Anda di halaman 1dari 3

1.

standarisasi Larutan AgNO3 Cara Mohr

Pembacaan buret

Volume titran Titrasi


Volume akhir 32,5 ml
Volume awal 21,7 ml
Volume yang digunakan 10,8 ml

Pada standarisasi larutan AgNO3 ini terdapat 2 metode yaitu dengan metode Mohr dan metode
Fajans. Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah pada indikator yang digunakan. Pada
metode Mohr indikator yang digunakan adalah indikator K2CrO4 dan pada metode fajans
indikator yang digunakan adalah Fluoroscein. Standarisasi larutan AgNO3 dengan metode Mohr
adalah metode yang digunakan dalam pengukuran kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3) dan penambahan kalium kromat (K2CrO4)
sebagai indikator. Titrasi dalam suasana asam menyebabkan perak kromat larut karena terbentuk
dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Apabila ion klorida
atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag +), maka ion kromat akan bereaksi
dengan perak (Ag) berlebih membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna
coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Prinsip pada titrasi ini adalah AgNO3 akan bereaksi
dengan NaCl membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Kemudian bila semua Cl- telah
habis bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3 maka kelebihan sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO4
2- dari indikator K2CrO4. Dan saat bereaksi itulah akan terbentuk endapan warna merah yang
disebut sebagai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi yaitu

Ag+ + Cl-  AgCl (endapan putih)

Ag+ + CrO4 2-  Ag2CrO4 (endapan merah bata)

Standarisasi AgNO3 ini menggunakan larutan NaCl 0,01 M dengan warna semula tidak
berwarna sebanyak 10 ml dan ditambahakan indikator K2CrO4 yang berwujud cair dan berwarna
kuning sebanyak 5 tetes. Pada praktikum yang telah dilakukan volume awal yang diperlukan
untuk titrasi sebanyak 21,7 ml kemudian volume akhir pada titran sebanyak 32,5ml. Sehingga
volume total yang diperlukan saat titrasi sebanyak 10,8 ml. Untuk menentukan konsentrasi
AgNO3 pada titrasi tersebut yaitu:

NNaOH = 0,1 N

V NaOH= 10 ml

VAgNO3= 10,8 ml

NNaOH x V NaOH = N AgNO3 x V AgNO3

N NaOH x V NaOH
N AgNO3=
V AgNO 3

0,01 N x 10 ml
N AgNO3=
10,8 ml

= 0,009 N

1. standarisasi kalium permanganat dengan natrium oksalat

Volume titran Titrasi


Volume akhir 10,7 ml
Volume awal 0,1 ml
Volume yang digunakan 10,6 ml
Standarisasi kalium permanganat dengan natrium oksalat merupakan titrasi permanganometri
atau titrasi redoks. Titrasi ini digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu reduktor atau
oksidator dalam suasana asam. Kalium permanganat bukan larutan baku primer, maka larutan
KMnO4 harus distandarisasi, salah satunya dengan natrium oksalat. Dalam suasana asam atau
[H+ ] ≥ 0,1 N ion permanganate mengalami reduksi menjadi ion mangan (II) sesuai reaksi : 

MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn 2+ + 4H2O

Pada standarisasi kalium permanganat dengan natrium oksalat, larutan kalium permanganat yang
berwarna ungu gelap dimasukkan pada buret. Kemudian, dimasukkan 10 ml natrium oksalat
pada erlenmeyer yan kemudian ditambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 ml yang bertujuan
untuk mengubah suasana netral menjadi asam. Kemudian larutan tersebut dipanaskan sampai
suhu 70 derajat. Kemudian dititrasi dengan kalium permanganat saat suhu sudah mencapai 70
derajat. Proses titrasi ini dihentikan jika terjadi perubahan warna pada natrium oksalat yang
sebelumnya tidak berwarna berubah menjadi warna merah bata. Perubahan warna tersebut
merupakan titik akhir dari titrasi. Berikut konsentrasi kalium permanganat yang didapatkan dari
hasil titrasi

N asam oksalat = 6,701 N

V Asam oksalat= 10 ml

V Kalium permanganat= 10,6

Nasam oksalat x V asam oksalat = N kalium permanganat x V kalium permanganat

N asamoksalat x V asamoksalat
N kalium permanganat =
V kalium permanganat

6 ,701 x 10 ml
N kalium permanganat=
10,6 ml

N kalium permanganat= 6,32 N

Anda mungkin juga menyukai