Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
          Manusia dalam mempertahankan hidupnya melakukan berbagai macam cara,salah satunya
adalah melakukan kegiatan atau aktivitas bisnis. Melalu kegiatan itu manusia dapat memenuhi
tuntutan hidupnya yang semakin hari semakin kompleks. Kehidupan manusia dijaman seperti ini
begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya,kehidupan
yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memnuhi kehidupan  hidupnya  secara cepat
pula. Pemenuhan kebutuhan hidup secara cepat telah mendorong dan membuka peluang bagi
manusia untuk melakukan kegiatan bisnis. Aktivitas bisnis itu sendiri diawarnai oleh berbagai
bentuk hubungan bisnis atau kerjasama bisnis yang melibatkan para pelaku bisnis, hubungan
bisnis atau kerja sama bisnis  yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada bidang bisnis
apa yang sedang dijalankan.
          Dengan semakin berkembangnya aktivitas bisnis sekarang ini maka keperluan akan modal
atau dana bagi pelaku usaha juga semakin meningkat.oleh karena itu,sarana penyediaan dana
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha atau masyarakat perlu diperluas.umunya dana yang
dibutuhkan tersebut dapat disediakan oleh lembaga perbankan melalui fasilitas kredit. Namun,
fasilitas kredit dari perbankan sangat terbatas dan tidak semua pelaku usaha punya akses untuk
mendapatkan bantuan pendanaan dari bank,selain itu lembaga perbankan ini juga memerlukan
jaminan yang kadang kala tidak bisa dipenuhi oleh pelaku usaha yang bersangkutan,maka perlu
suatu upaya lain yaitu tanpa jaminan dan lebih mudah prosesnya.upaya lain tersebut dapat
dilakukan melalui lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan ini diatur dalam keputusan
Presiden No.61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 dan dijabarkan lebih lanjut dengan
keputusan Mentri Keuangan Nomor 1251/KMK,013/1988 tanggal 20 Desember 1988 Juncto
Keputusan Menteri Keuangan  Nomor 486/KMK,017/1995 tentang ketentuan tata cara
pelaksanaan lembaga pembiayaan.
B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengelolaan keuangan untuk bisnis awal?
2.      Bagaimana mengukur kelayakan usaha?
3.      Bagaimana menetapkan prioritas bisnis?
4.      Bagaimana melakukan analisa peluang pokok?

C.           Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut
:
1.        Mendeskripsikan pengelolaan uang untuk bisnis awal
2.        Mendeskripsikan cara mengukur kelayakan usaha
3.        Mendeskripsikan cara menetapkan prioritas bisnis
4.        Mendeskripsikan cara melakukan analisa peluang bisnis
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengelolaan Keuangan untuk Star-Up Busines


1.      Strategi dan Alat Pengelolaan Keuangan
Strategi keuangan yang efektif meliputi pengelolaan dan pengawasan catatan-catatan
keuangan, perencanaa, dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai tujuan
memaksimalkan keuntungan pemilik modal. Efektivitas pengelolaan keuangan akan sangat
ditentukan oleh tujuan bisnis yang dimiliki oleh wirausaha dalam dokumen rencana strategisnya.
Jika tujuan bisnis adalah membangun skala usaha yang luas, meningkatkan mareket share dan
jumlah konsumsen, maka strategi keuangan dengan menetapkan profit margin yang tinggi, hanya
menggunakan modal sendiri, dan memperbanyak asset tetap, mungkin tidak akan cocok. Untuk
mendukung tujuan bisnis diatas akan lebih tepat dibuat marjin keuntungan yang tidak terlalu
besar sehingga harga cukup kompetitif. Digunakan utang karena keterbatasan pendanaan modal
sendiri, dan menggunakan asset tetap melalui fasilitas sewa, bukan dimiliki sendiri, untuk
meminimalkan modal kerja yang dibutuhkan.
Untuk melakukan pengelolaan keuangan secara efektif, Anda dapat menggunakan neraca
(balance sheet), laporan laba rugi dan laporan aliran kas (cash flow statements). Neraca, atau
yang juga dikenal sebagai pernyataan kekayaan bersih, adalah bentuk laporan yang menjelaskan
nilai semua aset yang kita miliki (sisi aktiva) dan nilai semua kewajiban yang kita miliki dan
besarnya modal sendiri (sisi pasiva). Dari neraca tersebut, terlihat berapa besar nilai yang
berhasil ditambahkan dari modal yang disetor.
Sementara itu, laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kinerja
pengakumulasian laba dalam kurun waktu tertentu. Nilai laba diperoleh dari pengurangan jumlah
pendapatan yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang dibutuhkan.
Selanjutnya, laporan aliran kas adalah laporan yang merangkum kondisi kas, baik aliran
kas masuk maupun aliran kas keluar pada suatu rentang waktu tertentu (minggian, bulanan, atau
tahunan). Laporan aliran kas ini memberikan informasi terkait dengan perilaku penerimaan dan
pengeluaran usaha.
Tidak seperti laporan yang menggunakan dasar accrual (accrual base), laporan aliran kas
menggunakan dasar kas kas (cashe base) sehingga pos-pos seperti depresiasi, smortisasi, dan
accruals tidak akan dimasukkan dalam laporan ini.
Dalam setiap usaha, kadang kala kita perlu tahu juga tentang anggaran (budget). Anggaran
menjelaskan kondisi keuangan saat ini, sekaligus memberikan arahan untuk mencapai tujuan-
tujuan keuangan tertentu.
B.     Mengukur Kelayakan Usaha
Dalam konteks keuangan sederhana, kelayakan suatu usaha adalah ketika terjadi kondisi
dimana hasil yang diperoleh lebih besar dari dana yang diinvestasikan. Semakin besar kelebihan
dari dana yang kita investasikan, akan semakin menguntungkan investasi dalam usaha tersebut.
Secara matematis, investasi yang menguntungkan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

Keuntungan    = Pendapatan – Total Biaya


= (Jumlah Barang Terjual x Harga) – Total Biaya

Pendapatan investasi diperoleh dari perkalian antara jumlah barang yang terjual dengan
harga per unit barang tersebut. Sementara itu, total biaya yang digunakan dalam usaha dapat
dibagi menjadi dua, biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost).
Biaya tetap merupakan komponen biaya yang harus ditanggung oleh pelaku usaha yang
nilainya tidak dipengaruhi oleh aktivitas bisnis, khususnya besarnya barang yang
diproduksi/dijual. Artinya, banyak atau sedikit barang yang dihasilkan tidak menentukan
besarnya biaya tetap tersebut. Biaya tetap ini biasanya terkait dengan aspek waktu, misalnya
biaya tenaga kerja tidak langsung per bulan, biaya administrasi per bulan, biaya sewa toko per
bulan, dan biaya pemasaran. Sementara itu, biaya variabel adalah komponen biaya yang harus
ditanggung oleh pelaku usaha yang nilainya dipengaruhi oleh aktivitas/ volume bisnis. Contoh
dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya bahan habis pakai,
dan biaya listrik dan air.
Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel yang ada.
Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihatpada gambar dibawah ini.

Analisis Titik Impas (Break – Even Point)


Pada bebrapa kasus, pengusaha tidak hanya ingin mengetahui berapa keuntungan yang
mungkin diperoleh. Pengusaha ingin mengetahui, dalam kondisi seperti apa dia mencapai titik
impas. Dalam pengelolaan keuangan, apa yang diinginkan oleh pengusaha tersebut akan dengan
mudah terjawab melalui perhitungan titik impas (break – even pint), yaitu kondisi dimana nilai
keuntungan bernilai nol. Secara matematis, kondisi impas terjadi ketika nilai pendapatan sama
besar dengan nilai biaya.

Keuntungan                = Pendapatan – Biaya, jika nilai keuntungan adalah nol, maka


Pendapatan                 = Total Biaya
(Harga x Kuantitas)    = Biaya Tetap + (Biaya variabel per unit x Kuantitas)
Kuantitas Impas          = Biaya Tetap/ (Harga – Biaya variabel per unit)

Merujuk pada contoh sebelumnya, maka kuantitas yang dibutuhkan agar terjadi kondisi
impas dapat dihitung sebagai berikut :
Kuantitas         = 1.250.000 / (15.000-12.000)
= 416,6 dibulatkan menjadi 417 unit
 Penentuan Kelayakan Lanjutan
Dalam lingkungan bisnis dan keuangan, kita percaya adanya nilai waktu uang (time value
of money). Berdasarkan konsep tersebut, nilai uang yang kita terima sekarang akan lebih berarti
dibandingkan nilai uang yang sama yang akan kita terima periode yang akan datang. Mengapa
kondisi tersebut dapat terjadi? Paling tidak terdapat dua hal yang menjelaskan konsep nilai waktu
uang. Pertama, adanya infasi yang menyebabkan harga-harga mengalami penurunan nilai secara
relatif dari waktu ke waktu. Kedua, adanya biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost)
apabila kita gagal menerima kas sesegera mungkin.
Terkait dengan analisis kelayakan usaha, konsep nilai waktu uang dapat digunakan,
khususnya untuk analisis nilai sekarang bersih (Net Present Value) dan analisis Internal Rate of
Return (IRR).
Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah akumulasi nilai sekarang kas masuk dan kas keluar yang
dihasilkan oleh investasi. NPV bermanfaat untuk menentukan apakah investasi yang diambil
mampu memberikan aliran kas masuk bersih pada investor. Untuk menentukan nilai NPV
tersebut, dapat digunakan formula sebagai berikut :
Dimana :
NPV    = net present value
CFt      = aliran kas yang diterima pada periode ke-t
r           = tingkat suku bunga yang berlaku
t           = periode waktu yang digunakan
Nilai NPV positif mengindikasikan adanya aliran kas masuk bersih (investasi sebaiknya
dilakukan), nilai NPV negatif mengidentifikasi adanya aliran kasi keluar bersih (investasi
sebaiknya tidak dilakukan), dan nilai NPV sama dengan nol mengidentifikasikan posisi impas.
Semakin besar nilai NPV menunjukkan semakin prospektifnya suatu proyek.
Internal Rate of Return (IRR)
Selain NPV, kita dapat menggunakan IRR untuk menentukan apakah suatu pilihan
investasi layak dilakukan atau tidak. IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembangan yang
membuat NPV sama dengan nol. Artinya, pada nilai IRR, investasi akan berada pada posisi
impas. Agar suatu investasi layak dilakukan, maka nilai tingkat pengembalian yang dihasilkan
harus lebih besar dari nilai IRR tersebut.
Contoh :
Suatu investasi membutuhkan aliran kas keluar sebesar Rp. 100 juta dan dibayarkan sekarang.
Dari investasi tersebut diprediksi mampu menghasilkan aliran kas masuk selama tiga tahun
masing-masing sebesar Rp. 40 juta. Berapa nilai IRR untuk investasi tersebut ?
0          = -100 + ((40/(1+IRR)1) + ((40/(1+IRR)2) + ((40/(1+IRR)3)
IRR     = 9.7 %
Sehingga agar investasi dikatakan layak, investasi harus mampu memberikan tingkat keuntungan
lebih besar dari 9,7%.

C.    Manajemen Modal Kerja


1.       Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan besarnya nilai uang yang dibutuhkan untuk mrndukung
operasionalisasi suatu bisnis. Tanpa adanya sejumlah uang tersebut, operasionalisasi bisnis akan
terganggu, misalnya tidak bisa mendapatkan bahan baku, tidak bisa menyediakan sediaan yang
mencakupi, dan tidak tercukupinya kas untuk transaksi.
Jika tidak mendskusikan modal untuk bisnis, maka biasanya kita mengenal dua
terminologi, yaitu modal kerja operasional bersih (net operating working capital) dan modal
operasi bersih (net operating capital). Modal kerja operasi bersih berfokus pada likuiditas yang
mencakupi dalam menunjang bisnis. Untuk mendapatkan besarnya nilai modal kerja operasi
bersih, dapat digunakan formula sebagai berikut :
=          Operating Current Assets – Operating Current Liabilities
=          (cash, receivables, inventory) – (account payable, accruals)
Operating Current Asset merupakan aset-aset lancar yang digunakan untuk mendung
operasi bisnis, seperti kas, piutang dagang, dan sediaan. Operating Current Liability adalah
kewajiban-kewajiban lancar yang biasanya terjadi dalam bisnis pada umumnya, seperti utang
dagang dan accruals (kewajiban pembayaran yang dapat diakumulasi, seperti pajak, dan
sebagainya).
Contoh perhitungan Modal kerja Operasi Bersih UD. ARVAZETA :
=          (kas + Piutang Dagang + Sediaan) – (Utang Dagang + Accruals)
=          (10.000 + 25.000 + 65.000) – (70.000 + 0)
=          30.000
Jadi, agar kegiatan operasional UD. ARVAZETA dapat berjalan, diperlukan modal kerja operasi
sebesar Rp. 30.000.
Manajemen Modal Kerja
Kita telah memahami bagaiman menghitung besarnya modal kerja operasi dan modal
operasi. Pengelolaan modal kerja tersebut sangat penting dilakukan, khususnya untuk menjamin
lancarnya kegiatan operasional bisnis dan terpenuhinya kewajiban-kewajiban jangka pendek.
Untuk melakukan pengelolaan modal kerja tersebut terdapat dua hal yang harus
diperhatikan. Pertama, siklus konversi kas (cash conversion cycle) yaitu periode yang
dibutuhkan agar kas yang diinvestasikan untuk kegiatan bisnis dapat kembali dalam bentuk uang
kas.
Seperti kita ketahui bahwa dalam kegiatan bisnis, uang yang dimiliki kita gunakan intuk
membeli material untuk produksi, kemudian material tersebut kita proses, kemudian kita jual
kepada konsumen. Adakalanya dalam proses penjualan tersebut kita memberikan tempo
pembayaran sehingga kita hars melakukan penagihan untuk mengubah penjualan menjadi bentuk
pendapatan kas.
Siklus di atas tentunya membutuhkan waktu. Semakin cepat waktu yang ada dalam siklus
tersebut, maka kita berpotensi memiliki modal kerja yang semakin hemat. Kedua, besarnya
tingkat pengembalian modal yang diinvestasikan (ROIC/ Return on Invested Capital) dan
besarnya biaya modal (CoC/ Cost of Capital) .Nilai ROIC dapat diperoleh dengan
membandingkan besarnya Laba Bersih dengan jumlah Modal uang diinvestasikan. ROIC
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap rupiah
nominal yang diinvestasikan.
Sementara nilai biaya modal diperoleh, baik dari nilai bunga yang dibayarkan kepada
kreditor maupun dari nilai keuntungan yang diminta oleh pemegang saham. Bisnis yang sehat
akan memiliki selisih positif antara ROIC dengan CoC yang besar. Artinya, tingkat keuntungan
yang diberikan oleh bisnis tersebut lebih besar dari biaya modal yang digunakan. Sehingga
dalam konteks pengelolaan modla kerja, harus dipastikan bahwa terdapat surplus atas selisih
ROIC dengan CoC diatas.
Secara spesifik, terdapat empat area dalam pengelolaan modal kerja. Pertama, Cash
Management, yaitu upaya untuk mengoptimalkan jumlah kas yang dibutuhkan. Biasanya kas
yang harus ada untuk kebutuhan transaksi, berjaga-jaga, maupun kebutuhan spekulatif lainnya.
Kekurangan kas akan membuat bisnis dalam masalah. Usaha Anda bisa gagal mendapat margin
keuntungan atau Anda mengalami kemungkinan menutunnya image perusahaan karena tidak
mampu memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.
Namun, terlalu banyak kas yang dimiliki juga mengidentifikasi adanya kesemapatan yang
hilang (opportunity loss) untuk mendapatkan tingkat keuntungan dari investasi. Oleh karenanya,
perlu disusun formulasi jumlah kas yang optimal. Sementara itu, untuk tujuan operasional
pengelolaan, dapat digunakan anggaran kas.
Kedua, Inventory Management yaitu upaya untuk mengelola tingkatan sendiaan sehingga
tidak terjadi over-stock yang menyebabkan kebutuhan modal kerja terlalu besar (padahal tidak
diperlukan). Atau, terjadinya under-stock yang menyebabkan permintaan konsumen tidak
terpenuhi.
Ketiga, Account receivable Mangement yaitu upaya mengelola besarnya piutang kepada
konsumen. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan atau meningkatkan hubungan dengan
konsumen diperlukan tempo pembayaran yang lebih fleksibel (lebih panjang) kepada konsumen.
Namun, terlalu lama tempo pembayaran yang diberikan akan menyebabkan modal kerja yang
dibutuhkan meningkat.
Keempat, Account payable Mangement yaitu upaya untuk mengelola besarnya utang
dagang yang kita miliki. Semakin besar utang dagang, akan membuat makin kecilnya modal
kerja yang dibutuhkan. Hal yang sama juga berlaku untuk tempo pembayaran utang. Semakin
panjang waktu yang diberikan untuk melakukan pembayaran utang, maka modal kerja yang
dibutuhkan akan semakin sedikit.
Manajemen Utang
Dalam bisnis, adakalanya modal sendiri yang digunakan tidak lagi mencukupi. Oleh
karenanya, pemilik usaha dapat mengundang pihak lain untuk turut serta memiliki bisnis
tersebut, menjadi pemegang saham melalui penyertaan modal. Jika pilihan tersebut diambil,
maka konsekuensinya pemilik usaha akan berbagi kepemilikan dengan investor.
Adakalanya karena pertimbangan tertentu, seseorang enterpreneur tidak menginginkan
kondisi tersebut terjadi. Sehingga dia lebih suka mengundang pihak lain (kreditor) untuk
memberikan pinjaman dana untuk digunakan dalam bisnis. Dalam berhubungan dengan kreditor,
pebisnis tidak akan berbagi kepemilikan dengannya, tetapi sebagai konsekuensinya, kreditor
akan memberikan skema pembayaran atas dana yang digunakan tersebut.
Karena alasan tersebut, penggunaan utang dapat menjadi alternatif solusi pendanaan,
disamping secara ekonomis terbukti biaya utang lebih murah dibandingkan biaya modal sendiri.
Namun demikian, Anda harus berhati-hati sebelum berutang. Anda harus memastikan bahwa
tingkat keuntungan yang Anda hasilkan dari kegiatan bisnis tersebut mampu digunakan untuk
membayar cicilan yang disyaratkan oleh utang tersebut. Jika kondisi tersebut tidak dipenuhi,
maka penggunaan utang akan membuat modal yang Anda tanamkan akan semakin berkurang,
dan Anda berada dalam kondisi awal kebangkrutan.
Jenis-Jenis Utang
Terdapat bebrapa jenis utang yang sering kita jumpai. Berdasarkan tipenya, kita dapat
mengklasifikasikan utang ke dalam lima kelompok, yaitu :
a)      Berdasarkan periode utang : terdapat utang jangka pendek (kurang dari 1 tahun), utang jangka
menengah (1-5 tahun), dan utang jangka panjang (lebih dari 5 tahun).
b)     Berdasarkan penggunaan utang : terdapat utang kepemilikan perumahan, toko, dan sebaginya
(real estate loan), utang untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi dan konsumsi (personal loan), dan
utang lainnya (non-real astate loan).
c)      Berdasarkan ada tidaknya jaminan : terdapat utang yang mensyaratkan adanya jaminan/
callateral tertentu (secured loan) dan utang yang tanpa mensyaratkan jaminan (unsecured loan).
d)     Berdasarkan tingkat suku bunga : terdapat utang yang memiliki tingkat suku bunga tetap
sampai dengan jatuh tempo (fixed rate loan) dan utang dengan tingkat suku bunga berubah-ubah
sesuai dengan kondisi saat itu (variabel rate loan).
e)      Berdasarkan tipe pembayaran : terdapat 4 jenis utang, yaitu utang dengan model pembayaran
satu kali atas nominal utang tersebut, dan biasanya diakhir periode utang (single payment loan),
utang dengan model maksimum plafon pinjaman dan pengusaha  diperkenankan meminjam
maksimum sebesar plafon tersebut (line of credit), utang dengan pembayaran bunga lebih besar
diawal periode dan semakin lama semakin menurun, biasanya untuk pinjaman KPR dan
kepemilikan kendaraan (amortized loan), dan utang dengan fleksibilitas pembayaran lebih besar
diakhir periode (ballon payment loan).
Biaya Utang
Seperti yang dijelaskan diatas, meskipun utang memiliki kelebihan dibandingkan sumber
dana lainnya, tetapi utang juga memberikan kewajiban bagi intrepeneur yang meminjam untuk
membayarnya .biaya utang dapat terdiri dari biaya bunga dan biaya non bunga (misalnya,
appraisal, biaya provisi, biaya administrasi, dan sebagainya).untuk biaya bunga harus dicermati
oleh pembisnis adalah tipe bunga yang digunakan .secara umum,terdapat tiga jenis tipe bunga
yang sering digunakan yaitu ;
         APR Annual Percentage Rate/Nominal Rate ,yaitu tingkat suku bunga yang berlaku
Selama satu tahun .contoh ;UD.ARVAZETA meminjam dari lembaga keuangan sebesar
Rp.1.000,000 dengan tingkat suku bunga 12%APR .artinya dalam periode satu tahun
UD.ARVAZETA menangggung beban pembayaran bunga sebesar
12%xRp.1.000,000=Rp.120.000.
         Periodic Rate ,yaitu tingkat bunga berdasarkan periode yang berlaku.untuk menghitung
periodic rate ,dapat digunakan rumus
Periodic rate =APR/m
APR adalah tingkat suku bunga tahunan ,dan m adalah jumlah bulanan.jadi, berdasarkan contoh
diatas ,tingkat suku bunga periodic per bulan yang harus ditanggung oleh UD.ARVAZETA
adalah 1%.
         Effective Rate adalah tingkat suku bunga yang secara efektif harus ditanggung oleh
peminjam .tingkat suku bunga inilah yang dapat digunakan untuk melakukan perbandingan
antara beberapa pilihan pinjaman yang ditawarkan oleh lembaga keuangan .untuk mendapatkan
suku bunga efektif ,dapat digunakan formula sebagai berikut :
Eff =(1+periodic rate)m-1
D.      Sumber-Sumber Pendanaan
Secara umum terdapat 4 sumber pendanaan yang dapat diakses oleh setiap
entrepreneur ,yaitu :
         Individual  Deposits & Savings yaitu simpanan ,baik yang berupa tabungan ,deposito, maupun
giro yang dimiliki oleh setiap entrepreneur .jika simpanan itu digunakan untuk berbisnis ,maka
biasanya dianggap sebagai penyertaan modal sendiri.
         Loan ,yaitu utang yang disediakan oleh pihak-pihak tertentu ,diantaranya:
a)    Family Loan yaitu utang yang berasal dari keluarga , ayah, ibu, mertua, kakak, adik dan
sebagainya
b)   Neighbors loan yaitu utang dari kolega ,saudara,dan partner bisnis secara individual
c)    Penggadaian loan yaitu memanfaatkan jasa gadai dari penggadaian untuk mendapatkan dana
segar dalam rangka menjaga likuiditas
d)   Bank loans yaitu pinjaman kepada lembaga perbankan ,baik bank umum,bank perkreditan
rakyat,maupun bank syariah
e)    Venture capital yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga-lembaga modal ventura .
f)    Leasing yaitu mencari sumber pendanaan dengan memanfaatkan skema pembiayaan yang 
disediakan oleh lembaga pembiayaan baik  berupa operational lease maupun financial lease
         Suppliers yaitu fasilitas kredit yang disediakan oleh supplier untuk mengurangi kebutuhan
pendanaan usaha ,seperti pembelian kredit , tempo pembayaran ,dan sebagainya .
         Customers yaitu upaya menggunakan dana yang memiliki oleh konsumen untuk pembiayaan
usaha, seperti pemesanan dana pembayaran di muka (installment)
E.      Financial Thermometer
Seperti tubuh manusia ,kondisi bisnis juga dapat berubah-ubah ,baik menjadi lebih baik
maupun lebih buruk .untuk mengetahui kondisi tersebut ,kita dapat menggunakan alat ukur
berupa thermometer keuangan sebagai berikut :
1.      Termometer Likuiditas yaitu ukuran –ukuran yang menunjukan kemampuan bayar atas kewajiban
yang dimiliki oleh suatu usaha .terdapat dua jenis thermometer likuiditas yaitu current ratio (CR)
dan quick ratio (QR)
a.       Current ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :
CR=current asset/current liability
b.      Quick ratio dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut
QR=(Current asset-inventory)/current liability
2.      Thermometer pengelolaan semangat yaitu ukuran-ukuran yang menunjukan efektivitas
pengelolaan asset yang dimiliki.terdapat empat jenis thermometer pengelolaan asset ,yaitu
inventory trun over (Inv.TO),Days Sales Outstanding(DSO),Fixed Asset Trun Over (Fato) DAN
Total Asset Trun Over (TATO)
a.         Nilai inventory trun over menunjukan efektifitas penggunaan persediaan dalam
mendapatkan penjualan .nilai tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut
inventory trun over=sales/inventory
b.         Nilai days sales outstanding menunjukan efektivitas pengelolaan piutang dagang yang
dimiliki oleh intrepreneur .nilai tersebut dapat dihitung dengan formula
DSO=receivables/average sales per day
c.       Nilai fixed asset trun over menunjukan efektifitas penggunaan asset-aset tetap dalam
mendapatkan penjualan .nilai tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut :
Fixed asset trun over= sales/total fxed asset
d.      Nilai total asset trun over(TATO) menunjukan efektifitas penggunaan keseluruhan asset yang
dimiliki untuk membukukan penjualanb .niali tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai
berikut ;
TATO =sales/total asset
3.      Thermometer pengelolaan utang yaitu ukuran-ukuran yang menunjukan efektifitas pengelolaan
utang terdapat dua ukuran yang sering digunakan yaitu debt ratio dan time interest earned ratio .
a.       Debt ratio menunjukan proporsi pendanaan yang dimilikin oleh suatu usaha . semakin tinggi
nilai debt ratio ,menunjukan semakin bayak utang digunakan.nilai ratio dapat diperoleh dengan
formula sebagai berikut:
Debt ratio=total liability/total asset
b.      Time interest earned ratio(TIE) menunjukan kemampuan pembayaran bunga atas utang –
utang yang digunakan oleh perusahaan .semakin besar nilai rasio resebut akan semakin
baik .nilai rasio tersebut dapat diperoleh dengan formula sebagai berikut ;
TIE=earnings before interest and tax/interest charges
4.      Thermometer profitabilitas yaitu ukuran –ukuran yang menunjukan kemampuan bisnis
dalam menghasilkan keuntungan .secara umum ,terdapat empat thermometer yang
digunakn ,yaitu profit margin(PM),basic earning power(BEF),Return Onasset (ROA) ,dan return
on equity (ROE)
a.       Profit margin(PM) menunjukan kemampuan bisnis untuk dapat keuntungan dari setiap
penjualan yang dibukukan .semakin besar nial PM akan semakin baik .nilai PM tersebut dapat
diperoleh engan formula sebagai berikut ;
PM=net income/sales
b.      Basic earning power (BEP) menunjukan kemampuan asset-aset yang dimiliki untuk
menghasilkan laba kotor .semakin besar nilai BEF akan semakin baik .nilai BEP tersebut dapat
diperoleh dari formula sebagai berikut :
BEP=earning before interest and tax /total asset
c.       Return on asset (ROA) menunjukan kemampuan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilakn
keuntungan bersih.semakin besar nilai ROA  akan semakin baik .nilai ROA tersebut dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
ROA=net income /total asset
d.      Return equity (ROE) menunjukan kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan
keuntungan.semakin besar nilai ROE akan semakin baik .nilai ROE resebut dapat diperoleh
dengan formula sebagai berikut ;
ROE=net income /common equity
Tips Pengelolaan Keuangan
Tips dan trik pengelolaan modal kerja :
1.      Tentukan siklus konversi kas (cash conversion cycle)
Siklus konversi kas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kas (modal awal) menjadi
kas kembali (pendapatan). Siklus dimulai dari kas awal yang digunakan untuk membeli
persediaan guna kegiatan produksi, kemudian diproses menjadi produk yang siap dijual,
dilakukan penjualan, dan berakhir dipenagihan penjualan. Semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk mengonversikan dari kas menjadi kas kembali, maka modal kerja yang dibutuhkan akan
semakin sedikit. Sebagai contoh, bisnis makanan memiliki cash conversion cycle + / - 5 hari,
sementara bisnis ritel memiliki cash conversion cycle + / - 35 hari. Dari sudut pandang ini,
tentunya masuk akal jika kebutuhan modal untuk bisnis ritel jauh lebih besar dbanding
kebutuhan modal dalam bisnis makanan.
1.      Optimalkan kebijakan cash management
Tentukan jumlah kas optimal, misalnya menggunakan anggaran kas, untuk menghindari cash
shortage dan investment opportunity loss.
2.      Optimalkan kebijakan inventory mangement
Semakin sedikit yang dimiliki tentu akan semakin sedikit pula modal kerja yang dibutuhkan.
Namun, terlalu sedikit memiliki sediaan, terdapat risiko todakterlayaninya permintaan
konsumen.
3.      Optimalkan kebijakan manajement piutang
Sedapat mungkin kerugian besarnya piutang kepada counter-party Anda. Jika terpaksa ada,
pastikan tempo pembayaran yang jatuh temponya pendek. Dan jika terlanjur memiliki piutang
dalam jumlah yang signifikan, segera perbaiki manajemen penagihan.
4.      Optimalkan kebijakan manjemen utang
Perbaiki posisi tawar Anda dengan supplier sehingga Anda mendapatkan fleksibilitas dalam
pembayaran serta tempo pembayaran yang lebih lama. Jika kondisi tersebut terjadi, maka
kebutuhan modal kerja dapat ditekan.

Tips dan Trik Mencari Pinjaman yang Aman :


1.      Pahami benar karakteristik bisnis Anda.
2.      Hitung benar kebutuhan keuangan Anda.
3.      Ukur kekuatan pembayaran Anda.
4.      Perkiraan besarnya bunga yang harus dibayarkan dan periode pinjaman.
5.      Jika diperlukan, minta penjelasan lebih detail dan lakukan simulasi.
6.      Siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan.

F.      Menetapkan Prioritas Bisnis


Dalam menentukan pembiayaan modal,wirausahawan harus menentukan jumlah dana 
maupun waktu yang dibutuhkan,disamping proyeksi penjualan dan pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan menengah kecil biasanya kesulitan modal usaha berbeda dengan perusahaan besar
yang mempunyai potensi untuk berkembang.tahapan pendanaan bisnis adalah :
1.      Pembiayaan tahap awal :
2.      Pendanaan ekspansi atau pengembangan
3.      Pembiayaan akuisisi dan leveraged buyouts.
Pembiayaan tahap awal biasanya sangat sulit  dan sangat mahal didapatkan. Sedangkan
pembiayaan ekspansi dan perkembangan lebih mudah diperoleh. Pembiayaan dalam
pengembangan bisnis sifatnya lebih sfesisik. Untuk mendapatkan modal perlu mengetahui
berapa banyak kebutuhan finansial perusahaan. Perencanaan fasilitas terdiri dari likuiditas dan
laba yang dipusatkan pada perencanaan aliran kas perusahaan dimasa depan. Proyeksi laba juga
memiliki keabsahan independent sebagai laporan rugi laba dimasa depan.
Uang merupakan bentuk kekuasaan yang fleksibel,tetapi cara untuk mendapatkan
kekuasaan tersebut bisa dilakukan dengan cara lain untuk mengganti pengeluaran uang dengan
pembagian sejumlah tertentu saham untuk menarik orang yang mungkin keahliannya sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Sebagian besar investor pemodal mempunyai ketidaksukaan yang
besar terhadap resiko. Prosedur analisa dan penyaringan yang dilakukan investor untuk
meminimalisasi dua jenis resiko :
1.             Resiko tidak dikenalnya wiraswastaan yang menyebabkan hilangnya modal.
2.             Resiko hilangnya waktu yang digunakan untuk proyek yang tidak produktif.

G.     Analisa Peluang Pokok


Analisa pulang pokok merupakan suatu teknik untuk menentukan volume penjualan yang
harus dicapai,agar tercapai posisi impas/pulang pokok (perusahaan tidak mendapat laba tapi
tidak juga menderita rugi). Analisa pulang pokok adalah proses menghasilkan informasi yang
mengikhtisarkan berbagai tingkat keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai
tingkat produksi, unsur – unsur dasar analisa pulang pokok :
1.             Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang umumnya selalu konstan,bahkan dimasa sulit.
Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan – perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada
kondisi tertentu,kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Contoh : misalkan anda
punya usaha toko komputer,biaya untuk menggaji karyawan yang jaga toko adalah 500 ribu
perbulan.mau yang beli komputer dalam sehari ada 10 orang atau tidak ada yang beli sama
sekali, biaya yang harus anda keluarkan tidak berubah,yaitu 500 ribu untuk menggaji karyawan 
anda,oleh sebab itu 500 ribu tersebut merupakan biaya tetap.
2.             Biaya variable (variable cost) adalah biaya yang umunya berubah – ubah sesuai dengan
volume bisnis. Makin besar volume penjualan anda,makin besar pula biaya yang harus anda
keluarkan.contoh : (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk
adalah biaya variable) misalnya pembuatan sebuah baglog membutuhkan biaya Rp. 1500 rupiah
untuk bahan bakunya dan 500 rupiah untuk tenaga kerja yang membuatnya. Maka biaya variable
dari baglog tersebut adalah 2000 rupah per unitnya. Total biaya variablenya bisa berubah –
ubah,bergantung berapa banya baglog yang bisa dibuat oleh si buruh. Jika si buruh ganya mampu
membuat 10 baglog,maka total biayanya adalah Rp. 2000 x 10 unit = Rp. 20.000,00. Jika hanya
mampu membuat 1 buglog maka Rp.2000 x 1 = Rp. 2000. Biaya ini dikatakan biaya
variable,kerena berubah – ubah tergantung pada volume bisnis tersebut.
3.              Biaya tetap. Adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
Dimana TC = TFC + TVC
4.             Pendapatan total, adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan barang
ataupun outputnya.
5.             Keuntungan adalah perbedaan antara hasil penjualan dengan belanja. Dalam ekologi ada
dua macam keuntungan : (a) keuntungan sinergis, didapat karena efisiensi artinya melakukan
produksi dengan cara yang lebih murah sehingga keuntungan yang didapat menjadi lebih
banyak, (b) keuntungan transfer  adalah keuntungan yang didapat dengan memberikan kerugian
kepada pihak – pihak lain. Misalnya kerugian polusi,limbah dan sebagainya (relasi tak- sadar).
6.             Kerugian,  merupakan masalah utama yang harus dihadapi oleh wirausahawan oleh
karenanya para pengusaha harus tahu betul titik kelemahan dan kerugian tersebut
7.             Titik pulang pokok, yaitu dimana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan tidak
mendapatkan kerugian.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan ,
pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakan
seefektif-efektifnya, seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.
Dalam prakteknya, Manajemen keuangan adakah tindakan yang diambil dalam rangka
menjaga kesehatan keuangan organisasi/perusahaan. Untuk itu dalam membangun sistem
manajemen keuangan yang baik perulah kita untuk mengindentifikasi prinsip-prinsip manajemen
keuangan yang baik.
B.            Saran
Perusahaan perlu meningkatkan kemampuan untuk mengelola dana yang ada secara
optimal. Selain itu, perusahaan hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
karyawan, manajemen perusahaan dan staf bagian keuangan mengenai pentingnya meningkatkan
efisiensi modal kerja untuk memperoleh rentabilitas ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

Kasali Rhenald, dkk.2010.Kewirausahaan.Jakarta:Hikmah


http://permataqolamiy.blogspot.co.id/2015/04/pembiayaan-usaha-baru.html diakses pada 18 Maret
2017 pukul 22.03 WIB
https://ragilmujiono.blogspot.co.id/2016/09/makalah-manajemen-keuangan.html diakses pada 18
Maret 2017 pukul 22.04 WIB

Anda mungkin juga menyukai