Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Langsa didirikan pada tahun
1915 oleh Pemerintah Kolonial Belanda diatas areal tanah seluas 35.800 M²,
yang merupakan Rumah Sakit rujukan atas mata rantai sistim kesehatan di
Rumah Sakit dalam klasifikasi tipe C. Kemudian pada tahun 1997 ditingkatkan
1997. Kemudian berdasarkan Kepres No. 40 tahun 2001 berubah status menjadi
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah (BPK RSUD) Kota
Langsa dan telah ditetapkan dengan Qanun Pemerintah Kota Langsa No. 5
tahun 2005.
13 unit instalasi rawat jalan yaitu poli umum, poli kesehatan anak, poli gigi dan
28
mlut, pol mata,poli paru, poli THT, poli bedah, poli kebidanan, poli penyakit
kulit dan kelamin, poli penyakit dalam, poli jiwa, poli jantung dan poli syaraf.
12 ruang rawat inap, Ruang rawat inap terdiri atas super VIP, kelas utama A,
kelas utama B, kelas 2, RPA, RPBA, kelas 3, ruang neonatus, ruang bersalin
dan ruang THT/mata. Operasional rumah sakit didukung oleh 46 orang tenaga
medis dengan kualifikasi 22 orang dokter ahli, 20 orang dokter umum 4 orang
dokter gigi, 318 orang tenaga paramedis, dan 200 orang non medis/
administrasi.
28
5.2. Hasil Penelitian
Tabel 5.2.2
Distribusi Frekuensi Retensio Plasenta Di BLUD Langsa
Januari 2014 – Maret 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 73 ibu bersalin mayoritas ibu
yang mengalami plasenta akreta yaitu 39 ibu (53,4%) dan minoritas ibu yang
5.2.2. Usia
Tabel 5.2.2
Distribusi Frekuensi Usia Ibu Di BLUD Langsa
Januari 2014 – Maret 2015
No Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Usia Reproduktif Sehat 48 65,8
2 Usia Reproduktif Beresiko 25 34,2
Jumlah 73 100
Sumber : Data Primer yang Diolah Pada Tahun 2015
Dapat dilihat pada tabel 5.2 2 bahwa dari 73 ibu bersalin dominan ibu dengan
usia reproduktif sehat yaitu 48 ibu (65,8%) sedangkan ibu dengan usia
28
5.2.3. Paritas
Tabel 5.2.3
Distribusi Frekuensi Paritas Di BLUD Langsa
Januari 2014 – Maret 2015
2 Multipara 23 31,5
3 Grandemultipara 31 42,5
Jumlah 73 100
sumber ; Data Primer yang Diolah Pada Tahun 2015
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 73 ibu bersalin mayoritas ibu
28
5.2.4. Usia Ibu Terhadap Kejadian Retensio Plasenta
Tabel 5.2.4
Distribusi Frekuensi Usia Ibu Terhadap Kejadian Retensio Plasenta
Di BLUD Langsa Januari 2014 – Maret 2015
Dari hasil tabel 5. 2 .4 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 48 ibu bersalin
yang mengalami plasenta akreta dengan usia reproduktif sehat sebanyak 30 ibu
(62,5%), yang mengalami plasenta inkreta dengan usia reproduktif sehat sebanyak
16 ibu (33,3%) dan yang mengalami plasenta perkreta dengan usia reproduktif sehat
sebanyak 2 ibu (4,2%). Sedangkan dari 25 ibu bersalin yang mengalami plasenta
akreta dengan usia reproduktif beresiko sebanyak 9 ibu (36 %), yang mengalami
plasenta inkreta dan perkreta dengan usia reproduktif beresiko sebanyak 8 ibu (32 %).
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value (0,003) < 0,05 sehingga
hipotesis alternatif H0 ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara usia ibu
28
5.2.5. Paritas Ibu Terhadap Kejadian Retensio Plasenta
Tabel 5.2.5
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Terhadap Kejadian Retensio Plasenta
Di BLUD Langsa Januari 2014 – Maret 2015
Retensio Plasenta Total P-
N Paritas Plasenta Plasenta Plasenta Valu
o Akreta Inkreta Perkreta e
F % F % F % F %
Berdasarkan tabel 5.2.5 dapat disimpulkan bahwa dari 31 ibu bersalin yang
sebanyak 1 ibu (3,1%). Sedangkan dari 19 ibu bersalin yang mengalami plasenta
inkreta dengan paritas primipara sebanyak 9 ibu (47,4 %), yang mengalami plasenta
akreta dengan paritas primipara sebanyak 7 ibu (36,8 %) dan yang mengalami
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value (0,040) < 0,05 sehingga
hipotesis alternatif H0 ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan antara usia ibu
5.3. Pembahasan
28
5.3.1. Retensio Plasenta
mayoritas ibu yang mengalami plasenta akreta yaitu 39 ibu (53,4%) dan
minoritas ibu yang mengalami plasenta perkreta yaitu 10 ibu (13,7 %).
maternal dan faktor uterus. Faktor maternal antara lain: gravida berusia lanjut,
faktor uterus: bekas sectio caesarea, bekas kuretase, riwayat retensio plasenta
perkreta.
serius, karena dalam waktu singkat ibu bisa mengalami perdarahan post
partum dan hal ini juga dapat menyebabkan ibu jatuh dalam keadaan syok,
28
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada kecendruungan
hubungan antara usia ibu dengan kejadian retensio plasenta. Dapat diketahui
bahwa dari 48 ibu bersalin yang mengalami plasenta akreta dengan usia
dengan usia reproduktif sehat sebanyak 16 ibu (33,3%) dan yang mengalami
Sedangkan dari 25 ibu bersalin yang mengalami plasenta akreta dengan usia
reproduktif beresiko sebanyak 9 ibu (36 %), yang mengalami plasenta inkreta
dan perkreta dengan usia reproduktif beresiko sebanyak 8 ibu (32 %).
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value (0,003) < 0,05
usia reproduktif sehat yaitu 48 ibu (65,8%) dan minoritas ibu dengan usia
didapatkan tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta
(p= 0,198), tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensi plasenta
(p= 0,906), tidak ada hubungan antara riwayat retensio plasenta dengan
kejadian retensio plasenta (p= 0,180) dan tidak ada hubungan antara riwayat
28
kehamilan terutama pada ibu dengan faktor resiko terjadinya retensio
plasenta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Endang (2012) didapatkan umur ibu
untuk umur dengan Uji Chi Square diperoleh χ² hitung 13,6 dan χ² tabel 3,84
jadi χ² hitung > χ² tabel maka Ho ditolak.Untuk paritas dengan Uji Chi Square
diperoleh χ² hitung 6,7 dan χ² tabel 3,84 jadi χ² hitung > χ² tabel maka Ho
ditolak.
Usia Dan Paritas Dengan Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin
didapatkan hasil Usia ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko sebanyak
124 orang (67,4%). Paritas ibu bersalin sebagian besar tidak beresiko
sebanyak 172 orang (93,5%). Ada hubungan antara usia dengan kejadian
0,028). Ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensio placenta pada
Menurut asumsi peneliti umur seorang ibu dapat menjadi faktor resiko
reproduksi wanita umur reproduksi yang sehat dan aman. Kehamilan di usia
<20 tahun dan >35 tahun dapat menyebabkan terjadinya retensio plasenta. Ibu
28
yang mempunyai usia <20 tahun belum sempurnanya organ reproduksi untuk
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
retensio plasenta adalah usia maternal >35 Tahun. Faktor yang mempengaruhi
retensio plasenta adalah umur >35 Tahun, karena dapat meningkatkan resiko
reproduksi sehat.
status kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur relative
sehat yakni 20-35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel-sel
retensio plasenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda atau ibu
Hal ini disebabkan pada umur <20 tahun organ reproduksi belum
dapat berfungsi dengan baik, myometrium tidak bisa berkontraksi dan retraksi
28
dengan maksimal maka proses pelepasan plasenta dari tempat implantasinya
hubungan antara usia ibu dengan kejadian retensio plasenta. Dapat diketahui
paritas primipara sebanyak 9 ibu (47,4 %), yang mengalami plasenta akreta
Berdasarkan hasil uji chi square didapatkan P value (0,040) < 0,05
usia ibu dengan kejadian retensio plasenta. Dapat dilihat dari tabel 5.2.4 yaitu
28
minoritas ibu primipara sejumlah 19 orang (26%). Lebih banyak ibu dengan
didapatkan tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian retensio plasenta
(p= 0,198), tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian retensi plasenta
(p= 0,906), tidak ada hubungan antara riwayat retensio plasenta dengan
kejadian retensio plasenta (p= 0,180) dan tidak ada hubungan antara riwayat
plasenta.
28
Menurut asumsi peneliti paritas mempunyai pengaruh terhadap
kejadian retensio plasenta. Pada ibu yang telah mengalami lebih dari 3 kali
tinggi jumlah patitas ibu maka akan semakin meningkatkan resiko ibu
uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai
plasenta.
ibu bersalin, terutama paritas yang tinggi. Ibu yang pernah melahirkan 5
28
(lima) kali atau lebih, memiliki rahim yang teregang berlebihan sehingga
plasenta.
28