OKSIGEN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar
Disusun oleh
Adhilla Pramesti P17320319001 Maolidina Azzahra P17320319028
Adinda Permata S. P17320319002 Mellyatini Nawa P17320319029
Daniar Azzahra P17320319008 Muhammad Dava P17320319030
Deani Putri A.W P17320319009 Nidayatul Awaliyah P17320319034
Detry Nur Sabrina P17320319010 Putri Melisa P17320319036
Devina Widiyanti P17320319012 Salwa Aminda P17320319039
Dito Reza Suryana P17320319015 Saskia Khairul A. P17320319040
George Willy P17320319020 Siti Ainun K. P17320319042
Hananti Fadhila P17320319021 Siti Maghfira S. P17320319043
Hilyatu Yela F. P17320319023 Syifa Khoirunisa P17320319045
Kinanty Dwi U. P17320319026 Vitka Nur Kholisah P17320319047
Lovita Savitri S. P17320319027 Yunita Rahma W P17320319049
Tingkat 2A
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigen”
tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam
penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman
serta bimbingan dan dosen pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah meberikan
bantuan, dorongan dan doa. Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran
untuk memperbaiki makalah kami ini, dikarenakan banyak kekurangan dalam
mengerjakan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis atau
psikologis yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan (Ernawati, 2012). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas yang
tertinggi diantara semua kebutuhan dasar yang lain.Umumnya, seseorang yang
memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya dibandingkan dengan kebutuhan yang lain
(Ambarwati, 2014).
Menurut Henderson teori keperawatan mencakup seluruh kebutuhan
dasar seorang manusia. Henderson mendefenisikan keperawatan bertugas
untuk membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya,
kemampuan individu untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan bila seseorang
memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Kebutuhan
dasar manusia menurut Henderson sering disebut dengan 14 kebutuhan dasar
Henderson, yang memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan
keperawatan. Salah satu kebutuhan dasar dan kebutuhan pertama yang
diungkapkan oleh Henderson adalah kebutuhan oksigenasi yaitu tentang
bernapas yang normal. Dalam pemenuhan kebutuhan oksigen ini diperlukan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia ini ( Potter &
Perry, 2012).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Oksigen
merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal
pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel. Hal ini menunjukkan bahwa oksigen merupakan hal yang sangat
penting bagi manusia (Ambarwati, 2014).
Oksigenasi sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia diperoleh
karena adanya sistem pernapasan yang membantu dalam proses bernapas.
Sistem pernapasan atau respirasi berperan dalam menjamin ketersediaan
oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dan pertukaran gas. Proses
oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di udara, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung, mulut, faring,
laring, dan kemudian akan masuk ke dalam organ pernapasan bagian dalam
1
yang terdiri dari trakea, bronkus, dan juga alveoli. Hal ini menunjukkan bahwa
oksigen merupakan gas yang sangat penting dalam proses pernapasan
(Tarwoto & Wartonah, 2011).
Oksigen (O2) berperan penting demi kelangsungan hidup sel dan
jaringan didalam tubuh, karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme
tubuh yang dilakukan secara terus menerus. Oksigen memegang peranan yang
sangat penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, karena itu
diperlukan berbagai upaya agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan gangguan pada proses oksigenasi
serta dapat menyebabkan terjadinya kemunduran secara fungsional pada tubuh
atau bahkan dapat menimbulkan kematian. (Asmadi, 2008).
Penyebab terjadinya gangguan oksigenasi disebabkan oleh beberapa
hal yang mempengaruhi fungsi pernapasan, yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting, diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku dan lingkungan. Pernapasan dapat berubah
karena kondisi dan penyakit yang dapat mengubah kondisi dan struktur paru.
Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan juga alveoli sangat penting untuk
ventilasi, perfusi, dan juga pertukaran gas dalam pernapasan (Ambarwati,
2014).
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan oksigenasi?
2. Bagaimana sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan oksigen?
4. Bagaimana proses oksigenasi?
5. Masalah apa yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigen?
6. Metode pemberian pemenuhan oksigen?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan?
2
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan tentang gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan asma bronkial
d. Mendeskripsikan implemntasi keperawatan tentang gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien dengan asma bronkial
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan tentang gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigen pada pasien dengan asma bronkial
1. 4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi acuan bagi
penelitian lebih lanjut.
2. Bagi masyarakat
Sebagai sarana untuk mengetahui status kesehatan di ruang
3. Bagi Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh
tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit
ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan
jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam
sistem tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan
kedalam tubuh secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau
respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu dengan
lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk
mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012)
2.2 Sistem yang Berperan Dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh
adekuatnya berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem
kardiovaskuler, dan juga sistem hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah
sistem pernapasan atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu sistem pernapasan atas yang terdiri dari
hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan bawah yang terdiri
dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan atau respirasi memiliki peran sebagai
penjamin ketersediaan oksigen untuk proses metabolisme sel-sel dalam
4
tubuh dan pertukaran gas. Dalam sistem respirasi oksigen diambil dari
atmosfir, dan kemudian dibawa ke paru-paru sehingga terjadi
pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di dalam alveoli,
selanjutnya oksigen akan di difusi masuk ke kapiler darah untuk
digunakan oleh sel dalam proses metabolisme. Proses pertukaran gas
di dalam tubuh disebut dengan proses oksigenasi (Tarwoto &
Wartonah, 2011).
Proses oksigenasi merupakan proses yang dimulai dari
pengambilan oksigen di atmosfir, kemudian oksigen yang diambil
akan masuk melalui organ pernapasan bagian atas yang terdiri dari
hidung atau mulut, faring, laring, dan kemudian masuk ke organ
pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama, bronkus
sekunder, bronkus tersier, terminal bronkiolus, dan kemudian masuk
ke alveoli. Selain itu organ pernapasan bagian atas juga berfungsi
untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk
ke organ pernapasan bagian bawah, menghangatkan filtrasi, dan
melembabkan gas. Sedangkan organ pernapasan bagian bawah,
selain tempat masuknya oksigen juga berfungsi dalam proses difusi
gas (Tarwoto & Wartonah, 2011).
b. Sistem Kardiovaskuler
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler
ikut berperan dalam proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan
dalam proses transfortasi oksigen. Oksigen ditransfortasikan ke seluruh
tubuh melalui aliran darah. Adekuat atau tidaknya aliran darah
ditentukan oleh normal atau tidaknya fungsi jantung. Kemampuan
oksigenasi pada jaringan sangat ditentukan oleh adekuatnya fungsi
jantung. Fungsi jantung yang baik dapat dilihat dari kemampuan
jantung memompa darah dan terjadinya perubahan tekanan darah.
Sistem kardiovaskuler ini akan saling terkait dengan sistem pernapasan
dalam proses oksigenasi.
Menurut McCance dan Huether (2005) dalam Perry dan Potter
(2009), fisiologi kardiopulmonal meliputi penghantaran darah yang
teroksigenasi (darah dengan kadar karbon dioksida yang tinggi dari
oksigen yang rendah) kebagian kanan jantung dan masuk ke sirkulasi
pulmonal, serta darah yang sudah teroksigenasi (darah dengan kadar
O2 yang tinggi dan CO2 yang rendah) dari paru ke bagian kiri jantung
dan jaringan. Sistem kardiovaskuler menghantarkan oksigen, nutrisi,
dan substansi lain ke jaringan dan memindahkan produk sisa dari
metabolisme seluler melalui vaskuler dan sistem tubuh lain (misalnya
5
respirasi, pencernaan, dan ginjal).
c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu
sel darah yang sangat berperan dalam proses oksigenasi adalah sel
darah merah, karena di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin
yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah molekul yang
mengandung empat subunit protein globular dan unit heme. Setiap
molekul Hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan akan
membentuk ikatan oxy-hemoglobin (HbO2) ( Tarwoto & Wartonah,
2011).
2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Kebutuhan Oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis,
status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a. Faktor fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada
kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah :
1) Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia
atau pada saat terpapar zat beracun
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Hipovolemia
4) Peningkatan laju metabolic
5) Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.
b. Status kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan
kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti
gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
c. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
memengaruhi sistem pernapasan individu.
6
1) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
2) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan
dan merokok.
4) Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
5) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun.
d. Faktor perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi
pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung
akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e. Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan
oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
1) Suhu lingkungan
2) Ketinggian
3) Tempat kerja (polusi)
7
2013). Sel di dalam tubuh sebagian besarnya memperoleh energi melalui
reaksi kimia yang melibatkan oksigenasi dan pembuangan karbondioksida.
Proses Pertukaran gas dari pernapasan terjadi di lingkungan dan darah
(Ernawati, 2012).
a. Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu
ventilasi pulmoner, difusi gas, dan transfor oksigen serta karbon
dioksida ( Saputra, 2013).
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan pergerakan udara masuk dan
kemudian keluar dari paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Keluar masuknya udara dari atmosfer kedalam paru-paru terjadi
karena adanya perbedaan tekanan udara yang menyebabkan udara
bergerak dari tekanan yang tinggi ke daerah yang bertekanan lebih
rendah. Satu kali pernapasan adalah satu kali inspirasi dan satu kali
ekspirasi. Inspirasi merupakan proses aktif dalam menghirup udara
dan membutuhkan energi yang lebih banyak dibanding dengan
ekspirasi. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali inspirasi ± 1 –
1,5 detik, sedangkan ekspirasi lebih lama yaitu ± 2 – 3 detik dalam
usaha mengeluarkan udara (Atoilah, 2013).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), ada tiga kekuatan
yang berperan dalam ventilasi, yaitu ; compliance ventilasi dan
dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan
alveolus, dan dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta
pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat
yang dapat diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini
terkait dengan volume serta tekanan paru-paru. Struktur paru-
paru yang elastic akan memungkinkan paru- paru untuk
meregang dan mengempis yang menimbulkan perbedaan
tekanan dan volume, sehingga udara dapat keluar masuk paru-
paru.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus
mempengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan
surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus
yang dihasilkan oleh sel tipe II.
c) Otot-otot pernapasan. Ventilasi sangat membutuhkan otot- otot
pernapasan untuk megembangkan rongga toraks.
8
2) Difusi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), difusi adalah
proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke
kapiler pulmonal melalui membrane, dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi yang rendah. Proses
difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan
karbon dioksida melewati enam rintangan atau barier, yaitu ;
melewati surfaktan, membran alveolus, cairan intraintestinal,
membran kapiler, plasma, dan membran sel darah merah.
Oksigen berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon
dioksida berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon dioksida
di difusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2
daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi
kecepatan difusi adalah sebagai berikut ;
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan
tekanan maka semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membrane. Semakin luas area membrane difusi
maka akan semakin cepat difusi melewati membran.
c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka akan
semakin cepat proses difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam
cairan membran paru. Semakin tinggi koefisien maka semakin
cepat difusi terjadi.
3) Transfor oksigen
Sistem transfor oksigen terdiri atas paru-paru dan sistem
kardiovaskuler. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen
yang masuk ke dalm paru-paru (ventilasi), darah mengalir ke
paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, serta kapasitas
kandungan paru ( Perry & Potter, 2009).
Menurut Atoilah (2013), untuk mencapai jaringan
sebagian besar (± 97 %) oksigen berikatan dengan haemoglobin,
sebagian kecil akan berikatan dengan plasma (± 3 %). Setiap satu
gram Hb dapat berikatan dengan 1,34 ml oksigen bila dalam
keadaan konsentrasi drah jenuh (100 %). Ada beberapa faktor-
faktor yang memengaruhi transportasi oksigen, yaitu ;
a) Cardiac Output
Saat volume darah yang dipompakan oleh jatung
berkurang maka jumlah oksigen yang ditransport juga akan
9
berkurang.
b) Jumlah eritrosit atau HB
Dalam keadaan anemia oksigen yang berikatan
dengan Hb akan berkurang juga sehingga jaringan akan
kekurangan oksigen.
c) Latihan fisik
Aktivitas yang teratur akan berdampak pada keadaan
membaiknya pembuluh darah sebagai sarana transfortasi,
sehingga darah akan lancar menuju daerah tujuan.
d) Hematokrit
Perbandingan antara zat terlarut atau darah dengan zat
pelarut atau plasma darah akan memengaruhi kekentalan
darah, semakin kental keadaan darah maka akan semakin sulit
untuk ditransportasi.
e) Suhu lingkungan
Panas lingkungan sangat membantu memperlancar
peredaran darah.
b. Pernapasan internal
Pernapasan internal merupakan proses pertukaran gas antara
pembuluh darah kapiler dan jaringan tubuh. Setelah oksigen berdifusi
ke dalam pembuluh darah, darah yang banyak mengandung oksigen
akan diangkut ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik. Di
bagian ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
kapiler sistemik ke sel jaringan, sedangkan karbon dioksida berdifusi
dari sel jaringan ke kapiler sistemik (Saputra,2013). Pertukaran gas
dan penggunaannya di jaringan merupakan proses perfusi. Proses ini
erat kaitannya dengan metabolisme atau proses penggunaan oksigen
di dalam paru (Atoilah & Kusnadi, 2013).
10
adanya peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan
lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh
terhadap oksigen tidak terpenuhi secara adekuat. Menurut Abdullah
(2014) secara garis besar, gangguan pada respirasi dikelompokkan
menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia, yaitu ;
a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan
1. Gangguan irama pernapasan
a) Pernapasan Cheyne stokes
Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus
pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin
naik, kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan
dimulai lagi dengan siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini
biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun
secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada
orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan
air laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot
Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan
pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea. Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit
radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul
Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang jumlah
dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20
kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien
dengan asidosis metabolic dan gagal ginjal.
11
b. Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok utama yaitu ;
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti :
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis,
transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma,
emfisema, TBC, dan lain-lain.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang
misalnya kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,
misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang
tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada
thrombosis paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen
dari paru-paru ke jaringan
a) Anemia merupakan keadaan berkurangnya jumla total
hemoglobin yang tersedia untuk transfor oksigen.
b) Keracunan karbon dioksida yang menyebabkan sebagian
besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengangkut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh
curah jantung yang rendah.
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen
di dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok
yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan
hipoksia histotoksik.
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen
didalam darah arteri. Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic
(anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi jika tekanan
oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah
tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi jika oksigen
normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin
sedikit. Hal ini dapat terjadi pada kondisi anemia dan keracunan
karbondioksida.
12
a) Hipoksia hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi
akibat adanya bendungan atau sumbatan. Hipoksia
hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
b) Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi
karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan
penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
c) Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di
kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapt
menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal
tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena
dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen
darah vena meningkat).
2.6 Metode Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
1. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen
ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui beberapa cara
yaitu melalui nasal prong (oxygen canule), masker, simple mask,
masker partial rebreather dan nonrebreather, serta venture mask.
Secara umum tujuan pemberian oksigen adalah:
a. Meningkatkan ekspansi dada
b. Memperbaiki status oksigenasi pasien dan memenuhi kekurangan
oksigen
c. Membantu kelancaran metabolism
d. Mencegah hipoksia
e. Menurunkan kerja jantung
f. Menurunkan kerja paru-paru pada klien dengan dyspnea
g. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada
penyakit paru.
13
pasien.
1) Indikasi Pemberian Oksigen
Oksigen efektif diberikan pada pasien yang mengalami
a. Gagal nafas, ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan
parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh
gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak
mampu memenuhi metabolisme tubuh.
b. Gangguan jantung (gagal jantung), ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
c. Kelumpuhan alat untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
d. Perubahan pola napas, hipoksia (kekurangan oksigen dalam
jaringan), dispnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),
sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan
kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/berhenti
bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan
frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat
dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
e. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat
mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga
mengalami penurunan oksigenasi
f. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau
cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan
ekspirasi.
g. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan
meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme.
h. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh
tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
i. Keracunan karbon monoksida
14
Keberadaan CO didalam tubuh akan sangat berbahaya jika
dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan
hemoglobin dalam darah.
2) Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi pada pemberian terapi oksigen
dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun
demikan, perhatikan pada kasus pasien dengan PPOM (Penyakit Paru
Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan maka pemasangan
masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan
tanda dan gejala keracunan oksigen.
3) Jenis Pemberian Oksigen
Oksigen dapat diberikan dengan beberapa cara yaitu:
Konsentra Aliran
N Cara Pemberian si Oksigen
o (Liter/menit
(%)
)
1. Nasal Kanul 35 – 40 1–6
2. Simple Mask 40 – 60 6–8
Partial Rebreathing
3. Mask 60 – 80 8 – 10
4. Non Rebreathing 80 – 100 11 – 12
Mask
2. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang
sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat
akut maupun kronis. Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru
adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran
sekret. Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan
pencegahan pada penyakit paru obstruktif menahun, penyakit
pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromuskuler dan penyakit
paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan
pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian: postural drainage,
perkusi, dan vibrasi. Kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat
15
mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan
perdarahan masif, sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi paru
berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru
dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.
4. Postural Drainase
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk
melepaskan sekret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan
pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi
pada berbagai lokasi maka postural drainase dilakukan pada berbagai
posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik
untuk melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam sebelum
sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari.
Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada penderita dengan
produksi sekret yang banyak postural drainase lebih efektif bila
disertai dengan clapping dan vibrating.
5. Clapping/Perkusi
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuannya untuk
melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
6. Vibrating
16
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping.
Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum memilih cara
perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan
kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar
sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi
dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien
disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan
pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada
dada kemudian dengan dorongan bergetar (Kusnanto, 2016).
7. Penghisapan Lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret
atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan
jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).
17
Pada klien dengan asma bronkhial juga dikaji adanya
riwayat penyakit yang sama pada anggota keluarga klien.
6. Pengkajian Psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi
yang berdampak pada asuhan kesehatan dan perubahan
mekanisme peran dalam keluarga serta faktor gangguan
emosional yang bisa menjadi pencetus terjadinya serangan
asmabronkhial.
7. Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asmabronkhial dapat membatasi klien dalam
berperilaku hidup normal sehingga klien dengan asma bronkhial
harus mengubah gaya hidupnya agar serangan asma bronkhial
tidak muncul.
8. Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma bronkhial dapat membatasi klien untuk
menjalani kehidupannya secara normal sehingga klien harus
menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien
9. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi yang salah dapat menghambat respons
kooperatif pada diri klien sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan serangan asmabronkhial yang berulang.
10. Pola Penanggulangan dan Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor
instrinsik pencetus serangan asma bronkhial sehingga
diperlukan pengkajian penyebab dari asmabronkhial.
11. Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan
mempengaruhi konsep diri klien yang akan mempengaruhi
jumlah stressor sehingga kemungkinan serangan asmabronkhial
berulang pun akan semakin tinggi.
12. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini
dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga
dapat menjadi penanggulangan stress yang konstruktif.
13. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: tampak lemah
b. Tanda- tanda vital
(Tekanan Darah menurun, nafas sesak, nadi lemah
dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan sianosis)
c. TB/ BB
18
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
d. Pemeriksaan Head to toe
1) Kulit (Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
2) Kepala
3) Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
4) Hidung
Nafas cuping hidung, sianosis
5) Mulut
Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir
kering, bibir kuning, dan pucat
6) Telinga
Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada
spesifik pada kasus ini
7) Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar
tiroid
8) Jantung
Pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi
bunyi tumbuhan
9) Paru- paru
Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak
(redup), wheezing (+), sesak istirahat dan bertambah
saat beraktivitas.
10) Abdomen
Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya
tidak ada
11) Genetalia
Tidak ada gangguan
12) Ektremitas
Kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung
jari dan kaki
13) Neurologis
Terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik
tidak ada
19
b. Tes provokasi bronkhus, dilakukan pada spirometri internal
c. Pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas darah,
sputum, sel eosinofil, pemeriksaan darah rutin dan kimia
d. Pemeriksaan radiologi
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma
menurut SDKI (2017) dan Donsu, Induniasih, dan Purwanti (2015)
yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya
yang sakit
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit
4. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan dalam merawat anggota yang sakit
5. Manajement kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat
anggota yang sakit
C. Rencanaan Keperawatan
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang
akan diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)
dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI,2019) dapat
dijabarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Rencanaan Keperawatan
20
menurun 2. Terapeutik
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik
2. Terapeutik
3. Edukasi
a. Anjurkan meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan
oksigen
21
c. Ajarkan mengidentifikasi
dan menghindari pemicu
f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
2. Terapeutik
b. Dokumentasikan hasil
pantauan
3. Edukasi
b. Informasikan hasil
pemantauan
22
Intervensi : Dukungan ventilasi
1. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu nafas
2. Terapeutik
3. Edukasi
23
5. Kedalaman nafas Intervensi : Dukungan ventilasi
membaik
1. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu nafas
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
3. Edukasi
24
menurun nyaman bersandar dikursi
atau posisi tidur
6. Tekanan darah
menurun c. Beri waktu mengungkapkan
perasaan tentang terapi
7. Pucat menurun
3. Edukasi
8. Konsentrasi
membaik a. Anjurkan memakai pakaian
yang nyaman dan tidak
sempit
b. Ajarkan langkah-langkah
sesuai prosedur
c. Anjurkan menegangkan
otot selama 5 sampai 10
detik, kemudian anjurkan
merilekskan otot 20-30
detik, masing masing 4-8
kali
d. Anjurkan menegangkan
otot kaki selama tidak lebih
dari 5 detik untuk
menghindari kram
25
menjelaskan b. Identifikasi tugas kesehatan
masalah kesehatan keluarga yang terhambat
yang dialami
meningkat c. Identifikasi dukungan
spiritual yang mungkin
2. Aktifitas keluarga untuk keluarga
mengatasi masalah
kesehatan dengan 2. Terapeutik
tepat meningkat a. Berikan harapan yang
3. Tindakan untuk realistis
mengurangi faktor b. Bina hubungan saling
resiko meningkat percaya dengan keluarga
4. Gejala penyakit c. Dengarkan keinginan dan
anggota menurun perasaan keluarga
5. Kemampuan d. Dukung mekanisme
melakukan tindakan koping adaptif yang
pencegahan masalah digunakan keluarga
kesehatan
meningkat 3. Edukasi
2. Terapeutik
a. Motivasi pengembangan
sikap dan emosi yang
mendukung upaya
26
kesehatan Ciptakan
perubahan lingkungan
rumah secara optimal
3. Edukasi
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku
keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang perlu untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan darri asuhan
keperawatan. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Jadi
implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku
perawat berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah keperawatan pasien yang
sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan
dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. (Potter & Perry, 2010)
E. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses, penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi,dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak
dkk, 2011)
27
28
BAB III
3.1 Pengkajian
A. Identitas :
1. Klien
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 48 thn
c. Jenis Kelamin : Laki – laki
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Pendidikan : SMP
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Petani
h. Alamat : Prm Tanjung Asih rt/rw 008/007 Klaten
i. No. RM : 52-56-04
j. Diagnosa Medik : Asma bronkial
k. Tanggal masuk : 01 April 2020
l. Tanggal Pengkajian : 05 April 2020
2. Penanggung Jawab
a. Nama
: Tn.R
b. Umur
: 26 thn
c. Jenis Kelamin : Laki – laki
d. Pendidikan
e. Agama
f. Pekerjaan
g. Alamat : Prm Tanjung Asih rt/rw 008/007
Klaten
h. Hubungan keluarga : Anak
B. Keluhan Utama :
Sesak nafas
C. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan sesak nafas sudah 2 hari, batuk berdahak dan dahak
susah dikeluarkan,pada tanggal 01 april 2020 klien dibawa ke IGD diantar
29
keluarganya
D. Riwayat Kesehatan yang lalu :
1. Penyakit yang pernah dialami
a. Kanak-kanak : -
b. Kecelakaan : -
c. Pernah dirawat :
Penyakit : Asma bronkial
Waktu : 1 tahun yang lalu
d. Operasi : -
2. Alergi :
klien alergi terhadap debu
Keterangan :
: Meninggal
: Meninggal
30
: Laki - laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
pola minum
minum 1,5 pasien minum 1-
Liter /hari dan 1,5 Liter /hari.
mengkonsumsi Dan tidak
minuman mengkonsumsi
31
beralkohol 1-2 minuman
sloki dan beralkohol dan
mengkonsumsi kopi
Kopi 1x /hari
3. Pola Eliminasi
a. BAK: BAK BAK
1) Frekuensi : ……x/hari 1) 3-4x/hari 1) 3-4x/hari
2) Warna :…………….. 2) Kuning dan 2) Kuning dan
3) Keluhan :…………….. berbau berbau
4) Penggunaan alat bantu 3) Tidak ada 3) Tidak ada
(kateter,dll) 4) Tidak ada 4) Tidak ada
b. BAB:
1) Frekuensi :…..x/hari BAB BAB
2) Waktu :……………. 1) 1x/hari 1) 1x/hari
3) Warna :……………. 2) Pagi hari 2) Pagi hari
4) Keluhan :……………. 3) Kuning 3) Kuning
5) Konsistensi :……………. 4) Tidak ada 4) Tidak ada
6) Penggunaan Laksatif 5) Konsistensi 5) Konsistensi
(ya/tidak, jika ya tuliskan Lembek Lembek
nama obatnya) 6) Tidak 6) Tidak
menggunaka menggunaka
n laksatif n laksatif
32
c. Kebiasaan sebelum tidur:
…………..
6. Pola Hygiene Mandi Mandi
a. Mandi 1) 2x / hari 3) 2x / hari
1) Frekuensi :…………x/hari 2) Pagi dan 4) Pagi dan
2) Waktu :Pagi/Sore/Malam sore hari sore hari
b. Oral Hygiene oral hygiene oral hygiene
1) Frekuensi:…………x/hari 1) 2x/hari 3) 2x/hari
2) Waktu : Pagi/ Siang/ 2) Pagi dan 4) Pagi dan
Setelah makan/ Sebelum tidur sore sore
c. Cuci Rambut
Frekuensi :……………………
cuci rambut cuci rambut
1) 3x/minggu 2x/minggu
G. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan : 59 kg
2. Tinggi badan : 160 cm
3. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
4. Nadi : 110x/menit
5. Frekuensi Nafas : 30 x/menit
6. Suhu Tubuh : 36,8 ˚C
7. Keadaan Umum: [ ] Ringan [ √ ] Sedang
[ ] Berat
Tingkat kesadaran
a. Kualitas : Apatis
b. Kuantitas :
Respon motorik :5
Respon verbal :5
Respon membuka mata :3
Jumlah : 13
33
1. Kepala
a. Mata
Inspeksi : Kunjungtiva pucat, sklera tidak ikterik,pupil
isokor,
Palpasi : Tidak ada nyeri. Tidak ada edema
b. Hidung
Inspeksi : Penciuman klien baik kebersihan cukup, tidak ada
serumen, terpasang selang oksigen 3 liter/menit
c. Telinga
Inspeksi : Tidak ada serumen dan, kebersihan cukup, tidak
ada gangguan pendengaran
e. Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
2. Thoraks dan fungsi pernafasan
Inspeksi : pasien tampak sesak napas, dispneu, terdapat
retraksi otot bantu nafas
Palpasi : tidak terdapat nyeri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar ronchi dan wheezing di dada sebelah
kanan.
3. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : simetris, dada kanan dan dada kiri sama
Palpasi : Iktus kordis teraba berada pada posisi Sela iga
kelima garis klavikula
Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi :Bunyi jantung teratur,tidak terdengar bunyi
jantung tambahan
4. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada odema
Auskultasi : bising usus terdengar 15 kali/menit
34
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Abdomen terdengar timpani
5. Kulit dan ekstremitas
Inspeksi : Terpasang IVFD RL 20 tpm pada tangan kanan,
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada odem, CRT < 2 detik,tidak ada
perubahan bentuk tulang
6. Kekuatan otot
5 5
5 5
I. Data Psikologi :
Klien mengatakan sebelumnya pasien cemas terhadap penyakit yang
dideritanya, namun setelah mendapatkan perawatan pertama klien yakin
bahwa ia bisa sembuh, klien juga mengatakan bahwa ia menyerahkan
semuanya kepada tuhan yang maha esa dan juga mempercayakan
pengobatan medis. Klien cukup kooperatif dalam memberikan informasi
terkait penyakit yang dideritanya.
J. Data Sosial:
Klien mengatakan dekat dengan anak dan juga istrinya. Jika klien
memiliki masalah klien selalu berbagi cerita kepada keluarganya. Klien
mengatakan ia tinggal dirumah miliknya sendiri dengan keadaan
lingkungan yang tentram nyaman dan juga bersih. Klien juga mengatakan
bahwa ia mengikuti organisasi sosial yang ada dilingkungan rumahnya.
K. Data Spiritual :
Klien sebelum sakit rajin ke mesjid setiap harinya, klien juga mengatakan
bahwa ia suka mengikuti pengajian di beberapa mesjid
35
rujukan
Pemeriksaan
36
3.2 Analisa Data
37
− TD: 110/80
− N: 110 x/menit
− R: 30 x/menit
− Terpasang selang oksigen
nasal canul 3 liiter/menit
38
3.4 Rencana Perawatan
Dx medis : Asma bronkial
Nama Klien : Tn.S
No RM : 52-56-04
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
& Data
Penunjang
39
− Klien mengurangi
tampak sesak napas
susah
bernafas,
− SPO2
95%
− N: 110
x/menit
− R: 30
x/menit
− Suhu :36
,8 ⁰c
− Dipsneu
− Terdenga
r ronchi
dan
wheezin
g
− Terpasan
g selang
oksigen
nasal
canul 3
liiter/me
nit
2 1) D0056 Tujuan jangka panjang : 1. Identifikasi 1. Membantu
intoleran gangguan fungsi menentukan
klien bisa melakukan
si tubuh yang derajar
pekerjaannya seperti biasa
aktivitas membuat kerusakan dan
berhubun Tujuan jangka pendek : kelelahan kesulitan
gan klien bisa mandi sendiri 2. Monitor pola dan terhadap
dengan jam tidur keadaan yang
ketidakse 3. Lakukan rentang dialami
imbanga kriteria hasil gerak aktif/pasif 2. Mengkaji
n antara 4. Ajarkan strategi perlunya
Setelah dilakukan tindakan
suplai koping untuk mengidentifik
keperawatan selama 2x 24
dan mengurangi asi intervensi
intoleransi aktivitas teratasi
kebutuha kelelahan yang tepat
dengan kriteria hasil :
n 5. Kolaborasi dengan 3. Mencegah
oksigen 1. Klien bisa mandi sendiri ahli gizi tentang kekakuan
40
Data 2. Kebutuhan oksigen cara meningkatkan sendi,kontrakt
Subjektif : tercukupi asupan suplai ur,kelelahan
3. Klien tidak terlihat makanan otot,meningka
− Klien
lemas tkan
mengata
kembalinya
kan
aktivias
penyakit
secara dini
asmanya
4. Mengidentifik
kambuh
asi
saat dia
kekuatan/kele
kelelaha
mahan dan
n
dapat
memberikan
Data informasi
Objektif : mengenai
pemulihan
− Klien
5. Mempercepat
tampak
proses
lemas
penyembuhan
− Klien
dibantu
saat akan
mandi
− TD:
110/80
− N: 110
x/menit
− R: 30
x/menit
41
3.5 Implementasi
Dx medis : Asma bronkial
Nama Klien : Tn.S
No RM : 52-56-04
10.00
wib
42
wib kebutuhan oksigen meningkatkan asupan suplai makanan Nidayatul
10.30
wib
10.50
wib
11.00
43
3.6 Catatan Perkembangan
Dx medis : Asma bronkial
Nama Klien : Tn.S
No RM : 52-56-04
06 April D. 0001 S:
2020
Bersihan jalan nafas Pasien mengatakan tidak terlalu sesak
15.20 wib tidak efektif dengan posisi tidur fowler
₰
berhubungan dengan
O:
sekresi yang tertahan
- Pasien tampak nyaman
Nidayatul
- Pasien batuk mengeluarkan banyak
sputum kental berwarna putih
- Bunyi ronci dan wheezing berkurang
- Td 110/80 mmHg
- Nadi 96 x/menit
- Respirasi 24x/menit
- Suhu 36, 5ºC
- SpO2 97 %
- Terpasang O2 3 L/menit
44
06 April D. 0056 S:
2020
Intoleransi aktifitas klien mengatakan sudah bisa mandi sendiri ₰
16.00 wib berhubungan dengan
O:
ketidak seimbangan
antara suplai dan - Pasien tampak lebih segar Nidayatul
kebutuhan oksigen - Pasien tidur 6 jam/ hari
- Td 110/80 mmHg
- Nadi 96 x/menit
- Respirasi 24 x/menit
- Suhu 36,3ºC
07 April D. 0001 S:
2020
Bersihan jalan nafas klien mengatakan sudah tidak sesak, ₰
20.10 wib tidak efektif batuk mengeluarkan dahak banyak dan
berhubungan dengan nyaman karena dahaknya banyak keluar
sekresi yang tertahan Nidayatul
O:
- Pasien batuk mengeluarkan banyak
sputum kental berwarna putih
- Bunyi ronci dan wheezing berkurang
- Td 120/80 mmHg
- Nadi 92 x/wmenit
- Respirasi 18 x/menit
- Suhu 36,5ºC
- SpO2 99 %
- Terpasang O2 3 L/menit
45
teratasi
- Respirasi kembali normal
18x/menit
- Mengatur posisi fowler atau semi
fowler pada pasien
- Pasien mengeluarkan banyak
sputum kental berwarna putih
dengan cara batuk efektif dan
minum air hangat sebanyak 2x
- Pemberian oksigen nasal kanul
3L/Menit.
P: Intervensi di hentikan
P : Intervensi di hentikan
46
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada tanggal 05 April 2020 ditemukan data
pasien bernama Tn. S berusia 48 tahun.
47
Didapatkan hasil pemeriksaan rontgen thorax klien yaitu paru : Insiltrat
peri bronchial di pulmo bilateral, jantung : CTR terukur normal,
Diafragma : Kedua diagfragma dan sinus CF normal dan cor : normal.
Program therapi dan penatalaksanaan yang didapatkan klien yaitu Benacol
expectorat 3 x 10 ml oral, Prednisolon 1 x 10 mg oral, Salbutamol 3x4 mg
oral, dan Terapi oksigen nasal kanul 3 liter/menit.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data-data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian
pada Tn. S di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten, bahwa pasien mempunyai masalah keperawatan yang sama yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d sesak
nafas, batuk dan kesulitan mengeluarkan dahak, terdengar ronchi dan
wheezing.
Menurut teori diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif disebabkan
oleh adanya virus atau bakteri yang masuk melalui udara sehinga
terjadi infeksi disaluran nafas bawah yang masuk melalui alveoli dan
terjadi peningkatan tekanan di dinding paru maka diangkatlah diagnosa
bersihan jalan nafas tidak efektif.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d asma kambuh saat kelelahan, merasa lemas,
sesak saat melakukan aktivitas dan dibantu saat akan mandi.
Menurut teori diagnosa intoleransi aktivitas disebabkan karena eksudat
masuk ke alveoli sehingga terjadi gangguan disfusi gas dan
menyebabkan suplai O2 dalam darah menurun maka diangkatlah
diagnosa intoleransi aktivitas
4.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di
prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc. Closky &
Bulechek, 2004).
48
tindakan pada teori ditegakkan pada tinjauan kasus karena pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan OTEK
(Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi) menurut SIKI yaitu
monitor frekuensi, irama, kedalaman dan usaha pernafasan, atur posisi
semi fowler atau fowler, berikan minum hangat, anjurkan batuk efektif
dan tarik nafas dalam kolaborasi dengan dokter dalam terapi
pemberian obat, terapi nebulizer, terapi infus dan terapi selang O2
nasal kanul 3 l/menit.
Tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan tindakan
keperawatan 2x 24 jam bersihan jalan nafas tidak efektif
teratasi,dengan kriteria hasil : klien tidak mengeluh sesak nafas, klien
tidak gelisah, dispneu berkurang, bunyi ronchi dan wheezing
berkurang, tidak ada sputum, klien bisa bernafas tanpa bantuan O2
nasal kanul, RR dalam batas normal
b. Intoleransi aktivitas
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan OTEK
(Observasi, Terapeutik, Edukasi, Kolaborasi) menurut SIKI yaitu
identifikasi gangguan fungsi tubuh yang membuat kelelahan, monitor
pola dan jam tidur, lakukan rentang gerak aktif/pasif, ajarkan strategi
koping untuk mengurangi kelelahan, kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan suplai makanan.
Tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x 24 intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: klien
bisa mandi sendiri, kebutuhan oksigen tercukupi, klien tidak terlihat
lemas
4.4 Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan
kepada klien terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada klien dan
49
keluarga klien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan
keluarga klien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan
sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
a. Pada masalah keperawatan yang pertama implementasi yang dilakukan
memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan usaha pernapasan,
mengatur posisi semi fowler atau fowler, memberikan minum air
hangat 2 kali, menganjurkan batuk efektif dan tarik nafas dalam
dilakukan sebanyak 3 kali, dan berkolaborasi dengan dokter dalam
terapi pemberian obat, terapi nebulizer, terapi infus dan terapi selang
O2 nasal kanul 30/menit.
b. Pada masalah keperawatan yang kedua implementasi yang dilakukan
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang membuat kelelahan,
memonitor pola dan jam tidur, melakukan rentang gerak aktif/pasif,
mengajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan, dan
berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
suplai makanan.
4. 5 Evaluasi
Dari 2 diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan data
yang telah diperoleh dan melakukan asuhan keperawatan sudah mencapai
hasil yang maksimal.
Penulis mengevaluasi melihat dari catatan perkembangan klien selama
2 hari berturut-turut dari tanggal 06 April sampai 07 April 2020.
a. Diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
d.d sesak napas, batuk, dan kesulitan mengeluarkan dahak, terdengar
suara ronchi dan wheezing telah teratasi karena bunyi ronchi dan
wheezing berkurang respirasi normal yaitu 18x/menit, dan saturasi
oksigen normal yaitu 99%.
b. Diagnosa intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen d.d asma kambuh saat kelelahan, merasa lemas,
sesak saat melakukan aktivitas dan dibantu saat akan mandi telah
50
teratasi karena klien sudah bisa beraktivitas dan sudah dapat
mengontrol lelahnya.
51
BAB V
5. 1 Kesimpulan
Dari Uraian bab pembahasan, penulis dapat menarik kesimpulan yaitu :
5. 1. 1 Pengkajian
Hasil pengkajian yang ditulis pada tanggal 5 April 2020 keluhan
utama yang dirasakan Tn.S yaitu sesak napas. Klien datang ke RS
pada 1 April 2020, Klien juga mengatakan sudah sesak napas
selama 2 hari, mengalami batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan. Pada pengkajian didapatkan hasil klien tampak
mengalami sesak napas (respirasi 30 x/menit), dispneu, SpO2 95%,
terdapat retraksi otot, terdengar ronchi dan wheezing pada dada
sebelah kanan.
5. 1. 2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada Tn.S yaitu
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
5. 1. 3 Intervensi Keperawatan
Harapan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24
jam pada diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu klien tidak mengeluh sesak napas, klien tidak merasa gelisah,
dispneu dapat berkurang, bunyi ronchi & wheezing berkurang,
tidak terdapat sputum, klien dpaat bernapas tanpa bantuan O2 nasal
kanul dan Respirasi dalam batas normal.
5. 1. 4 Implementasi Keperawatan
Tn.S menganjurkan klien untuk melakukan batuk efektida dan tarik
napas dalam. Batuk efektif sangat efektif untuk Tn.S karena klien
tampak lebih nyaman dan tampak mengeluarkan banyak sputum
kental berwarna putih setelah latihan batuk efektif & napas dalam.
Implementasi lainnya untuk Diagnosa keperawatan bersihan jalan
52
napas tidak efektif yaitu kolaborasi dengan dokter mengenai
pemberian O2 nasal kanul 3L /menit.
5. 1. 5 Evaluasi
Evaluasi pada Tn.S tanggal 6 April 2020 pukul 15.20 WIB,
telah dilakukan tindakan observasi, posisi semi fowler, batuk
efektif napas dalam dan juga pemberian O2 nasal kanul, klien
mengatakan tidak terlalu sesak dengan posisi semi fowler. Hasil
Observasi didapatkan pasien tampak nyaman, dapat
menengeluarkan sputum, bunyi ronchi dan wheezing berkurang,
SpO2 97%, RR 24 x / menit. Masalah keperawatan bersihan jalan
napas belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan batuk efektif napas
dalam dan pemberian O2 nasal kanul pada tanggal 7 April 2020
pukul 16.00 pada Tn.S hasil evaluasi klien mengatakan sudah tidak
merasa sesak, batuk mengeluarkan dahak dan nyaman setelah
dahak nya keluar. Hasil observasi Pasien mengeluarkan banyak
sputum kental berwarna putih, bunyi ronchi dan wheezing
berkurang, Respirasi 18 x/ menit, SpO2 99%. Masalah
keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dapat teratasi dan
intervensi keperawatan dihentikan.
5. 2 Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma
Bronkial, penulis akan memberikan usulan dan masukan positid
khususnya dibidang kesehatan antara lain:
5. 2. 1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit khususnya Instalasi Gawat Darurat Rumah
sakit Klaten dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antar tim
kesehatan maupun pasien serta keluarga pasien. Dapat melengkapi
sarana dan prasarana yang sudah ada secara optimal dalam
53
pemenuhan Asuhan Keperawatan dengan ketidakefektifan bersihan
jalan nafas pada pasien Asma Bronkial untuk melakukan fisioterapi
dada diikuti batuk efektif.
5. 2. 5 Bagi Pasien
Fisioterapi dada diikuti batuk efektif dapat dilakukan secara
mandiri di rumah. Diharapkan dapat membantu mengelurakan
sekret pada saluran pernafasan saat pasien batuk berdahak dan
dahak atau sekret susah keluar.
54
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/
Eki_KTI_DIII_Keperawatan_Padang_2017.pdf (Diakses pada Tanggal 5 Mei
2021)
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1065/1/Angela%20Marici.pdf (Diakses
pada Tanggal 5 Mei 2021)
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/966/14/151210012_Hana%20Fika
%20Yolanda_KTI.pdf (Diakses pada Tanggal 5 Mei 2021)
55