Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN BAHASA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA“
Dosen Pembimbing : Rofiqoh Firdausi, M.Pd

Disusun Oleh :
Fatimatuz Zahro : 2019642600025
Halimatus Sa’diyah : 2019642600009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyusun makalah tentang TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN
BAHASA dengan tepat waktu. Sholawat serta salam juga semoga selalu
tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang manajer sejati Islam yang
selalu becahaya dalam sejarah hingga saat ini.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas mata kuliah PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA serta
diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karna itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah ini
selanjutnya akan lebih baik lagi. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Tim penyusun
PENDAHAULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar meliputi keterampilan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Melalui pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan siswa terampil menggunakan bahasa Indonesia sebagai
sarana berkomunikasi. Sedangkan pembelajaran keempat aspek itu dilaksanakan
secara terpadu. Membaca juga tidak mungkin terlepas dari persoalan bahasa,
sebab membaca merupakan salah satu aspek dari kemampuan berbahasa lainnya.
Menurut badan standar nasional pendidikan, standar isi bahasa Indonesia
sebagai berikut: “pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: “pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraa
manusia Indonesia.”1
Pembelajaran bahasa di SD/MI bertujuan agar siswa mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia, antara lain agar siswa
memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan
kepribadian, mempertajam kepekaan, prasaan dan memperluas wawasan
kehidupannya. Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksud untuk melatih
keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis, yang masing-masing
erat hubungannya. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam komunikasi dengan bahasa
Indonesia baik secara lisan maupun tertulis.2
Materi atau bahan pelajaran merupakan salah satu komponen penting selain
komponen pengajar dan peserta didik, dalam proses pembelajaran interaksi antara
ketiga komponen tersebut melibatan antara sarana dan prasarana seperti metode,

1
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cet.1, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2013), hlm 245
2
Ibid.

1
media dan penataan lingkungan tepat belajar, sehingga akan tercipta situasi
pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan
sebelumnya.3 Jadi perencanaan adalah hal yang penting dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) yang di dalamnya akan tertuang hal-hal diatas.
Oleh sebab itulah, makalah ini dibuat untuk membahas bagaimana membuat
materi atau bahan pelajaran yang baik dan benar pada mata pelajara Bahasa
Indonesi sehingga nantinya setiap calon guru dapat mengembangkan materi ajar
mereka dengan baik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian bahasa indonesia?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan peserta didik MI/SD (aspek
kognitif dan kebahasaan)?
3. Bagaimana kesulitan bahasa, kesulitan membaca, dan menulis?
4. Bagaimana literasi membaca dan literasi menulis?
5. Bagaimana merumuskan materi bahasa indonesia MI/SD?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian bahasa indonesia
2. Menjelaskan karakteristik perkembangan peserta didik MI/SD (aspek
kognitif dan kebahasaan)
3. Menjelaskan kesulitan bahasa, kesulitan membaca, dan menulis
4. Menjelaskan literasi membaca dan literasi menulis
5. Menjelaskan rumusan materi bahasa indonesia MI/SD

3
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Cet.VI,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), hlm 202

2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia
Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan
terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan.
Sebagai mahluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain
dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan
bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunaka bahasa tulis. Keterampilan
berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis yang dimodali kekayaan kosakata.4
Dalam kurikulum 2013, bhasa Indonesia tidak hanya difungsikan sebagai
alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana berfikir. Bahasa adalah sarana untuk
mengekspresikan gagasan dan sebuah gagasan yang utuh biasanya direalisasikan
dalam bentuk teks.5
Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni
lisan dan tulisan. Agar individu dapat menggunakan bahasa dalam suatu interaksi,
maka ia harus memiliki kemampuan berbahasa. Kemampuan itu digunakan untuk
mengomunikasikan pesan. Pesan ini dapat berupa ide (gagasan), keinginan,
kemauan, perasaan, ataupun interaksi.6
Kemampuan bahasa lisan meliputi bericara dan menyimak, sedangkan
kemampuan bahasa tulis meliputi kemampuan membaca dan mmenulis. Pada saat
manusia berkomunikasi secara lisan, maka ide-ide, pikiran, gagasan, dan perasaan
dituangkan dalam bentuk kata dengan tujuan untuk dipahami oleh lawan
bicaranya.7
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia adalah pembelajaran yang tidak akan terlepas dari empat keterampilan
bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, pembelajaran yang
4
Ibid., hlm 242
5
Endah Tri Priyatni, Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm 37
6
Ahmad Susanto, Teori Belajar,… hlm 242
7
Ibid., hlm 243

3
dipakai sebagai alat komunikasi yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
baik dalam bentuk tulisan maupun lisan.
B. Karakteristik Perkembangan Peserta Didik MI/SD (Aspek Kognitif Dan
Kebahasaan)
1. Aspek Kognitif
Pada usia sekolah dasar (usia 6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rengsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca dan
menulis.
Menurut Syamsu Yusuf (2004:178), pada anak usia 6-12 tahun ini
ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu
mengklasifikasikan (mengelompokkan), menyusun, dan mengasosiasi
(menghubungkan atau menghitung) angka-angka atau bilangan. Kemampuan
yang berkaitan dengan penghitungan angka, seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang
sederhana. Dan menurut Piaget, kadang-kadang anak usia 5-7 tahun memasuki
tahap operasi kongkret (concrete operastions), yaitu pada waktu itu anak
dapat berfikir secara logis mengenai segala sesuatu. 8
2. Aspek Kebahasaan
Bahasa merupakan simbol-simbol sebagai sarana untuk komunikasi
dengan orang lain. Menurut Syamsu Yusuf (2007: 138), perkembangan bahasa
mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di-
nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. 9
Dengan bahasa, maka manusia dapat mengakses segala pengetahuan
pengetahuan dan memperoleh informasi dari sumber-sumber informasi. Usia
sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Menurut Abin

8
Ibid., hlm 73
9
Ibid., hlm 73-74

4
Syamsuddin, pada awal masa ini (usia 6-7 tahun), anak sudah menguasai
sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun), anak telah dapat
menguasai sekitar 50.000 kata.10
Menurut Syamsu Yusuf (20005: 180), terdapat dua faktor yang
memengaruhi perkembangan bahasa, yaitu: (1) proses jadi matang, yaitu anak
itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-
kata, (2) proses belajar, yaitu anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru
ucapan/perkataan yang didengarnya.11
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
perkembangan peserta didik di MI/SD dapat dilihat dari aspek kognitif dan
aspek kebahasaan, berdasarkan pengertian diatas, aspek kognitif ini dapat
dilihat pada anak-anak dimana anak belajar dengan operasional konkret atau
dengan hal-hal yang nyata jadi pada waktu itu anak dapat berfikir secara logis
mengenai segala sesuatu, sedangkan dari aspek kebahasaan data dilihat pada
anak kemampuan kebahasaanya sudah sejajar dengan orang dewasa dalam tata
bahasanya.
C. Kesulitan Bahasa, Kesulitan Membaca, Dan Menulis
1. Kesulitan Bahasa
Kesulitan bahasa yang dialami anak dapat diidentifiikasi dari berbagai
faktor seperti:
a. Kesulitan dalam operasi kognitif
Operasi kogitif adalah kegiatan yang terjadi pada waktu manusia
melakukan aktvitas berfikir. Kesulitan dalam bidang ini dapat menjadi
penyebab kesulitan bahasa yang tampil dalam berbagai bentuk
kesulitan, seperti kesulitan auditori-simbolik dan kesulitan semantic.
b. Kesulitan dalam mengingat
Menurut Chalfan dan Scheffeliin (1969), sebagian besar anak yang
berkesulitan dalam bidang bahasa mengalami kesulitan kesulitan

10
Ibid.
11
Ibid.

5
dalam auditory memory (ingatan terhadap apa yang didengar).
Kesulitan ini menyebabkan anak sulit dalam mengingat kembali bunyi
fomen dan mengingat kembali kata-kata dan katagori kata, kesulitan
dan mengingat hubungan-hungan yang terdapat dalam kata, seperti
bungan sebab akibat, dan konsep-konsep yang diungkapkan dalam
bahsa atau kata
c. Kesulitan dalam memproduksi bahasa
Menurut Wiig dan Samuel (1984), produksi bahsa sangat erat
kaitannya dengan ingatan terhadap konsep-konsep yang diungkapkan
daam berbagai kata. Kesulitan dalam bidang ini mengakibatkan anak
sulit dalam mengemukakan pendapat dan menampilkan prilaku yang
mewakili konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata.
d. Kesulitan dalam bidang pragmatic
Kesulita dalam bidang pragmatic adalah kesulitan dalam area
fungsi bahasa. Peneliti yang dilakukan ahli-ahli terkait (Lovitt, 1989:
158) mengemukakan bahwa aplikasi fungsi bahasa dapat diidentifikasi
dari kesulitan ungkapan bahasa dengan lingkungan atau kondisi
dimana bahasa itu digunakan.12
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan
bahasa yang dialami anak dapat dilihat dari berbagai faktor seperti
kesulitan dalam operasi kognitif, kesulitan dalam mengingat, kesulitan
dalam memproduksi bahasa, dan kesulitan dalam bidang pragmatic.
2. Kesulitan Membaca
Dyslexia merupakan kondisi yang berkaitan dengan kemampuan
membaca yang sangat tidak memuaskan. Individu yang mengalami
dyslexa memiliki IQ normal, bahkan diatas normal, akan tetapi memiliki
1
kemampuan membaca l atau 1 tingkat di bawah IQ-nya. Kasus dyslexia
2
ditemui antara 3-6% dari jumlah penduduk. Namun, kasus yang berkaitan

12
Martini Jamaris, Kesulitan Belajar: Perspektif, Asessmen, dan Penanggulangannya,
Cet.II, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2015), hlm 118-121

6
dengan kesulitan membaca yang tidak di golongkan ke dalam dysleria
ditemui lebih dari 50% dari jumlah penduduk.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca mengalami satu
atau lebih kesulitan dalam memproses informasi, seperti kemampuan
dalam menyampaikan dan menerima informasi.13 Di samping hal tersebut,
ketidakmampuan dalam mengenal huruf dan mengucapkan bunyi huruf
merupakan penyebab dyslexia dan kesulitan membaca ampuan ini
disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan kesulitan dalam
persepsi visual, antara lain dalam bentuk membaca huruf atau kata secara
terbalik atau membedakan karakter huruf secara jelas. Kesulitan persepsi
auditori juga kurang dapat membaca karena dapat menjadi penyebab dari
kesulitan mendengarkan ucapan huruf huruf secara dengan baik.
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar membaca adalah suatu gejala kesulitan dalam mempelajari
komponen-komponen kata dan kalimat, siswa yang mengalami kesulitan
belajar membaca mengalami satu atau lebih kesulitan dalam memproses
informasi, seperti kemampuan dalam menyampaikan dan menerima
informasi.
3. Kesulitan Menulis
Secara umum, tujuan mengajar menulis tulisan tangan adalah agar
anak mampu menulis sesuai dengan persyaratan menulis secara jelas, yaitu
menulis dengan mudah dan dengan karakter-karakter huruf yang jelas dan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Anak yang berkesulitan belajar pada
umumnya mengalami kesulitan menulis. Hildreth (1947, dalam Mercer &
Merce, 1985: 414) mengemukakan faktor-faktor penyebab kesulitan
menulis adalah seperti berikut ini:
a. Kesulitan dalam Motorik Halus (Fine Motor Problems)
Kesulitan dalam bidang motorik halus (fine motor problems)
menyebabkan anak tidak dapat menulis dengan benar karena huruf-
huruf yang ditulisnya tidak jelas, walaupun anak dapat mengeja huruf

13
Ibid., hlm 139

7
dengan baik. Kesulitan dalam bidang ini menyebabkan anak: (1) lambat
dalam menulis, (2) menulis huruf atau angka dengan kemiringan yang
beragam, (3) tulisan terlalu tebal karena terlalu ditekan atau terlalu tipis
karena tekanan tangan pada waktu menulis sangat sedikit.
b. Kesulitan Persepsi Koordinasi Visual Motorik (Visual-Motor
Perception Problems)
Kesulitan dalam bidang visual-moto menyebabkan anak
mengalami kesulitan dalam menusi, seperti: (1) tulisan keluar, ke
bawah atau ke atas garis, (2) menulis dengan huruf yang terbalik,
seperti huruf b ditulis d, huruf m ditulis huruf w, angka 6 ditulis 9.
c. Kesulitan Visual Memori (Visual Memory Problems)
Kesulitan dalam bidang visual memori menyebabkan anak sukar
untuk mengingat bentuk huruf yang akan menjadi bahan tullisannya.
Hal ini menyebabkan anak menjadi lambat dalam melakukan aktivitas
menulis tangan.14
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa anak yang
berkesulitan menulis dapat dilihat dari beberapa faktor penyebab kesulitan
menulis yaitu kesulitan dalam motorik halus, kesulitan persepsi koordinasi
visual motorik, kesulitan visual memori.
D. Literasi Membaca Dan Literasi Menulis
Kemampuan literasi aalah salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk
dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan, melihat dan berpendapat. Literasi secara umum didefinisikan
sebagai kemampuan membaca dan menulis serta menggunakan bahasa lisan.
1. Literasi Membaca
Dalam konsep literasi, membaca ditafsirkan sebagai usaha memahami
menggunakan, merefleksi, dan melibatkan diri dalam berbagai jenis teks
untuk mencapai suatu tujuan.15 Dalam hal ini, membaca bertujuan

14
Ibid., hlm 157
15
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2017), hlm 165

8
mengembagkan pengetahuan dan mengembangkan potensi seseorang,
serta untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Berdasarkan definisi ini,
membaca diartikan sebagai kegiatan membangun makna, menggunakan
informasi dari bacaan secara langsung dalam kehidupan, dan mengaitkan
informasi dari teks dengan pengalaman pembaca. Dalam pengertian ini,
kegiatan membaca membutuhkan kemampuan menganalisis dan
menyintesis informasi , sehingga pemamhaman yang dihasilakan memiliki
struktuk makna yang komplek.
Literasi membaca dalam PIRLS 2001, literasi membaca didefinisikan
sebagai “kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa tulis
yang diperlukan oleh masyarakat atau yag bernilai bagi individu”.16
Definisi ini mencakup kempuan untuk berbagai jenjang usia, termasuk
anak yang baru belajar membaca.
Literasi dan membaca adalah tujuan terpenting pendidikan nasional,
bukan hanya untuk anak-anak tetapi untuk setiap orang.17 Gerakan literasi
harus dimulai dari lingkungan keluarga, karena bukti-bukti empirik
menunjukan bahwa peran keluarga sangan dominan dalam mempersiapkan
generasi melek huruf memasuki kancah persaingan global. Faktanya
membaca dalah jantung pendidikan.
2. Literasi Menulis
Dalam konsep literasi, menulis merupakan proses berulang yang
dilakukan penulis untuk merevisi ide-idenya, mengulangi tahapan-tahapan
menulis, hingga mampu mencurahkan ide dan gagasan tersebut dalam
sebuah bentuk tulisan yang sesuai dengan gagasan atau ide yang
dikembangkannya.18 Hal ini dilakukan dalam rangka menghasilkan tulisan
yang sesuai dengan tujuan penulisan yang ditetapkan. Oleh sebab itu,
dalam upaya menghasilkan tulisan yang baik, penulis juga harus
senantiasa mempertimbangkan pembaca, tujuan penulisan dan konteks.

16
Bahrul Hayat dan Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional,… hlm 57
17
Ana Widyastuti, Kiat Jitu Anak Gemar Baca Tulis, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2017), hlm 80
18
Yunus Abidin, Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi,… hlm 206

9
Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan adalah bahwa isi tulisan
adalah konsep keilmuan tertentu yang hendak disampaikan penulis kepada
pembaca.
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi membaca
dan menulis dapat ditarik kesimpulan bahwa literasi membaca berkenaan dengan
kemampuan dalam memahami, merefleksi dan menganalisis teks, sedangkan
literasi menulis berkenaan dengan kegiatan menulis dengan mengembangkan
sikap kritis terhadap tulisan.
E. Merumuskan Materi Bahasa Indonesia MI/SD
Mata pelajaran bahsa Indonesia pada kurikulum 2013 menggunakan teks
sebagai saranah pembelajaran. oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahsa Indonesia berbasis teks. Pada
jenjanng SD/MI terdapat 28 jenis teks didoninasi teks adalah genre factual.
Ginre sasra terbatas pada teks naratif dan puitis, teks dramatik belum dibahas
pada jenjang SD/MI.19
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu:
1. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan kurikulum sehingga dapat
menunjang tercapainya tujuan instruksional.
2. Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan
perkembangan peserta didik pada umumnya.
3. Mentri pelajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan
berkesinambunga, dan
4. Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual
maupun maupun konseptual.20
Langkah-langkah berikut dapat dijadikan pegangan dalam menyusun
materi:
1. Mengidentifikasi nama unit atau topic yang akan diajarkan.

19
Endah Tri Priyatni, Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia,… hlm 67-68
20
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran,... hlm 219

10
2. Mengidentifikasi generalisasi dan konsep yang dipakai dalam tiap
unit atau topik.
3. Mengidentifikasi konsep-konsep dan subkonsep yang meliputi
generalisasi
4. Menyusu generalisasi dan konsep berdasarkan urutan logis
5. Mengembangkan kerangka rencana untuk setiap unit pelajaran.21
Jadi berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk
merumuskan materi bahasa Indonesia perlu memperhatiakan berbagai acuan dan
perlu memperhatiakan beberapa hal dalam menetapkan materi pelajaran bahasa
Indonesia.

PENUTUP
KESIMPULAN

21
Ibid., hlm 221

11
Berdasarkan pembahsan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban
dari delapan rumusan masalah diawal makalah ini yaitu sebagai berikut:
Pembelajaran bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak akan terlepas dari
empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Karakteristik perkembangan peserta didik MI/SD dapat dilihat dari dua
aspek yaitu aspek Kognitif dan kebahasaan, dan kesulitan-kesulitan belajar yang
dialami anak seperti kesulitan bahasa, kesulitan membaca dan kesulitan menulis.
Serta karakteristik materi bahasa Indonesia MI/SD sepeti materi atau bahan itu
tepat, bahan ajar bermanfaat, materi atau bahan pelajaran harus menarik, materi
atau bahan harus berada dalam batas kemampuan peserta didik. literasi membaca
dan menulis serta Prosedur Pengembangan materi ajar bahasa Indonesia MI/SD
yang berbasis literasi membaca dan menulis. Serta merumuskan materi bahasa
Indonesia SD/M yang sesuai dengan kurikulum sehingga dapat menunjang
tercapainya tujuan instruksional.

DAFTAR PUSTAKA

12
Abidin, Yunus. Tita Mulyati, dan Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi:
Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca,
dan Menulis, Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf, Benchmark Internasional Mutu Pendidikan,


Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Cet.VI,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Jamaris, Martini. Kesulitan Belajar: Perspektif, Asessmen, dan


Penanggulangannya, Cet.II, Bogor: Ghalia Indonesia, 2015.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Standar Kompetensi Lulusan


Pendidikan Dasar dan Menengah”, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 20 Tahun 2016, Tanggal 6 Juni 2016.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah”, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun
2016, Tanggal 28 Juni 2016.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Kurikulum 2013 Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah”, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
57 Tahun 2014, Tanggal 2 Juli 2014.

Prastowo, Andi. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadu:Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2015.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cet.1,


Jakarta: Prenada Media Group, 2013.

Priyatni, Endah Tri. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum


2013, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Widyastuti, Ana. Kiat Jitu Anak Gemar Baca Tulis, Jakarta: Elex Media
Komputind, 2017.

13

Anda mungkin juga menyukai