Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KORBAN HUMAN


TRAFFICKING

Dosen Pembimbing :
Ns .Hj. Dwi Happy Rochmawati, M.Kep., Sp.Kep.J

Di Susun Oleh :
Inge Natasya Meidiana
( 30901800091 )

FAKULTAS ILMU KPERAWATAN


UNIVRSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Human
Trafficking”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Keperawatan
Jiwa Ibu Ns .Hj. Dwi Happy Rochmawati, M.Kep., Sp.Kep.J yang telah membimbing kami dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... . 1


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Tujuan Pembahasan ................................................................................. 5
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Perdagangan Manusia ( Human Trafficking ) ............................................ 6
2.2 Konvensi Perlindungan Hak – Hak Anak ............................................. 13
2.3 Perdagangan Anak ( Child Trafficking ) ............................................. 16
2.4 Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia ( Human Trafficking ) ..... 21
2.5 Perbudakan Kontemporer ( Contemporary Form Of Slaves) ......................... 25
2.6 Asuhan Keperawatan pada Human Trafficking ............................................. 28
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 33
3.2 Saran............................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 35
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan manusia atau trafficking khususnya perempuan dan anak beberapa bulan
terakhir cukup mendapat soroton di berbagai media massa. Media massa tidak hanya sekedar
menyoroti kasus-kasus tersebut saja, akan tetapi juga lika- liku tindakan penyelamatan yang
dilakukan aparat penegak hukum terhadap korban serta bagaimana upaya pemerintah dalam
mengatasi permasalahan tersebut. Kasus- kasus perdagangan manusia yang cukup mendapat
sorotan media beberapa waktu yang lalu misalnya kasus penjualan tujuh orang perempuan Cianjur
yang diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial (PSK) ke Pekanbaru, Riau yang berhasil
diselamatkan oleh Polres Cianjur beberapa waktu yang lalu. Upaya lainnya adalah upaya
penyelamatan terhadap dua orang perempuan korban perdagangan perempuan yang dibebaskan
oleh reporter SCTV dari Tekongnya di Malaysia. Dari kasus-kasus tersebut telah menguatkan
bahwa trafficking merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan salah satu masalah yang perlu
penanganan mendesak bagi seluruh komponen bangsa Indonesia. Karena hal ini mempengaruhi
citra bangsa Indonesia itu sendiri dimata dunia internasional. Apalagi, data Departemen Luar
Negeri Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ketiga sebagai
pemasok perdagangan perempuan dan anak.

Tindak pidana perdagangan orang adalah merupakan pelanggaran terhadap hak asasi
manusia, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahu 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam menimbang huruf b, bahwa perdagangan
orang khususnya perempuan dan anak, merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan
martabat manusia dan melanggar hak asasi manusia, sehingga harus diberantas. Lebih lanjut dalam
huruf c menyebutkan bahwa perdagangan orang telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang
terorganisasi dan tidak terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam negeri sehingga
menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa, dan negara, serta terhadap norma-norma kehidupan
yang dilandasi atas penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Kondisi tersebut menjadi perhatian karena akan berdampak pada masalah psikologi pada
korban Trafficking dan anak jalanan berkaitan dengan uraian tersebut saya mengambil judul “
Asuhan Keperawatan pada Korban Human Trafficking ”
B. Tujuan makalah

Makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Perdagangan Manusia (Human Trafficking)

2. Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak

3. Perdagangan Anak (Child Trafficking)

4. Pemberantasan Tindak Pidana Human Trafficking

5. Perbudakan Kontemporer (Contemporary Forms Of Slavery).

6. Asuhan Keperawatan pada Human Trafficking

Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam
hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada ruang
lingkup HAM. Mencakup Human Trafficking.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perdagangan manusia (Human Trafficking)


Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang cukup kompleks, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Berbagai upaya telah dilakukan guna mencegah
terjadinya praktek perdagangan manusia. Secara normatif, aturan hukum telah diciptakan guna
mencegah dan mengatasi perdagangan manusia. Akan tetapi perdagangan manusia masih tetap
berlangsung khususnya yang berkaitan dengan anak-anak. Permasalahan yang berkaitan dengan
anak tidak lepas dari perhatian masyarakat internasional. Isu-isu seperti tenaga kerja anak,
perdagangan anak, dan pornografi anak, merupakan masalah yang dikategorikan sebagai
eksploitasi.

2. Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak


Convention on the Rights of the Child (CRC) adalah merupakan salah satu konvensi yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak.

a. Perlindungan hak-hak anak

Child is every human being below the age of eighteen years unless under the law applicable to
the child, majority is attained earlier. Berdasarkan ketentuan ini selanjutnya ditentukan bahwa
adanya keharusan bagi negara untuk memperhatikan segala bentuk kekerasan terhadap anak. b.
Perhatian terhadap hak-hak anak

States parties shall take all appropriate national, bilateral and multilateral measures to prevent the
abduction of the sale of or traffic in children for any aspects of the child’s welfare. Anak
memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,
mental, dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Pemberitaan tentang perdagangan
manusia khususnya anak, di Indonesia kian marak baik dalam lingkup domestik
maupun yang telah bersifat lintas batas negara. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kejahatan yang
dilakukan oleh orang perorangan maupun oleh korporasi dalam batas wilayah suatu negara
maupun yang dilakukan melintasi batas wilayah negara lain yang semakin meningkat. Kejahatan
tersebut juga termasuk antara lain berupa penyeludupan tenaga kerja, penyeludupan imigran,
perdagangan budak, wanita dan anak. Salah satu persoalan serius dan sangat meresahkan adalah
dampak yang ditimbulkan dan berhubungan langsung terhadap nasib anak, yaitu berkaitan
dengan perdagangan anak (child trafficking).

3. Perdagangan Anak (Child Trafficking).


Perdagangan anak yang terjadi di Indonesia telah mengancam eksistensi dan martabat
kemanusiaan yang membahayakan masa depan anak.

Sisi global, perdagangan anak merupakan suatu kejahatan terorganisasi yang melampaui
batasbatas negara, sehingga dikenal sebagai kejahatan transnasional. Indonesia tercatat dan
dinyatakan sebagai salah satu negara sumber dan transit perdagangan anak internasional,
khususnya untuk tujuan seks komersial dan buruh anak di dunia. Komitmen penghapusan
perdagangan anak ini dikenal sebagai Kesepakatan Palermo Italia tahun 2001.

Kesepakatan penghapusan perdagangan anak sebagai isu global, sejalan dengan lingkup
kesepakatan menghapus terorisme, penyeludupan senjata (arm smugling), peredaran gelap
narkotika dan psikotropika, pencucian uang (money laundry), penyeludupan orang (people
smugling) dan perdagangan orang termasuk anak (child trafficking). Indonesia telah meratifikasi
dan mengundangkan protokol Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk penghapusan kejahatan
transnasional tersebut. Saat ini sedang dalam proses ratifikasi protokol Perserikatan
BangsaBangsa untuk menghapus dan mencegah perdagangan orang termasuk anak.
Penguatan komitmen pemerintah Republik Indonesia dalam penghapusan perdagangan orang
tercermin dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2002, tentang Rencana
Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN-P3A) dan adanya
Undang- Undang
Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO). Program Legislasi Nasional
2005-2009 menegaskan RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang berada diurutan 22
dari 55 prioritas RUU yang akan dibahas pada tahun 2005. Penindakan hukum kepada pelaku
(trafficker) digiatkan melalui peningkatan kapasitas penegak hukum serta peningkatan kerjasama
dengan pemangku kepentingan yang lain dan pihak penegak hukum negara sahabat sehingga
Kepolisian Republik Indonesia berhasil memproses 23 kasus dari 43 kasus yang terungkap. Pada
tahun 2004-2005 (Maret), sebanyak 53 terdakwa telah mendapat vonis Pengadilan dengan
putusan: bebas, dan hukuman penjara 6 bulan sampai yang terberat 13 tahun penjara atau ratarata
hukuman 3 tahun 3 bulan. Sosialisasi dan advokasi dari berbagai pihak kepada aparat penegak
hukum telah membuahkan dijatuhkannya vonis hukuman yang cukup berat kepada trafficker.

