Anda di halaman 1dari 17

KEMUNDURAN DAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Sejarah Pendidikan Islam yang dibina oleh
( Ibu Robiatul Adawiyah, M.Pd )

Oleh :
Ilham Ali Maksum R (20381021023)
Khomisatul Fajriyah (20381022008)
Hanatul Fadilah (20381022041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kemunduran dan Pembaharuan Pendidikan Islam” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas pada
bidang studi Sejarah Pendidikan islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Kemunduran dan Pembaharuan Pendidikan
Islam, baik dalam faktor penyebab kemunduran pendidikan islam, pola pikir umat
islam saat kemunduran pendidikan islam, faktor pendorong pembaharuan
pendidikan islam, dan pola pembaharuan pendidikan islam.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Robiatul Adawiyah, M.Pd., selaku


dosen bidang studi Sejarah pendidikan Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang
studi yang di tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 28 Oktober 2021

penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................i

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam ..........................................3
2.2 Pola Pikir Umat Islam saat Kemunduran Pendidikan Islam .........................4
2.3 Faktor Pendorong Pembaharuan Pendidikan Islam .......................................5
2.4 Pola Pembaharuan Pendidikan Islam ..............................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah Pendidikan Islam tidak dapat dilepaskan dalam sejarah islam.
Setiap masa, setiap pergantian khalifah atau pemimpin berganti pula sistem
pendidikan yang berlaku pada umat Islam. Pendidikan sangat berpengaruh
terhadap peradaban islam itu sendiri. Sehingga tidak dapat dilepaskan
pendidikan itu dalam perjalanan islam. Dengan pendidikan semua segi atau
bidang kehidupan masyarakat akan berjalan sesuai dengan yang dituju.
Pendidikan tidak selamanya maju, akan ada kemunduran pada pendidikan
islam. Banyak faktor yang mengakibatkan kemunduran itu. Pola pemikiran
umat islam saat kemunduran juga berpengaruh terhadap kemunduran
pendidikan. Dengan adanya kemunduran, akan ada pembaharuan pendidikan.
Dalam seribu umat, akan ada satu umat yang mengamati perkembangan
umatnya. Jika umatnya dalam keadaan terbelakang maka ia akan berusaha
memajukan umatnya.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan membahas
kemunduran dan pembaharuan pendidikan islam. Dalam makalah ini akan
membahas faktor kemunduran pendidikan islam, pola pikir umat islam saat
kemunduran pendidikan islam, faktor pendorong pembaharuan pendidikan
islam, dan pola pembaharuan pendidikan islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam ?
2. Bagaimana Pola Pikir Umat Islam saat Kemunduran Pendidikan Islam ?
3. Bagaimana Faktor Pendorong Pembaharuan Pendidikan Islam ?
4. Bagaimana Pola Pembaharuan Pendidikan Islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam ?
2. Untuk Mengetahui Pola Pikir Umat Islam saat Kemunduran Pendidikan
Islam ?

1
3. Untuk Mengetahui Faktor Pendorong Pembaharuan Pendidikan Islam ?
4. Untuk Mengetahui Pola Pembaharuan Pendidikan Islam ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam


Faktor penyebab kemunduran ummat islam secara eksternal kita rujuk
paparan al-Hasan, faktor-faktor tersebut adalah :1
1. Faktor ekologi dan alami, yaitu kondisi tanah dimana negara-negara islam
berada adalah gersang, atau semi gersang. Kondisi ini juga rentan dari sisi
pertahanan dari serangan luar. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi
wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syiria dan Iraq. Karena faktor
ini penduduk tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu dan kepada
pendidikan.
2. Perang salib yang terjadi dari 1096-1270, dan serangan Mongol dari tahun
1220-1300an. ”Perang Salib” menurut Bernand Lewis,” pada dasarnya
merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis,
yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai
medium psikologisnya.
3. Hilangnya perdagangan islam internasional dan munculnya kekuatan
barat. Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus
mulai petualangannya. Dalam mencari rute ke India ia menempuh jalur
yang melewati negara-negara islam. Pada saat yang sama Portugis juga
mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara islam. Disaat itu
kekuatan ummat islam baik di laut maupun di Barat dalam sudah
memudar. Akhirnya pos-pos perdagangan itu dengan mudah dikuasai
mereka.

Selanjutnya akan diungkapkan juga bahwa sebab-sebab pikiran islam


menurun dan melemah antara lain sebagai berikut :2
1. Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistis) Al-Ghazali di
Timur dan berkelebihannya pula Ibnu Rusyd dalam memasukkan filsafat
islamnya (yang bercorak rasionalistis) ke dunia islam barat. Sehingga Al-
Ghazali dengan filsafat islamnya menuju kerohania hingga menghilang ke
1
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), 110.
2
Ma’ruf Misbah, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang : CV. Wicaksana, 1994),

3
dalam maga tasawuf mendapat sukses di timur, dan Ibnu Rusd dengan
filsafatnya yang bertentangan dengan Al-Ghazali dengan munuju ke jurang
materialisme mendapat sukses di Barat.
2. Ummat islam terutama pada pemerintahannya (khalifah, sultan, amir-amir)
melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang mana pada mulanya
mereka memberi kesempatan untuk berkembang dan memperhatikan ilmu
pengetahuan dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para
ahli ilmu pengetahuan. Namun pada masa ini mereka lebih mementingkan
pemerintahan, begitu juga dengan para ahli ilmunya yang telibat dalam
urusan-urusan pemerintahan.
3. Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan
serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran yang
mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan di
dunia islam.

2.2 Pola Pikir Umat Islam saat Kemunduran Pendidikan Islam


Sepanjang sejarah sejak awal dalam pemikiran terlibat dua pola yang
saling berlomba mengembangkan diri dan mempunyai pengaruh besar dalam
pengembangan pola pendidikan ummat islam. Kedua pola tersebut adalah :
Pola pemikiran tradisional dan Pola pemikiran rasional. Pada pola pemikiran
tradisional ini selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian
berkembang menjadi pola pemikiran sufistis dan mengembangkan pola
pendidikan sufi yang sangat memperhatikan aspek-aspek batiniyah dan
akhlak atau budi pekerti manusia. Sedangkan pada pola pemikiran rasional,
mementingkan akal pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris
rasional yang sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasan
material.
Pada masa jayanya pendidikan islam, kedua pola pendidikan tersebut
menghiasi dunia islam, sebagai dua pola yang berpadu dan saling
melengkapi. Akan tetapi ketika pola pemikiran rasional diambil alih oleh
Eropa dan dunaia islam pun meninggalkan pola berfikir tersebut. Sehingga
tinggal pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat memperhatikan

4
kehidupan batin yang akhirnya mengabaikan dunia material. Dari aspek inilah
dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan islam mengalami kemunduran.
Kejayaan berlangsung cukup lama, sampai diangkatnya penguasa baru
Abbasiyah—al-Mutawakkil—yang bermazhab sunni melakukan pencabutan
izin resmi Mu’tazilah sebagai satu aliran resmi kenegaraan yang pernah
terjadi di masa al-Makmun. Kondisi tersebut berlanjut hingga umat Islam
merasa antipati terhadap golongan Mu’tazilah, golongan yang gencar
menyebarkan ajaran rasionalis. Sejak itu masyarakat tidak mau lagi
mendalami ilmu-ilmu sains dan filsafat.3
Antipati terhadap Mu’tazilah juga telah mengakibatkan pengawasan yang
ketat terhadap penerapan kurikulum di madrasah. Jatuhnya paham Mu’tazilah
talah mengangkat kaum konservatif menjadi kuat. Dalam rangka
mengembalikan paham sunni sekaligus memperkokoh basis kemasyarakatan,
para ulama sering melakukan kontrol terhadap kurikulum di lembagalembaga
pendidikan.4
Pada masa ini, materi pelajaran sangat minim, hanya terbatas pada ilmu-
ilmu agama, bahkan pendidikan Islam lebih identik dengan pengajaran
tasawuf dan fikih. Kondisi demikian terus diperburuk seiring dengan
runtuhnya kota Baghdad, akibat serangan tentara Mongol pada tahun 1258 M,
yang berakibat pada kehancuran kebudayaan dan pusat pendidikan Islam. Hal
ini kemudian berdampak pada situasi politik dan membuat lemahnya sektor
pendikan, baik institusi, metodologi, bahkan tujuan pendidikan Islam.

2.3 Faktor Pendorong Pembaharuan Pendidikan Islam


Latar belakang munculnya pembaruan dalam bidang pendidikan Islam
antara lain adanya situasi sosial keagamaan masyarakat mesir saat itu yang
penuh dengan taqlid, bid’ah dan khurafat serta pemikiran yang statis. Seperti
halnya Al-Afghani, Abduh melihat bahwa salah satu penyebab
keterbelakangan umat Islam yang amat memperihatinkan adalah hilangnya
tradisi intelektual yang pada intinya ialah kebebasan berpikir.5

3
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 123.
4
Fauzan, “Menimbang Sisi Positif Perlunya Pembaruan Pendidikan Islam”, dalam, Suwito,
Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), 164.
5
Nikmatul Maskuroh, Gerakan Pembaruan dalam Islam (Jakarta: Teras, 2017), 29.

5
Setelah bangsa Eropa mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan dari
ilmuan Islam, dan mereka mengembangkan ilmu-ilmu tersebut. Semenjak itu
pula umat Islam tidak lagi memperhatikan ilmu-ilmu tersebut dan sebagai
umat Islam mengalami kemunduran dalam segala aspek kehidupan.
Dengan semangat I’adatul Islam dan memerhatikan beberapa faktor yang
menjadi sebab lahirnya pembaruan pendidikan Islam, maka pada garis
besarnya telah terjadi dua pemikiran pembaruan pendidikan Islam, kedua pola
tersebut adalah (1) pola pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada
pola pendidikan modern di Barat, yang kemudian dikenal dengan gerakan
modernis dan (2) pembaruan pendidikan Islam yang berorientasi pada tujuan
pemurnian kembali ajaran Islam.
Golongan pertama, adalah golongan yang berorientasi pada pola
pendidikan modern di Barat berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang diakui oleh Barat adalah dengan jalan mendirikan
sekolah-sekolah ala Barat, baik sistem maupun isi pendidikanya. Dalam
rangka memajukan sistem pendidikan Islam, banyak juga pelajar yang
dikirim ke Eropa terutama Perancis, untuk menguasai ilmu-ilmu sains dan
teknologi modern. Kelompok ini telah menyadari bahwa kondisi pendidikan
Islam telah mengalami kemunduran yang sangat laur biasa.6
Kedua, golongan yang berorientasi pada pembaruan pendidikan Islam
yang berdasarkan sumber Islam yang murni. Bagi mereka, terjadinya
kemunduran umat Islam lebih disebakan oleh ketidaktaatan kaum muslimin
dalam menjalankan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Pola ini
berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi
kemajuan dan perkambangan peradaban serta ilmu pengetahuan modern,
dalam hal ini Islam telah membuktikanya pada masa kejayaan di masa silam.7

6
Andik Wahyun Muqoyyidin, “Pembaruan Pendidikan Islam Menurut Muhammad Abduh, “ 38,
no. 2 (2013), 298
7
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum Hingga Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Nuansa Cendikia, 2003), 197.

6
Menurut Fauzan, secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya proses pembaruan pendidikan Islam yaitu (1) faktor internal dan
(2) eksternal.8

1. Faktor Internal
a. Kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu
sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa dijadikan rujukan
dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas,
bertakwa dan beriman kepada Allah.
b. Agama Islam melalui ayat suci Alquran banyak menyuruh atau
menganjurkan umat Islam untuk selalu berfikir dan bermetaform,
membaca dan menganalisis sesuatu untuk kemudian bisa diterapkan
atau bahkan bisa menciptakan hal yang baru dari apa yang kita lihat.
c. Adanya kesadaran sebagian para ulam/tokoh umat Islam akan
ketertinggalannya dari orang Barat, dan mereka ingin memperbaiki
kembali nasibnya.9
2. Faktor Eksternal
Adanya kontak Islam dengan Barat, terutama setelah penaklukan
Napoleon terhadap Mesir, telah menyadarkan dan mengugah umat Islam
untuk melakukan perubahan perubahan pragmatis umat Islam untuk
belajar secara terus kepada Barat, sehingga ketertinggalan-ketertinggalan
yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.

2.4 Pola Pembaharuan Pendidikan Islam


Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan
kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan
dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami
oleh bangsa-bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola
pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah: (1)
pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi kepada pola pendidikan
modern di Eropa, (2) yang berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian

8
ibid, 198.
9
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Radarjaya Ofset, 2011), 163.

7
kembali ajaran Islam, (3) yang berorientasi pada kekayaan dan sumber
budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme.10
1. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka
capai. Mereka juga berpendapat bahwa yang dicapai bangsa Barat
sekarang, tidak lain merupakan pengembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam. Atas dasar
pemikiran demikian, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan
umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan tersebut harus dikuasai
kembali.
Penguasaan tersebut harus dicapai melalui proses pendidikan. Untuk
itu, harus memiliki pola pendidikan yang dikembangkan di dunia Barat,
sebagaimana dunia Barat dulu meniru yang dikembangkan di dunia
Islam. Pembaharuan dilakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah
dengan pola sekolah Barat. Di samping itu, pengiriman pelajar-pelajar ke
dunia Barat terutama ke Perancis untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi modern tersebut banyak dilakukan oleh penguasa-penguasa di
negeri Islam. Pembaharuan dengan pola Barat ini munculnya di Turki
pada akhir abad ke-11 H/abad 17 M, setelah mengalami perang dengan
negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi usaha
sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki
modern. Salah satu pelopor pembaharuan di Turki adalah Sultan
Mahmud II yang memerintah di Turki Utsmani pada tahun 1807 sampai
1839 M. Ia mengirimkan siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu
pengetahuan dan teknologi langsung dari sumber pengembangan. Setelah
mereka pulang ke tanah air, mereka banyak berpengaruh terhadap usaha-
usaha pembaharuan pendidikan. Mereka juga memengaruhi
berkembangnya paham sekularisme di Turki.

10
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 117.

8
Sementara di Mesir, pembaharu yang berorientasi Barat adalah
Muhammad Ali Pasha, yang berkuasa pada tahun 1805-1848. Dalam
rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan
pembaharuan di Mesir, ia mengadakan pembaharuan dengan jalan
mendirikan berbagai macam sekolah, yang meniru sistem pendidikan
pengajaran Barat. Bahkan ia mendatangkan guru-guru dari Barat,
terutama dari Perancis.
2. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber
Islam yang murni.
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan
sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban, serta ilmu
pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran
yang pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan
dan kesejahteraan, serta kekuatan bagi umat manusia. Dalam hal ini
Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya.
Menurut analisa mereka, di antara sebab-sebab kelemahan umat Islam
adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran Islam sebagaimana
mestinya. Ajaran-ajaran Islam yang menjadi sumber kemajuan dan
kekuatan ditinggalkan, dan menerima ajaran Islam yang sudah tidak
murni lagi. Hal itu terjadi setelah mandegnya perkembangan filsafat
Islam, ditinggalkannya pola pemikiran rasional, dan kehidupan umat
Islam telah diwarnai oleh pola hidup yang bersifat pasif. Di samping itu,
dengan mandegnya perkembangan fiqih yang ditandai dengan penutupan
pintu ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya mampunya untuk
mengatasi problematika hidup yang menantangnya sebagai akibat dari
perubahan dan perkembangan zaman. Pola pembaharuan ini dirintis oleh
Muhammad bin Abd Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad
Abduh akhir adad 19 M.
Menurut Jamamluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan
kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam arti yang sebenarnya

9
tidaklah mungkin. Ia berkeyakinan bahwa Islam sesuai dengan
perkembangan zaman dan bangsa dan semua keadaan.11
Kalau kelihatan ada pertentangan ada pertentangan antara ajaran-
ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa perubahan zaman dan
perubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan
interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam, seperti yang tercantum
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Untuk interpretasi itu diperlukan ijtihad,
dan karenanya pintu ijtihad harus dibuka.12
3. Pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa nasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola
kehidupan modern, dan mulai dari Barat. Bangsa-bangsa Barat
mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan
kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut
mendorong bangsa-bangsa Timur dan bangsa terjajah lainnya untuk
mengembangkan nasionalisme masing-masing.
Kaum muslimin menghadapi kenyataan bahwa mereka terdiri dari
berbagai bangsa yang berbeda latar belakang dan sejarah perkembangan
kebudayaan. Merekapun hidup bersama dengan orang-orang yang
beragama lain tapi sebangsa. Inilah yang mendorng berkembangnya rasa
nasionalisme di dunia Islam. Di samping itu, adanya keyakinan di
kalangan pemikir-pemikir pembaharuan Islam bahwa hakikatnya ajaran
Islam dapat diterapkan sesuai dengan segala situasi dan kondisi. Oleh
karena itu, ide pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme inipun
sesuai dengan ajaran Islam.
Golongan nasionalisme ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan
umat Islam dengan memperhatiakan situasi dan kondisi obyektif umat
Islam yang bersangkutan. Dalam usaha ini, bukan hanya mengambil
unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil

11
Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), 92-94.
12
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 122.

10
unsur-unsur yang berasal dari budaya warisan bangsa yang
bersangkutan.13

13
Engku dan Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islami, 92-94.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor penyebab kemunduran Islam berupa faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal diantaranya berkelebihan filsafat islam, umat islam
melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, terjadinya pemberontakan-
pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar. Sedangkan faktor
eksternal diantaranya faktor ekologi dan alami, perang salib, dan hilangnya
perdagangan islam internasional dan munculnya kekuatan barat.
Pola pikir umat islam saat kemunduran pendidikan Islam didominasi oleh
pola pemikiran tradisional. Umat islam ssat itu cenderung menolak ilmu
pengetahuan, dan lebih memilih belajar ilmu agama saja tanpa dibarengi oleh
pikiran rasional.
Faktor pendorong pembaharuan pendidikan terdiri faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal diantaranya kebutuhan pragmatis umat Islam
yang sangat memerlukan satu sistem pendidikan Islam, agama Islam melalui
ayat suci Alquran banyak menyuruh atau menganjurkan umat Islam untuk
selalu berfikir, Adanya kesadaran sebagian para ulam/tokoh umat Islam akan
ketertinggalannya dari orang Barat. Faktor ekternal yaitu adanya kontak Islam
dengan Barat sehingga menyadarkan dan mengugah umat Islam untuk
melakukan perubahan pragmatis umat Islam untuk belajar secara terus kepada
Barat, sehingga ketertinggalan-ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan
bisa terminimalisir.
Pola pembaharuan pendidikan islam terdiri dari tiga pola. Ketiga pola
tersebut adalah: (1) pola pembaharuan pendidikan yang berorientasi kepada
pola pendidikan modern di Eropa, (2) yang berorientasi dan bertujuan untuk
pemurnian kembali ajaran Islam, (3) yang berorientasi pada kekayaan dan
sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme.

3.2 Saran
Kemunduran dan pembaharuan pendidikan islam yang kami sajikan hanya
beberapa pendapat dari beberapa literatur. Kami sarankan kepada pembaca

12
untuk membaca beberapa literatur tambahan untuk melengkapi pengetahuan
selain yang kami tuliskan diatas. Dalam memahami sesuatu saya sarankan
pembaca memahami tiap-tiap kata dan mencari literatur tentang kata yang
tidak dipahami agar mendapat pengetahuan dengan sempurna, bukan hanya
pengertian tetapi juga konsep sehingga bisa melekat dan bisa diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai calon pendidik, hendaknya kita membaca dan
mengetahui bagaimana sejarah pendidikan, bagaimana kemunduran dan
pembaharuan, sehingga dengan hal itu kita bisa mengaca dari sejarah untuk
mengatasi masalah pendidikan saat ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999.

Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. Sejarah Pendidikan Islami. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. 2014.

Fauzan. “Menimbang Sisi Positif Perlunya Pembaruan Pendidikan Islam”. Dalam,


Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
2005.

Maskuroh, Nikmatul. Gerakan Pembaruan dalam Islam. Jakarta: Teras. 2017.

Misbah, Ma’ruf. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : CV. Wicaksana. 1994.

Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan,


Pengembangan Kurikulum Hingga Islamisasi Pengetahuan. Bandung:
Nuansa Cendikia. 2003.

Muqoyyidin, Andik Wahyun. “Pembaruan Pendidikan Islam Menurut Muhammad


Abduh, “ 38, no. 2 .2013.

Ramayulis. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Radarjaya Ofset. 2011.

Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2008.

14

Anda mungkin juga menyukai