Anda di halaman 1dari 10

PERAWATAN PREVENTIF MESIN BUBUT

Ahmad Rizal A1), Alfiyan Adinata2), Berlian Febria N3), Era Hasfi S4)
1
Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Kota Semarang, 50275
*E-mail: era200700@gmail.com
Abstrak

Kegagalan fungsi mesin bubut menyebabkan menurunnya keandalan mesin tersebut, maka diperlukan
perawatan dan perbaikan secara periodik dan terus-menerus. Perawatan dan perbaikan dapat dilakukan dengan
menganalisis resiko terhadap kegagalan yang terjadi maupun yang akan terjadi. Analisis resiko kegagalan dapat
dilakukan dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). Dengan
metode FMEA kegagalan yang terjadi dapat dikuantifikasikan untuk dibuat prioritas pengendaliannya. Metode
FTA untuk dapat menganalisa sistem kegagalan dari gabungan beberapa sub-sistem, level yang di bawahnya
dan untuk mengetahui kegagalan komponen. Hasil yang dicapai dapat dihitung dengan membuat prioritas
kegagalan berdasarkan nilai Risk Priority Number (RPN) terbesar yang kemudian dilakukan rekomendasi
tindakan untuk pengendalian berikutnya. Hasil penelitian ini, bahwa berdasarkan referensi menunjukkan
terdapat tiga komponen kritis meliputi Tool Post, eretan otomatis, dan pompa cooling yang menjadi prioritas
dalam melakukan analisis FTA. Hasil analisis FTA didapatkan bahwa Tool Post tidak berfungsi, eretan
otomatis tidak berfungsi, dan pompa cooling mengalami kerusakan.

Kata Kunci: Mesin bubut; FMEA; FTA; Perawatan Preventif

PENDAHULUAN
Perawatan adalah suatu aktifitas yang dilakukan pada suatu industri untuk
mempertahankan atau menambah daya dukung mesin selama proses produksi berlangsung.
Mesin bubut yang digunakan secara terus-menurus akan mengalami penurunan, karena itu
perlu dilakukanya suatu perawatan. Perawatan dilakukan agar semua peralatan atau sistem
produksi bisa berfungsi dengan baik dan efisien sesuai dengan standar yang telah
ditetapakan. Perawatan yang optimal hendaknya dilakukan secara kontinuitas dan priode
agar mesin bubut dapat berfungsi secara maksimal. Dalam usaha perawatan serta perbaikan
yang dilakukan perusahaan terhadap mesin bubut dan peralatannya seringkali tidak
memberikan hasil optimal, melainkan hanya menyebabkan terjadinya pemborosan karena
perbaikan yang telah dilakukan tidak menyelesaikan masalah yang sesungguhnya. Hal ini
terjadi karena tidak diketahuinya faktor penyebab dari masalah tersebut.
Kebijakan pemeliharaan mesin bubut/peralatan yang diterapkan oleh perusahaan dengan
melakukan kebijakan preventive maintanance dan korektif maintanance. Dimana kebijakan
tersebut seringkali dianggap tidak efektif dan efisien. Sehingga perlu diadakannya
pengukuran efektifitas pada mesin agar masalah-masalah yang berkaitan dengan efektifitas
mesin bubut terselesaikan dan dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. Adapun tujuan
dari preventive maintanance ini yaitu Menentukan kebijakan kegiatan preventive
maintanance dan perbaikan yang tepat pada Mesin Bubut dan Meningkatkan daya dukung
dan produktivitas dari Mesin Bubut. Terdapat juga permasalahan yang sering terjadi adalah
kurang tepatnya mengatur jadwal untuk melakukan kegiatan perawatan ini yang dapat
mengakibatkan kurangnya daya dukung dari mesin dan meningkatnya biaya perawatan
tersebut. Proses pemesinan bubut adalah suatu proses pembuatan bentuk dan ukuran benda
kerja dengan cara menyayat benda kerja yang berputar dengan menggunakan alat potong
yang berupa pahat. (Nurdjito, dkk, 2016).

Mesin bubut tersusun atas beberapa komponen. Head stock atau kepala tetap adalah
komponen mesin bubut yang terpasang sebuah chuck atau pencekam benda kerja yang
nantinya akan diproses. Pada head stock ini, terdapat terdapat kumparan satu seri roda gigi
serta roda tingkat atau tunggal. Roda tingkat terdiri atas tiga atau empat buah keping dengan
garis tengah yang berbeda,roda tingkat diputar oleh suatu motor. Kemudian terdapat kepala
lepas atau tailstock yang berfungsi sebagai tempat dipasangnya senter putar, senter tetap,
cekam bor dan mata bor bertangkai tirus dimana pemasanganya dimasukkan pada lubang
tirus kepala lepas untuk mendukung proses pengeboran benda kerja, pembubutan benda
yang panjang, serta pembuatan permukaan tirus. Setelah itu terdapat meja mesin bubut (Bed
Machine) yang memiliki fungsi untuk digunakan sebagai tempat kedudukan kepala lepas,
eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan pada waktu
pembubutan. Bentuk meja mesin bubut bermacam-macam, terdapat meja dengan permukaan
datar dan permukaan yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu.
Mesin bubut juga memiliki eretan yang terdiri dari tiga bagian yaitu eretan memanjang
yang berguna melakukan gerakan pemakanan dengan arah memanjang menjauihi atau
mendekati spindle mesin, eretan melintang (cross carriage) berfungsi untuk melakukan
gerakan pemakanan yang arah melintang menjauhi atau mendekati sumbu senter, serta
atas/eretan kombinasi (top carriage) berfungsi untuk melakukan pemakanan secara manual
kearah sudut yang dikehendaki sesuai penyetelannya. (Rizal Gunawan, 2017)
Selain itu, mesin bubut juga memiliki poros transportir yang merupakan sebuah poros
berulir berbentuk segi empat atau trapesium dengan jenis ulir whitehworth (inchi) atau
metrik (mm). Ulir ini berfungsi untuk membawa eretan Ketika membubut dengan teknik
otomatis, misalnya pembubutan arah memanjang/melintang dan ulir. Poros transportir untuk
mesin bubut umumnya kisar ulir transportirnya antara dari 6 ÷ 8mm. (Quantumbook,2019)
Selanjutnya, dalam sebuah mesin bubut juga terdapat poros pembawa sebagai sebuah poros
yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan.
Proses pemakanan benda kerja dengan menggunakan pahat tentu menciptakan panas
yang tinggi. Sehingga, terdapat pula cooling system atau sistem pendingin pada sebuah
mesin bubut. Sistem ini adalah suatu rangkaian untuk mengatasi terjadinya over heating pada
mesin agar tetap bekerja secara optimal. (Daryanto, 1999:1).
Prinsip kerja dari cooling sistem yaitu mensirkulasikan cairan pendingin (coolant) ke
semua komponen mesin untuk menyerap panas yang dihasilkan oleh pembakaran dan
gesekan dengan memanfaatkan prinsip perpindahan atau transfer panas. Panas selalu
bergerak dari sumber panas ke sasaran yang suhunya lebih rendah. Sumber panas dan
sasaran ini dapat berupa besi, cairan, ataupun udara. Intinya terletak pada perbedaan suhu
relatif diantara keduanya. Semakin besar perbedaan suhunya maka semakin besar pula panas
yang dipindahkan. Setiap komponen cooling system memegang peranan dalam hal ini.
(Purwono, Hendro, dkk. 2019)
Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses pemesinan. Selain
untuk memperpanjang umur pahat, cairan pendingin dalam beberapa kasus, mampu
menurunkan gaya dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. (Widarto et al,
2008:315). Berikut adalah standar penggunaan air untuk pengaplikasian coolant :

1.a Tabel standard penggunaan air untuk aplikasi coolant

Pada sebuah mesin bubut juga terdapat rumah pahat sebagai penjepit atau pemegang
pahat. Dalam perancangan kegiatan maintenance mesin bubut di Politeknik Negeri
Semarang ini, kami menggunakan rumah pahat (Tool Post) dengan bentuk standar atau
rumah pahat yang ketika digunakan harus dengan memberi ganjal sampai dengan ketinggian
pahat tercapai dan pengencangan pahat bubut dilakukan dengan dengan cara yang standar,
yaitu dengan mengencangkan baut-baut yang terdapat pada pemegang pahat. (Emilia Tiara,
2019).
Dalam masa pemakaiannya, mesin bubut perlu mendapatkan perawatan untuk
menunjang performanya. Proses perawatan (maintenance) adalah kegiatan untuk merawat
atau menjaga fasilitas atau peralatan dan mengadakan perbaikan, penyesuaian, dan
penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Diharapkan alat ini dapat digunakan untuk
proses produksi sesuai dengan waktu yang direncanakan. (Dini Mentari, 2017).
Berdasarkan jenisnya, proses maintenance (perawatan) dibagi menjadi dua yaitu
preventive maintenance dan breakdown maintenance. Assauri Sofjan (2008:135)
menyatakan bahwa: “kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah
timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menentukan kondisi atau keadaan
yang dapat menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan
dalam proses produksi”. Sedangkan, breakdown maintenance dapat diartikan sebagai
kebijakan perawatan dengan cara mesin/peralatan dioprasikan hingga rusak, kemudian baru
diperbaiki atau diganti. Kebijakan ini merupakan strategi yang sangat kasar dan kurang baik
karena dapat menimbulkan biaya tinggi, kehilangan kesempatan untuk mengambil
keuntungan bagi perusahaan karena diakibatkan terhentinya mesin, keselamatan kerja tidak
terjamin, kondisi mesin ini tidak diketahui, dan tidak diperencanaan waktu, tenaga kerja
maupun biaya yang baik. (Sanggra Irnandes, 2017)

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian diawali dengan melakukan identifikasi masalah yang dilakukan
bersamaan dengan melakukan pencarian studi literatur. Hal ini diakibatkan karena masih
terdapat pembatasan kegiatan offline di masa pandemi pada Bulan Juni 2021. Sumber-
sumber yang digunakan dalam penyusunan jadwal perawatan mesin bubut ini yaitu :
• Jurnal penelitian yang berkaitan tentang mesin bubut dan perawatan pada mesin
bubut.
• Artikel di internet yang berkaitan dengan mesin bubut.
• Buku-buku perkuliahan yang didapat dari internet yang berhubungan dengan topik
yang sedang disusun.

Setelah diperoleh permasalahan yang terjadi pada mesin bubut, kemudian mengkaji teori
untuk membantu penyelesaian masalah tersebut. Permasalahan kemudian merumuskan dan
menentukan tujuan penelitian serta merancang model penelitian. Pengolahan dan analisis
data untuk pengendalian resiko dilakukan dengan pareto diagram, agar dapat diketahui skala
prioritas yang harus dikerjakan. Menurut Rahajeng TU, Dkk, (2016) dan menurut Richma
YA, Dkk (2015), bahwa analisis untuk mengidentifikasi resiko dan menganalisis potensi
resiko, paparan, dan akibatnya dapat dilakukan dengan metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). Sehingga hasil analisis FMEA dan FTA
dapat dijadikan program kegiatan untuk menyelesaikan permasalahan dengan melalui
pengendalian, pelatihan dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk menganalisis resiko terjadinya kerusakan dari mesin bubut, maka peneliti
melakukan penyusunan Fault Tree Analysis (FTA) pada komponen-komponen yang
diperkirakan akan sering berpotensi mengalami kerusakan :

• Fault Tree Analysis (FTA) Tool Post

4.a Diagram FTA Tool Post

• Fault Tree Analysis (FTA) Eretan Otomatis


4.b Diagram FTA Eretan Otomatis

• Fault Tree Analysis (FTA) Pompa Cooling

4.c Diagram FTA Pompa Cooling


Kemudian, dari analisis tersebut, proses preventif maintenance untuk mesin bubut
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

FORM DAN JADWAL PERWATAN MESIN BUBUT


Nama Mesin No Tanggal Spesifikasi
serial
EMCO
MH01 9 Juni
MAXIMAT Scan Barcode
JTM 2021
V13

(Menit)
Waktu
No

Cek
List
PERAWATAN PREVENTIF Catatan


Maintenance
MESIN BUBUT
FORM PERAWATAN HARIAN MESIN BUBUT
1 Periksa Kondisi visual mesin bubut
M/1h 0.5
2 Periksa Kebersihan Mesin Bubut sebelum M/1h 0.5
dan setelah digunakan
3 Periksa Kondisi Mekanisme Tuas Otomatis
M/1h 1
dan eretan atas pada Mesin Bubut
4 Pemeriksaan Kondisi dan kesejajaran senter
putar dengan spindle atau kepala tetap M/1h 1
Mesin Bubut kemudian dengan Tail Stock
5 Periksa Level Coolant dan katup Keran pada
M/1h 1
Mesin Bubut
6 Periksa Kondisi Mekanisme Tuas 1
Penggantian Arah Pembubutan pada Carriage M/1h
7 Periksa Fungsi Switc ON/OFF pada Carriage,
saklar emergency dan tombol pada M/3B/2m/1h 2
headstock Mesin Bubut
8 Periksa kinerja tuas pada masing – masing
eretan memanjang dan M/1h 2
melintang
9 Periksa Getaran, Suara dan Temperatur
M/1h 2
Gear Box Utama
10 Pelumasan sebelum penggunaan mesin
Bubut M/1h 2
Total Waktu 13 menit
Kebutuhan Teknisi 1 M dan 1 E Rp. 208,33/menit
Total Biaya Perawatan Harian Rp. 2.708,29
FORM PERAWATAN MINGGUAN MESIN BUBUT
1 Periksa Kondisi Mekanisme Tuas Kondisi
Tuas-tuas Penggantian Speed Mesin M/1h 1
2 Periksa kekencangan Mur/baut pada Seluruhh
Bagian Headstoc dan Bed Mesin M/2m 3
3 Periksa Pelumasan pada jalur eretan, Level
M/2m 5
Oli Headstock dan level Oli pada Carriage
4 Penambahan dan Pengujian konsentrasi
coolant, tingkat kekerasan air dan M/2m 5
tingkat keasaman pada bak
penampungan
5 Pemeriksaan kesejajaran senter putar
dengan bed dan poros M/2m 8
pembawa dan poros transportir pada Mesin
Bubut
6 Periksa Ketelitian Sudut Kemiringan Eretan
Atas M/2m 10
7 Periksa hydrolic / air house dan M/2m
10
Drainase mesin bubut
8 Periksa tekanan pompa coolant mesin bubut M/2m 10
9 Periksa Kondisi Saklar Emergency, Switch E/3B/2m/1h 10
ON/OFF pada Carriage, electrical system
(control panel) pada eretan dan Fungsi
tombol pada headstock
10 Pelumasan pada tail stock M/2m 20
Total Waktu Perawatan Mingguan 82 menit
Kebutuhan Teknisi Perawatan Mingguan 1 M dan 1 E Rp. 208,330,00 / Menit
Total Biaya Perawatan Mingguan Rp. 17.083,06
FORM PERAWATAN BULANAN MESIN BUBUT
1 Periksa Kekencangan Mur/baut pada Tool
M/3B 3
Post Mesin Bubut
2 Periksa kinerja Motor Utama dan Pompa Oli E/3B 5
headstock
3 Periksa Jalur Eretan dan Ketelitian Eretan M/3B 10
4 Periksa Putaran (Rpm) pada Poros Transmisi M/3B 10
5 Periksa gear dan bearing pada poros
M/3B 10
pembawa dan Transportir
6 Periksa Kondisi V-Belt dan Pulley M/3B 20
7 Periksa Kondisi Saklar Emergency, Fungsi E/3B/2m/1h 20
Switch ON/OFF pada Carriage dan Tombol
headstock dan Wiring Diagram Kelistrikan
8 Periksa Kondisi Pelumasan Total M/3B 30
Total Waktu Perawatan Bulanan 108 menit

Kebutuhan Teknisi Perawatan Bulanan 1 M dan 1 E Rp. 208,33/ Menit


Total Biaya Perawatan Bulanan Rp. 22.499,64
FORM PERAWATAN TAHUNAN MESIN BUBUT
1 Periksa Kerataan dan kesejajaran Bad Mesin
M/1T 10
Bubut
2 Pembongkaran Pompa Coolant E/1T 20
3 Lakukan Pembongkaran hydraulic house M/1T 20
4 Pembongkaran Tuas Carriage, otomatis dan
Transmisi M/1T 30
5 Pembongkaran Motor Mesin Bubut E/1T- 30
6 Pembongkaran Bearing pada poros Transmisi M/1T 45
7 Pembongkaran transmisi guna pengecekan
kesejajaran pulley dengan motor M/1T 45
8 Periksa kondisi,keausan dan
kesejajaran gear transmisi pada M/1T 60
Gearbox
9 Pembongkaran Tail Stock M/1T 60
10 Pembongkaran eretan atas, bawah,
memanjang dan Poros Pembawa dan M/1T 120
Transportir
Total Waktu Perawatan Tahunan 440 menit
Kebutuhan Teknisi Perawatan Tahunan 2 M dan 1 E Rp. 208,33/ Menit
Total Biaya Perawatan Tahunan Rp. 91.665,2

KESIMPULAN
Desain sistem perawatan yang baik pada mesin bubut adalah sebuah rangkaian
aktivitas yang mencakup segala proses maintenance pada semua komponen mesin bubut
yang dilakukan secara berkelanjutan atau continuous. Dengan dibentuknya sistem perawatan
ini, diharapkan dapat memberi gambaran tentang rangkaian perawatan preventif yang
dilakukan, mengoptimalkan proses pemakaian, serta memperpanjang umur pakai mesin
bubut ini untuk kebutuhan praktikum dan proses pembelajaran di Jurusan Teknik Mesin,
Politeknik Negeri Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

• Assauri Sofjan. 2008. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
• Daryanto. 1999. Pemeliharaan Sistem Pendingin dan Sistem Pelumasan Mobil.
Bandung: Krama Widya, 1.
• Gunawan, Rizal. 2016. Jbptppolban.Politeknik Bandung.
• Irnandes, Sanggra. 2017. Pengaruh Perawatan Periodik Dan Penggantian Suku
Cadang Kendaraan Operasional Terhadap Kelancaran Proses Pelayanan
Kemasyarakatan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung. Jurnal Manajemen Dan
Bisnis (ALMANA), 64.
• Nurdjito, Arifin, Achmad., & Asnawi. 2016. Pengaruh Penggunaan Work
Preparation Dan Hand Out Terhadap Kompetensi Praktik Membubut Mahasiswa :
Tim Pengembangan Jurnal Ilmiah Universitas Negeri Malang, 5.
• Purwono, Hendro dkk. 2019. Analisis Terjadinya Panas Berlebihan pada Mesin
Dump Truck HD785-7. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
• Rahajeng TU, Dkk, (2016), Analisis kecacatan produk menggunakan metode FMEA
dan FTA pada PT. XXX., Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV, Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya.
• Richma YA, Dkk (2015), Perbaikan kualitas produk keraton luxury di PT. X dengan
menggunakan metode Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree
Analysis (FTA), Reka Integra Jurnal No.3 | Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi
Nasional.
• Tiara, Emilia.2019. Teknik Pemesinan Bubut 1. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengan Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan, 18.
• Quantumbook.2019. Teknik Pemesinan Bubut Kelas XI untuk SMK/MAK.
https://www.quantumbook.id/wp-content/uploads/2019/07/83.-Teknik-Pemesinan-
Bubut-Kelas-XI.pdf, 12.
• Widarto. et. al. 2008. Teknik Permesinan untuk SMK. Jakarta: Direktorat jenderal
manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Anda mungkin juga menyukai