Peningkatan perlindungan kepada korban perdagangan orang dilaksanakan dengan meningkatkan


aksesibilitas layanan melalui pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu di Rumah Sakit Umum
milik Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit Kepolisian Pusat dan
Rumah Sakit Bhayangkara di daerah. Ruang Pelayanan Khusus Kepolisian yang dikelola oleh
Polisi Wanita semakin ditambah yang kini jumlahnya mencapai 226 unit di 26 Kepolisian
Daerah (Propinsi) dan masih akan terus diperluas ke Kepolisian Daerah yang lain dan Kepolisian
Resort (Kabupaten/Kota) seluruh Indonesia. Di samping itu juga semakin banyak Lembaga
Swadaya Masyarakat dan organisasi masyarakat yang mendirikan Women’s Crisis Centre, Drop
In Center, atau Shelter yang kini jumlahnya 23 unit yang tersebar di 15 propinsi. Di samping itu,
untuk pengungsi didirikan sedikitnya 20 unit Children Center bekerjasama dengan UNICEF dan
Departemen Sosial. Beberapa pihak berpendapat bahwa para TKI tersebut banyak di antaranya
yang terjebak dalam praktek-praktek perdagangan orang. Mereka dikirim ke Malaysia
menggunakan paspor dan visa kunjungan atau wisata untuk bekerja di sana.

4. Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia (Human Trafficking)


Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah mengesahkan
UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang. Adanya peningkatan jumlah korban perdagangan anak di Indonesia, telah menempatkan
Indonesia ke dalam kelompok negara yang dikategorikan tidak berbuat maksimal.
Menyadari hal ini, Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2002 telah
menetapkan suatu kebijakan yang bersifat akseleratif tentang penghapusan perdagangan anak.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, maka penghapusan perdagangan anak dilakukan
secara terorganisir, komprehensif, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dengan prinsip
utama, anak adalah korban.

Untuk menterjemahkan formulasi tersebut dalam bentuk implementasi, maka dikembangkan


jejaring kelembagaan peduli anak. Demikian pula secara yuridis dimunculkan norma hukuman
berat terhadap pelaku perdagangan anak. Adapun materi Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 2002 antara lain, berisi:

1) Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang selanjutnya
disebut dengan RAN-P3A sebagai aspek konseptual atau formulasi.

2) Pembentukan Gugus Tugas Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak yang


selanjutnya disebut dengan GT-P3A pada lingkup nasional, propinsi, dan kabupaten/kota, sebagai
aspek operasional atau implementasi.

RAN-P3A bertujuan untuk menghapus segala bentuk perdagangan anak melalui pencapaian 4
(empat) tujuan khusus yaitu:

a. Penetapan norma hukum dan tindakan hukum terhadap pelaku perdagangan anak.
b. Terlaksananya rehabilitasi dan reintegrasi sosial korban perdagangan anak.
c. Terlaksananya pencegahan perdagangan anak di keluarga dan
masyarakat.
d. Terciptanya kerjasama dan koordinasi penghapusan perdagangan anak lingkup internasional,
regional, nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Office of The High Commisioner of Human
Rights telah mengeluarkan Fact Sheet No. 14 dengan judul Contemporary Forms of Slavery.
5.Perbudakan Kontemporer (Contemporary Forms Of Slavery)

Perilaku yang termasuk dalam kategori bentuk-bentuk perbudakan kontemporer


(contemporary forms of slavery), adalah:

1. Perdagangan anak.

2. Prostitusi anak.

3. Pornografi anak.

4. Eksploitasi pekerja anak.

5. Mutilasi seksual terhadap anak perempuan.


6. Pelibatan anak dalam konflik bersenjata.

7. Penghambaan.

8. Perdagangan manusia.

9. Perdagangan organ tubuh manusia.

10. Eksploitasi untuk pelacuran, dan

11. Sejumlah kegiatan di bawah rezim apartheid dan penjajahan.

Berdasarkan informasi yang diterbitkan oleh United States Departement Of Justice, diperoleh data
yang berkenaan dengan perdagangan manusia, antara lain:

a) 700 ribu (tujuh ratus ribu) sampai dengan 4.000.000 (empat juta) orang setiap tahun
diperjualbelikan (dijual, dikirim, dipaksa, dan bekerja di luar kemauan) di seluruh dunia.
b) Sebagian besar manusia yang diperdagangkan berasal dari negara-negara berkembang yang
rendah tingkat ekonominya, untuk dibawa ke negara-negara maju.
c) Sebagian besar dari korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak.
d) Para korban pada umumnya dijanjikan kehidupan yang lebih baik, pekerjaan dengan imbalan
yang menarik, oleh sang pedagang.

e) Umumnya mereka dipaksa bekerja sebagai pelacur, pekerja paksa, pembantu rumah tangga,
bahkan pengemis.

f) Untuk mengendalikan mereka biasanya dipakai upaya kekerasan atau ancaman kekerasan.
g) Lebih dari dua juta perempuan bekerja di industri seks di luar keinginan mereka, dan
diperkirakan sekitar 40% (empat puluh persen) adalah anak di bawah umur.
Akan tetapi dalam banyak hal, kerap kali terdapat perbedaan dalam menentukan batasan,
pengertian, dan sumber dapat mengakibatkan perbedaan hasil yang menimbulkan tafsiran
serta implikasi yang berbeda. Dalam situasi yang demikian, maka isu undocument migrant
workers (pekerja pembantu rumah tangga anak) apabila ditafsirkan dengan tanpa batasan
dapat mengakibatkan perbedaan persepsi tentang perdagangan anak.
Untuk memberikan batasan yang pasti, maka dapat mengacu kepada Protocol to Prevent,
Suppres and Punish Trafficking in Person Especially Women and Children. Protokol ini telah
ditandatangani oleh pemerintah Indonesia. Di luar dari batasan dari protokol itu, pengertian
perdagangan anak masih beragam. Hingga saat ini belum ada kesatuan yang bisa
menggambarkan kejahatan perdagangan anak. Hal ini disebabkan semakin meluasnya
dimensi kriminal dari perdagangan manusia sehingga batasan tradisional perdagangan
manusia menjadi usang.
Helge Konrad mengemukan bahwa human trafficking merupakan suatu masalah yang
disebabkan adanya beberapa dorongan. Ia menyatakan: The cause of trafficking are complex.
While there are numerous contributing factors, which have to be analysed and taken into account
in political decision making-the unequal economic development of different countries, mass
unemployment in many countries of origin, but also inequality, discrimination and gender-based
violence in our societies, the prevailing market mechanisms; the patriarchal structures in the
source and destination countries; the demand side including the promotion of sex tourism in
many countries of the world, the mindsets of men, etc.- the primary root cause is
poverty, most particularly among women. Indonesia dikategorikan sebagai negara yang
tidak memenuhi standar dalam upaya memerangi kejahatan terorganisir sebagai upaya
penghapusan perdagangan manusia secara serius, bahkan data akurat mengenai kejahatan
ini sulit diperoleh. Hal ini terkait dengan beberapa hal yaitu berupa defenisi perdagangan
manusia dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana terbatas pada perdagangan
perempuan dan anak; dan berbagai perbuatan yang dapat dimasukkan ke dalam
perdagangan manusia ditangani oleh berbagai instansi yang berbeda sehingga
menyulitkan dalam pertanggungjawaban. Sebagai Contohnya: Masalah pengiriman buruh
migran secara ilegal pada umumnya ditangani oleh Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang melibatkan Penyedia Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) ke luar
negeri, sedangkan perdagangan anak ditangani oleh Dinas Sosial.
Faktor lainnya berupa lingkup wilayah Indonesia yang amat luas dan terbuka yang
memungkinkan perdagangan manusia terjadi di beberapa tempat namun sulit dipantau.

6.Asuhan Keperawatan pada Human Trafficing

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Nn. B DENGAN KORBAN HUMAN


TRAFFICKING
DI RUANG.............................................................
Nama Klp : Kelompok 3 Tg/ Jam MRS : : No.
Tgl/ Jam Pengkajian RM :
Sumber Data : Ny. S Ruangan/ Kelas :
Metode : No. Kamar :
Alat/ Bahan :
Diagnosa Medis :

I. IDENTITAS
1. Nama : Nn. B
2. Umur : Lahir tahun 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : SPG
5. Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopo
6. Penanggung Jawab & : Ny. S (45 Tahun) sebagai Ibunya
Hubungan dg Klien
II. POLA PERSEPSI KESEHATAN ATAU PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Menurut Ny. S “Anak saya mungkin frustasi dan tidak tahan kondisi keluarga kami,”
2. Riwayat Penyakit Sekarang (Tidak terdapat dalam Kasus)
3. Lamanya Keluhan
{Tidak terdapat dalam Kasus)
4. Faktor yang Memperberat
Menurut Ny. S “Keluarga kami broken home. Anak-anak melihat orangtua
tidak akur. Mungkin itu yang menyebabkan dia memutuskan pergi,”
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Keluhan
Menurut Ny. S bersama dengan teman lama dan sahabatnya, Bella pergi diam-diam
meninggalkan desa dan merasa bahwa mencari nafkah sendiri merupakan jawaban akan
kegalauannya.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
(Tidak terdapat dalam Kasus)
7. Persepsi Klien tentang status kesehatan dan kesejahteraan
(Tidak terdapat dalam Kasus)
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
(Tidak terdapat dalam Kasus)
9. Susunan Keluarga (Genogram)
(Tidak terdapat dalam Kasus)
10. Riwayat Alergi
(Tidak terdapat dalam Kasus)

III. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


(Tidak terdapat dalam Kasus)

IV. POLA ELIMINASI


(Tidak terdapat dalam Kasus)

V. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


(Tidak terdapat dalam Kasus)

VI. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


(Tidak terdapat dalam Kasus)
VII. POLA KOGNITIF DAN PERSEPTUAL
Tingkat Ansietas:
Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia jauh dari rumah, bekerja
untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia seperti jadi orang lain ketika saya
pertama kali mendengar suaranya (melalui telepon) setelah sekian lama tidak
berhubungan,”
VIII. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
1. Role Peran : Konflik Peran
Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja
melayani tamu, menemani minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim
mungkin dan dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,”
2. Identity/ Identitas Diri : Merasa Terkekang dan Kurang Mampu
menentukan Pilihan.
Menurut Ny. S “Mereka membuat perempuan menjadi binatang. Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak akan sanggup mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa
meninggalkan tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja
bapaknya.”

Masalah Keperawatan : Resiko Harga Diri Rendah

IX. POLA PERAN DAN HUBUNGAN


Pekerjaan : SPG

X. POLA SEKSUALITAS/ REPRODUKSI


(Tidak Terdapat dalam Kasus)

XI. POLA KOPING/TOLERANSI STRESS


(Tidak Terdapat dalam Kasus)
XII. POLA NILAI / KEPERCAYAAN
(Tidak Terdapat dalam Kasus)

XIII. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System) (Tidak Terdapat dalam Kasus)

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


(Tidak Terdapat dalam Kasus)

XV. TERAPI
(Tidak Terdapat dalam Kasus)

Semarang, 11 Maret 2020


Mahasiswa
(Inge Natasya Meidiana)
ANALISA DATA
Nama Klien : Nn. B Umur
: Lahir Tahun 1995 Ruangan/ Kamar
:
No. RM :

No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


1. Objektif Perubahan Proses Perubahan Proses
Keluarga Keluarga
1. Menurut Ny. S “Anak
saya mungkin frustasi dan
Frustasi
tidak tahan kondisi
keluarga kami,”
Tidak Tahan Kondisi
2. Menurut Ny.S “Keluarga
kami broken home. Keluarga
Anakanak melihat
orangtua tidak akur.
Broken Home
Mungkin itu yang
menyebabkan dia
memutuskan pergi,” Orang Tua Tidak Akur

2. Objektif Resiko Harga Diri


Resiko HDR Rendah
1. Menurut Ny. S “Dia Kerja Melayani Tamu
magang untuk 3 bulan
Pria
baru boleh dibawa keluar.
Selama itu dia kerja
melayani tamu, Memakai Pakaian
menemani minum. Setiap
hari dia disuruh memakai Minim
pakaian seminim
mungkin dan dipajang di
Pekerjaan SPG
ruang kaca. Bisa saya
katakan separuh
telanjang,”
2. Menurut Ny. S “Mereka
membuat perempuan
menjadi binatang.
Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak akan
sanggup mereka

PRIORITAS MASALAH

No Masalah Keperawatan Tanggal Paraf


.
Ditemukan Teratasi
1. Proses Perubahan Keluarga
2. Resiko Harga Diri Rendah
Nama Klien : Nn. B Umur
: Lahir Tahun 1995
Ruangan/ Kamar : No. RM :
3.1 Intervensi Keperawatan
NO. DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1. Proses Perubahan Pasien dan Keluarga Setelah…..Pertemuan pasien 1. Pengkajian
Keluarga mampu: mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien
1. Memahami perubahan 1. Mengidentifikasi Pola dan keluarga, waspada
dalam peran keluarga Koping terhadap potensi perilaku
2. Berpartisipasi dalam proses merusak
membuat keputusan tentang b. Kaji Keterbatasan anak,
perawatan setelah rawat inap dengan demikian dapat
3. Berfungsi untuk saling mengakomodasi anak untuk
memberikan dukungan berpartisipasi dalam
kepada setiap anggota aktivitas sehari-hari
keluarga 2. Intervensi Umum
4. Mengidentifikasi cara untuk a. Bina Hubungan Saling
berkoping lebih efektif Percaya
b. Beri Kesempatan kepada
Keluarga sebagai Individu
dan Sebagai Kelompok
untuk saling berbagi tentang
perasaan yang mereka
pendam
c. Tekankan bahwa anggota
keluarga tidak bertanggung
jawab atas kebiasaan mabuk
anggota keluarga lainnya.
d. Gali keyakinan keluarga
tentang situasi yang mereka
hadapi dan tujuan mereka.
e. Bicarakan tentang metode
tak efektif yang digunakan
keluarga
f. Bantu keluarga memahami
efek dari upaya mereka
mengontrol kebiasaan
mabuk
g. Tekankan bahwa membantu
pencandu alcohol berarti
pertama- tama harus
membantu diri mereka
sendiri
h. Bicarakan dengan keluarga
bahwa, selama masa
pemulihan, dinamika
keluarga mereka akan
berubah drastic.
i. Bicarakan tentang
kemungkingan kambuh dan
factor penunjang
j. Bila terdapat diagnosis
keperawatan individu atau
keluarga tambahan, lihat
tindak penganiyaan anak
atau tindak kekerasan dalam
rumah tangga dibawah
diagnosis ketidakmampuan
koping keluarga
k. Lakukan penyuluhan
kesehatan mengenai sumber
daya komunitas dan lakukan
perujukan sesuai indikasi.
3. Promosi Integritas Keluarga
l. Kaji Perasaan Bersalah
yang mungkin dialami
keluarga
m. Kaji jenis hubungan
keluarga
n. Pantau hubungan keluarga
saat ini
o. Kaji pemahaman keluarga
tentang penyebab penyakit
p. Identifikasi Prioritas yang
bertentangan diantara
anggota keluarga
4. Penyuluhan untuk Pasien/
Keluarga
a. Ajari keterampilan merawat
pasien yang diperlukan oleh
keluarga (misalnya,
manajemen waktu,
pengobatan)
b. Ajari keluarga perlunya
kerjasama dengan system
sekolah untuk menjamin
akses kesempatan
pendidikan yang sesuai
untuk penderita penyakit
kronis atau anak cacat.
5. Aktivitas Kolaboratif
a. Pelopori konferensi
multidisiplin perawatan
pasien, dengan melibatkan
pasien/ keluarga dalam
menyelesaikan masalah dan
fasilitasi komunikasi
b. Berikan perawatan
berkelanjutan dengan
mempertahankan
komunikasi yang efektif
antara anggota staf mrlalui
catatan keperawatan dan
rencana perawatan
c. Anjurkan pelayanan
konsultasi social untuk
membantu keluarga
menentukan kebutuhan
pascahospitalisasi dan
identifikasi sumber
dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga
(NIC), rujuk untuk terapi
keluarga sesuai indikasi.

2. Gangguan konsep diri: Pasien mampu: Setelah…..pertemuan klien SP.1 (Tgl…………………….)


harga diri rendah mampu:
 Mengidentifikasi  Identifikasi kemampuan positif
 Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
kemampuan dan aspek
aspek positif yang dimiliki - Diskusikan bahwa pasien
posiif yang dimiliki masih memiliki sejumlah
 Memiliki kemampuan yang
 Menilai kemampuan kemampuan dari aspek
dapat digunakan. Memilih positif seperti kegiatan
yang dapat digunakan pasien di rumah adanya
kegiatan sesuai kemampuan
 Menetapkan/memilih keluarga dan lingkungan
kegiatan yang sesuai  Melakukan kegiatan yang terdekat pasien.
sudah dipilih.
dengan kemampuan
 Merencanakan kegiatan yang
sudah dilatih.
 Melatih kegiatan yang  - Beri pujian yang realistis
sudah dipilih, sesuai dan hindarkan setiap kali
kemampuan bertemu dengan pasien
 Merencanakan penilaian yang negative.
kegiatan yang sudah Nilai kemampuan yang
dilatihnya dapat dilakukan saat ini
- Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih
digunakan saat ini
- Bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
- Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
 Pilih kemampuan yang akan
dilatih
- Diskusikan dengan pasien
beberapa aktivitas yang
dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari

- Bantu pasien menetapkan


aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara
mandiri

▪ Aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga
▪ Aktivitas apa saja yang
perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan
terdekat pasien

▪ Beri contoh pelaksanaan


aktivitas yang dapat
dilakukan pasien
▪ Susun bersama pasien
aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien

 Nilai kemampuan pertama


yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien
untuk menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah dipilih
pasien) yang akan dilatihkan
- Bersama pasien dan keluarga
memeperagakan beberapa
kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
- Berikan dukungan dan
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada pasien
untuk mencoba kegiatan
- Beri pujian atas
aktivitas/kegiatan yang
dapat dilakukan pasien
setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai
dengan toleransi dan setiap
perubahan
- Susun daftar aktivitas yang
sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien
SP.2
(Tgl……………………………)

 Evaluasi kegiatan yang lalu


(SP1)
 Pilih kemampuan kedua yang
dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih

 Masukan dalam jadwal


kegiatan pasien

SP.3 (Tgl………………………….)

 Evaluasi kegiatan yang lalu


(SP.1 dan 2)

 Memilih kemampuan ketiga


yang dapat dilakukan
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan keluarga SP.1 (Tgl…………………….)
Merawat pasien dengan mampu:
harga diri rendah di rumah  Identifikasi masalah yang
 Mengidentifikasi kemampuan
dan menjadi system dirasakan dalam
pendukung yang efektif yang dimiliki pasien
merawat pasien
bagi pasien  Menyediakan fasilitas untuk
 Jelaskan proses terjadinya
pasien melakukan kegiatan
HDR
 Mendorong pasien melakukan
kegiatan  Jelaskan tentang cara merawat
 Memuji pasien saat pasien pasien
dapat melakukan kegiatan
 Main peran dalam merawat
 Membantu melatih pasien
pasien HDR
 Membantu menyusun jadwal
kegiatan pasien  Susun RTL keluarga/jadwal
 Membantu perkembangan keluarga untuk merawat pasien
pasien
SP.2 (Tgl…………………….)

Evaluasi kemampuan SP.1

 Latih keluarga langsung ke


pasien

 Menyusun RTL
keluarga/jadwal keluarga untuk
merawat pasien

SP. 3 (Tgl………………………)

▪ Evaluasi Kemampuan Keluarga


▪ Evaluasi Kemampuan Pasien
▪ RTL Keluarga
- Follow Up
- Rujukan
BAB III KESIMPULAN

1. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2015).
2. Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan masalah yang cukup kompleks,
baik di tingkat nasional maupun internasional.
3. Convention on the Rights of the Child (CRC) adalah merupakan salah satu konvensi yang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak.
4. Indonesia melalui Keputusan Presiden RI. Nomor 88 Tahun 2002 telah menetapkan suatu
kebijakan yang bersifat akseleratif tentang penghapusan perdagangan anak.
5. Perilaku yang termasuk dalam kategori bentuk-bentuk perbudakan kontemporer
(contemporary forms of slavery), meliputi:
 Perdagangan anak.
 Prostitusi anak.
 Pornografi anak.
 Eksploitasi pekerja anak.
 Mutilasi seksual terhadap anak perempuan.
 Pelibatan anak dalam konflik bersenjata.
 Penghambaan.
 Perdagangan manusia.
 Perdagangan organ tubuh manusia.
 Eksploitasi untuk pelacuran, dan
 Sejumlah kegiatan di bawah rezim apartheid dan penjajahan.

Faktor lainnya berupa lingkup wilayah Indonesia yang amat luas dan terbuka yang memungkinkan
perdagangan manusia terjadi di beberapa tempat namun sulit dipantau.
SARAN

Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan permasalahan yang harus segera


diselesaikan oleh negara Indonesia sebagai negara asal dari korban serta oleh Malaysia yang
merupakan negara tujuan dari kasus human trafficking . Kedua negara tersebut harus segera
melakukan kerjasama yang erat dan konsisten dalam memerangi kegiatan human trafficking
yang terjadi di perbatasan negara tersebut. Selain itu, kedua belah harus senantiasa meningkatkan
pengawasan di perbatasan wilayah baik oleh pihak keamanan maupun oleh pihak Imigrasi yang
merupakan sebagai penjaga kedaulatan suatu negara.Selain dengan meningkatkan kerjasama
antar negara, setiap negara khususnya negara Indonesia harus secepat mungkin untuk
membentuk suatu aturan hukum yang jelas dan tegas dalam memerangi praktek human
trafficking yang sudah lama berkembang di negara ini. Yang aturan tersebut harus senantiasa di
publikasi dan di terapkan dalam pelaksanaan pengawasanterhadap praktek tersebut. Serta harus
menindak dengan tegas semua pelaku praktek humantrafficking
, jangan adalagi praktek-praktek suap yang dapat memudahkan pelaku untuk melakukan kegiatan
tersebut. Selain dari penyelesaian oleh Pemerintah, penyelesaian oleh setiap individu dalam
masyarakat juga perlu untuk di tingkatkan dan di awasi karena banyak kasus human trafficking
terjadi karena faktor ketidak tahuan masyarakat tentang human trafficking dan bahayanya
bagidirinya sendiri ataupun orang lain. Untuk hal ini, pemerintah harus senantiasa
melakukansosialisasi kepada masyarakat perbatasan ataupun masayarakat Indonesia secara
global agar lebih mengetahui tentang human trafficking dan agar dapat melindungi diri dari
humantrafficking
Daftar Pustaka

 Metode deskritif, Atherton dan Klemmac, (2016).


 Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RAN-
P3A) dan adanya Undang-Undang Penghapusan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (UU PTPPO), KEPRES RI Nomor 88 Tahun 2002
 Contemporary Forms of Slavery Fact Sheet No. 14, PBB melalui Office of The
High Commisioner of Human Rights
 Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13.
Jakarta:
 EGC
 Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia. Jakarta: Sinar
 Grafika
 Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa.
 Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai