Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA DALAM KUHP

Nama : Faradhiya Anna Wardhana

NIM : 19040704063

Kelas : 2019 B

1. Pada kasus penipuan ini penulis menemukan seorang korban yaitu saudara Pramana yang
membeli Tablet Samsung di situs jual beli online (e-commerce) tokobagus.com yang
sekarang sudah berganti nama menjadi OLX.co.id. Kejadian penipuan ini terjadi pada kurun
waktu tahun 2013. Penulis sudah mewawancarai korban mengenai kejadian penipuan yang
dialaminya. Pada kasus ini Pramana menjadi korban penipuan, karena korban telah membeli
barang kepada pelaku penipuan yaitu penjual atau bisa disebut sebagai seseorang yang
berpura-pura menjual barang atau seseorang yang berpura-pura menjadi penjual. Korban
dalam kasus ini sudah membayar uang senilai Rp700.000,00 namun barang tidak juga
dikirimkan oleh pelaku. Ketika korban meminta pengembalian uang yang sudah dikirimkan
ke pelaku, pelaku berdalih bahwa uang tidak dapat dikirimkan kembali kepada korban.
Berdasarkan analisis penulis dari hasil wawancara yang telah dilakukan kepada korban,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaku adalah orang yang berpura-pura menjual barang,
pelaku sebenarnya tidak memiliki barang. Tujuan pelaku adalah untuk mendapatkan uang
dari pembeli dan tidak bermaksud menjual barang. Kejahatan yang dilakukan pelaku dalam
kasus ini dilakukan dengan cara-cara berikut, yaitu:
a. Pelaku berpura-pura menjualkan barang dengan memanfaatkan situs tokobagus.com
untuk mengiklankan barang berupa Tablet Samsung
b. Pelaku memasang harga yang murah agar menarik minat pembeli
c. Pelaku meyakinkan pembeli untuk segera membeli barang dengan cara mengatakan
bahwa barang hanya tersisa satu dan akan segera dikirim di hari itu juga sebelum jam 12
siang, maka dari itu penjual meminta korban untuk segera membayar dengan cara
mentransfer uang yaitu sebesar Rp700.000,00
d. Pelaku setelah berhasil membuat korban percaya dan mentransferkan uangnya, pelaku
mengatakan barang tidak bisa dikirim dan berdalih agar barang tersebut bisa dikirim
apabila korban mengirimkan uang tambahan sebesar Rp1.800.000,00 karena dalam nota
pembelian barang harus tertulis dengan harga Rp2.500.000,00 agar barang bisa dikirim
ke korban
e. Pelaku menyatakan uang tambahan akan segera dikembalikan dalam waktu 10 menit
karena uang tambahan hanya untuk ditulis di nota agar barang bisa dikirim ke korban
f. Korban ketika meminta pembatalaan pembelian dan meminta pengembalian uang, pelaku
berkata bahwa uang tidak dapat dikembalikan dan memarahi serta memaki korban
g. Pelaku yang menyadari bahwa korban sudah merasa tertipu dan tidak akan mengirimkan
uang tambahan, pelaku segera menghapuskan iklannya di situs tokobagus.com dan tidak
menggunakan nomor handphone yang digunakan untuk berkomunikasi dengan korban.
 Analisis
Berdasarkan Pasal 378 KUHP kasus yang disebutkan diatas sesuai dengan Pasal 378
KUHP. Karena dalam hal ini pelaku sudah membohongi korban dengan cara memasang
iklan pada suatu situs jual beli online dengan harga yang lebih murah dari biasanya,
barang tersebut berupa tablet Samsung dan membuat korban mengeluarkan (transfer)
sejumlah uang sesuai dengan harga yang tercantum pada situs jual beli online agar barang
dapat dikirim, tetapi ternyata tidak kunjung dikirim dari kurun waktu yang sudah
dikatakan si pelaku. Dari hal tersebut sudah ditandai dengan adanya tindak pidana
penipuan. Ditambah lagi pada saat korban menanyakan mengapa barangnya tidak
kunjung dikirim dan meminta pengembalian uang yang sudah di transfer, si pelaku justru
berdalih bahwa uang yang sudah dibayarkan tidak dapat dikembalikan dan justru
meminta sejumlah uang tambahan. Setelah merasa si korban sudah menyadari bahwa dia
sudah ditipu, si pelaku menghilangkan jejak dengan cara menghapus iklan yang dia
pasang di situs jual beli online beserta nomor telepon yang dia gunakan untuk
berkomunikasi dengan korban.
Jadi, dalam kasus tersebut sudah terjadi tindak pidana dengan kriteria seseorang yang
sengaja demi keuntungannya sendiri menggunakan martabat palsu dengan menggunakan
tipu muslihat menjual barang yang sebenarnya tidak ada dan mengarahkan orang lain
yang dalam hal ini adalah pembeli untuk membayar sejumlah uang tanpa mendapatkan
barang yang sudah dibelinya dengan sejumlah uang tersebut. Sehingga pelaku dapat
dituntut pidana selama empat tahun.

2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menemukan dugaan penggunaan ijazah palsu pada saat
pendaftaran calon pemilihan kepala daerah yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah.
Komisioner Bawaslu Nasrullah mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu) daerah yang mendapati salah satu calon kepala daerah yang
mendaftar memiliki ijazah sekolah menengah pertama (SMP) palsu. Nasrullah menjelaskan,
walaupun syarat minimal pencalonan adalah menggunakan ijazah sekolah menengah atas
(SMA), pihaknya tetap akan melakukan penelusuran. Hal ini dikarenakan seseorang yang
memiliki ijazah SMA, pasti melewati masa SMP. Ketua Bawaslu Sulawesi Tengah Ratna
Dewi saat di konfirmasi menjelaskan, terdapat dua kabupaten yang terkait adanya temuan
calon yang memiliki ijazah palsu. Sayangnya, ia enggan menyebutkan kedua kabupaten
tersebut. Pertama, yang menggunakan ijazah SMP palsu, dan sudah terdapat putusan
Mahkamah Agung pada tahun 2014 mengenai ijazah SMP yang bersangkutan terbukti palsu.
Kedua, kabupaten yang salah satu calonnya menggunakan ijazah S1 (sarjana) palsu.
Berkaitan dengan temuan itu, pihaknya melakukan konsultasi kepada Bawaslu pusat. Selain
itu, Ratna mengatakan pihaknya sedang melakukan penelusuran ke MA untuk
menindaklanjuti laporan tersebut guna mencari fakta dan meminta salinan putusan terkait.
Sementara, untuk temuan ijazah sarjana palsu, pihaknya masih mendalami dan melakukan
penelusuran dokumen-dokumen terkait. Ratna mengatakan untuk penggunaan ijazah sarjana
palsu ini berbeda, karena syarat minimal pencalonan sudah terpenuhi. Adapun langkah yang
diambil, Ratna mengatakan pihaknya akan memberikan himbauan kepada KPU berdasarkan
hasil penelusuran, agar dapat dijadikan dasar dalam pertimbangan mengambil keputusan
untuk penetapan pasangan calon kepala daerah di wilayah tersebut. Berdasarkan kedua
temuan tersebut Nasrullah mengatakan akan melakukan penyikapan melalui rapat pleno, jika
nanti terbukti adanya penggunaan ijazah palsu oleh calon yang mendaftar.

 Analisis
Berdasarkan Pasal 263 ayat (2) KUHP kasus diatas dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana pemalsuan surat. Karena dalam kasus tersebut calon kepala daerah menggunakan
ijazah palsu yang digunakan untuk mendaftar pemilihan calon kepala daerah di Provinsi
Sulawesi Tengah. Dipakainya ijazah palsu tersebut untuk mencalonkan diri sebagai kepala
daerah tentu merugikan bagi daerah yang memilihnya karena calon kepala daerah ini tidak
memiliki suatu sertifikat asli tentang pendidikannya, yang berarti dia belum memenuhi
kompetensi sebagai kepala daerah. Ditambah lagi bahwa ijazah palsu tersebut adalah
ijazah SMP, berarti ada kemungkinan besar jika calon kepala daerah ini juga memalsukan
ijazah SMA nya. Karena tidak mungkin seorang mendapat ijazah SMA tanpa melalui
pendidikan SMP dan mendapat ijazah SMP. Maka calon kepala daerah tersebut dapat
dijatuhi hukuman pidana penjara paling lama enam tahun karena sudah melakukan tindak
pidana pemalsuan surat yaitu ijazah palsu dengan sengaja dan dapat menimbulkan
kerugian bagi pihak lain yaitu masyarakat yang memilihnya pada pemilihan kepala daerah
di Provinsi Sulawesi Tengah.
SUMBER

https://jurnal.uns.ac.id/recidive/article/viewFile/40603/26760

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/download/1667/1486

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150803194049-32-69839/bawaslu-telusuri-
ijazah-palsu-calon-kepala-daerah-di-sulteng

Anda mungkin juga menyukai