Anda di halaman 1dari 39

MATA KULIAH

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR DOSEN: DR.IR.


ROSMINA ZUCHRI, MT

TUGAS BESAR 1 (SATU)

KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN

KUMPULKAN PADA WAKTU KULIAH 7 (TUJUH)

NAMA MAHASISWA: ZAKARIAS RIVANTUS LEDRI

NIM: 41119210035

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKSI


UNIVERISTAS MERCUBUANA
FEBRUARI 2022
1
DAFTAR ISI

SOAL DAN PERTANYAAN


BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. ANALISA KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN MENGGUNAKAN CARA


MANUAL/KONVENSIONAL

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN MENGGUNAKAN


PROGRAM CROPWAT

DAFTAR PUSTAKA

2
SOAL DAN PERTANYAAN:

DIKETAHUI:

Lokasi disajikan dan luaS 1hektar.

Data curah Hujan dari 3 (tiga) stasiun hujan terlampir.

Data Iklim ( temperatur/suhu, kelembaban, tekanan udara dan penyinaran matahari) terlampir.
Sumber air dari sungai X.
DITANYA:

I. Berapa Kebutuhan air Irigasi yang kita butuhkan untuk tanaman menggunakan cara
Manual./ KP-01

Untuk menjawab soal no. I. maka harus dijawab tentang :


1). Perhitungan Evapotranspirasi
2). Kebutuhan Air Konsumtif (CWR)

3). Kebutuhan Air Untuk Satu Petak Sawah


3a). Perkolasi
3b). Penggenangan

3c). Kebutuhan Air Untuk Satu Petak Sawah (FWR)


4). Kebutuhan Air Untuk Seluruh Area Persawahan
4.a.). Efisiensi Penyaluran air
5). Curah Hujan Efektif
6). Evaluasi FWR dengan Hujan Efektif

7). Kebutuhan Air Untuk Seluruh Area Persawahan (PWR).

II. Berapa Kebutuhan air Irigasi untuk tanaman menggunakan Software CROPWAT
2.1. Perhitungan Curah Hujan Efektif (Rain)

2.2. Perhitungan Climatologi/Evapotranspirasi (Eto)

3
2.3. Perhitungan Data tanaman Untuk Padi (Crop)

2.4. Perhitungan Data Tanah Daerah Irigasi (Soil)

2.5. Perhitungan Water Requirements / Neraca Air (CWR).

2.6. Perhitungan Jadwal Pada Tata Tanam (Crop Pattern Dan Scheme).

4
JAWABAN:

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, iirgasi rawa, irigasi air bawah
tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Tujuan irigasi adalah untuk memanfaatkan air irigasi
yang tersedia secara benar yakni seefisien dan seefektif mungkin agar produktifitas pertanian
dapat meningkat sesuai yang diharapkan. Dalam memenuhi kebutuhan air khususnya untuk
kebutuhan air di persawahan maka perlu didirikan system irigasi dan bangunan bendung.
Kebutuhan air di persawahan ini kemudian disebut dengan kebutuhan air irigasi.

Penduduk selalu bertambah, seiring dengan pertambahan penduduk, maka tuntutan


pemenuhan air berdasarkan waktu, ruang, jumlah dan mutu akan semakin meningkat. Selain
peningkatan jumlah atau volume air yang dibutuhkan, terjadi pula peningkatan permintaan
terhadap kuantitas air maupun kualitas pelayanannya terutama di bidang pertanian.

Di Indonesia untuk bidang pertanian, air irigasi bersumber dari sungai, waduk, air tanah
dan system pasang surut. Salah satu usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi adalah
tersedianya air irigasi di sawah-sawah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan air yang diperlukan
pada areal irigasi besarnya bervariasi sesuai keadaan. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah
volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air
untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan
konstribusi air tanah. Besarnya kebutuhan air irigasi juga bergantung kepada cara pengolahan
lahan.

Jika besarnya kebutuhan air irigasi diketahui maka dapat diprediksi pada waktu tertentu,
kapan ketersediaan air dapat memenuhi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar
yang dibutuhkan. Jika ketersediaan tidak dapat memenuhi kebutuhan maka dapat dicari solusinya
bagaimana kebutuhan tersebut tetap harus dipenuhi. Kebutuhan air irigasi secara keseluruhan
perlu diketahui karena merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalan perencanaan
dan pengelolaan system irigasi.

