Anda di halaman 1dari 4

PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Konsep pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus mengedepankan


perlindungan Hak Asasi Manusia terutama perlindungan hak dalam memperoleh keadilan. Konsep
pembentukan peraturan perundang-undangan harus mengedepankan perlindungan Hak Asasi
Manusia karena hukum ada dari manusia dan untuk manusia sebagai subyek hukum.

Hukum tidak memandang strata sosial seseorang di dalam hukum, akan tetapi hukum harus
memberikan persamaan bagi semua manusia dalam memperoleh keadilan. Pembentukan peraturan
perundang-undangan tentunya harus mengedepankan persamaan di hadapan hukum karena hukum
dibentuk untuk melindungi manusia dari kesewenang-wenangan sehingga dalam proses
perlindungannya, hukum tidak memandang kondisi strata sosial seseorang dalam
memperoleh perlindungan hukum.

Peraturan perundang-undangan dibentuk dengan mengindahkan asas-asas peraturan


perundang-undangan, asas-asas peraturan perundangundangan sangat dibutuhkan dalam
membentuk peraturan perundangundangan. Pembentukan peraturan perundang-undangan harus
dibuat oleh lembaga yang kredibel yang dipilih secara demokrasi oleh rakyat Indonesia.

Dan juga peraturan Perundang-undangan ini merupakan peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengangkat secara umum dan ditetapkan/dibentuk oleh lembaga negara penjabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan pemerintah.

Hierarkhi peraturan Perundang-Undangan


Dalam Pasal 7 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Pertauran perundang -
undangan:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang- Undang;
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 8 UU No 12 Tahun 2011

(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat
yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Adapun dasar tentang pemahaman Perancangan Per Undang-Undangan yaitu:

a. Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup
tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan
pengundangan
b. Dalam Bab IV UUP3 Perencanaan penyusunan peraturan perundang-undangan antara lain
meliputi : Perencanaan penyusunan UU, Perancangan peraturan perundang-undangan atau
penyusunan rancangan PPU dan Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan
mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan pasalpasal di dalam UUP3.

Aspek-aspek Perancangan peraturan Perundang-undangan.

a. Aspek teoritik seperti teori hierarkhi norma hokum ( dalam Pasal 7 ayat (1) UUP3), teori
kewenangan ( atribusi dan delegasi), teori validitas hukum ( validitas normative, empiris dan
sosiologis). Dalam aspek teoritik termasuk pula termasuk pula asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik (Pasal 5 UUP3).
b. Aspek empiris meskipun penyusunan suatu peraturan perundang-undangansecara
normative sudah tepat sesuai dengan norma hukum namun dalam prakteknya usulan
rancangan itu dapat saja berasal kelompok masyarakat pemangku kepentingan. Kelompok
masyarakat ini memasukkan usulan rancangan baik ke DPRD maupun pemerintah.
4. Materi Muatan Peraturan Perundang-undangana.

a. Materi Muatan Undang-Undang

Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materi muatan


yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi hal-hal yang :

1) Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD NRI 1945 yang meliputi :

a. Hak-hakasasi manusia,

b. Hak dan kewajiban warga negara,

c.Pelaksanaan danpenegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara,

d. Wilayah negara dan pembagian wilayah,

e. warganegaraan dan kependudukan, serta

f. keuangan negara.

2. Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang.

b. Materi Muatan Perpu

Pasal 9 UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materi muatanPerpu sam


a dengan materi muatan Undang-Undang.

C Materi Muatan PP

Pasal 10 UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materimuatan PP beris


i materi untuk menjalankan Undang-
Undang sebagaimana mestinyaPenjelasan Pasal 10 Undang
Undang Nomor 10 Tahun 2004, menerangkan yangdimaksud dengan ”sebagaimana mestiny
a” adalah materi muatan yang diatur dalamPP tidak boleh menyimpang dari materi yang dia
tur dalam Undang-Undang yangbersangkutan.

d.Materi Muatan Perpres

Pasal 11 UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materimuatan Perpres


berisi materi yang diperintahkan oleh UndangUndang atau materiuntuk melaksanakan PP. P
enjelasan Pasal 11 UndangUndang Nomor 10 Tahun2004, menentukan sesuai dengan kedudukan P
residen menurut UUD NRI 1945,Perpres adalah peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam men
yelenggarakanpemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1) UUD NRI 1945. Per
presdibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut perintah UndangUndangatau PP secara t
egas ataupun tidak tegas diperintahkan pembentukannya.

e. Materi Muatan Perda

Pasal 12 UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materimuatan Perda a


dalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomidaerah dan tugas pem
bantuandan menampung kondisi khusus daerah sertapenjabaran lebih lanjut peraturan perundang
-undangan yang lebih tinggi.

f. Materi Muatan Peraturan Desa/yang Setingkat

Pasal 13 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, menentukan materi muatan


peraturan desa/yang setingkat adalah penyelenggaraan urusan desa atau yang setingkat
serta penjabaran lebih lanjyt perundang-undangan yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai