Anda di halaman 1dari 93

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA ISOLASI SOSIAL DI YAYASAN MITRA SAKTI

MATA KULIAH : PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA


DOSEN PENGAMPU : Ns. Yulia Indah Permata sari, M.Kep
PEMBIMBING KLINIK : Ns. Kasiyo Kw, M.kes

DI SUSUN OLEH :

1. Rona safitri 1926102


2. Saftalia suryati 1926104
3. Selvi utami E 1926106
4. Suci etika wati 1926108
5. Taufik saputa 1926110
6. Vita refina putri 1926116
7. Winanda putri 1926118
8. Yen Jessica 1926120
9. Yudi yanjaya 1926122
10. Indah lestari 1926048

PRODI D II KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANCA BHAKTI
BANDAR LAMPUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamiin puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayahnya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas "PRAKTIK KLINIK
KEPERAWATAN JIWA".

Sedikit menyinggung mengenai makalah ini, makalah ini berisi tentang konsep
dasar asuhan keperawatan tentang isolasi sosial

Untuk itu kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan laporan sampai
dengan tersusun nya makalah ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima
kasih yang setulus-tulusnya semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala
yang berlipat ganda dari allah SWT. Aamiin.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 28 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2

BAB II

A. Kasus/Masalah......................................................................................3
B. Proses Terjadinya Masalah...................................................................5
C. Penatalaksanaan Medis.........................................................................8
D. Tindakan Keperawatan.........................................................................10
E. Pohon masalah......................................................................................12
F. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji.................12
G. Diagnosa Keperawatan.........................................................................14
H. Rencana Tindakan Keperawatan...........................................................14

BAB III

A. Asuhan Keperawatan............................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN

ii
A. Evaluasi ................................................................................................37

BAB V

A. Kesimpulan...........................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................41

iii
BAB I

PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, tidak hanya
terbebas dari  penyakit serta kelemahan.

Berdasarkan data dari WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini
cukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan
25% penduduk dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia
tertentu hidupnya. Usia ini  biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun
1% diantaranya adalah gangguan jiwa  berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku (Zahnia et al. 2016).

Salah satu  bentuk gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia
adalah gangguan jiwa skizofrenia. Prevalensi skizofrenia didunia 0,1 per mil
dengan tanpa memandang perbedaan status sosial atau budaya (Riskesdas, 2018).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
manusia yang terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Berdasarkan
WHO (2016) jumlah penderita skizofrenia sekitar 21 juta orang dari 450 juta
penderita gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia. (Zahnia et al. 2016).

Kasus skizofrenia di indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya mengalami


peningkatan. Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi gangguan jiwa berat atau skizofrenia mencapai 1,7% per 1000

1
penduduk atau sekitar 400.000 orang dan hasil Riskesdas tahun 2018 yang
dilakukan pada 1,2 juta jiwa menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah
mencapai 7%. Poin mengenai gangguan jiwa tersebut mengungkapkan
peningkatan yang cukup siginifikan.

Prevalensi rumah tangga yang paling tinggi menderita gangguan jiwa skizofrenia
menurut provinsi ditempati oleh Provinsi Bali dengan persentase 11% dan
terendah ditempati oleh Kepulauan Riau dengan persentase 3% (Riskesdas, 2018).
Salah satu gejala negatif dari skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan
(isolasi sosial). Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami penurunan atau sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Yosep, 2011).

Menurut penelitian Maramis (2009)mengatakan sebanyak 75% pasien


mengalami isolasi sosial dari kasus skizofrenia dan 64% mengalami penurunan
kemampuan memelihara diri (makan, mandi dan berpakaian). Menurut penelitian
Surtiningrum (2011) sebanyak 72% pasien isolasi sosial sebagai akibat dari
kerusakan kognitif dan afektif.Kasus isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali menunjukkan adanya peningkatan. Data dari Rekam Medik menunjukkan
pada tahun 2017 di dapatkan data pasien dengan isolasi sosial sebanyak 921 orang
dan pada tahun 2018 pasien isolasi sosial sebanyak 969 orang. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa penderita isolasi sosial semakin bertambah setiap tahunnya.
Maka dari itu perlu diberikan penanganan yang tepat agar jumlah penderita dapat
dikurangisetiap tahunnya.

Isolasi sosial disebabkan oleh perasaan tidah berharga yang bisa dialami pasien.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien semakin sulit dalam berhubungan
dengan orang lain. Akibatnya pasien mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri sehingga timbulnya

2
defisit perawatan diri. Pasien semakin tenggelam dalam tingkah laku masa lalu
serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan atau realita, sehingga
berakibat lanjut timbulnya halusinasi dan resiko perilaku kekerasan (Prabowo,
2014).

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah tentang asuhan keperawatan dengan masalah
keperawatan utama isolasi sosial adalah sebagai berikut

1. Tujuan umum :

a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan


masalah keperawatan isolasi social.

2. Tujuan khusus :

a. Mahasiswa dapat memahami tentang isolasi sosial.


b. Mahasiswa dapat memahami tentang cara mengatasi isolasi sosial
c. Mahasiswa mampu memahami proses terjadinya masalah isolasi sosial
d. Mahasiswa dapat mengetahui pohon masalah isolasi sosial

3
e. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa apa saja yang muncul, seperti
HDR, Halusinasi dan juga HDR.
f. Mahasiswa dapat mengetahui tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah keperawatan isolasi sosial.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang


karena orang lain dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap
negative dan mengancam bagi dirinya (Towsend, 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang klien mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Keliat, 2010).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam (Nanda-1,2012).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan prilaku
maladaktif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial ( Depkes RI,
2000 ).

3
2. Rentang Respon Sosial dan Gangguan Kepribadian

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1) Pikiran logis 6) Pikiran kadang menyimpang 11) Gangguan pikiran atau


waham
2) Persepsi akurat 7) Ilusi
12) Halusinasi
3) Emosi konsisten dengan 8) Emosi berlebihan
pengalaman 13) Kesulitan untuk memproses
9) Prilaku ganjil atau tak lazim emosi
4) Prilaku sesuai
10) Menarik diri 14) Ketidakteraturan prilaku
5) Hubungan sosial
15) Isolasi sosial

Gambar 2.1 tentang respon neurobiologi menurut stuart GW., 2006

3) Tanda dan Gejala

Menurut Towsend M.C (1998:192-193) dan Carpenito,L.J. (1998:381)

4
Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi social akan ditemukan
data objektif meliputi apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul, menghindar dari
orang lain, klien tampak memisahkan diri dari orang lain, komunikasi kurang, klien
tampak tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, tidak ada kontak mata
atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dikamar.
Menolak berhubungan dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
meniru posisi janin pada saat lahir, sedangkan untuk data Subjektif sukar didapat, jika
klien menolak komunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat
dengan kata-kata “tidak, “ya” dan tidak tahu”.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Tumbuh Kembang


Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas-tugas
dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan
sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah. (Stuart and Sundeen, 1998).

b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah
dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu suatu keadaan
dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam
waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat
untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. (Stuart and Sundeen, 1998).

5
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi social atau mengasingkan diri dari dari lingkungan social merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini di
sebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap anggota
yang tidak produktif seperti usia lanjut, penyakit kronis, dan penyandang cacat
diasingkan dari lingkungan sosialnya. (Stuart and Sundeen, 1998).

2. Faktor Presipitasi

a. Faktor Eksternal

Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.( Stuart & Sundeen, 1998)

b. Faktor Internal

Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya.( Stuart & Sundeen, 1998)

3. Perilaku

6
a) Perilaku pada klien

a. gangguan social menarik diri yaitu: kurang sopan, apatis, sedih, afek tumpul,
kurang perawatan diri, komunikasi verbal turun, menyendiri, kurang peka
terhadap lingkungan, kurang energy, harga diri rendah dan sikap tidur seperti
janin saat tidur. (Stuart & Sundeen, 1998)

b. Sedangkan perilaku pada gangguan sosial curiga meliputi tidak mempercayai


orang lain, sikap bermusuhan, mengisolasi diri dan paranoia.( Stuart & Sundeen,
1998)

c. Kemudian perilaku pada klien dengan gangguan social manipulasi adalah kurang
asertif, mengisolasi diri dari lingkungan, harga diri rendah, dan sangat tergantung
pada orang lain.( Stuart & Sundeen, 1998)

b) Mekanisme Koping

Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisocial antara lain


proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi
orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi.

7
c) Sumber koping

Menurut Gail W. Stuart 2006, sumber koping berhubungan dengan respon social
mal-adaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, music atau tulisan
(Ernawati Dalami dkk,2009,Hal.10).

d) Penilaian stressor
Penilaian stresor merupakan proses evaluasi secara menyeluruh yang
dilakukan oleh individuterhadap sumber stres dengan tujuan untuk melihat tingkat
kemaknaan dari suatu kejadian yang dialaminya (Stuart, 2013). Penilaian stresor
meliputi penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh
dengan stress bagi individu. Penilaian stresor ini menggunakan instrumen tanda
gejala yang meliputi respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan respon sosial.
Tindakan keperawatan untuk masalah isolasi sosial bertujuan agar klien
mampu melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Tindakan keperawatan yang
diberikan yaitu: membantu klien menyadari penyebab perilaku isolasi sosial,
mendiskusikan manfaat dan kerugian tidak melakukan interaksi dan melatih klien
berkenalandengan orang lain secara bertahap, serta mampu melakukan interaksi
dalam hubungan sosial.

4. Rentang Respon

8
Rentang respon berhubungan dapat berfluktuasi dari respons berhubungan adaptif
sampai maladaptif.

1) Respon Adaptif

Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapat di terima


oleh norma-norma sosial dan budaya yang umum berlaku ( masih dalam batas
normal), meliputi:

a) Menyendiri/solitude

Respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosial
dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya.

a. Otonomi

Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan


dalam hubungan sosial.

9
b. Bekerja Sama

Kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi


dan menerima.

c. Saling Tergantung (interdependen)

Suatu hubungan saling tergantung antar individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.

2) Respon Maladaptif

Respon individu dalam penyelesaian masalah menyimpang dari norma-norma sosial


dan budaya lingkungannya, meliputi:

10
a) Manipulasi
b) Orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
c) Implusif

Tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, dan
tidak dapaat diandalkan.

d) Narkisme

Harga diri yang rapuh, secara terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan


dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
(Rawlins, Heacock,1993)

C. Penatalaksanaan Medis

Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan


maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :

11
a. Psikofarmakologi

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat yang


digunakan untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka = psikoterapika =
phrenotropika. Terapi gangguan jiwa dengan menggunakan obat-obatan disebut
dengan psikofarmakoterapi = medikasi psikoterapi yaitu obat yang mempunyai efek
terapeutik langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak/sistem
saraf pusat. Obat yang bekerjanya secara efektif pada SSP dan mempunyai efek utama
terhadap aktifitas mental, serta mempunyai efek utama terhadp aktivitas mental dan
perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatri 1. (Stuart, 2016).

Psikofarmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial adalah


obat-obatan antipsikosis seperti:

1) Chlorpromazine

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh


gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku.
Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak
terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping penggunaan
Chlorpromazine injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik. (Stuart, 2016).

12
2) Haloperidol

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis,


menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham,
halusinasi.Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak
terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping sering
menimbulkan gejala ekstrapiramidal. (Stuart, 2016).

3) Triflouperazine

Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi neurotik/psikosomatis,


ansietas, mual dan muntah. Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor. (Stuart,
2016).

b. Therapy

13
1) Electro Convulsive Therapy (ECT)

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana arus
listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan
dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang
grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan
listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
(Stuart, 2016).

2) Psikoterapi

Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa
aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada klien. (Stuart,
2016).

3) Terapi Okupasi

Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam


melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. (Stuart, 2016).

14
D. Tindakan Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya

Untuk membina hubungan saling percaya pada klien isolasi sosial kadang-
kadang perlu waktu yang tidak singkat. Perawat harus konsisten bersikap
terapeutik kepada pasien. Selalu penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa
dilakukan. Pendekatan yang konsisten akan membuahkan hasil. Bila klien sudah
percaya maka apapun akan diprogramkan. Klien akan mengikutinya. Tindakan
yang harus dilakukan untuk membina hubungan saling percaya adalah:

1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien


2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan klien.
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
4) Membuat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama klien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan informasi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati kepada klien.
7) Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi.

15
b. Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosial

Mungkin perilaku isolasi sosial yang dialami klien dianggap sebagai perilaku yang
normal. Agar klien mengetahui bahwa perilaku tersebut perlu diatasi maka hal
pertama yang dilakukan adalah menyadarkan klien bahwa isolasi sosial
merupakan masalah yang perlu diatasi. Hal tersebut dapat digali dengan
menanyakan:

1) Pendapat klien tentang berinteraksi terhadap orang lain.


2) Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin interaksi dengan
orang lain.
3) Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
4) Diskuskan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
5) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.

c. Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

1) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.

16
2) Berikan contoh cara bicara dengan orang lain.
3) Beri kesempatan klien mempraktikkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan terhadap perawat.
4) Mulailah bantu klien beriteraksi dengan satu orang teman atau anggota
keluarga.
5) Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
6) Beri pujian untuk setiap kemajuan berinteraksi yang telah dilakukan oleh
klien.
7) Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin klien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar klien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.

d. Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.


e. Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun
kepercayaan diri klien dalam pergaulan.
f. Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang kontruktif.
g. Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap.
h. Diskusikan terhadap keluarga pentingnya interaksi klien yang dimulai dengan
keluarga terdekat.

17
i. Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap pentingnya
sosialisasi dengan lingkungan sekitar.

E. Pohon masalah

Menurut keliat dkk (2010) pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai berikut :
Resiko gangguan sensori persepsi : HALUSINASI

ISOLASI SOSIAL

Harga Diri Rendah

Tidak efektifnya koping individu , koping defensive

F. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji

18
Menurut Stuart and Sundeen (1998). Salah satu gangguan berhubungan sosial
diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan
tidak berharga, yang biasa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.

Pattern of Parenting Inefectieve Lack of Develop Stressor internal


(Pola Asuh Keluarga) coping ment Task and external (stress
(Koping (Gangguan internal dan
individu tidak Tugas eksternal)
efektif) Perkembangan)
Misal : Misal : Misal : Misal :
Pada anak yang Saat individu Kegagalan Stress terjadi akibat
kelahirannya tidak menghadapi menjalin ansietas yang
dikehendaki (unwanted kegagalan hubungan intim berkepanjangan
child) akibat kegagalan mengalahkan dengan sesame dan terjadi
KB, hamil diluar nikah, orang lain, jenis atau lawan bersamaan dengan
jenis kelamin yang tidak ketidakberday jenis, tidak keterbatasan
diinginkan, bentuk fisik aan mampu mandiri kemampuan
kurang menawan mengangkat individu untuk
menyebabkan keluarga tidak mampu mengatasi.
mengeluarkan komentar- menghadapi Ansietas terjadi
komentar negative, kenyataan dan akibat berpisah
merendahkan, menarik diri dengan orang
menyalahkan anak dari terdekat, hilang
lingkungan. pekerjaan atau
orang yang
dicintai.

19
Harga Diri Rendah
Kronis

Isolasi Diri
(Iyus Yosep,2007,Hal.230).

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial


Harga Diri Rendah
Halusinasi
2.Diagnosa medis : Skizofernia paranoid

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

20
NO Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan

1. ISOLASI 1. membina hubungan Pertemuan 1


SOSIAL saling percaya

1. identifikasi penyebab isolasi


sosial
2. dapat
2. siapa yg serumah , siapa yg
mengidentifikasi
terdekat dan apa penyebabnya
penyebab isolasi
sosial : siapa yg
serumah , siapa yg
terdekat dan apa
penyebabnya

3. jelaskan keuntungan punya


teman dan bercakap – cakap

3. dapat
memberitahukan
kepada klien 4. jelaskan kerugian tidak punya
keuntungan punya teman dan tidak bercakap –
teman dan cakap .
bercakap -cakap .

21
5. latih cara berkenalan dengan
pasien , perawat dan tamu .

4. dapat
memberitahukan
kepada
6. masukan pada jadwal kegiatan
klienkerugian tidak
untuk Latihan berkenalan
punya teman dan
tidak bercakap -
cakap .

5. klien dapat
berkenalan dengan
pasien ,perawat dan
tamu

1. Klien dapat Pertemuan 2


berbicara saat
melakukan
kegiatan harian

1. Evaluasi kegiatan perkenalan

22
dengan beberapa orang , beri
pujian

2. Klien dapat
berkenalan dengan
dua sampai tiga
orang perawat dan
tamu

2. Latih cara berbicara saat


melakukan kegiatan harian
( latih dua kegiatan )

3. Masukan pada jadwal kegiatan


untuk Latihan perkenalan
dengan 2 ,3 orang pasien .
perawat dan tamu , berbicara
saat melakukan kegiatan
harian

23
1. Klien dapat Pertemuan 3
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian

1. Evaluasi kegiatan , Latihan


berkenalan ( beberapa orang )
dan bicara saat melakukan
kegiatab harian , berikan
pujian

2. Klien dapat
berkenalan dengan
4 5 orang ,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian

2. Latih cara berbicara saat


melakukan kegiatan haroan ( 2
kegiatan baru )

3. Masukan dalam jadwal


kegiatan harian untuk Latihan

24
perkenalan 4,5 orang , bicara
saat melakukan 4 kegiatan
harian

1. Klien dapat Pertemuan 4


berbicara sosial :
meminta sesuatu , 1. Evaluasi kegiata harian , bicara
menjawab saat melakukan 4 kegiatan harian .
pertanyaan berikan pujian

2. Latih cara berbicara : meminta


sesuatu , menjawab pertanyaan

3. Masukan pada jadwal kegiatan


untuk Latihan perkenalan 5> orang
, orang baru , berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan
2. Klien dapat
sosialisasi
berkenalan > 5
orang , orang baru ,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian dan
sosialisasi

25
1. Klien dapat Pertemuan 5 – 12
mandiri dalam
berkenalan ,
berbicara saat
melakukan
kegiatan harian dan 1. Evaluasi kegiatan berkenalan ,
sosialisasi berbicara saat melakukan
kegiatan harian dan
sosialisasi . beri pujian

2. Latih kegiatan harian

3. Nilai kemampuan yang telah


mandiri

26
4. Nilai apakah isolasi sosial
teratasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan

2 Gangguan Tujuan umum : klien mampu Pertemuan 1


persepsi sensori: mengontrol halusinasi yang
1. Identifikasi halusinasi: isi,
halusinasi dialami
frekuensi,waktu terjadi, situasi
Tujuan khusus : klien mampu pencetus, perasan respon
mengidentifikasi halusinasi
2. Jelaskan cara mengontrol
dan mampu mengendalikan
halusinasi: hardik, obat, bercakap-
halusinasi yang dialami
cakap, melaukan kegiatan
dengan menghardik
3. Latih cara mengontrol halusinasi

27
dg menghardik

4. Masukkan pada jadwal kegiatan


untuk latihan menghardik

Klien mampu mengendalikan Pertemuan II


halusinasi yang dialami
1. evaluasi kegiatan menghardik. Beri
dengan memanfaatkan obat
pujian

2. latih cara mengontrol halusinasi


dengan obat (jelaskan 6benar minum
obat)

3. masukkanpada jadwal kegiatan


untuk latihan menghardik dan minum
obat

Klien mampu mengendalikan Pertemuan III


halusinasi yang dialami
1. evaluasi kegiatan latihan
dengan cara verbal/bercakap-
menghardik & minum obat. Beri
cakap
pujian

2. latih cara mengontrol halusinasi dg


bercakap-cakap saat terjadi halusinasi

3. masukkan pada jadwal kegiatan


untuk latihan menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap.

Klien mampu mengendalikan Pertemuan IV


halusinasi yang dialami
1.Evaluasi kegiatan latihan
dengan cara latihan kegiatan
mengharduik, minum obat&bercakap-
terjadwal
cakap. Beri pujian

2. latih cara mengontrol halusinasi dg


melakukan kegiatan harian (mulai2
kegitan)

28
3. masukkan pada kegiatan terjadwal
untuk latiohan menghardik,
minuobat&bercakap- cakap dan
kegiatan harian

Pertemuan 5-12

1.evaluasi kegiatan latihan


menghardik& bercakap-cakap & obat
& kegiatan harian.beri pujian

2. latihan kegiatan harian

3.nilai kemampuan yang telah mandiri

4. nilai apakah halusinasi terkontrol

Pertemuan 5-12

1.evaluasi kegiatan latihan


menghardik& bercakap-cakap &
obat & kegiatan harian.beri pujian

2. latihan kegiatan harian

3.nilai kemampuan yang telah


mandiri

4. nilai apakah halusinasi terkontrol

No Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan

3 Harga Diri Tujuan umum : Klien Pertemuan 1


Rendah memiliki harga diri yang
1.Identifikasi kemampuan melakukan
kegiatan dan aspek positif pasien (buat

29
posesif daftar kegiatan )

2.Bantu pasien menilai kegiatan yang


dapat dilakukan saat ini(pilih dari
Tujuan khusus :Pertemuan
daftar kegiatan ):buat daftar kegiatan
pengkajian klien mampu
yang dapat dilakukan saat ini
menunjukan tanda-tanda
percaya kepada perawat dan 3.Bantu pasien memilih salah satu
mengenali masalah yang di kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
alami untuk di latih

4.Latih kegiatan yang dipilih(alat dan


cara melakukan nya)
Pertemuan I
5.Masukan pada jadwal kegiatan untuk
Klien mampu
latihan dua kali perhari
mengidentifikasi HDR dan
mampu mengendalikan HDR
yang di alami dengan latihan
kegiatan positif pertama

Pertemuan II Pertemuan II

Mampu mengendalikan HDR 1.Evaluasi kegiatan pertama yang telah


yang di alami dengan latihan dilatih dan berikan pujian
kegiatan positif kedua
2.Bantu pasien memilih kegiatan ke
dua yang akan dilatih

3.Latih kegiatan kedua (alat dan cara)

4.Masukan pada jadwal kegiatan untuk


latihan :dua kegiatan masing-masing
dua kali per hari

1.

Pertemuan III Pertemuan III

1.Evaluasi kegiatan pertama dan kedua

30
Mampu mengendalikan HDR yang telah di latih dan berikan pujian
yang di alami dengan latihan
2.Bantu pasien memilih kegiatan
kegiatan positif ketiga
ketiga yang akan dilatih

3.Latih kegiatan ke tiga (alat dan cara)

4.Masukkan pada jadwal kegiatan


untuk di latih :tiga kegiatan ,masing-
masing dua kali perhari

Pertemuan IV Pertemuan IV

Mampu mengendalikan HDR 1. Evaluasi kegiatan pertama,kedua


yang di alami dengan latihan dan ketiga yang telah dilatih dan
kegiatan positif ke empat berikan pujian

2. Bantu pasien memilih kegiatan ke


empat yang akan di latih

3. Latih kegiatan ke empat (alat dan


cara)

4. Masukan pada jadwal kegiatan


untuk latihan:empat kegiatan masing-
masing dua kali perhari

Pertemuan V dst Pertemuan 5 dst 12

Klien mampu mengendalikan 1.Evaluasi kegiatan latihan dab


HDR yang dialami berikan pujian

2.Latih kegiatan dilanjutkan sampai


tak terhingga

3.Nilai kemampuan yang telah


mandiri

4. Nilai apakah harga diri pasien


meningkat

31
32
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

A . IDENTITAS

a) NRM :-
b) Nama : Tn. F
c) Tanggal Lahir : 14 Juli 1985
d) Jam pengkajian : 09:00 Wib
e) Ruang Rawat : Mitra Sakti
f) Pendidikan : SMK
g) Agama : Islam
h) Suku : Jawa
i) Sumber Data : Pasien, Keluarga Dan Juga Perawat Ruangan
j) Rujukan :-
k) Cara Datang : Diantar Dengan Keluarga
l) Hubungan Dengan Pasien : Keluarga Klien

m) Tanggal masuk : 29 november 2021

n) Tanggal pengkajian : 20 desember 2021

B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT

a) keluhan utama pada masuk RS :

klien mengatakan mendengar suara bisikan yang tidak ada wujudnya, klien terlihat sering
tertawa sendiri, klien mengatakan pusing, klien tampak bicara sendiri

b). keluhan saat ini :

33
klien mengatakan masih mendengar suara-suara, klien merasa malu, tidak mau mengobrol
dengan teman nya yang lain dan pasien selalu mengatakan ingin pulang.

C. RIWAYAT KESEHATAN

a) pernah dirawat : tidak

b) penyakit yang pernah dialami : tidak

c) Riwayat operasi : tidak ada

d) Riwayat alergi : tidak ada

e) Riwayat ketergantungan obat : tidak ada

D. RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU

a) pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu : tidak

b) pengobatan sebelumnya : kurang berhasil

c) Riwayat : -

d) pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : klien mengatakan jika bermain
game kalah itu membuatnya kecewa dan marah-marah

Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa : tidak ada

GENOGRAM

Keterangan :

Laki-laki

34
perempuan

klien

tinggal serumah

keterangan genogram : klien mengatakan masih tinggal dengan keluarganya ayah dan
ibu

F. PERSEPSI KESEHATAN

Ketika ditanya klien mengatakan dirinya sehat dan tidak sakit, tetapi klien masih tetap minum
obat yang diberikan oleh perawat ruangan.

G. PEMERIKSAAN FISIK

a) keluhan fisik :

TD : 120/90 mmHg nadi : 82x/menit

Suhu : 36,9oc RR : 20x/mnt

b) Penilaian skala nyeri

- keluhan nyeri : tidak ada

- nyeri kronis / akut : tidak ada

- nyeri hilang : tidak ada

c) Skrining status nutrisi

- berat badan : 75kg

- tinggi badan : 174 cm

IMT = Berat Badan/ (TB)2

= 75 kg/ (1,74)2

35
= 24,8

Lingkari skor sesuai dengan parameter penilaian , total skor adalah jumlah skor yg di
lingkari .

NO Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir
6
0

1) Tidak penurunan berat badan

2) Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih


lebar

3) Jika iya , berapa penurunan berat badan

- 1-5 kg

- 6- 10 kg

36
3

- 11 – 15 kg

- >15 kg

2 Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak


diinginkan dalam 6 bulan terakhir

a.ya 1
b.tidak 0
Total skor : 1
3 Pasien diagnosa khusus : tidak

NO FUNGSI PENILAIAN SKOR


1 Mengendalikan Tak terkendali / tak teratur ( perlu pencahar ) 0
rangsang Kadang – kadang tak terkendali ( 1xseminggu ) 1
pembuangan tinja Terkendali teratur 2

37
2 Mengendalikan Tak terkendali / pakai kateter 0
rangsang kemih Kadang – kadang tak terkendali ( hanya 1x /24 jam) 1
Mandiri 2
3 Membersihkan diri Butuh pertolongan orang lain 0
(seka muka ,sisir, Mandiri 1
rambut,sikat gigi)
4 Pengunaan Tergantung pertolongan orang lain 0
jamban,masuk,dan
Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi 1
keluar
dapat mngerjakan sendiri beberapa kegiatan yang
(melepaskan celana
lain
membersihkan ,me
Mandiri 2
nyiram )

5 Makan Tidak mampu 0

Perlu pertolongan memotong makanan 1


Mandiri 2
6 Berubah sikap dari Tidak mampu 0
berbaring ke duduk
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang ) 1
Bantuan minimal 1 orang 2
Mandiri 3
7 Berpindah dan Tidak mampu 0
berjalan Bisa pindah dengan kursi roda 1
Berjalan dengan bantuan 1 orang 2
Mandiri 3

8 Memakai baju Tergantung orang lain 0

Sebagian dibantu mis : mengancing 1


Mandiri 2
9 Naik turun tangga Tidak mampu 0
Butuh pertolongan 1

38
Mandiri 2
10 Mandi Tergantung orang lain 0
Mandiri 2

SKOR : 21
Klien mampu melakukan aktivitas hariannya secara mandiri

E) RESIKO JATUH /CEDERA BERDASARKAN EDMONSON SCALE

Parameter Skor

Usia <50 tahun 8

50 – 79 tahun 10

39
⮚ 80 tahun 26

Status mental Sadar penuh dan orientasi waktu baik -4

Agitasi / cemas 13

Sering bingung 13

Bingung dan disorientasi 14

Eliminasi Mandiri bab dan bak 8

Memakai kateter /ostomy 10

40
Bab dan bak dengan bantuan 12

Gangguan eliminasi (inkonensia,banyak bab dimalam hari) 12

Inkonensia tetapi bisa ambulasi mandiri 12

Medikasi Tidak ada pengobatan yg diberikan 10

Obat obatan jantung 10

Obat psikiatri termasuk benzodiazepine dan anti depresan 8

Atau

41
Meningkatnya dosis obat yang dikonsumsi /ditambahkan dalam 12
24 jam terakhir

Diagnosis Bipolar 10

Penyalahgunaan zat terlarang dan alcohol 8

Gangguan depresi mayor 10

Demensia/delirium 12

Ambulasi / Ambulasi mandiri dan Langkah stabil atau pasien imobi 7

42
keseimbangan Penggunaan alat bantu yang tepat (tongkat,wolker,tripod dll) 8

Vertigo hipotensi ortostaltik/kelemahan 10

Langkah tidak stabil ,butuh bantuan,dan tidak menyadari 8


kemampuanya

Nutrisi Hanya sedikit mendapat asupan makan /minum dalam 24 jam 12


terakhir

Nafsu makan baik 0

Gangguan tidur Tidak ada gangguan tidur 8

43
Ada gangguan tidur yang dilaporkan oleh keluarga pasien/staf 12

Riwayat jatuh Tidak ada Riwayat jatuh 8

Ada Riwayat jatuh dalam 3 bulan 14

TOTAL SKOR 79

KATEGORI RESIKO Resiko


Rendah

F) PSIKOSOSIAL

44
1.Konsep diri

1) .citra tubuh

Klien mengatakan tidak ada yang luka dan cacat, pasien sangat bersyukur, pasien
sangat menyukai tubuhnya.

2) identitas diri

klien masih bisa menyebutkan nama, alamat dan juga jenis kelamin

3) peran

Klien mengatakan perannya sebagai seorang anak laki-laki tidak terpenuhi karena ia
hanya main game dan tidak mampu menjalankan perannya sebagai anak tunggal.

45
4) ideal diri

klien mengatakan ingin segera sembuh dan cepat pulang, klien juga saat keluar
inginsekali punya pacar.

5) harga diri

Pasien merasa malu karena merasa kurang percaya diri


Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

2. Spiritual

1) Nilai Dan Keyakinan

Klien mengatakan dirinya sakit biasa saja, bukan karena di guna-guna, ketika berobat
klien hanya percaya dengan dokter bukan dengan dukun/orang pintar

2) Kegiatan Ibadah

Klien mengatakan di Mitra Sakti ibadah seperti solat 5 waktu dan juga berdoa serta
yasinan sering dilakukan.

3.Hubungan Sosial

46
1) Orang yang berarti :

Sebelum sakit : klien mengatakan orang terdekatnya orang tuanya


Saat sakit seperti : klien mengatakan orang yang terdekat adalah orang tuanya

2) Peran serta dalam kegiatan berkelompok :

Sebelum sakit : klien mengatakan sebelum sakit dia tidak mengikuti organisasi apapun
hanya berdiam di dalam rumah dan main game.
Saat sakit : klien mengatakan tidak ikut kegiatan kelompok masyarakat atau oraganisasi
apapun, saat di Mitra Sakti juga klien tidak melakukan kegiatan apapun, hanya diam
dan duduk saja.

3) Hambatan dengan orang lain :

Sebelum sakit : klien mengatakan saat bertemu dengan orang lain ia mampu
berinteraksi dengan orang lain.

47
Saat sakit : klien mengatakan mengalami hambatan saat bertemu orang lain, klien
tampak menundukkan kepala serta tidak mau menatap.

Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

G) STATUS MENTAL

1.Penampilan : klien tampak bersih

2. Pembicaraan : tidak mampu memulai pembicaraan

3. Aktivitas Motoric : klien tampak gelisah sering banyak melamun/diam

4. Alam Perasaan : tertekan, malu, tidak berguna, merasa tidak mampu dan merasa tidak
berharga

5. Interaksi Selama Wawancara : kontak mata kurang

6. Afek : klien menjawab semua pertanyaan dengan datar

7. Persepsi : halusinasi pendengaran : klien mengatakan mendengar suara bisikan yang tidak
nyata, halusinasinya muncul saat ketika ia sedang sendirian

Masalah keperawatan : gangguan persepsi : halusinasi pendengaran

8. Proses Pikir : klien mampu menjawab pertanyaan dari perawat dengan baik

dan tidak mempunyai masalah pada pola piker

48
9. Isi Piker : klien selalu mengatakan mau pulang, klien selalu memikirkan untuk selalu
main game.

10. Tingkat Kesadaran : klien mampu menyebutkan waktu, tempat dan juga orang

11. memori : klien tidak memiliki gangguan pada daya ingat

12. tingkat konsentrasi : klien konsentrasinya baik

13. kemampuan penilaian : gangguan ringan

14. daya tilik diri : klien mengingkari penyakit yang diderita.

H) SUMBER KOPING

Klien mengatakan sumber koping saat ini adalah perawat yang bertugas di mitra sakti

I) PERSIAPAN PULANG / DISCHARGEPLANNING

N Komponen yang di butuhkan Ya Tidak

1. Tempat tinggal *

2. Care giver

3. Layanan Kesehatan masyarakat (puskesmas /CMHN)

4. Group support Ya

49
Klien tidak kesulitan untuk mencari tempat tinggal setelah keluar, klien tinggal dengan
orang tuanya di rumah utama

J) ASPEK MEDIS

Diagnose medik : skizofrenia paranoid


Therapi medis :

- Resperidon 2mg 2x1 hari


- Triespenidil/arkin 2mg 2x1 hari
- Klorpomazin 100mg 1x1/2 hari
- Nopres 20mg 1x1 hari

50
K.) PEMERIKSAAN PENUNJANG

-HB =15,8 g/dl

- ERITROSIT =5,73 juta/ul

A.Data fokus

Data subjektif:

-Klien mengatakan malu dengan orang lain,klien mengatakan pernah di tolak oleh temannya,

-Klien mengatakan merasa malu karena kurang berguna bagi keluarganya

-Klien mengatkan malas mengobrol , klien mengatakan lebih senang menyendiri, klien
mengatakan tidak mau bersosialisasi

-Klien mengatakan kadang mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya, klien
mengatakan suara muncul pada saat menyendiri dan pada saat kondisi yang sepi

Data objektif:

-klien bicara dengan nada rendah, tampak banyak menundukan kepalanya

-Klien tampak menyendiri, klien tampak di pojokan halaman, klien tampak sering ke kamar
dan ruangan, bicara seperlunya saja

-Klien tampak kurang fokus, klien tampak melihat kearah tertentu, klien kadang tampak
tertawa sendiri

-klien mengatakan tidak mau mengobrol dengan teman yang lainnya

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 Data subjektif: Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan malu dengan

51
orang lain,klien mengatakan pernah
di tolak oleh temannya,
- Klien mengatakan merasa malu
karena kurang berguna bagi
keluarganya

Data objektif:
- klien bicara dengan nada rendah,
tampak banyak menundukan
kepalanya

2 Data subjektif : Isolasi Sosial


- Klien mengatakan malas mengobrol ,
- klien mengatakan lebih senang
menyendiri,
- klien mengatakan tidak mau
mengobrol dengan teman yang
lainnya

Data objektif :
- Klien tampak menyendiri, klien
tampak di pojokan halaman, klien
tampak sering ke kamar dan ruangan,
bicara seperlunya saja
- Pasien tidak mau menatap mata saat
mengobrol
- Nada suara pasien kecil dan juga
lemah

52
3 Data subjektif : Gangguan persepsi sensori ( Halusinasi
-Klien mengatakan kadang mendengar Pendengaran )
suara-suara yang tidak ada wujudnya,
-klien mengatakan suara muncul pada
saat menyendiri dan pada saat kondisi
yang sepi
Data objektif :
-Klien tampak kurang fokus, klien
tampak melihat ke rah tertentu,klien
kadang tampak tertawa sendiri
POHON MASALAH

Akibat Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

Core Problem Isolasi Sosial : Menarik Diri

Penyebab Harga Diri Rendah

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

tgl No Dx keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


dx
1 ISOLASI SOSIAL Tujuan umum : klien
mampu bersosialisasi
secara bertahap
Tujuan khusus : Setelah…. X pertemuan Identifikasi focus
pertemuan klien menunjukan tanda- masalah klien
pengkajian, klien tanda percaya kepada

53
mampu menunjukkan perawat dan mengenali dengan :
tanda tanda percaya maslah yang dialami - sapa klien dengan
kepada perawat dan dengan kriteria hasil : ramah dan baik
mengenali masalah - ekspresi wajah verbal maupun non
yang dialami bersahabat verbal
- menunjukan rasa - perkenalan nama
senang dan tujuan perawat
-ada kontak mata berinteraksi
-mau berkenalan - tanyakan perasaan
Bersedia menceritakan klien dan masalah
masalah yang dialami yang dihadapi
- buat kontrak
waktu yang jelas
- beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
- dengarkan dengan
penuh perhatian
Pertemuan 1 1. setelah ….x pertemuan Bantu klien
Klien mampu klien menjelaskan isolasi mengidentifikasi
mengidentifikasi social yang dialami isolasi social :
isolasi sosial dan dengan kriteria : Diskusikan dengan
mampu mengatasi - menyebutkan siapa klien :
isolasi sosial yang orang terdekat - orang yang tinggal
dialami dengan - menyebutkan penyebab serumah
latihan berkenalan isolasi sosial - orang yang paling
- menyebutkan kerugian dekat dengan klien
isolasi sosial - orang yang tidak
- menyebutkan manfaat dekat dengan klien

54
berhubungan sosial - Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri atau tidak mau
bergaul dengan
orang lain
- diskusikan dengan
klien tentang
manfaat
berhubungan social
- beri pujian pada
klen
Pertemuan 2 Setelah…. X pertemuan Latih klien
Klien mampu klien mengedalikan mengatasi isolasi
mengatasi isolasi isolasi social dengan social dengan
sosial yang dialami latihan berkenalan berkenalan
dengan laihan dengan 2-3 orang dengan - evaluasi kegiatan
berkenalan dengan 2- kriteria : berkenalan
3 orang - mengucapkan salam - latih cara
- menyebutkan nama berbicara saat
lengkap melakukan kegiatan
- mau berjabat tangan harian
- kontak mata - masukan pada
dipertahankan jadwal kegiatan
- berkenalan dengan 2-3 untuk latihan
orang dan bicara 2 topik berkenalan 2-3
kegiatan orang
pasien,perawat,tam
u dan berbicara saat
melakukan kegiatan
harian

55
Pertemuan 3 1.Setelah….x pertemuan Latih klien
Klien mampu klien mengendalikan isos mengatasi isolasi
mengatasi isolasi yang dialami dengan cara social dengan
sosial yang dialami latihan berkenalan 4-5 berkenalan 4-5
dengan cara bercakap orang dengan kriteria : orang
cakap -mengucapkan salam -Evaluasi kegiatan
- menyebutkan nama klien berkenalan
lengkap ( beberapa orang )
- menanyakan yang dan bicara saat
diajak berkenalan melakukan 2
- mau berjabat tangan kegiatan harian
- kontak mata - latih cara
dipertahankan berbicara saat
- berkenalan dengan 4-5 melakukan kegiatan
orang dan bicara 2 toik harian
kegitan - masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
berkenalan 4-5
orang dan bicara
saat melakukan 4
kegiatan harian
Pertemuan 4 1.Setelah….x pertemuan Latih klien
Klien mampu klien mengendalikan mengatasi isolasi
mengatasi isolasi isolasi sosial yang sosial dengan
sosial yang dialami dialami dengan kriteria : berkenalan.5
dengan cara latihan -mengucapkan salam orang
kegiatan terjadwal - menyebutkan nama -evaluasi kegiatan
lengkap klien latihan
- menanyakan yang berkenalan bicara
diajak berkenalan saat melakukan 4

56
- mau berjabat tangan kegiatan harian
- kontak mata - latih cara bicara
dipertahanakan isos : meminta
- berkenalan dengan > 5 sesuatu dan
orang dan bicara 2 topik menjawab
kegiatan pertanyaan
- masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
berkenalan > 5
orang dan berbicara
saat mlakukan
kegiatan harian

Pertemuan 5 1. setelah……x Latih klien


Klien mampu pertemuan klien mengatasi isolasi
mengatasi isolasi mengendalikan isolasi sosial dengan
sosial yang dialami sosial yang dialami berkenalan 2-3
dengan cara latihan orang ,4-5 orang >
berkenalan dengan 2-3 5 orang
orang dengan kriteria : - evaluasi kegiatan
-mengucapkan salam latihan berkenalan
- menyebutkan nama dan bicara saat
lengkap melakukan empat
- menanyakan yang kegiatan harian dan
diajak berkenalan berikan pujian
-mau berjabat tangan - nilai kemampuan
- kontak mata yang telah mandiri
dipertahankan - nilai apakah isos
- berkenalan dengan teratasi
kelompok

57
Tg No Dx keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
l dx

2 Gangguan persepsi Tujuan khusus : klien Setelah1xpertemuan Bantu klien


sensori : halusinasi mampu menunjukkan klien menjelaskan mengidentifikasi
pendengaran tanda-tanda percaya halusinasi yang dialami halusinasi :
kepada perawat dan dengan kriteria:
- Adakan kontak
mengenali masalah
- Menceritakan isi sering dan
yang dialami
halusinasi yang singkat secara
Tujuan umum : kliern dialami bertahap
mampu
- Menceritakan waktu - Observasi
mengidentifikasi
halusinasi yang tingkah laku
halusinasi dan
dialami klien terkait
mampu
dengan
mengendalikan - Menceritakan
halusinasinya
halusinasi yang frekwensi halusinasi

dialami dengan yang dialami - Tanyakan apakah

latihan menghardik klien mengalami


- Menceritakan situasi
sesuatu
halusinasi yang
dialami - Jika klien jawab
ya,tanyakan apa
- Menceritakan perasaan
yang sedang
dan respon dari
dialaminya
halusinasi yang
dialami - Jika klien sedang
berhalusinasi
klarifikasi
tentang adanya
pengalaman
halusinasi

58
- Isi, waktu,dan
frekuwensi
terjadinya
Setelah 2xpertemuan halusinasi
klien mengendalikan
- Jika klien tidak
halusinasi yang dialami
sedang
dengan latihan
berhalusinasi
menghardik, dengan
klarifikasi
kriteria :
tentang adanya
Menutup mata pengalaman

Memejamkan mmata halusinasi,


diskusikan
Melawan halusinasi yang
dengan klien:
dialami dengan
menghardik - Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi,siang,sore
,malamatauseri
ngdankadang–
kadang)

- Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi

- Diskusikan
dengan klien

59
apa yang
dirasakan jika
terjadi
halusinasi dan
beri kesempatan
untuk
mengungkapka
n perasaannya.

- Marah

- Takut

- Sedih

Pertemuan II 1. Klien mampu 1. Evaluasi


menyampaikan kegiatan
Klien mammpu
kemampuan mengahrdik menghardik. Beri
mengendalikan
pujian
2. klien mampu
halusinasi yang
menyampaikan / 2. Latih cara
Dialami dengan cara
praktekkan cara obat mengontrol
memanfaatkan obat
halusinasi dengan
obat,jelaskan:
3. klien mampu
•jenis,
merencanakan/jadwal
minum obat •dosis,

•frekuensi,

•cara,

•kontinuitas minum
obat

 dokumentasikan

60
3. Masukkan
pada jadual
kegiatan untuk
latihan menghardik
dan minum obat

TUK 3 : 1.Klien mampu 1. Evaluasi


menyampaikan kegiatan
Klien dapat
menghardik dan
mengontrol Kemampuan mengahrdik
minum obat. Beri
dan Minum obat
Dengan bercakap- pujian
2. klien mampu
Cakap 2. Jelaskan
menyampaikan/ cara bercakap-
praktikkan cara bercakap- cakap dan
cakap melakukan kegiatan

3. klien mampu untuk mengontrol

merencanakan/jadwal halusinasi:

bercakap-cakap • Meminta
orang lain untuk
bercakap-cakap

•menyampaikan
manfaat bercakap-
cakap

3. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
menghardik,minum
obat dan bercakap-
cakap

61
TUK 4 : 1.Klien mampu Evaluasi kegiatan
menyampaikan latihan menghardik
Klien dapat
kemampuan dan obat dan
mengontrol dengan
mengahardik, minum bercakap-cakap.
melakukan aktifitas
obat dan bercakap-cakap Beri pujian
terjadwal
2.klien mampu 2. Latih cara
menyampaikan dan mengontrol
praktikkan aktifitas yang halusinasi dengan
dapat dilakukan melakukan kegiatan
harian (mulai 2
3.klien mampu
kegiatan):
merencanakan / jadwal
aktifitas yang akan •diskusikan
dilakukan dengan
klien kegiatan
yang

dapatdilakukan

•anjurkan klien
memilih dua untuk
dilatih

•latih dua cara yang


dipilih

3.Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan
menghardik,
minum
obat,bercakap-

62
cakap dan kegiatan

Harian

Tg No Dx keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


l dx

3 Harga Diri Rendah Tujuan khusus : klien 4. setelah 1X Identifikasi fokus


(HDR) memiliki harga diri pertemuan klien masalah klien,
yang posotif menunjukkan tanda- dengan :
tanda percaya kepada
Tujuan umum : 1. Sapa klien dengan
perawat dan
pertemuan ramah baik verbal
mengenali masalah
pengkajian maupun non verbal
yang dialami, dengan
Klien mampu kriteria : 2. perkenalkan
menunjukan tanda- nama, nama
1. ekspresi wajah
tanda percaya kepada panggilan perawat
bersahabat
perawat dan dan tujuan perawat
mengenali masalah 2. menunjukkan rasa berinteraksi
yang dialami senang
3. Tanyakan dan
3. ada kontak mata panggil nama
kesukaan klien
4. mau berkenalan
4. tunjukkan sikap
5. bersedia
empati, jujur dan
menceritakan
menepati janji setiap
masalahyang dialami
kali berinteraksi

5. tanyakkan
perasaan klien dan
masalah yang
dialami klien

63
6. buat kontrak
interaksi yang jelas
Setelah 2xpertemuan
klien mengendalikan 7. beri perhatian
halusinasi yang dialami kepada klien dan
dengan latihan perhatikan
menghardik, dengan kebutuhan dasar
kriteria : klien

Menutup mata 8. dengarkan dengan


penuh perhatian
Memejamkan mmata
ungkapan masalah
Melawan halusinasi yang klien
dialami dengan
menghardik

Pertemuan I 1. setelah 1X pertemuan Bantu klien


klien menjelaskan HDR mengidentifikasi
Klien mampu
yang dialami dengan HDR:
mengidentifikasi
kriteria :
HDR dan mampu 1. menduskusikan
mengendalikan HDR 1. menceritakan pikiran/evaluasi/peni
yang dialami dengan evaluasi/penilaian diri laian diri yang
latihan kegiatan yang negative negative
positif pertama
2. membuat daftar  aspek negatif
evaluasi/penilaian diri yang dimiliki
yang negative klien,
keluarga,
3. memilih penilaian
lingkungan
negative yang paling
mengganggu  membuat
daftar
4. mengganti penilaian
evaluasi/penil
negative diri dengan
aian diri yang

64
penilaian positif dimasa negatif
lalu
 memilih
5. membuat daftar evaluasi/penil
kemampuan/kegiatan aian diri yang
positif yang masih negatif yang
dimiliki paling
mengganggu
6. memilih
kemampuan/kegiatan 2. mendiskusikan
positif yang akan dilatih pikiran/evaluasi/peni
laian diri yang
positif untuk
mengganti penilaian
negatif

 aspek positif
yang dimiliki
klien,
keluarga,
lingkungan

 membuat
daftar
evaluasi/peni
laian diri
yang positif

 membuat
daftar
kegiatan/kem
ampuan
positif yang
masih

65
dimiliki

3. memilih
kemampuan/kegiata
n positif yang akan
dilatih

4. beri pujian yang


realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif

Pertemuan II 1. setelah 2X pertemuan Latih klien


klien mengendalikan mengendalikan
Mampu
HDR yang dialami HDR dengan
mengendalikan HDR
dengan latihan kegiatan latihan kegiatan
yang dialami dengan
positif kedua, dengan kedua
latihan kegiatan
kriteria :
positif kedua 1. evaluasi kegiatan
1. menyebutkan pertama yang telah
pengertian kegiatan dilatih dan berikan
pertama pujian

2. menjelaskan alat dan 2. bantu pasien


bahan yang dibutuhkan memilih kegiatan
positif yang akan
3. menyebutkan cara
dilatih
melakukan kegiatan
positif 3. memberi contoh
melakukan kegiatan
4. mempraktekkan
positif
kegiatan positif yang
dicontohkan 4. anjurkan klien
mempraktikkan
kegiatan yang

66
dicontohkan, beri
pujian

5. masukkan pada
jadwal kegiatan
harian

Pertemuan III 1. setelah 3X pertemuan Latih klien


klien mampu mengendalikan
Mampu
mengendalikan HDR HDR dengan
mengendalikan HDR
yang dialami dengan latihan kegiatan ke
yang dialami dengan
kriteria : 3
latihan kegiatan
positif 1. menyebutkan 1. evaluasi kegiatan
pengertian kegiatan pertama dan kedua
pertama yang telah dilatih
dan beri pujian
2. menyebutkan cara
melakukan kegiatan 2. bantu pasien
positif memilih kegiatan
ketiga yang akan
3. mempraktikkan
dilatih
kegiatan positif yang
dilakukan 3. diskusikan cara
melakukan kegiatan
positif

4. memberikan
contoh cara
melakukan kegiatan
positif

5. anjurkan klien
mempraktikkan
ulang, beri pujian.

67
6. masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl, jam Pemberi asuhan Hasil assesmen pasien dan pemberi pelayanan Intruksi
22/11/2021 Perawat S:

● Identifikasi isolasi
1) Klien mengatakan cukup sulit sosial
berkenalan dengan orang baru ● Latih klien dengan
2) klien mengatakan suka mendengar berkenalan
suara-suara bisikan yang ● Mengidentifikasikan
mengganggunya halusinansi
3) klien mengatakan merasa malu dan ● Latih klien dengan
minder dengan keadaannya cara menghardik
● Mengidentifikasi
masalah harga diri
O: rendah
● Latih klien dengan
kegiatan harian positif
1) klien tampak sedih
2) klien tampak mendengar suara objek
lain
3) klien tampak malu dan minder

A:

68
1) Isolasi sosial
2) Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi
3) Harga diri rendah

P:

1) Pertemuan 1 Isolasi Sosial


2) Pertemuan 1 GSP : Halusinansi
3) Pertemuan 1 harga diri rendah

23/11/2021 perawat S:

● Evaluasi pertemuan 1
1) Klien mengatakan saat ini lebih ● Latih klien berkenalan
terbuka, bisa berkenalan dengan 1-2 orang
teman baru dan bisa bersosialisasi ● Evaluasi pertemuan 1
2) Klien mengatakan merasa lega ● Latih klien dengan
setelah berdiskusi tentang suara- manfaat obat
suara yang mengganggu, waktunya ● Evaluasi pertemuan 1
menjelang sore kalau mendengar ● Latih klien melakukan
saya merasa kesal, latih mengahrdik kegiatan harian positif
3) Klien mengatakan mulai percaya diri 2
dengan dirinya, melakukan kegiatan

69
positif yang bermanfaat dan bisa
dilakukan dirumah sakit.

O:

1) Klien tampak mampu berkenalan


2) Klien tampak mampu menghadik
3) Klien tampak mampu melakukan
kegiatan harian yang positif

A:
1) Isolasi sosial
2) GSP : Halusinasi
3) Harga diri rendah

P:

1) Pertemuan 2 isolasi sosial


2) Pertemuan 2 GSP : Halusinasi
3) Pertemuan 2 harga diri rendah

70
24/11/2021 Perawat S:

● Evaluasi pertemuan 2
1) Klien mengatakan merasa tidak ● Latih klien berkenalan
kesepian lagi, sudah memiliki teman 2-3 orang
dan mengigat nama-nama mereka ● Evaluasi pertemuan 2
2) Klien mengatakan lega suara sedikit ● Latih klien
berkurang dan bisa dikendalikan mengendalikan
dengan menghardik dan obat halusinasi dengan
3) Klien mengatakan mulai percaya diri bercakap-cakap
dari sebelumnya ● Evaluasi pertemuan 2
● Latih klien melakukan
egiaan harian positif 3
O:

1) Klien tampak mampu berkenalan 1-2


orang
2) Klien tampak mampu memanfaatkan
obat
3) Klien tampak mampu melakukan
kegiatan harian positif 2

A:

1) Isolasi sosial
2) GSP : Halusinasi
3) Harga diri rendah

71
P:

1) Pertemuan 3 isolasi sosial


2) Pertemuan 3 GSP : Halusinasi
3) Pertemuan 3 harga diri rendah

25/11/2021 Perawat S:

● Evualuasi pertemuan
1) Klien mengatakan merasa senang 3
bergabung dengan teman,lebih ● Latih berkenalan 4-5
terbuka dengan orang lain orang
2) Klien mengatakan suara bisikan ● Evaluasi pertemuan 3
sedikit berkurang, merasa lega ● Latih klien
setelah bercakap-cakap mengendelikan
3) Klien mengatakan merasa senang halusinasi dengan
karna memiliki kegiatan harian yang kegiatan harian
positif terjadwal
● Evaluasi pertemuan 3
● Latih klien dengan
O: melakukan kegiatan
positif 4

1) Klien tampak mampu berkenalan 2-3


orang
2) Klien tampak mampu bercakap-
cakap baik dengan orang lain
3) Klien tampak mampu melakukan

72
kegiatan harian positif yang ke 3

A:

1) Isolasi sosial
2) GSP : Halusinasi
3) Harga diri rendah

P:

1) Pertemuan 4 isolasi sosial


2) Pertemuan 4 GSP : Halusinasi
3) Pertemuan 4 harga diri rendah

26/11/2021 Perawat S:

● Evaluasi pertemuan 4
1) Klien mengatakan bergabung untuk ● Latih klien berkenalan
mengobrol dan berkumpul dengan > 5 orang
teman ● Evaluasi kemampuan
2) Klien mengatakan suara bisikan 4
sedikit berkurang dan terkendali, rasa ● Latih klien untuk
kesal mulai berkurang melatih ulangcara
3) Klien mengatakan sudah mulai menghardik, obat,
melakukan kegiatan positif secara bercakap-cakap, dan

73
bertahap dan sedikit bantuan kegiatan terjadwal.
● Evaluasi pertemuan 4
● Latih klien melakukan
O: kegiatan harian positif
ke 5

1) Klien tampak mampu berkenalan 4-5


orang
2) Klien tampak mampu melakukan
kegiatan harian
3) Klien mampu melakukan kegiatan
harian ke 4

A:

1) Isolasi sosial
2) GSP : Halusinasi
3) Harga diri rendah

P:

1) Pertemuan 5 isolasi sosial


2) Pertemuan 5 GSP : Halusinasi
3) Pertmuan 5 harga diri rendah

74
27/12/2021 Perawat S:

● Evaluasi pertemuan 5
1) Klien mengatakan bergabung dan ● Melatih
berssosialisasi dengan teman-teman ulang/mengevaluasi
diruangan klien juga sudah tidak cara menghardik
merasa was was saat bertemu orang ● Evaluasi pertemuan 5
baru ● Melatih ulang
2) Klien mengatakan suara bisikan berkenalan dan
sedikit berkurang dan sedikit bersosialisasi
terkendali ● Evaluasi pertemuan 5
3) Klien mengatakan rasa malu mulai ● Melatih ulang
sedikit menghilang tapi minder kemampuan positif
masih ada dan bisa melakukan yang dimiliki.
kegiatan harian positif

O:

1) Klien mampu bersosialisasi


2) Klien mampu melakukan kegiatan
terjadwal
3) Klien mampu melakukan kegiatan
positif ke 4

A:

1) Isolasi sosial

75
2) GSP : Halusinasi
3) Harga diri rendah

P:

1) Pertemuan 6 isolasi sosial


2) Pertemuan 6 GSP : halusinasi
3) Pertemuan 6 harga diiri rendah

28/12/2021 Perawat

S: ● Evaluasi pertemuan 5

1.Klien mengatakan mendengar suara suara ● Melatih


tidak ada wujudnya saat ia sendirian ulang/mengevaluasi cara
menghardik
2. Klien mengatakan sulit untuk tidur
● Evaluasi pertemuan 5
3. Klien mengatakan gelisah ada yang dapat
di ajak bicara karena pada sibuk bekerja ● Melatih ulang
berkenalan dan bersosialisasi
4. Klien mengatakan tidak memiki kegiatan
di lingkungan sekitar ● Evaluasi pertemuan 5

5. Klien mengatakan tidak mau ● Melatih ulang


berkomunikasi dengan orang lain kemampuan positif yang
dimiliki.
6. Klien mengatakaan tidak memiliki teman
dekat

76
7. Klien mengatakan malu

12. Klien mengatakan dirinya susah bergaul

13. Klien mengatakan komunikasi dengan


keluarga kurang

15. Klien mengatakan lebih sering dirumah

16. Klien mengatakan tidak ada yang peduli


dengan nya

O:

1. Klien tampak kurang fokus

2. Klien tampak melihat ke rah tertentu

3. Klien kadang tampak tertawa sendiri

A:

GSP : Halusinasi

P:

1.Bedakan suara asli dan suara palsu dengan


membunyikan berbagai macam suara.

77
2.Beri terapi lingkungan (menonton film)

3. Belajar obat

4. Belajar menghardik

5.Lakukan terapi ativitas kelompok tentang


halusinasi

29/12/2021 Perawat

S: ● Evaluasi pertemuan 5

- Klien dapat menerima ● Melatih


ulang/mengevaluasi cara
kehadiran perawat setelah 3x
menghardik
pertemuan
● Evaluasi pertemuan 5
- Klien dapat mengungkapkan
● Melatih ulang
perasaan dan keberdayaan saat berkenalan dan bersosialisasi

ini secara verbal ● Evaluasi pertemuan 5

a) Klien mau menjawab salam ● Melatih ulang

b) Ada kontak mata kemampuan positif yang

78
c) Klien mau berjabat tangan dimiliki.

d) Klien mau berkenalan

e) Klien mau menjawab

pertanyaan

f) Klien mau duduk berdampingan dengan

perawat

g) Klien mampu mengungkapkan


perasaannya.

O:

a. Tidak ada kontak mata saat diajak

bicara

b. Espresi wajah datar

c. Selalu menyendiri

d. Susah diajak bicara

e. Menghindar saat diajak bicara

A:

Gangguan Konsep diri harga diri rendah

P:

79
Lanjutkan sp 1

80
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Evaluasi

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.f dengan Isolasi Sosial
di Yayasan Mitra Sakti, maka penulis pada BAB ini akan membahasan kesenjangan
antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan proses
keperawatan. Tahapan proses keperawatan ini terdiri dari pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi keperawatan.

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu dari
pasien dan buku harian pasien . Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang mengkunjungi pasien di Yayasan
Mitra Sakti. Maka mahasiwa melakukan pendekatan pada pasien melalui komunikasi
terapautik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu :

81
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.

2. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak menemukan


kesenjangan karena di temukan hal sama seperti diteori bahwasanya Isolasi
sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien isolasi soasial mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung diri, dan
menghindar dari orang lain (Pardede, 2020).

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana


asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya
menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah
keperawatan yaitu : isolasi sosial. Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan
tinjauan kasus tidak ada kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan
tindakan seoptimal mungkin dan didukung dengan seringnya bimbingan dengan
pembimbing. Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang
dilakukan penulis yaitu :

1. Isolasi Sosial
a. Mengidentifikasi isi Isolasi Sosial
b. Mengidentifikasi waktu terjadi Isolasi Sosial
c. Mengidentifikasi situasi pencetus Isolasi Sosial d.
Mengidentifikasi respon terhadap Isolasi Sosial

e. Membantu pasien mempraktekan latihan cara berkenalan dengan dua


orang atau lebih

f. Menjelaskan keutungan dan kerugian mempunya teman

82
g. Melatih pasien bercakap – cakap sambil melakukan kegiatan harian
h. Melatih pasien berbicara soial : seperti meminta sesuatu, berbelanja dan
sebagainya

i. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

BAB V
KESIMPULAN

83
A. Kesimpulan

Setelah penyusun menyimpulkan pemberian asuhan kepeawatan kepada Tn F dengan


gangguan isolasi sosial , dapat disimpulkan bahwa :

1. Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seorang dan perasaan segan
terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (SAK, FIK-
UI, 2014). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan
saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negative atau mengancam
(Nanda-1,2012).

2. Pengkajian kepada Tn.F dilakukan melalui wawancara dan mengobservasi secara langsung
pasien

3. Analisa data penulis diperoleh dari hasil wawancara antara penulis dengan pasien.

4. Diagnosa keperawatan yang ditemukan dan dirumuskan pada Tn.F adalah isolasi social ,
gangguan persepsi sensori : Halusinasi dan Harga diri rendah

5. Perencanaan keperawatan pada Tn.F dilakukan penyusun sesuai dengan kondisi


klien,mengacu pada tujuan dan kriteria evaluasi yang ingin dicapai.

6. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dilakukan berdasarkan rencana asuhan


keperawatan yang telah disusun sebelumnya.

7. Evaluasi yang dicapai oleh penulis dalam melakukan tindakan keperawatan dengan hasil
masalah utama isolasi social.

B. Saran

84
Berdasarkan kesimpulan diatas , penulis mengajukan beberapa saran sebagai
pertimbangan dalam meningkatkan asuhan keperawatan hususnya pada pasien isolasi social.

1. Saran untuk perawat

a) Berikan pendidikan kesehatan untuk pasien dengan gangguan isolasi social


mengenai gangguan jiwa

b) Berikan motivasi dan support pada pasien dengan gangguan isolasi social

c) Berikan asuhan keperawatan dengan komunikasi terapeutik , bina hubungan saling


percaya untuk mengungkapkan perasaannya.

2. Saran untuk pasien :

a) Jika ada masalah apapun itu jangan memendamkan sendiri, ceritakan pada orang
terdekat dan mencari solusi bersama

b). Jangan pernah malu ataupun minder dengan penyakit yang diderita ataupun
masalah yang dihadapi.

3. Saran untuk keluarga dan masyarakat

a). Keluarga dan masyarakat hendaknya mengenal gangguan masalah kesehatan jiwa
bukan sebagai suatu penyakit yang sangat meresahkan masyarakat.

b). Masyarakat hendaknya jangan mengucilkan ataupun menghina pasien gangguan


jiwa khususnya isolasi social, karna sesungguhnya mereka membutuhkan masyarakat
sekitar untuk mensupport pasien.

c). Keluarga sebaiknya melakukan pendekatan sesering mungkin dan berikan motivasi
pada klien isolasi social untuk mengungkapkan perasaannya.

85
DAFTAR PUSTAKA

Townsend, M. C, 2009, Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in


Evidence-BasedPractice (6th ed.), Philadelphia : F.A. Davis

Keliat, Budi Anna, Dkk. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edi. Jakarta:
EGC. Kusumawati, Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Herdman, T Heather. 2012. Diagnose Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Dialihbahasakan oleh Made Sumarwati dan Nike Budhi Subekti. Barrarah
Bariid, Monica Ester, dan Wuri Praptiani (ed). Jakarta: EGC

Hawari, D. (2011). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI

Stuart, G. W, Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta :

EGC

Stuart GW & Laraia, 2005, Principles and practice of psychiatric nursing, Elsevier
Mosby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia

86

Anda mungkin juga menyukai