5
Terganggunya atau rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi
kkinerja system yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi
menurun. Apabila kondisi ini dibiarkan terus dan tidak segera di atasi, maka akan berdampak
pada penurunan produksi pertanian.

Curah hujan merupakan salah satu sumber air bagi penduduk. Curah hujan merupakan
hasil dari proses sirkulasi air yang disebut siklus hidrologi. Menurut Suyono dan Takeda (1977),
air di permukaan bumi mengalami siklus terus-menerus mulai dari proses penguapan, presipitasi
dan pengaliran keluar. Air menguap ke udara dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi
awan setelah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju. Sebagian air

6
hujan yang jatuh pada permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah untuk mengisi lengas tanah
dan menjadi cadangan airtanah. Sebagian lagi yang merupakan kelebihan, akan mengisi lekuk-
lekuk permukaan tanah dan kemudian mengalir ke daerah yang lebih rendah.

Air hujan yang jatuh dan mengalir pada permukaan tanah, merupakan air tersedia yang
diolah dan digunakan oleh penduduk untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan air masyarakat akan
meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu, konsekuensi dari
bertambahnya jumlah penduduk adalah semakin meningkatnya kebutuhan pangan. Pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat salah satunya diupayakan dengan peningkatan produktivitas lahan
pertanian. Peningkatan produktivitas suatu lahan pertanian didukung oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah tersedianya jumlah air yang cukup pada masa pertumbuhan tanaman.

Air yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tanaman dapat diperoleh dari berbagai
sumber. Menurut Hansen dkk (1986), air yang diperlukan tanaman agar dapat tumbuh dan
berkembang diperoleh dari lima sumber, yaitu : (1). Presipitasi, (2). Air atmosfer selain
presipitasi, (3). Air permukaan, (4). Airtanah, dan (5). Air irigasi. Salah satu sumber air yang
paling sering digunakan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman diperoleh dari irigasi.

Irigasi dipergunakan untuk menyediakan kelembapan tanah yang cukup sebagai media
pertumbuhan tanaman (Foth, 1984). Menurut Hansen dkk (1986), irigasi secara umum
didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air untuk irigasi harus secara kontinyu
karena jumlah air yang tepat dan mencukupi sangat mendukung keberhasilan panen.

Jumlah air yang dialirkan menuju petak-petak sawah harus disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman. Kebutuhan air untuk tanaman dapat diartikan sebagai total volume air yang diperlukan
tanaman agar dapat hidup. Kebutuhan air tanaman menurut Hansen dkk, (1986) adalah air yang
memasuki daerah akar tanaman untuk pembentukan jaringan tanaman dan air yang menguap dari
tanah serta tubuh genangan air pada petak sawah. Berdasarkan pengertian tersebut diketahui
bahwa kebutuhan air tanaman sebagian digunakan untuk mengganti air yang hilang akibat
transpirasi dan sebagian lagi digunakan untuk mengganti air irigasi yang hilang akibat evaporasi.

Pengembangan sistem irigasi merupakan bentuk jawaban dari pengelolaan dan


pemanfaatan sumber daya air di bidang pertanian. Pembagian air dalam saluran irigasi harus
7
merata dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman. Pembagian dan kecukupan air
tersebut dilakukan agar air dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan merata. Permasalahan
yang timbul adalah kebutuhan tanaman pada sawah yang akan dialiri dapat tercukupi.

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIDROLOGI

Ditinjau dari segi hidrologi, sungai mempunyai fungsi utama menampung curah hujan
dan mengalirkannya sampai ke laut. Daerah dimana sungai memperoleh air merupakan daerah
tangkapan hujan yang disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan mengalir menjadi aliran permukaan dan
mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai. DAS dibatasi oleh punggung permukaan bumi
sehingga memisahkan air hujan menjadi 4 aliran permukaan ke masing-masing DAS (Soewarno,
1991). Pengertian tersebut bermakna bahwa Daerah Aliran Sungai merupakan satu kesatuan
hidrologis, yang menjadi tempat terjadinya seluruh proses hidrologi.

Total air hujan yang menjadi aliran akan tereduksi akibat proses-proses hidrologis dan
meteorologis yang terjadi, semisal oleh infiltrasi, perkolasi, intersepsi dan evapotranspirasi.
Proses-proses tersebut menyebabkan aliran permukaan yang berasal dari curah hujan tidak
seluruhnya menjadi aliran permukaan. Daur atau sirkulasi yang menjelaskan terjadinya
perputaran air dalam DAS disebut siklus hidrologi yang tersaji pada Gambar 1.1

Siklus hidrologi menggambarkan perputaran air di bumi. Sumber air dalam wujud cair ataupun es
akan mengalami penguapan (evaporation) membentuk uap air akibat pengaruh radiasi matahari.
Uap air akan terbawa angin dan mengalami kondensasi sebagai akibat penurunan suhu

9
Kondensasi akan menyebabkan uap air berubah wujud menjadi titik-titik air yang terkumpul
membentuk awan hujan dan akhirnya jatuh sebagai curah hujan atau salju.

Air hujan yang jatuh pada permukaan tanah sebagian akan menjadi aliran permukaan
(overland flow) dan terkumpul menjadi aliran sungai (stream flow/ runoff). Sebagian lagi akan
meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi untuk mengisi lengas tanah (soil
moisture) dan menjadi aliran air tanah (groundwater flow). Air yang menjadi lengas tanah akan
dimanfaatkan oleh tanaman dan keluar menuju atmosfer akibat proses transpirasi tanaman.

Siklus hidrologi adalah gerak air tanpa henti dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke
atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi dapat
juga berarti lebih sederhana yaitu peredaran air dari laut ke atmosfer melalui penguapan,
kemudian akan jatuh pada permukaan bumi dalam betuk hujan, yang mengalir di dalam tanah
dan diatas permukaan tanah sebagai sungai yang menuju laut. Panasnya air laut didukung oleh
sinar matahari karena matahari merupakan kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu
berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air berevoporasi, lalu jatuh ke bumi
sebagai presipitasi dengan bentuk saluju, gerimis atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan
batu. Setelah presipitasi, pada perjalanannya ke bumi akan berepoporasi Kembali ke atas atau
langsung jatuh yang diinterepsi oleh tanaman disaat sebelum mencapai tanah. Apabila telah
mencapai tanah maka siklus hidrologi akan terus bergerak secara terus menerus dengan beberapa
cara yang berbeda meliputi: Evaporasi, Infiltrasi, dan air permukaan.

Curah Hujan

Menurut Soewarno (2000), yang dimaksud dengan hujan adalah bentuk tetesan air yang
mempunyai garis tengah lebih dari 0,5 mm atau lebih kecil dan terhambur luas pada suatu
kawasan. Pengertian hujan dibedakan dengan curah hujan. Curah hujan adalah banyak air yang
jatuh ke permukaan bumi dan dinyatakan dalam ketebalan hujan (rain fall depth) dengan satuan
mm. Curah hujan merupakan total tetesan air yang terhambur luas dalam suatu kawasan. Curah
hujan diamati diukur pada stasiunstasiun pengamat curah hujan. Stasiun-stasiun hujan tersebut
akan mencatat data hujan secata periodik guna dimanfaatkan untuk analisis lebih lanjut.

Menurut Suyono dan Takeda (1977), data hujan dan pengolahannya penting untuk
diketahui dalam hidrologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar suplai air permukaan
10
maupun airtanah adalah hujan. Hujan yang jatuh di permukaan bumi diukur dengan penakar
hujan, sehingga dapat diperoleh data hujan pada suatu titik. Tebal curah hujan yang tercatat pada
stasiun hujan kemudian diolah untuk mengetahui nilai curah hujan wilayah. Curah hujan wilayah
digunakan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air pada daerah yang bersangkutan.

Soewarno (2000), menyebutkan bahwa terdapat tiga metode pendekatan yang dianggap
dapat digunakan untuk menentukan tebal hujan rata-rata pada periode tertentu (jam; harian;
bulanan; tahunan) dari suatu DAS, yaitu metode rerata aritmatik, metode poligon Thiessen dan
metode isohyet.

11
2.2. IRIGASI

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 2001 menjelaskan bahawa Irigasi adalah usaha
manusia di dalam menyediakan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya
meliputi irigasi permukaan, iirgasi bawah tanah, irigasi pompa dan iirgasi tambak. Merupakan
pengembangan dan pemantapan dari PP Nomor: 22 tahun 1982 dimana iirgasi di maksudkan
sebagai usaha penyediaan air dan pengaturan air menunjang pertanian. Menurut UU RI No
11/1974 menjelaskan tentang pengairan meliputi :

1). Irigasi;

2). Pengembangan daerah rawa;

3). Pengendalian dan pengairan banjir serta usaha untuk perbaikan sungai, waduk, bendung, dll.

4). Pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan, air industry dan pencegahan terhadap
pencemaran atau pengotoran air dan lainnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23/1982 bahwa:

a). Penyediaan air irigasi pada dasarnya untuk mengairi tanaman, tetapi perlu di perhatikan
keperluan, untuk pemukiman, peternakan dan perikanan air tawar.

b). Penggunaan air irigasi hanya diperkenankan dengan mengambil air dari saluran tersier atau
saluran kuarter pada tempat pengambilan yang telah ditetapkan pihak yang berwenang.

c). Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) , sangat ditekankan agar memperhatikan
perkembangan daerah irigasi dan pemerintah daerah (pemda) setempat.

Irigasi secara umum didefinisikan sebagai cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan air
yang ada pada tanah untuk keperluan mencukupi pertumbuhan tanaman terutama bagi tanaman
pokok (padi dan palawija). Lebih umum lagi diartikan sebagai pemanfaatakan keberadaan air
yang ada di dunia ini tidak saja untuk pertanian tapi untuk kebutuhan dan keperluan hidup dan
kelestarian dunia itu sendiri.

Menurut Hansen, dkk (1986), definisi umum tentang irigasi adalah penggunaan air pada
tanah untuk setiap kegunaan seperti : (1). Menambahkan air ke tanah untuk menyediakan cairan

12
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, (2). Menyediakan jaminan panen pada saat musim
kemarau, (3). Mencuci atau mengurangi garam dalam 3 tanah, (4). Mengurangi bahaya erosi
tanah, (5). Melunakkan gumpalan tanah guna mempermudah pembajakan, (6). Air yang
dibutuhkan untuk pembentukan tunas.

Foth (1991) mengemukakan bahwa irigasi menyalurkan atau mendistribusikan air


sepanjang garis atau kedalaman selokan-selokan dan areal yang sama yang dikelilingi oleh
pematang-pematang. Penyaluran dan pemberian air yang ideal bila kuantitasnya mencukupi dan
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pengairan atau pemberian air irigasi menuju petak-petak

13
sawah merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tanaman akan
air. Hansen, dkk (1986), mengemukakan bahwa pemberian air irigasi dapat dilakukan dalam
lima cara, yaitu : (1) dengan penggenangan, (2) menggunakan air di bawah permukaan tanah
melalui sub irigasi, (3) menggunakan alur, besar ataupun kecil, (4) penyiraman, atau (5) dengan
sistem cucuran.

Menurut Linsley dan Franzini (1985), ketersediaan air irigasi dipengaruhi oleh
pertimbangan-pertimbangan: (1) curah hujan, (2) lereng dan keadaan alam permukaan tanah, (3)
penyediaan air dan bagaimana pemberiannya, (4) penggiliran tanaman dan (5) laju kecepatan
infiltrasi. Pemberian air yang ideal bila kuantitasnya mencukupi hingga tanah dalam kondisi
kapasitas lapang hingga kedalaman daerah perakaran. Air yang berlebih dapat menyebabkan
genangan air pada tanah permukaan. Pada beberapa daerah basah, pemberian air irigasi adalah
berlebih karena wilayah tersebut telah jenuh dengan air. Irigasi diberikan kepada wilayah yang
tidak memiliki sumber air yang cukup untuk keperluan pemenuhan kebutuhan tanaman
pertanian.

2.2.1. Sistem Irigasi


Irigasi merupakan suatu proses untuk mengalirkan air dari suatu sumber air ke sistem
pertanian. Secara garis besar irigasi adalah usaha pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman agar
tumbuh optimal. Irgasi dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu air permukaan dan air tanah
ataupun teknologi yang digunaan untuk mengalirkan air, seperti irigasi pompa. Fungsi utama
irigasi adalah untuk menambah air atau lengas tanah ke dalam tanah untuk memasok kebutuhan
air bagi pertumbuhan tanaman juga untuk menjamin ketersediaan air, menurunkan suhu tanah,
pelarut garam dalam tanah, mengurangi kerusakan karena forst/jamur, dan melunakkan lapis keras
tanah dalam pengelolaan tanah (Hansen,1992).
Sistem irigasi menurut Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2006 tentang Irigasi adalah
prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagan pengelolaan irigasi dan sumber daya
manusia. Jadi, sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai
komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan, dan pengaturan air dalam
rangka meningkatkan produksi pertanian.
14
2.2.2. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan
tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah
yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.

Cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Jaringan irigasi sederhana

Jaringan irigasi sederhana dicirikan oleh kesederhanaan fasilitas bangunan yang dimiliki,
sehingga operasional pembagian air pada jaringan irigasi sederhana pada umumnya air tidak
diukur dan diatur. Kondisi ini mungkin diterapkan jika ketersediaan air berlebihan (pada tanah
dengan kemiringan sedang sampai curam) dan jika memiliki keterbatasan ketersediaan air irigasi
maka kondisi ini harus segera diatasi. Jaringan irigasi desa yang banyak dibangun masyarakat
secara mandiri kebanyakan dapat diklasifikasikan ke dalam jaringan irigasi sederhana ini.

Gambar 2.1 jaringan irigasi sederhana


15
2. Jaringan irigasi semi teknis

Jaringan irigasi semi teknis mempunyai ciri bahwa fasilitas-fasilitas yang ada untuk
melaksanakan ke empat fungsinya sudah lebih baik dan lengkap dibandingkan jaringan irigasi
sederhana. Misalnya, bangunan pengambilan sudah dibangun permanen, debit sudah diukur, tetapi
sistem jaringan pembagi masih sama dengan sistem irigasi sederhana.

Hal ini ditunjukkan pemisahan saluran pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara
baik dan pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga sulit dilakukan
pembagian air. Pada sistem irigasi ini, biasanya pemerintah sudah terlibat dalam pengelolaannya,
misalnya dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O&P) bangunan pengambilan.

Gambar 2.2 jaringan irigasi semiteknis

3. Jaringan irigasi teknis

Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah lengkap. Salah satu prinsip
rancang bangun dalam jaringan irigasi adalah pemisahan fungsi jaringan pembawa dengan
16
jaringan pembuang. Bangunan ukur dan bangunan pengatur sangat dibutuhkan dalam
pengaturan air irigasi. Petak tersier menjadi sangat penting karena menjadi dasar perhitungan
sistem alokasi air, baik jumlah maupun waktu. Jaringan irigasi teknis dilengkapi : Bangunan
Pengambilan yang permanen, sistem pembagian air dapat diukur dan diatur, serta jaringan
pembawa dan pembuang telah terpisah.

Gambar 2.3 jaringan irigasi teknis

Gambar 2.4 klasifikasi jaringan irigasi


17
2.3. KETERSEDIAAN AIR IRIGASI

Ketersediaan air pada dasarnya terdiri dari tiga bentuk yaitu : air hujan, air permukaan,
dan air tanah.

Analisis ketersediaan air menghasilkan perkiraan persediaan air di suatu wilayah sungai, analisis
ini terdiri atas langkah-langkah:

(1). Analisis data debit aliran.

(2). Analisis data hujan dan iklim.

(3). Pengisian data debit yang kosong.


(4). Analisis distribusi frekuensi.

2.4. ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.

Jumlah kebutuhan air untuk irigasi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:

1). Curah hujan 2). Evapotranspirasi, 3). jenis dan umur tanaman 4). Sistem pemberian air dan
system irigasi yang diguankan dan dinyatakan dalam liter/det/hektar.

Dalam menentukan kebutuhan air irigasi perlu diperhitungkan besarnya curah hujan
efektif. Sedangkan factor lain yang menentukan adalah jenis tanah dan sifat fisik tanah serta
factor iklim dan keadaan topografi setempat.

Kebutuhan air di sawah ditentukan oleh beberapa factor yaitu:

18
1). Kebutuhan air untuk penyiapan lahan. 2). Penggunaan air tanaman 3). Perkolasi 4).
Penggantian lapisan air 5). Curah hujan efektif. 6). Selain itu efisiensi juga mempengaruhi
besarnya kebutuhan air irigasi.

Jumlah kebutuhan air terbagi 3 (tiga) yaitu:

1). Kebutuhan air tanaman.(Crop water requirment)

2). Kebutuhan air untuk suatu lahan usaha tani (Farm requirment)
3). Kebutuhan air untuk suatu daerah Iirgasi (Irrigation requirment
Kebutuhan air irigasi untuk padi sawah meliputi:
1). Kebutuhan air untuk pengolahan tanah
2). Pembibitan
3). Pertumbuhan tanaman hingga panen.

Untuk tanaman palawija, nilai perkolasi tidak diperhitungkan karena tidak membutuhkan
penggenangan.

Penggantian lapisan air (water layer requirement (WLR) dijadwalkan setelah pemupukan
dan dilakukan penggantian lapisan mnurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan seperti itu,
dilakukan pemberian air sebanyak 2 (dua) kali, masing-masing 50 mm selama 0,5 bulan atau
sekali pemberian sebanyak 100 mm selama 1 bulan (3,3 mm/hari). Penggantian lapisan air
dilakukan setelah satu atau dua bulan masa transplantasi.

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan system irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi
secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi beberapa factor.

2.4.1. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di
permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan
pergerakan air ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi

19
merupakan pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan
oleh daun. Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.
Beberapa Rumus Evapotraspirasi meliputi:

1. Rumus Penmann Modifikasi :

ET 0 =C ¿

Ket :

ET 0 =¿Evaporasi terapan

C = faktor kompensasi akibat perubahan cuaca siang dan malam

W = faktor angin

Rn = pengaru radiasi

F (U )=fungsi yang berhubungandengan kecepatanangin

e s=tekananuap air pada suhu rata−rata

e d =tekananuap air jenuh pada titik embun

2. Rumus Metode Raid


ET 0 =C(W . Rn )

Ket :

ET 0 =¿Evapotranspirasi (mm/hari)

C = suatu faktor penyesuaian untuk memasukan pengaruh langsng udara dan keadaan
angin siang hari.

W = status faktor untuk memasukan pengaruh temperatur dan ketinggian

Rn = radiasi matahari yang dinyatakan dalam bentuk evaporasi equvalen (mm/hari)

20
3. Rumus Metode Blaney-Criddle

CU = K.F

(T maksimum+T minimum )
T=
2

E T 0= p ( 0,46 T +8 )

ETcrop=ET 0 × K C

Ket:

CU = Evapotranspirasi potensial

K = Koefisien

F = faktor kebutuhan air

T = Rata-rata temperatur harian (oC)

P = Rata-rata persentase harian dari jam siang tahunan

ETo = Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)

Kc = koefisien tanaman.

Etcrop = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)

4. Metode panci evaporasi

ET 0 =Kp× Epan ( hari


mm
)
Ket :

ET 0 = Evapotranspirasi potensial

Kp=koefisien pancitype A ( 0,5−0,8 ) ¿

Epan = evaporasi yang dicatat dari evapporimeter


21
22
2.4.2. Penggunaan Konsumtif (Etc)

Kebutuhan air untuk kumulatif tanaman merupakan kedalaman air yang dierlukn untuk
memenuhi evapotranspirasi yang bebas penyakit, tumbuhan diareal pertanian yang cukup air dari
kesuburan tanah dengan potensi pertumbuhan yang baik dan tingkat lingkungan pertumbuhan
yang baik.

Etc = Kc * Eto

Ket :

Etc = evapotranspirasi tanaman, mm/hari

Kc = Koefisien tanaman

Eto = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari

2.4.2.a. Kebutuhan air untuk tanaman

Kebutuhan air tanaman adalah kebutuhan air total yang akan diberikan pada petak-


petak pertanian tingkat tersier atau ke jaringan irigasi yang merupakan kebutuhan
air tanaman atau kebutuhan air untuk pengolahan tanah atau disebut
juga kebutuhan air di lapangan.

2.4.2.b. Kebutuhan air untuk persiapan lahan

 Faktor faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan
lahan adalah :

1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan


penyiapan lahan

2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

 Faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah.

23
1. Tersedianya tenaga kerja dan ternak atau traktor untuk menggarap tanah

2. Perlu memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk
menanam padi sawah atau padi ladang ke dua.

2.4.3. Perkolasi atau Rembesan


Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler, dan daya geseran
(friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena aliran cairan penyari
menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih
rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Selain itu, ruangan di antara
serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya
saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga
dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi /konsumtif , menggunakan metode van de

Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/dt
selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
IR=M ek /(ek – 1)
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
24
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1, 1 x ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air, , untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50
= 250 mm.

25
26
27
2.5. PROGRAM KOMPUTER CROPWAT

CROPWAT dimaksudkan sebagai alat praktis untuk menghitung laju evapotranspirasi


standar, kebutuhan air tanaman dan pengaturan irigasi tanaman.

CROPWAT adalah alat pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Divisi


Pengembangan Tanah dan Air FAO. Cropwat ini merupakan sebuah program computer untuk
perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi berdasarkan data tanah, iklim dan
tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi
manajemen yang berbeda dan perhitungan penyediaan air untuk berbagai skema pola tanaman.
CROPWAT juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan untuk
menilai kinerja tanaman di bawah kedua kondisi tadah hujan dan iirgasi.

Pada Program Cropwat versi 8.0 merupakan suatu versi yang didalamnya mengandung
data karakteristik tanah standar dan karakteristik tanaman standar dalam perhitungan kebutuhan
air, irigasi ini cukup menggunakan 4 featur yaitu:

a). Climate/Eto yang berisi data klimatologi dengan model analisis dengan menggunakan
metode Penmann Monteith.

b). Rain yang berisi analisis data curah hujan dengan metode kalkulasi effective
rain. c). Soil yang berisi data tanah untuk menghitung infiltrasi max, rooting depth
max.
d). Crw yang berisi data kc, Etc, dan effective rain untuk menghitung ketersediaan air
irgasi (irigation requiment).

Keuntungan Metode Cropwat:

1). Sangat mudah digunakan dibandingan dengan metode manual/konvensional.


2). Perhitungan kebutuhan air tanaman menjadi lebih praktis.
3). Semua jenis tanaman ( 30 ) dapat diketahui kebutuhan airnya secara tepat dan teliti.
Dan data yang disajikan lengkap.

4). Dapat mengetahui kapan waktu penanaman, jadwal irigasi, dan kebutuhan air tanaman
28
setiap bulannya.

5). Mampu mendesain, memanajemen, serta mampu menampilkan hasil dalam bentuk
grafik dan form.

6). File-file jadwal irigasi dapat disimpan sehingga dapat digunakan di kemudian hari.

Kelemahan Program CROPWAT

1. Hanya digunakan oleh kalangan yang mengetahui program CROPWAT saja.


(karena Bahasa yang digunakan bukan Bahasa Indonesia ).

29
BAB III KEBUTUHAHAN AIR IRIGASI MENGGUNAKAN CARA MANUAL

3.1. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI METODE PENMANN MODIFIKASI

3.2. PERHITUNGAN CURAH HUJAN

a). Curah hujan bulanan dan setengah bulanan.


b). Curah Hujan Andalan
c). Curah Hujan Effektif.

3.3. KEBUTUHAN AIR

3.4. POLA TANAM

Sistem Pola Tanam disajikan pada Tabel:

dst

BAB IV KEBUTUHAN AIR IRIGASI MENGGUNAKAN PROGRAM CROPWAT

30
4.1. Perhitungan Curah Hujan Efektif (Rain)

4.2. Perhitungan Climatologi/Evapotranspirasi (Eto)

4.3. Perhitungan Data tanaman Untuk Padi (Crop)

4.4. Perhitungan Data Tanah Daerah Irigasi (Soil)

4.5. Perhitungan Water Requirements / Neraca Air (CWR).

4.6. Perhitungan Jadwal Pada Tata Tanam (Crop Pattern Dan Scheme).

31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

32
//////////////////========///////////////

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Kriteria Perencanaan (KP-01 – 9) Dirjen Irigasi Pekerjaan Umum.

2. Panduan Penggunaan CROPWAT.

3. Dr. Ir. Rosmina Zuchri, MT. Modul Perencanaan Jaringan Irigasi dan Bangunan Air.
Universitas Mercu Buana.

4. www.google.com

5. www.youtube.com

6. Putu Perdana Kusuma Wiguna, S.Si, MSc, 2019. Metode Perhitungan Kebutuhan
Air Irigasi.

34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai