PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam cara,salah satunya
adalah melakukan kegiatan atau aktivitas bisnis. Melalu kegiatan itu manusia dapat memenuhi
tuntutan hidupnya yang semakin hari semakin kompleks. Kehidupan manusia dijaman seperti ini
begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya,kehidupan
yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memnuhi kehidupan hidupnya secara cepat
pula. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi
manusia untuk melakukan kegiatan bisnis. Aktivitas bisnis itu sendiri diawarnai oleh berbagai
bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan para pelaku bisnis, hubungan
bisnis atau kerja sama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis
apa yang sedang dijalankan.
Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis sekarang ini maka keperluan akan modal
atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat.oleh karena itu,sarana penyediaan dana
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu diperluas.umunya dana yang
dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun,
fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dari bank,selain itu lembaga perbankan ini juga memerlukan
jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku usaha yang bersangkutan,maka perlu
suatu upaya lain yaitu tanpa jaminan dan lebih mudah prosesnya.upaya lain tersebut dapat
dilakukan melalui lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan ini diatur dalam keputusan
Presiden No.61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dijabarkan lebih lanjut dengan
keputusan Mentri Keuangan Nomor 1251/KMK,013/1988 tanggal 20 Desember 1988 Juncto
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK,017/1995 tentang ketentuan tata cara
pelaksanaan lembaga pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan keuangan untuk bisnis awal?
2. Bagaimana mengukur kelayakan usaha?
3. Bagaimana menetapkan prioritas bisnis?
4. Bagaimana melakukan analisa peluang pokok?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1. Mendeskripsikan pengelolaan uang untuk bisnis awal
2. Mendeskripsikan cara mengukur kelayakan usaha
3. Mendeskripsikan cara menetapkan prioritas bisnis
4. Mendeskripsikan cara melakukan analisa peluang bisnis
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapatan investasi diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan
harga per unit barang tersebut. Sementara itu, total biaya yang digunakan dalam usaha dapat
dibagi menjadi dua, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).
Biaya tetap merupakan komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang
nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, khususnya besarnya barang yang
diproduksi/dijual. Artinya, banyak atau sedikit barang yang dihasilkan tidak menentukan
besarnya biaya tetap tersebut. Biaya tetap ini biasanya terkait dengan aspek waktu, misalnya
biaya tenaga kerja tidak langsung per bulan, biaya administrasi per bulan, biaya sewa toko per
bulan, dan biaya pemasaran. Sementara itu, biaya variabel adalah komponen biaya yang harus
ditanggung oleh pelaku usaha yang nilainya dipengaruhi oleh aktivitas/ volume bisnis. Contoh
dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya bahan habis pakai,
dan biaya listrik dan air.
Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang ada.
Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihatpada gambar dibawah ini.
Merujuk pada contoh sebelumnya, maka kuantitas yang dibutuhkan agar terjadi kondisi
impas dapat dihitung sebagai berikut :
Kuantitas = 1.250.000 / (15.000-12.000)
= 416,6 dibulatkan menjadi 417 unit
Penentuan Kelayakan Lanjutan
Dalam lingkungan bisnis dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang (time value
of money). Berdasarkan konsep tersebut, nilai uang yang kita terima sekarang akan lebih berarti
dibandingkan nilai uang yang sama yang akan kita terima periode yang akan datang. Mengapa
kondisi tersebut dapat terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang menjelaskan konsep nilai waktu
uang. Pertama, adanya infasi yang menyebabkan harga-harga mengalami penurunan nilai secara
relatif dari waktu ke waktu. Kedua, adanya biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost)
apabila kita gagal menerima kas sesegera mungkin.
Terkait dengan analisis kelayakan usaha, konsep nilai waktu uang dapat digunakan,
khususnya untuk analisis nilai sekarang bersih (Net Present Value) dan analisis Internal Rate of
Return (IRR).
Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah akumulasi nilai sekarang kas masuk dan kas keluar yang
dihasilkan oleh investasi. NPV bermanfaat untuk menentukan apakah investasi yang diambil
mampu memberikan aliran kas masuk bersih pada investor. Untuk menentukan nilai NPV
tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut :
Dimana :
NPV = net present value
CFt = aliran kas yang diterima pada periode ke-t
r = tingkat suku bunga yang berlaku
t = periode waktu yang digunakan
Nilai NPV positif mengindikasikan adanya aliran kas masuk bersih (investasi sebaiknya
dilakukan), nilai NPV negatif mengidentifikasi adanya aliran kasi keluar bersih (investasi
sebaiknya tidak dilakukan), dan nilai NPV sama dengan nol mengidentifikasikan posisi impas.
Semakin besar nilai NPV menunjukkan semakin prospektifnya suatu proyek.
Internal Rate of Return (IRR)
Selain NPV, kita dapat menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan
investasi layak dilakukan atau tidak. IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembangan yang
membuat NPV sama dengan nol. Artinya, pada nilai IRR, investasi akan berada pada posisi
impas. Agar suatu investasi layak dilakukan, maka nilai tingkat pengembalian yang dihasilkan
harus lebih besar dari nilai IRR tersebut.
Contoh :
Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp. 100 juta dan dibayarkan sekarang.
Dari investasi tersebut diprediksi mampu menghasilkan aliran kas masuk selama tiga tahun
masing-masing sebesar Rp. 40 juta. Berapa nilai IRR untuk investasi tersebut ?
0 = -100 + ((40/(1+IRR)1) + ((40/(1+IRR)2) + ((40/(1+IRR)3)
IRR = 9.7 %
Sehingga agar investasi dikatakan layak, investasi harus mampu memberikan tingkat keuntungan
lebih besar dari 9,7%.