepatan
putar 2850 rpm dan durasi gesek 60 detik pada tekanan 8 Mpa, spesimen ini memiliki
kekuatan tarik sebesar 15,19 Kgf. Kemudian untuk spesimen yang di las gesek dengan
kecepatan putar 2850 rpm dan durasi gesek 80 detik pada tekanan 8 Mpa memiliki
kekuatan tarik sebesar 12,25 Kgf. Lalu, spesimen yang di las gesek variasi kecepatan
putar 4000 rpm dan durasi gesek 60 detik pada tekanan 8 Mpa, setelah di uji tarik, maka
didapatkan jika kekuatan tariknya adalah sebesar 13,23 Kgf. Sedangkan, specimen yang
di las gesek dengan variasi kecepatan putar 4000 rpm dan durasi gesek 80 detik pada
tekanan 8 Mpa memiliki kekuatan tarik sebesar 14,31 Kgf. Maka, akan didapatkan grafik
sebagai berikut :

Grafik 1. Grafik Kekuatan Tarik-Durasi Pengelasan-Kecepatan Pengelasan

9
Berdasarkan grafik hasil pengujian tarik sambungan las gesek diatas, terlihat jika
pada putaran rendah dengan durasi yang lebih singkat akan menghasilkan kekuatan tarik
yang tinggi. Bila pada putaran rendah ini durasi gesek dinaikan lagi maka kekuatan
tariknya akan menurun. Hal tersebut terjadi karena pada saat durasi gesek yang lebih
kecil temperatur dapat melelehkan material dengan baik dan terbentuklah material lebih
ulet pada sambungan las gesek ini. Akan tetapi, ketika durasi pengelasan diperlama,
maka, Tapi dengan ditambahnya durasi gesek temperatur gesekan akan kembali
memurun, sehingga suhu puncak tidak akan dapat bertahan lama dan membuat material
tidak sepenuhnya meleleh serta menjadi lebih ulet. Lalu, untuk putaran tinggi,
kecenderungannya akan menghasilkan material dengan kekuatan tarik yang besar ketika
memiliki durasi pengelasan yang lama. Hal ini terjadi karena pada pengelasan dengan
durasi yang singkat belum mampu melelehkan material sambungan dengan baik dan
membuat sambungan las masih sedikit getas dan menghasilkan nilai kekuatan tarik yang
kecil. Sedangkan, ketika pengelasan gesek dilakukan dalam jangka waktu lebih lama
namun dengan putaran, yang tinggi seperti sebelumnya, maka titik leleh material dapat
dicapai dan material sambungan las akan mengalami peningkatan keuletan. Akan tetapi,
ketika durasi diperpanjang, maka kemungkinan suhu akibat gesekan akan berkurang
karena gesekan material yang terjadi juga akan berkurang. Sehingga, kecenderungannya,
material sambungan las ini akan mengalami penurunan kekuatan tarik apabila durasi las
gesek terlalu lama.
Kondisi dari nilai kekuatan tarik sambungan las gesek, yang didapat dari praktikum
ini, telah sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kumar dkk, 2017, jika pada putaran
rendah dengan durasi yang lebih singkat akan menghasilkan kekuatan tarik yang tinggi.
Bila pada putaran rendah ini durasi gesek dinaikan lagi maka kekuatan tariknya akan
menurun. Hal tersebut karena pada saat durasi gesek yang lebih kecil temperatur puncak
dapat dihasilkan. Tapi dengan ditambahnya durasi gesek temperatur gesekan akan
kembali memurun. Hal tersebutlah yang mempengaruhi kekuatan tarik sambungan las
gesek. Sedangkan, pada tahun 2014, Kumar,dkk , menyampaikan jika untuk putaran
tinggi cenderung memiliki kekuatan tarik yang lebih besar, jika durasi geseknya besar
pula. Hal tersebut karena pada putaran tinggi dengan durasi gesek yang kecil belum
tercapai temperatur puncak. Sedangkan dengan ditambahnya durasi gesek menjadi lebih
besar dari durasi gesek sebelumnya tapi dengan putaran yang sama, maka akan dapat

10
menghailkan temperatur puncak. Namun bila durasi gesek ditingkatkan lagi
kemungkinan kekuatan tariknya akan menurun.

11
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
• Ketika proses pengelasan dilakukan dalam kecepatan putar yang rendah, namun dalam
jangka waktu yang singkat, maka akan menghasilkan kekuatan tarik dari material
sambungan las dengan nilai lebih tinggi atau bisa dikatakan material ini menjadi lebih
ulet. Sedangkan, ketika proses pengelasan gesek dilakukan pada kecepatan putar yang
rendah namun dengan durasi waktu yang lama, material dari sambungan las ini akan
mengalami penurunan pada kekuatan tariknya.
• Ketika proses pengelasan dilakukan dalam kecepatan putar yang tinggi namun dalam
jangka waktu yang singkat, maka kecenderungan dari material sambungan las ini
akan memiliki tingkat kekuatan tarik yang rendah. Sedangkan, jika pengelasan gesek
dilakukan pada kecepatan putar yang tinggi namun dengan durasi yang lebih lama,
material pada sambungan las menjadi lebih tinggi. Akan tetapi, apabila durasi
pengelasan gesek dilakukan pada rentang waktu yang sangat lama dengan kecepatan
putar yang tinggi, maka kekuatan tarik dari material ini juga akan mengalami
kecenderungan untuk mengecil.

5.2. Saran
• Pastikan specimen tercengkram dengan baik pada saat proses pengujian tarik agar
hasil atau nilai kekuatan tarik yang di dapat presisi.
• Pastikan specimen pengujian tarik telah dikondisikan atau dibentuk sesuai dengan
ukuran standar ASTM E8, namun dengan tidak memutuskan sambungan las gesek
yang terbentuk. Sehingga, hasil dari pengujian ini akan memiliki keakuratan yang
tinggi.
• Diharapkan praktikan tetap menggunakan Alat Pelindung Diri yang lengkap untuk
mencegah dan meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Afifi, M. 2014. Pengelasan Gesek. Politeknik Sriwijaya


 Denti Salindeho, Robert dkk. 2018. Pemodelan Pengujian Tarik Untuk Menganalisis
Sifat Mekanik Material. Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulang
 International, ASTM.2013.ASTME8/E8M : Standard Test Methods for Tension
Testing of Metallic Materials. An American National Standard
 Rudi Sugara, Imam, dkk. 2017. Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Aluminium Setelah
Dielektroplating Dengan Variasi Pelapisan Al – Zn – Ni dan Al – Zn – Cu – Ni. Jurusan
Teknik Mesin Universitas Udayana, Bali.
 Kumar, Ranvijay dkk. 2017. Friction Welding For T he Manufacturing of PA6 and ABS
Structures Reinforced With Fe Particles http://www.sciencedirect.com/. Online.
Diakses 15 November 2017
 Kumar, Sachin dkk. 2014. A Research Paper on Temperature Modelling of Friction
Welding of Aluminium and Stainless Steel-304. http://www.sciencedirect.com/.
Online. Diakses 15 November 2017.
 Muhammad Iswar, dkk.2012.Pengaruh Variasi Parameter Pengelasan (Putaran Dan
Temperatur) Terhadap Kekuatan Sambungan Las Hasil Friction Welding Pada Baja
Karbon Rendah. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
Makassar

13

Anda mungkin juga menyukai