Keempat hal di atas memiliki pengaruh yang besar pada sasaran struktur modal,
namun kondisi operasional dapat menyebabkan struktur modal aktual berbeda
dari sasaran. Misalmya, harga saham aktual suatu perusahaan mungkin karena beberapa
alasan tertentu yang berada jauh di bawah nilai intrinsik seperti yang diyakini oleh
manajemen. Dalam hal ini, manajemen akan enggan menerbitkan saham baru untuk
menghimpun modal, sehingga manajemen mungkin akan menggunakan pendanaan
utang, bahkan meskipun hal ini akan menyebabkan rasio utang naik di atas tingkat
sasaran. Namun, diasumsikan perusahaan akan mengambil langkah-langkah untuk
mengembalikan struktur modal ke tingkat sasarannya sat harga saham mendekati
nilai intrinsiknya.
1. Risiko usaha, yaitu tingkat risiko aset perusahaan jika perusahaan tersebut tidak
menggunakan utang.
2. Risiko keuangan, yaitu tambahan risiko yang dibebankan pada pemegang saham
Risiko Usaha
Risiko usaha (business risk) mungkin merupakan faktor penentu struktur modal yang
paling penting. Bagi perusahaan yang tidak memiliki utang, risiko usaha dapat diukur
Perusahaan tidak memiliki utang, maka ROE-nya akan sama dengan ROA, dan salah
satu di antara kedua nilai tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi risiko usaha.
Figur 14-1 dapat kita lihat gambar disini memberikan petunjuk tentang risiko usaha
perusahaan. Grafik di bagian atas menyajikan tren ROE sejak tahun 1995 hingga tahun 2005;
grafik ini memberikan
gambaran kepada analis efek maupun manajemen Bigbee bagaimana variasi ROE di
masa lalu dan kemungkinan akan bervariasi di masa depan. Grafik di bagian bawah
untuk tahun 2005, berdasarkan atas garis tren dalam bagian atas Figur 14-1. Seperti
yang ditunjukkan oleh grafik tersebut, ROE aktual Bigbee pada tahun 2005 (8 persen)
yang berhasil diperkenalkan oleh Bigbee maupun para pesaingnya, mogok kerja,
kebakaran yang terjadi pada pabrik utama Bigbee, dan seterusnya, Peristiwa-peristiwa
yang sama bisa saja terjadi lagi di masa depan, dan ketika terjadi, ROE yang terealisasi
akan lebih rendah atau lebih tinggi dari tingkat yang diproyeksikan. Selain it, selalu
ada kemungkinan terjadi bencana jangka panjang, yang akan menekan kekuatan
memperkenalkan suatu produk bar yang akan membuat produk Bigbee menjadì
tingkat ketidakpastian akan ROE Bigbce di masa depan, makin besar risiko usaha perusahaan.
Bigbee tidak menggunakan utang, sehingga para pemegang sahamnya yang akan menanggung
seluruh resiko usaha ini.
Figur 14-1
Risiko usaha bergantung pada sejumlah faktor, beberapa yang penting di
antaranya diberikan di bawah ini:
Leverage Operasi
Sebagian risiko usaha bergantung pada
seberapa besar biaya tetap digunakan dalam operasi suatu perusahaan jika biaya
tetap tingggi, bahkan penurunan penjualan yang keeil sekali pun akan dapat
menyebabkan penurunan ROE dalam jumlah besar. Jadi, jika hal lain dianggap
konstan, makin tinggi biaya tetap suatu perusahaan, maka makin besar risiko
usahanya. Biaya tetap yang lebih tinggi pada umumnya dikaitkan dengan
perusahaan dan industri yang padat modal dan sangat terotomatisasi. Namun,
usaha untuk mempekerjakan pegawai sangat terampil yang harus dipertahankan
dan menerima gaji bahkan di masa resesi juga akan memiliki biaya tetap yang
relatif tinggi, sama halnya seperti perusahaan dengan biaya pengembangan produk
yang tinggi, karena amortisasi biaya pengembangan merupakan salah satu unsur
dari blaya tetap.
14-1
Angka EPS dapat diperoleh menggunakan rumus berikut, yang mana jumlah pembilang untuk
laporan laba rugi pada tingkat penjualan diberikan secara horizontal.
Pertama-tama, kita pusatkan perhatian pada Bagian I, yang berasumsi Bigbee
tidak memiliki utang, Karena nilai utangnya nol, maka bunga juga akan nol, sehingga
laba sebelum pajak akan sama dengan EBIT. Dikurangi pajak sebesar 40 persen untuk
mendapatkan laba bersih, yang selanjutnya dibagi dengan ekuitas sebesar $200.000
untuk menghitung ROE. Perhatikan bahwa Bigbee menerima suatu kredit pajak jika
laba bersihnya negatif (ketika permintaan buruk atau sangat buruk). Di sini kita
berasumsi bahwa kerugian Bigbee dapat dibawa ke periode lalu untuk menutupi
laba yang diterima di tahun-tahun sebelumnya. ROE pada setiap tingkat penjualan
ROE yang diharapkan sebesar 12 persen. Perhatikan bahwa angka 12 persen ini akan
sama dengan angka yang kita temukan dalam Figur 14-2 untuk Rencana B.
Figur 14-4 menyajikan grafik data dalam Tabel 14-2. Grafik ini menunjukkan
harga saham perusahaan, dan struktur ini pada umumnya meminta rasio utang yang
harga saham akan berbanding lurus, dengan dividen yang diharapkan tetapi berbanding terbalik
dengan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta. Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi
akan mampu membayar dividen yang Tebih tinggi, sehingga sampai tingkat di mana utang yang
lebih tinggi menaikkan EPS yang diharapkan, leverage akan meningkatkan harga saham.
Manajer sebaiknya menentukan struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham
perusahaan, sebagai sasaran: Akan tetapi, akan sulit bagi kita, untuk mengestimasiapa
pengaruh suatu perubahan tertentu dari struktur modal pada harga saham. Seperti yang
terjadi, struktur modal yang memaksimalkan harga sham juga akan meminimalkan
WACC, dan terkadang akan lebih mudah untuk meramalkan apa pengaruh perubahan
struktur modal pada WACC dibandingkan dengan harga saham. Jadi, banyak manajer
menggunakan estimasi hubungan antara struktur modal dan WACC untuk memandu
Ketika di dalam struktur modal perusahaan tidak ada sahan preferen, maka WACC akan
didefinisakan sebagai berikut :
Persamaan Hamada
Menaikkan rasio utang akan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh para pemegang
obligasi sehingga akan meningkatkan biaya utang perusahaan. Utang yang lebih besar
juga akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham, dan hal
biaya ekuitas akan cukup sulit untuk dilakukan, namun ada satu rumus teoretis yang
Beta suatu saham merupakan suatu ukuran risiko yang relevan bagi seorang investor yang
terdiversifkasi. Selain itu beta akan naik seiring dengan leverage keuangan, dan Robert Hamada
memformulasikan persamaan berikut untuk menguantifikasikan pengaruh ini
Disini, bl adalah beta aktual perusahaan saat ini, yang diasursikan berdasarkan atas
adanya beberapa leverage keuangan, dan bu adalah beta yang akan dimiliki perusahaan.
jika perusahaan tersebut bebas dari utang, atau unlevered. Jika perusahaan bebas utang,
maka beta sepenuhnya alcan bergantung pada risiko usaha dan akibatnya menjadi ukuran
"'risiko usaha dasar" perusahaan. D/E adalah ukuran leverage keuangan sebagaimana yang
digunakan dalam persamaan Hamada, dan T' adalah tarif pajak perusahaan.
Saat ini, perusahaan tidak memiliki utang, sehingga rasio utangnya nol, dan pada titik ini WACC
+ rs = 12%. Dengan mulai digunakannya utang berbiaya rendah oleh Bigbee,
maka WACC akan ikut turun. Namun, seiring dengan meningkatnya rasio utang, biaya
dari utang maupun ekuitas akan naik, pertama secara perlahan kemudian makin cepat.
Pada akhirnya, kenaikan biaya kedua komponen ini akan menutupi kenyataän bahwa
perusahaan menggunakan utang dengan biaya yang lebih murah. Jadi, pada utang 40
persen, WACC akan mencapai titik minimum sebesar 11,04 persen, dan setelah itu
akan naik siring dengan peningkatan rasio utang.
dibandingkan utang, penggunaan utang berbiaya lebih rendah saja tidak akan
meminimalkan nilai karena adanya pengaruh umpan balik tang pada biaya utang
dan ekuitas. Dan yang paling penting , ingatlah kembali bahwa struktur modal yang
meminimalkan WACC juga merupkan struktur modal yang akan memaksimalkan harga sahan
perusahaan.
Jawaban :
Jawab : Menurut Horne dan Wachowicz (2007:193) leverage keuangan` yang menguntungkan
(favorable) terjadi jika suatu perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar dari beban tetap yang harus dibayar. Berapa pun jumlah laba
yang tersisa setelah beban tetap dibayar akan menjadi milik para pemegang saham biasa. Atau akan
menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar dari beban bunga
Sedangkan leverage keuangan tidak menguntungkan atau merugikan (unfavorable) terjadi ketika
perusahaan memiliki hasil pendapatan dari penggunaan dana yang lebih kecil dari beban tetap yang
harus dibayar. Atau merugikan apabila laba yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari beban bunga
yang ditanggung perusahaan.
2. Coba jelaskan pada kondisi seperti apa sebuah perusahaan berada pada struktur modal yang
optimal?
Jawab
Struktur modal yang optimal ditentukan oleh beberapa indikator. Salah satu indikatornya
adalah biaya modal, apabila perusahaan mengeluarkan biaya modal yang tinggi maka mengindikasikan
struktur modal yang kurang baik. Menurut Martono dan Harjito (2003:240) “Struktur modal yang
optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal keseluruhan atau
biaya modal rata-rata sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan”. Biaya modal mempunyai arti
penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atas struktur modal. Perusahaan yang
menggunakan beberapa sumber dana maka biaya modal dapat dilakukan dengan perhitungan biaya
modal rata-rata tertimbang dari semua modal yang digunakan. Besar kecilnya biaya modal rata-rata
tertimbang akan mempengaruhi nilai perusahaan.
3. Coba jelaskan apa pengaruh stabilitas penjualan pada sasaran struktur modal?
Sebelumnya dapat kita ketahui bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
menurut Soewarto dan Ediningsih (2004:24) adalah : Stabilitas penjualan, jadi jika penjualan
relatif stabil perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualannya yang relative
tidak stabil. Stabilitas penjualan yang diukur dengan saldo piutang yang tertera dalam neraca
perusahaan. Struktur Aktiva, perusahaan-perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanama
dalam aktiva tetap akan mengutamakan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu
modalnya sendiri dan modal pinjaman hanya sebagai pelengkap.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan dapat menjadi hal yang
penting dalam mempertimbangkan dan menentukan komposisi modal yang akan digunakan
yaitu stabilitas penjualan dan struktur aktiva. Stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap
struktur modal menurut Copeland and Weston (2008:20), stabilitas penjualan dan rasio hutang
berkaitan erat sekali. Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap
yang terjadi pada suatu perusahaan akan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. yang relatif tidak sebanding.
4. Jika pemerintah menaikkan tarif pajak pribadi atas dividen dan keuntungan modal sekaligus
menurunkan tarif pajak perusahaan, maka apakah dampak hal ini pada struktur modal rata-rata
perusahaan? Dan kondisi mana yg lebih baik untuk meningkatkan utang dalam struktur modal:
tarif pajak perusahaan naik atau tarif pajak pribadi naik?
Jawab