Hukum tidak memandang strata sosial seseorang di dalam hukum, akan tetapi hukum harus
memberikan persamaan bagi semua manusia dalam memperoleh keadilan. Pembentukan peraturan
perundang-undangan tentunya harus mengedepankan persamaan di hadapan hukum karena hukum
dibentuk untuk melindungi manusia dari kesewenang-wenangan sehingga dalam proses
perlindungannya, hukum tidak memandang kondisi strata sosial seseorang dalam
memperoleh perlindungan hukum.
Dan juga peraturan Perundang-undangan ini merupakan peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengangkat secara umum dan ditetapkan/dibentuk oleh lembaga negara penjabat
yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan pemerintah.
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat
yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan
mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
a. Aspek teoritik seperti teori hierarkhi norma hokum ( dalam Pasal 7 ayat (1) UUP3), teori
kewenangan ( atribusi dan delegasi), teori validitas hukum ( validitas normative, empiris dan
sosiologis). Dalam aspek teoritik termasuk pula termasuk pula asas-asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik (Pasal 5 UUP3).
b. Aspek empiris meskipun penyusunan suatu peraturan perundang-undangansecara
normative sudah tepat sesuai dengan norma hukum namun dalam prakteknya usulan
rancangan itu dapat saja berasal kelompok masyarakat pemangku kepentingan. Kelompok
masyarakat ini memasukkan usulan rancangan baik ke DPRD maupun pemerintah.
4. Materi Muatan Peraturan Perundang-undangana.
a. Hak-hakasasi manusia,
f. keuangan negara.
C Materi Muatan PP