Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN TENTANG GURU

SMALL PAPER
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Komunitas Belajar Pengembangan
Profesi Guru yang diampu oleh Drs. I Wayan Sumberartha, M.Sc.
.

Oleh Kelompok 1
Ainur Rif’ah (190341621676)
Dina Surya Mega (180341617532)
Hanindya Dwi Kartika (190341621626)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2022
KATA PENGANTAR
           
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan small
paper ini sebagai tugas mata kuliah Komunitas Belajar Pengembangan Profesi
Guru.
Kami telah menyusun small paper ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan luput dari kesalahan
dan kekurangan. Harapan kami, semoga pembaca bisa menjadi koreksi di masa
mendatang agar lebih baik dari sebelumya.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan small paper ini sebagai tugas awal semester
mata kuliah Komunitas Belajar Pengembangan Profesi Guru tepat pada waktunya.
Pada dasarnya small paper ini kami sajikan khusus untuk membahas tentang guru.
Untuk lebih jelas simak pembahasan dalam paper ini. Mudah-mudahan small
paper ini bisa memberikan pengetahuan yang mendalam tentang “Tinjauan
Tentang Guru” kepada kita semua.
Pada paper ini masih banyak memiliki kekurangan, seperti halnya “Tak
ada gading yang tak retak.” Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk memperbaiki paper kami selanjutnya. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

                                                                                  
  Malang, 9 Februari 2022

                                                                                                          
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan.Pendidikan yang
berkualitas akan meningkatkan kualitas atau mutu seseorang (Manasika &
Anggraeni, 2018). Terciptanya pendidikan yang berkualitas tidak lepas dari
peranan seorang guru. Hal ini disebabkan pada praktik pelaksanaan
pembelajaran, guru merupakan tokoh atau pengendali pembelajaran yang secara
langsung mengatur dan berinteraksi dengan peserta didik (Yestiani & Zahwa,
2020).
Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola
pengajaran secara lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan
adanya kesadaran dan keterlibatan aktif antara dua subyek pengajaran, guru
sebagai penginisiatif awal dan pengarah serta pembimbing, sedang peserta didik
sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri
dalam pengajaran (Rohani & Ahmadi, 2001). Seorang guru memegang peran yang
sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung
jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan dalam rangka membentuk
manusia yang terampil dan berbudi luhur, bahkan masyarakat dari paling
terbelakang sampai yang paling maju, mengakui bahwa guru merupakan satu
diantara sekian banyak unsur pembentukan utama calon anggota masyarakat
(Fadhila, 2017).
Guru (pendidik) merupakan printis pembangunan di segala bidang
kehidupan di masyarakat. Peranan guru itu mempunyai kedudukan yang penting
dan utama dalam seluruh proses pendidikan, guru atau pendidik merupakan faktor
penggerak utama maju mundurnya suatu lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
penting bagi seorang guru untuk memahami hakikat, syarat, tugas, fungsi, sifat
dan kedudukan guru untuk dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat dan syarat seorang guru?
2. Bagaimana tugas dan fungsi seorang guru?
3. Bagaimana sifat dan kedudukan seorang guru?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tulisan ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan hakikat dan syarat seorang guru
2. Mengetahui tugas dan fungsi seorang guru
3. Mengetahui sifat dan fungsi seorang guru

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Dan Syarat-Syarat Guru


Kata guru dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansakerta, yang
berarti orang yang digugu atau orang yag dituruti fatwa dan perkatannya. Kata
guru memiliki beberapa definisi, diantaranya:
1. Dalam pengertian yang sederhana, Syaiful Bahri menjelaskan “Guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik” (Djamarah,
2010).
2. Menurut Abuddin Nata, menjelaskan makna guru sebagai “seseorang yang
memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang
lain”.
3. Ramayulis berpendapat bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab
untuk membimbing peserta didik menjadi manusia yang manusiawi yang
memanusiakan manusia, sehingga tugas utamanya yaitu “mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
muridnya dalam pendidikan.” (Ramayulis, 2008).
4. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah jalur pendidikan formal
5. Guru merupakan social agent hired by society to help facilitate members of
society who attend schools, atau agen social yang diminta masyarakat untuk
memberikan bantuan kepada warga masyarakat yang akan dan sedang
berada di bangku sekolah (Rismawan, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan seorang pendidik yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi, serta sebagai
fasilitator bagi peserta didik dalam memberikan pengetahuan, keterampilan atau
pengalaman dalam sebuah pendidikan.
Dari aspek lain, beberapa pakar pendidikan mencoba merumuskan
pengertian guru. Menurut Poerwadarminta (1996), guru adalah seseorang yang
kerjanya mengajar. Pengertian tersebut hanya menyebutkan pengertian guru satu
sisi saja yaitu sebagai pengajar, sedangkan pengajar tidak termasuk pengertian
guru sebagai pendidik dan pelatih. Sementara itu, Prof. Dr. Zakiah Daradjat
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima
dan memikul beban dari orangtua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini,
orang tua tetap sebagai seorang pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak.
Sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu orangtua untuk
mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah. Dengan demikian, pada
hakikatnya guru merupakan seorang tenaga pendidik (profesional) dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
mengevaluasi, serta fasilitator bagi peserta didik dalam konteks pendidikan.

Menurut (Satori, 2006) beberapa persyaratan menjadi atau mengemban


profesi guru yakni:
1. Kompetensi profesional, artinya ia memiliki pengetahuan yang luas dalam
subjek materi (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan
metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu
memilih metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode
dalam proses belajar mengajar. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas
tentang landasan kependidikan dan pemahaman terhadap subjek didik (murid).
2. Kompetensi personal, artinya memiliki sikap kepribadian yang baik, sehingga
mampu menjadi sumber identifikasi bagi subjek atau siswa. Dengan kata lain,
guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani dan patut dicontoh,
sehingga mampu melaksanakan kepemimpinan. Hal tersebut yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu tut wuri handayani, ing madya
mangun karso, dan ing ngarso sung tulodo.
3. Kompetensi sosial, artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial,
baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan
kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
4. Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya yang berarti
mengutamakan nilai kemanusiaan daripada nilai benda material.

Apabila seorang guru telah memiliki kompetensi tersebut di atas, maka guru
tersebut telah memiliki hak profesional karena ia telah dengan nyata memenuhi
syarat-syarat berikut ini.
a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang
keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif
dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan
pendidikan setempat.
c. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif
dan efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha
dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara
individual maupun secara institusional.

B. Tugas Dan Fungsi Guru


Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar
dinas dalam bentuk pengabdian, apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas
guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam
bidang kemasyarakatan. Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-
sama dalam kesatuan tindakan yang harmonis dan dinamis (Moh. Uzer, 2017).
Tugas pokok guru memang cukup kompleks, melebihi kompleksnya tugas pokok
para manajer lainnya. Guru harus mampu berperan sebagai pendidik, manajer,
pengadministrasi, penyelia (supervisor), pemimpin, pembaharu, dan penggerak.
Beberapa tugas guru menurut (Pamulang, n.d.2019) :
1. Guru sebagai perencana (Planner)
Diantara sejumlah tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan, adalah
kewajiban membuat rencana pembelajaran. dalam hal ini guru bertindak
sebagai perencana. Isi rencana pembelajaran minimal meliputi: tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan dibahas,
metode pembelajaran yang akan diterapkan, media dan alat pembelajaran
yang akan dipergunakan, dan jenis evaluasi hasil pembelajaran yang akan
dipergunakan.
2. Guru sebagai pelaksana (executor)
Guru merupakan salah satu pelaksana proses pendidikan, melaksanakan
proses pembelajaran berdasarkan kurikulum yang ditentukan. Dengan
demikian guru dalam proses pendidikan merupakan bagian dari pelakasana
kurikulum untuk menunjang ketercapaian tujuan pendidikan nasional.
3. Guru sebagai pengajar.

Sebagai pengajar, guru bertugas melaksanakan pembelajaran sesuai bidang


keahlian dalam mengampu mata pelajaran. Makna belajar adalah sebuah
proses perubahan perilaku (change of behaviour) yang belajar. Diantara
perubahan perilaku tersebut antar lain dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dsb.
4. Guru sebagai pendidik.

Sebagai pendidik, guru berperan dalam menanamkan perilaku baik sebagai


mana tercermin dalam rumusan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
5. Guru sebagai pembimbing.
Membimbing bukan hanya tugas BK, tetapi merupakan tugas semua guru,
terutama membimbing dalam konteks pembalajaran. Ketika peserta didik
sedang dalam proses memecahkan suatu persoalan dalam suatu materi
pembelajaran, maka guru harus meberikan bimbingan, bagaimana cara
memcahkan persolaan tersebut secara tepat.
6. Guru sebagai pelatih.

Tugas melatih bagi seorang guru lebih ditekankan pada penguasaan


kompetensi peserta didik yang cenderung pada ranah keterampilan pisik
(psychomotor skill), dalam hal ini guru harus secara telaten dan penuh
kesabaran melakukan pelatihan berulang bagi peserta didiknya untuk
memperoleh kompetensi secara permenen.
7. Guru sebagai motivator.

Motivasi adalah dorongan pada diri seseorang termasuk peserta didik untuk
berbuat atau mencapai sesuatu yang diharapkannya. Motivasi merupakan
unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan harapannya.
Peserta didik memiliki latar belakang yang beragam, sehingga motivasi
belajarnya pun berbeda-beda satu sama lain.
8. Guru sebagai fasilitator.

Sebagai fasilitator, guru harus dapat memfasilitasi atau meberi kemudahan


kepada peserta didik agar dapat belajar dengan mudah, sehingga makna
memfasilitasi dalam konteks tugas guru, bukan hanya memfasilitasi secara
fisik, tetapi lebih luas dari itu memfasilitasi secara metodis-pedagogis agar
peserta didik dapat belajar dengan mudah, sederhana, dan menyenangkan,
serta mencapai hasil optimal.
9. Guru sebagai evaluator.

Salah satu faktor yang harus ada dalam suatu proses pembelajaran adalah
evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan dituangkan
dalam rencana pembelajaran. Keberhasilan guru dalam melaksanakan
pembelajarn diukur berdasarkan berhsil atau tidaknya mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Hasil evaluasi dipergunakan untuk berbagai keperluan,
antara lain untuk perbaikan berbagai komponen yang terkait dengan proses
pembelaran, bahan pertimbangan pola bimbingan bagi peserta didik, bahan
pertimbangan penyesuain rencana pembelajaran berikutnya.
10. Guru sebagai manajer.

Tugas manajer adalah melakukan sesuatu dengan benar (doing things right)
- mengatur, mengelola, menata dengan benar. Sebagai manajer, guru
memiliki tugas melakukan pengaturan dan pengelolaan kelas (class room
management) pembelajaran dengan benar agar peserta didik memperoleh
pengalaman pembelajaran secara sitimatis.
11. Guru sebagai leader.

Tugas pemimpin (leader) adalah melakukan sesuatu yang benar (doing the
right thing). Sebagai pemimpin, guru harus memimpin gerak langkah
peserta didik dalam pembelajaran dengan cara yang paling efektif dan efisen
serta akuntabel. Belajar untuk menjalani kehidupan kekinian dan
memprediksi kebutuhan kompetensi dalam kehidupan masa depan.
12. Guru sebagai mediator.

Sebagai mediator, guru bertugas melakuakan mediasi atau perantara bagi


peserta didik agar mereka memilki akses yang terbaik untuk mengikuti
pembelajaran sebagimana mestinya.
13. Guru sebagai observer.

Sebagai pengamat (observer), guru bertugas untuk mengamati semua


peserta didiknya, terutama yang berkaitan dengan kelas pembelajaran.
14. Guru sebagai Inspirator
yaitu guru yang menginspirasi. Inspirasi adalah suatu ilham atau pikiran
positif seseorang untuk berbuat sesuatu yang timbul karena stimulasi orang
lain atau suatu kedaan yang dilihat atau dirasakannya. Pikiran, perkataan,
perbuatan, arahan, bimbingan seorang guru harus dapat menimbulkan
inspirasi bagi peserta didiknya untuk menumbuhkan ide-ide bagus dalam
pembelajarano.
15. Guru sebagai Teladan (modeling).
Ungkapan lama yang menyatakan bahwa guru adalah orang yang digugu
dan ditiru mencerminkan makna bahwa guru merupakan teladan bagi
peserta didik, bahkan bagi masyarakat sekitar. Teladan dalam berbagai hal;
dalam berperilaku, berbicara, bersikap, menjalankan ajaran agama, bahkan
berpenampilan.
16. Pengambil keputusan (decision maker)
Secara profesional guru memiliki kewenngan untuk bertindak sebagai
pengambil keputusan (decision maker) dalam konteks pembelajaran.
17. Guru sebagi aktor (actor).
Proses pembelajaran menuntut guru untuk berperilaku sesuai dengan tujuan
yang ingin di capai dan karakteristik materi pembelajaran yang dibahas.
Sebagai aktor, gerak, suara, intonasi, raut wajah, bahasa tubuh (gesture)
guru harus disesuaikan dengan pesan (message) yang harus diterima oleh
peserta didik, sehingga peserta didik lebih mudah menangkap maknanya.
Adapun fungsi guru secara umum menurut muizzuddin (2019) adalah
sebagai berikut:
a. Merencanakan tujuan belajar

b. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan


belajar.

c. Memimpin, yang meliputi memberikan motivasi, mendorong dan


memberikan stimulus pada siswa.

d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya


atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.

Selain fungsi pokok diatas, menurut penelitian (Nidawati, 2020) terdapat


juga 3 fungsi dan tugas lain yang harus yang dimiliki oleh guru dalam
pembelajaran yaitu:

1. Fungsi instruksional berkaitan dengan peran sebagai pengajar. Sepanjang


sejarah keguruan, tugas dan fungsi guru sudah tradisional adalah mengajar, antara
lain menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada
siswa, memberikan tugas-tugas kepada siswa dan mengoreksi atau memeriksa
tugas-tugas siswa.
2. Fungsi edukational berkaitan dengan peran guru sebagai pendidik. Fungsi guru
sesungguhnya bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Fungsi edukational ini
merupakan fungsi sentral guru dimana guru harus berusaha mendidik siiswanya
menjadi manusia dewasa sejalan dengan hakikat pendidikan yakni pendidikan
merupakan sebuah proses mendewasakan manusia dalam arti siswa dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya
sendiri.

3. Fungsi managerial ini berkaitan dengan peran guru sebagai manejer kelas yang
mengatur keperluan administrasi kelas guna mendukung pelaksanaan
pembelajaran dan guru juga harus bisa mengatur situasi sekolah di mana dia
bekerja bahkan juga menyangkut kegiatan-kegiatan di masyarakat.

C. Sifat Dan Kedudukan Guru


Menurut Mahmud Yunus, guru memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Guru haruslah mengasihi murid-muridnya seperti ia mengasihi anak- anaknya
sendiri. Sudah menjadi suatu tugas bagi guru untuk mengasihi dan menyayangi
anak didiknya seperti ia mengasihi dan menyayangi anak-anaknya sendiri dan
memikirkan keadaan mereka seperti memikirkan keadaan anak-anaknya sendiri.
Rasa kasih sayang wajib dan harus ada pada tiap-tiap individu seorang guru. Rasa
kasih sayang tersebut lebih-lebih harus dicurahkan kepada anak didik yang
miskin, datang dari rumah gubuk, bajunya kotor, kelakuannya buruk, perkataan
nya kasar, mukanya masam, hatinya keras seperti batu.
2. Guru juga harus memiliki hubungan yang erat dan baik terhadap anak didik-
nya, Menurut Mahmud Yunus hubungan jiwa antara guru dan murid-murid
haruslah baik dan erat, yaitu seperti hubungan antara orang tua dan anak. Seorang
guru haruslah dapat memandang anak didiknya seperti ia memandang anaknya
sendiri. Guru harus dapat mengorbankan waktu, tenaga dan fikirannya untuk anak
didiknya. Di sini Mahmud Yunus mengatakan bahwa sekali-kali janganlah
hubungan antara guru dan anak didiknya disertai dengan pukulan, hukuman,
kekerasan dan kemarahan. Dan juga guru jangan sekali-kali memandang anak
didiknya dengan pandangan kehinaan dan mengasingkan diri dari mereka.
3. Guru juga harus mempunyai sifat rasa kesadaran akan kewajibannya terhadap
masyarakat. Dan seorang gurupun harus tahu bahwa tiap-tiap pelajaran yang
diajarkannya adalah untuk dan demi kepentingan masyarakat. Guru juga harus
berusaha menanamkan akhlaq dan cinta tanah air dalam jiwa murid-muridnya.
Menurut Mahmud Yunus di atas, dasar pendidikan agama yang praktis dan cinta
tanah air serta teladan yang baik, guru akan dapat membentuk generasi baru dan
umat yang sempurna dalam segala segi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Maka
di tangan gurulah dididik semua generasi bangsa, kemudian mereka masuk ke
dalam masyarakat, bekerja dalam lapangan masing-masing.
4. Guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian, dan kesempurnaan dan
guru juga harus memperlakukan sama antara murid yang satu dengan murid yang
lain, ia harus mengasihi semua muridnya dengan tidak membedakan antara satu
dengan yang lainnya.
5. Seorang guru harus berlaku jujur dan juga ikhlas dalam pekerjaannya.
Kejujuran dan keikhlasan seorang guru dalam pekerjaannya adalah jalan yang
terbaik untuk kesuksesannya dalam mengajar sekaligus kesuksesan anak didiknya
dalam belajar. Guru harus menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya sebagai
suatu kewajiban yang di pikul di atas pundaknya
6. Seorang guru juga harus berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Sedikit
banyaknya guru harus mengetahui urusan negrinya, sejarahnya, pertaniannya,
perusahaannya, perniagaannya, pemimpin-pimimpinnya, pujangga- pujangganya,
ulama-ulamanya. Dengan demikian guru dapat memberikan pendapat-pendapat
dan buah pikiran kepada anak didiknya tentang kemasyarakatan yang ada di
sekitar anak didiknya tersebut.
7. Guru harus berhubungan terus dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Guru
harus mengetahui sedikit tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Hal tersebut
berguna untuk menjawab pertanyaan dari murid-muridnya sewaktu-waktu.
Pendek kata guru haruslah luas pengetahuan dan materinya, maka guru yang luas
wawasan keilmuannya akan dapat menata situasi kelasnya ketika pelajaran
berlangsung sekaligus akan menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap
pelajaran yang diajarkannya tersebut.
8. Guru juga harus selalu belajar terus menerus, karena pada hakekatnya ilmu
pengetahuan tidak ada kesudahannya dan tidak ada akhirnya. Oleh sebab itu guru
haruslah selalu menambah ilmu pengetahuan secara terus menerus dan jangan
sampai ketinggalan informasi dan ilmu pengetahuan.
9. Guru juga harus mempunyai cita-cita yang tetap. Guru haruslah memiliki cita-
cita yang kuat serta tetap pendiriannya. Sekali- kali janganlah seorang guru
menyuruh mengerjakan sesuatu pada hari ini dan melarangnya pada esok hari.
Begitu juga janganlah guru menyuruh sesuatu yang tidak mungkin dilaksanakan
oleh murid-muridnya. Apabila guru menyuruh anak didiknya untuk melakukan
sesuatu janganlah guru membiarkan anak didiknya mengabaikan perintah tersebut.
Satu perintah yang ditaati murid lebih baik daripada sepuluh perintah yang tidak
ditaati.
10. Seorang guru juga harus berbadan sehat, telinganya harus nyaring, matanya
harus tajam, suaranya sederhana (jangan terlalu lunak dan juga jangan terlalu
keras), terhindar dari penyakit terutama penyakit yang menular. Dengan demikian
guru dapat menunaikan tugasnya dengan baik
11. Guru juga harus membiasakan murid-muridnya untuk percaya pada diri
sendiri dan bebas berfikir. Mahmud Yunus menyarankan untuk memberantas
pendidikan yang menyerahkan segala-galanya kepada guru, yang akan
mengakibatkan kegagalan anak didik pada masa yang akan datang9 . Menurut
Mahmud Yunus pembiasaan berfikir dan bekerja sendiri akan melatih kedewasaan
pada anak didik dan akan menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri anak didik
tersebut.
12. Seorang guru hendaknya berbicara kepada anak didiknya dengan bahasa yang
difahami dan dimengerti oleh anak didik tersebut.
13. Seorang guru haruslah memikirkan pendidikan akhlaq. Guru harus ingat
bahwa tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlaq, baik
perangai, keras kemauan, mengerjakan kebaikan dan menjauhi kejahatan.
Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan akhlaq bukanlah semata-mata belajar
ilmu akhlaq. melainkan membentuk pemuda pemudi yang berakhlaq baik, bercita-
cita tinggi, baik perkataan dan perbuatannya, bijaksana dalam segala tindakan
14. Guru juga harus memiliki kepribadian yang kuat. Karena menurut Mahmud
Yunus kepribadian seorang guru sangatlah mempengaruhi kesuksesan guru dalam
mendidik anak-anak didiknya. Tetapi kepribadian juga bukanlah satu-satunya
kunci dari kesuksesan seorang guru. Selain memiliki kepribadian yang kuat, guru
juga dituntut untuk memiliki keahlian dari segi ilmiyah dan juga memiliki bakat
keguruan untuk jabatannya tersebut. Masih Menurut Mahmud Yunus, agar guru
memiliki kepribadian yang kuat, maka guru tersebut haruslah percaya kepada
dirinya sendiri, dan menghormati dirinya, janganlah ia menghinakan dirinya
sendiri kepada orang yang lebih tinggi .
15. Guru haruslah memiliki badan yang tegap, panca indra yang sehat,
perkataannya fasih, akhlaqnya baik, pandai menghargai dirinya, jujur dalam
pekerjaan, suka menjaga disiplin, pandai bergaul, betul pendapatnya, keras
kemauannya, ahli dalam mata pelajarannya, mengetahui jiwa murid-muridnya dan
kemauan hati mereka, ia dapat mengatur pekerjaan sekolah sebagaimana
mestinya.
Guru memiliki kedudukan yang tinggi, karena guru termasuk manusia yang
berjiwa besar di dunia ini, ia berusaha menyiapkan generasi penerus yang
berkualitas, mentransferkan ilmu pengetahuan dan juga memiliki posisi sebagai
pewaris Nabi. Oleh karena itu Islam memberikan penghargaan sangat tinggi
terhadap guru. Ia adalah salah satu pemilik ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan
memiliki peran penting, dengan ilmu manusia akan sanggup menaklukkan dunia
dan dengan ilmu pula orang akan menemukan jalan kebahagiaan hidup baik di
alam dunia fana dan akhirat kelak, bahkan keberadaan ilmu merupakan salah satu
syarat akan datangnya hari kiamat, sebagaimana hadits Nabi Dari Anas r a .
berkata, Rasulullah SAW bersabda; Sesungguhnya sebagian tanda-tanda hari
kiamat adalah dihilangkannya ilmu, abadilah kebodohan, diminumnya minuman
keras dan tetap tampaknya zina. ( HR. Al-Bukhari ).
Pada dasarnya tingginya kedudukan guru dalam istilah Islam merupakan
realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan ilmu pengetahuan, sementara
itu pengetahuan itu sendiri didapat dari proses belajar mengajar. Orang yang
belajar adalah calon guru dan orang yang mengajar adalah guru. Tidak akan ada
perkembangan ilmu pengetahuan jika tidak ada belajar mengajar dan juga tanpa
adanya guru. Islam adalah agama, maka guru adalah sebagai pelaku pendidikan
Islam yang menghendaki kehidupan dunia akhirat sehingga memandang
kedudukan guru tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan yaitu suatu kedudukan
yang mempunyai nilai-nilai transenden (Tafsir, 2005).
Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata
pada masa sekarang ini, terutama di pesantren-pesantren Indonesia, santri tidak
berani menatap sinar mata Kyai, membungkukkan badan sebagai tanda hormat
kepada sang Kyai tatkala menghadap ataupun berpapasan, tawadu‟ dan sifat baik
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya kewibawaan atau kharisma yang
dimiliki oleh kyai. Keyakinan santri akan kebaikan atau keberkahan dari seorang
kyai masih sangat kental hingga merasuk kedalam sikap dan tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-hari (S. Nasution, 2010).
Sebenarnya, kedudukan guru akan tampak jelas ketika guru dapat
memberikan perannya, minimal peranan sebagai pendidik dan pembimbing yang
pada dasarnya peranan guru itu tidak terlepas dengan kepribadianya dalam arti
tidak hanya menyampaikan bahan-bahan mata pelajaran dan juga tidak hanya
dalam interaksi formal tetapi juga informal, tidak hanya diajarkan tetapi juga
ditularkan (Dinata, 2009). Serta tidak hanya diucapkan tetapi harus diamalkan,
dengan kata lain ilmiah yang amaliah.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
1. Guru merupakan seorang pendidik yang memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi, serta sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam
memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman dalam sebuah
pendidikan. Syarat menjadi guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu
kompetensi professional, personal, sosial, memberikan pelayanan.
2. Tugas pokok guru memang cukup kompleks, melebihi kompleksnya tugas
pokok para manajer lainnya. Guru harus mampu berperan sebagai
pendidik, manajer, pengadministrasi, penyelia (supervisor), pemimpin,
pembaharu, dan penggerak. Adapun fungsi guru adalah merencanakan
tujuan belajar, mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk
mewujudkan tujuan belajar, memberikan motivasi, mendorong dan
memberikan stimulus pada siswa, mengawasi segala sesuatu apakah sudah
berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian
tujuan
3. Sifat-sifat guru antara lain: guru haruslah mengasihi murid-muridnya
seperti ia mengasihi anak- anaknya sendiri, guru juga harus memiliki
hubungan yang erat dan baik terhadap anak didik-nya, guru juga harus
mempunyai sifat rasa kesadaran akan kewajibannya terhadap masyarakat,
guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian, dan kesempurnaan
dan guru juga harus memperlakukan sama antara murid yang satu dengan
murid yang lain, seorang guru harus berlaku jujur dan juga ikhlas dalam
pekerjaannya, seorang guru juga harus berhubungan dengan kehidupan
masyarakat, guru harus berhubungan terus dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, . guru juga harus selalu belajar terus menerus, guru harus
memiliki cita-cita yang tetap, Seorang guru juga harus berbadan sehat,
telinganya harus nyaring, matanya harus tajam, suaranya sederhana, guru
juga harus membiasakan murid-muridnya untuk percaya pada diri sendiri
dan bebas berfikir, seorang guru hendaknya berbicara kepada anak
didiknya dengan bahasa yang difahami dan dimengerti oleh anak didik
tersebut. seorang guru haruslah memikirkan pendidikan akhlaq. guru juga
harus memiliki kepribadian yang kuat. Guru memiliki kedudukan yang
tinggi, karena guru termasuk manusia yang berjiwa besar di dunia ini, ia
berusaha menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, mentransferkan
ilmu pengetahuan dan juga memiliki posisi sebagai pewaris Nabi.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. 2001. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Renika
Cipta
Dinata, N.S.S. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2009. Hlm 251.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengaja.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fadhila, Nissa. 2017. Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Motivator
Belajar Siswa di Sma Negeri 8 Bandar Lampung. Undergraduate thesis,
UIN Raden Intan Lampung.
Mahmud Yunus. 1990. Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran. Jakarta: PT
Hidakarya Agung.
Manasika, A., Anggraeni, C.W. 2018. Pendidikan Karakter dan Mutu Pendidikan.
Seminar Nasional Pendidikan.
Muizzuddin, M. (2019). Pengembangan Profesionalisme Guru dan Peningkatan
Kualitas Pembelajaran. Jurnal Kependidikan.
https://doi.org/10.24090/jk.v7i1.2957,
Nidawati. (2020). Penerapaan Peran Dan Fungsi Guru Dalama Kegiatan
Pembelajaran FTK Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 95.
file:///C:/Users/User/Downloads/9087-23828-1-SM.pdf.
Pamulang, U. (n.d.). Pkn0052_Profesi Keguruan (Issue 1).
Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Rismawan, Edi. 2019.  Analisis Kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan
Agama Islam Sekolah Dasar Di Kecamatan Ilir Barat Satu
Palembang. Masters Thesis, Uin Raden Fatah Palembang
S. Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Akasar.
Satori, D. (2006). Profesi Keguruan dalam Mengembangkan Siswa. 1, 20.
http://repository.ut.ac.id/4041/1/MKDK4005-M1.pdf.
Tafsir, A. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja
RosdaKarya.
Usman, Moh. Uzer. 2019. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, Cet 29.
Yestiani, D.K., Zahwa, N. 2020. Peran Guru dalam Pembelajaran pada siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. 4(1): 41-47.

Anda mungkin juga menyukai