Anda di halaman 1dari 13

Struktur Modal dan Leverage

1. Sasaran struktur modal


Sasaran struktur modal (optimal capital structure) suatu perusahaan didefinisikan
sebagai struktur yang akan memaksimälkan harga saham perusahnan tersebut.
Menganalisis situasi dan mencoba untuk menentukan struktur optimal yang tentunya
akan bermanfaat. tetapi pada praktiknya akan sulit untuk mengestimasi secara pasti.
Akibatnya, dalam praktiknya kita cenderung membayangkan struktur modal yang optimal
dalam suatu rentang nilai, misalnya, 40 sampai 50 persen yang terdiri atas utang, dan
bukan suatu angka pasti seperti, misalnya, 45 persen. Perusahaan pada umumnya
mempelajari situasi, mengambil kesimpulan tentang struktur yang optimal, dan
menentukan suatu sasaran struktur modal (target capital structure), mungkin berupa
angka tetap seperti utang 45 persen. Selanjutnya, jika rasio utang aktual di bawah tingkat
sasaran, perusahaan akan menghimpun modal dengan menerbitkan utang, sementara jika
rasio utang di atas sasaran, maka yang akan digunakan adalah ekuitas.

Penentuan struktur modal akan melibatkan pertukaran antara risiko dan


pengembalian:
- Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih bear akan meningkatkan risiko
yang ditanggung oleh pemegang saham.
- Namun, menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan meningkatkan
perkiraan pengembalian atas ekuitas.

Terdapat empat faktor yang memengaruhi keputusan struktur modal:


1. Risiko usaha, atau tingkat risiko yang inheren dalam operasi perusahaan jika
perusahaan tidak menggunakan utang, Makin bear risiko usaha perusahaan,
makin rendah rasio tang optimalnya.
2. Posisi pajak perusahaan. Salah satu alasan utama digunakannya urang adalah
karena bunga merupakan pengurang pajak, selanjutnya menurunkan biaya utang
efektif. Akan tetapi, jika sebagian bear laba suatu perusahaan telah dilindungi
dari pajak oleh perlindungan pajak yang berasal darij penyusutan, maka bunga atas
wang yang saat ini belum dilunasi, atau kerugian pajak yang dibawa ke periode
berikutnya, akan menghasilkan tarif pajak yang rendah. Akibatnya, tambahan
utang tidak akan memilik keunggulan yang sama jika dibandingkan dengan
3. Perusahaan yang memiliki tarif pajak efektif yang lebih tinggi.
Fleksibilitas kewangan, atau kemampuan untuk menghimpun modal dengan
persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Bendahara perusahaan tahu bahwa
pasokan modal yang lancar dibutuhkan oleh operasi yang stabil, selanjutnya memiliki
arti yang sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang, Mereka juga tahu bahwa
Ketika terjadi pengetatan wang dalam perekonomian, atau ketika suatu perusahnan
sedang mengalami kesulitan operasional, akan lebih mudah untuk menghimpun
wang dibandingkan modal ekuitas, dan pihak pemberi pinjaman lebih bersedia unitel
mengakomodasi perusahaan yang memilild neraca kuat. Jadi, potensikebutuhan akan
dama di masa depan dan konsekuensi kekurangan dana akan memengaruhi sasaran
struktur modal makin besar kemungkinan kebutuhan modal, dan makin buruk
konseluensi jilka tidak mampu untuk mendapatkannya, maka makin sedikit jumlah
utang yang sebaiknya ada di dalam neraca perusahaan.
4. Konservatisme atau keagresifan manajerial. Beberapa manajer lebih agresif
dibandingkan manajer yang lain, sehingga mereka lebih bersedia untuk
menggunakan utang sebagai usaha untuk meningkatkan laba. Faktor ini tidak
memengaruhi struktur modal optimal yang sebenarnya, tau struktur modal
yang memaksimalkan nilai, tetapi ia merang akan memengaruhi sasaran struktur
modal perusahaan.

Keempat hal di atas memiliki pengaruh yang besar pada sasaran struktur modal,
namun kondisi operasional dapat menyebabkan struktur modal aktual berbeda
dari sasaran. Misalmya, harga saham aktual suatu perusahaan mungkin karena beberapa
alasan tertentu yang berada jauh di bawah nilai intrinsik seperti yang diyakini oleh
manajemen. Dalam hal ini, manajemen akan enggan menerbitkan saham baru untuk
menghimpun modal, sehingga manajemen mungkin akan menggunakan pendanaan
utang, bahkan meskipun hal ini akan menyebabkan rasio utang naik di atas tingkat
sasaran. Namun, diasumsikan perusahaan akan mengambil langkah-langkah untuk
mengembalikan struktur modal ke tingkat sasarannya sat harga saham mendekati
nilai intrinsiknya.

2. Risiko Usaha dan Keuangan

Sekarang kita akan memperkenalkan dua dimensi risiko yang baru:

1. Risiko usaha, yaitu tingkat risiko aset perusahaan jika perusahaan tersebut tidak

menggunakan utang.

2. Risiko keuangan, yaitu tambahan risiko yang dibebankan pada pemegang saham

biasa sebagai akibat dari penggunaan utang.

Risiko Usaha

Risiko usaha (business risk) mungkin merupakan faktor penentu struktur modal yang

paling penting. Bagi perusahaan yang tidak memiliki utang, risiko usaha dapat diukur

oleh variabilitas dalam proyeksi pengembalian atas aset (return on assets-ROA).


misalkan Bigbee Electronics Company, suatu perusahaan tamp utang (unlevered).

Perusahaan tidak memiliki utang, maka ROE-nya akan sama dengan ROA, dan salah

satu di antara kedua nilai tersebut dapat digunakan untuk mengestimasi risiko usaha.

Figur 14-1 dapat kita lihat gambar disini memberikan petunjuk tentang risiko usaha
perusahaan. Grafik di bagian atas menyajikan tren ROE sejak tahun 1995 hingga tahun 2005;
grafik ini memberikan

gambaran kepada analis efek maupun manajemen Bigbee bagaimana variasi ROE di

masa lalu dan kemungkinan akan bervariasi di masa depan. Grafik di bagian bawah

menunjukkan estimasi subjektif awal tahun distribusi kemungkinan ROE Bigbee

untuk tahun 2005, berdasarkan atas garis tren dalam bagian atas Figur 14-1. Seperti

yang ditunjukkan oleh grafik tersebut, ROE aktual Bigbee pada tahun 2005 (8 persen)

ternyata lebih rendah dibandingkan nilai yang diharapkan (12 persen).

Fluktuasi ROE Bigbee di masa lalu disebabkan oleh beberapa faktor-

perekonomian nasional yang mengalami booming dan resesi, produk-produk baru

yang berhasil diperkenalkan oleh Bigbee maupun para pesaingnya, mogok kerja,

kebakaran yang terjadi pada pabrik utama Bigbee, dan seterusnya, Peristiwa-peristiwa

yang sama bisa saja terjadi lagi di masa depan, dan ketika terjadi, ROE yang terealisasi

akan lebih rendah atau lebih tinggi dari tingkat yang diproyeksikan. Selain it, selalu

ada kemungkinan terjadi bencana jangka panjang, yang akan menekan kekuatan

laba perusahaan secara permanen. Misalnya, suatu perusahaan pesaing mungkin

memperkenalkan suatu produk bar yang akan membuat produk Bigbee menjadì

benar-benar ketinggalan jaman dan membuat perusahaan bangkrut. Makin tinge

tingkat ketidakpastian akan ROE Bigbce di masa depan, makin besar risiko usaha perusahaan.
Bigbee tidak menggunakan utang, sehingga para pemegang sahamnya yang akan menanggung
seluruh resiko usaha ini.

Figur 14-1
Risiko usaha bergantung pada sejumlah faktor, beberapa yang penting di
antaranya diberikan di bawah ini:

1. Variabilitas permintaan. Makin stabil permintaan akan produk suatu


perusahaan, maka jika hal-hal yang lain dianggap konstan, akan makin rendah
risiko usahanya.
2. Variabilitas harga jual. Perusahaan yang produknya dijual ke dalam pasar yang
sangat labil akan menghadapi risiko usaha yang lebih besar dibandingkan
perusahaan serupa yang harga keluarannya lebih stabil.
3. Variabilitas biaya masukan. Perusahaan yang biaya masukannya sangat tidak pasti
akan menghadapi tingkat risiko usaha yang tinggi.
4. Kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran terhadap perubahan dalam
biaya masukan. Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik
dibandingkan perusahaan lain untuk menaikkan harga keluarannya ketika biaya
masukan meningkat. Makin bear kemampuan untuk menyesuaikan harga keluaran
untuk mencerminkan kondisi biaya, makin rendah tingkat risiko usahanya.
5. Kemampuan untuk mengembangkan produk bar dengan cara yang tepat waktu
dan ejektif biaya., Perusahaan di dalam industri berteknologi tinggi seperti obat-
obatan dan komputer bergantung pada aliran konstan produk-produk baru, Makin
cepat produknya menjadi sang, makin besar risiko usaha suatu perusahaan.
6. Pemaparan risiko luar negeri. Perusahaan yang menghasilkan sebagian bear labanya
di luar negeri akan menjadi subjek dari penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar.
Begitu pula jika perusahaan beroperasi di suatu wilayah yang kondisi politiknya
tidak stabil, perusahaan tersebut bisa jadi merupakan subjek dari risiko politik.
7. Sejauh mana tingkat biaya-biaya yang merupakan biaya tetap: leverage operasi. Jika
sebagian bear biaya perusahaan merupakan biaya tetap, maka biaya tidak akan
turn meskipun permintaan merosot, maka perusahaan tersebut menghadapi
tingkat risiko usaha yang relatif tinggi. Faktor ini disebut leverage operasi, dan
akan dibahas secara lebih dalam di bagian berikutnya.
Masing-masing faktor di atas, sebagian ditentukan oleh karakteristik industri
perusahaan, tetapi masing-masing faktor sampai tingkat tertentu juga akan dikendalikan
oleh manajemen. Misalnya, sebagian bear perusahaan dapat, melalui kebijakan
pemasarannya, mengambil tindakan untuk menstabilkan unit penjualan maupun harga
jualnya. Akan tetapi, stabilisasi ini mungkin membutuhian pengeluaran dalam jumlah
besar pada klan dan/atau konsesi harga untuk mendapatkan komitmen dari pelanggan
untuk membeli dalam jumlah tetap pada harga tertentu di masa depan.

Leverage Operasi
Sebagian risiko usaha bergantung pada
seberapa besar biaya tetap digunakan dalam operasi suatu perusahaan jika biaya
tetap tingggi, bahkan penurunan penjualan yang keeil sekali pun akan dapat
menyebabkan penurunan ROE dalam jumlah besar. Jadi, jika hal lain dianggap
konstan, makin tinggi biaya tetap suatu perusahaan, maka makin besar risiko
usahanya. Biaya tetap yang lebih tinggi pada umumnya dikaitkan dengan
perusahaan dan industri yang padat modal dan sangat terotomatisasi. Namun,
usaha untuk mempekerjakan pegawai sangat terampil yang harus dipertahankan
dan menerima gaji bahkan di masa resesi juga akan memiliki biaya tetap yang
relatif tinggi, sama halnya seperti perusahaan dengan biaya pengembangan produk
yang tinggi, karena amortisasi biaya pengembangan merupakan salah satu unsur
dari blaya tetap.

Figur 14-2 Gambar disini mengilustrasikan konsep leverage operasi dengan


membandingkan
hasil yang diperkirakan akan diterima oleh Bigbee jika perusahaan menggunakan
tingkat leverage operasi yang berbeda-beda. Rencana A mensyaratkan jurlah biaya
tetap yang relatif kecil, yaitu $20.000. Di sini perusahaan tidak akan memiliki terlalu
banyak peralatan otomatis, sehingga biaya penyusutan, pemeliharaan, pajak bumi dan
bangunan, dan seterusnya akan rendah. Akan tetapi, garis total biaya operasi termyata
relatif cukup curam, yang menunjukkan bahwa biaya variabel per unit lebih tingei
dibandingkan jika perusahaan menggunakan lebih banyak leverage operasi. Rencana
B mensyaratkan tingkat biaya tetap yang lebih tinggi, $60000. Di sini perusahaan
lebih banyak menggunakan peralatan otomatis (di mana seorang operator dapat
memproduksi unit dalam jumlah yang sedikit maupun banyak dengan biaya tenaga
kerja yang sama). Titik impas akan menjadi lebih tinggi jika menggunakan Rencana
B--dalam Rencana B titik impas akan terjadi pada 60.000 unit dibandingkan dengan
Rencana A yang hanya 40.000 unit.
Risiko Keuangan

Risiko keuangan (Financial Risk) merupakan tambahan risiko yang


dibebankan
kepada pemegang saham biasa sebagai akibat dari keputusan untuk melakukan
pendanaan utang. Secara konsep, pemegang saham akan menghadapi risiko dalam
jumlah tertentu yang inheren dalam operasi perusahaan-ini merupakan risiko
usaha, yang dinyatakan sebagai suatu ketidakpastian inheren dalam proyeksi laba
operasi di masa depan. jika perusahaan menggunakan utang (leverage keuangan),
maka hal ini akan mengonsentrasikan risiko usaha pada pemegang saham biasa.
Untuk mengilustrasikan konsentrasi risiko usaha, kita dapat memperluas
contoh Bigbee Electronics sebelumnya. Hingga saat ini, perusahaan belum pernah
menggunakan utang, tetapi bendahara perusahaan sekarang mempertimbangkan suatu
kemungkinan perubahan dalam struktur modal. Perubahan di dalam penggunaan
utang otomatis akan menycbabkan terjadinya perubahan pada laba per saham (earnings
per share-~-EPS) sekaligus juga perubahan risiko--yang keduanya akan memengaruhi
harga saham. Untuk memahami hubungan antara leverage keuangan dan EPS, pertama-
tama kita lihat
Tabel 14-1,gambar disini menunjukkan bagaimana biaya utang Bigbee akan
bervariasi jika perusahaan menggunakan jumlah utang yang berbeda-beda untuk
mendanai suatu aset dalam jumlah tetap. Makin tinggi persentase utang dalam struktur
modal, maka utang tersebut makin berisiko, sehingga makin tinggi tingkat bunga yang
akan dikenakan oleh pihak pemberi pinjaman.

14-1
Angka EPS dapat diperoleh menggunakan rumus berikut, yang mana jumlah pembilang untuk
laporan laba rugi pada tingkat penjualan diberikan secara horizontal.
Pertama-tama, kita pusatkan perhatian pada Bagian I, yang berasumsi Bigbee

tidak memiliki utang, Karena nilai utangnya nol, maka bunga juga akan nol, sehingga

laba sebelum pajak akan sama dengan EBIT. Dikurangi pajak sebesar 40 persen untuk

mendapatkan laba bersih, yang selanjutnya dibagi dengan ekuitas sebesar $200.000

untuk menghitung ROE. Perhatikan bahwa Bigbee menerima suatu kredit pajak jika

laba bersihnya negatif (ketika permintaan buruk atau sangat buruk). Di sini kita

berasumsi bahwa kerugian Bigbee dapat dibawa ke periode lalu untuk menutupi

laba yang diterima di tahun-tahun sebelumnya. ROE pada setiap tingkat penjualan

kemudian dikalikan oleh probabilitas tingkat penjualan tersebut untuk menghitung

ROE yang diharapkan sebesar 12 persen. Perhatikan bahwa angka 12 persen ini akan

sama dengan angka yang kita temukan dalam Figur 14-2 untuk Rencana B.

kemudian grafik kedua

Figur 14-4 menyajikan grafik data dalam Tabel 14-2. Grafik ini menunjukkan

bahwa penggunaan leverage keuangan akan meningkatkan ROE yang diharapkan


dari sudut yang lain, namun leverage tersebut juga meratakan distribusi probabilitas,

meningkatkan probabilitas terjadinya kerugian dalam jumlah bear, dan meningkatkan

risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham.

3. MENENTUKAN STRUKTUR MODAL YANG OPTIMAL

Struktur modal yang optimal merupakan struktur yang akan memaksimalkan

harga saham perusahaan, dan struktur ini pada umumnya meminta rasio utang yang

lebih rendah daripada rasio yang memaksimalkan EP$ yang diharapkan.

harga saham akan berbanding lurus, dengan dividen yang diharapkan tetapi berbanding terbalik
dengan tingkat pengembalian ekuitas yang diminta. Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi
akan mampu membayar dividen yang Tebih tinggi, sehingga sampai tingkat di mana utang yang
lebih tinggi menaikkan EPS yang diharapkan, leverage akan meningkatkan harga saham.

WACC dan Perubahan Struktur Modal

Manajer sebaiknya menentukan struktur modal yang akan memaksimalkan harga saham

perusahaan, sebagai sasaran: Akan tetapi, akan sulit bagi kita, untuk mengestimasiapa

pengaruh suatu perubahan tertentu dari struktur modal pada harga saham. Seperti yang

terjadi, struktur modal yang memaksimalkan harga sham juga akan meminimalkan

WACC, dan terkadang akan lebih mudah untuk meramalkan apa pengaruh perubahan

struktur modal pada WACC dibandingkan dengan harga saham. Jadi, banyak manajer

menggunakan estimasi hubungan antara struktur modal dan WACC untuk memandu

keputusan struktur modal yang mereka ambil.

Ketika di dalam struktur modal perusahaan tidak ada sahan preferen, maka WACC akan
didefinisakan sebagai berikut :
Persamaan Hamada

Menaikkan rasio utang akan meningkatkan risiko yang dihadapi oleh para pemegang

obligasi sehingga akan meningkatkan biaya utang perusahaan. Utang yang lebih besar

juga akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham, dan hal

ini akan meningkatkan biaya ekuitas. Menguantifikasikan pengaruh leverage pada

biaya ekuitas akan cukup sulit untuk dilakukan, namun ada satu rumus teoretis yang

dapat membantu kita mengukur pengaruh tersebut.

Beta suatu saham merupakan suatu ukuran risiko yang relevan bagi seorang investor yang
terdiversifkasi. Selain itu beta akan naik seiring dengan leverage keuangan, dan Robert Hamada
memformulasikan persamaan berikut untuk menguantifikasikan pengaruh ini

Disini, bl adalah beta aktual perusahaan saat ini, yang diasursikan berdasarkan atas

adanya beberapa leverage keuangan, dan bu adalah beta yang akan dimiliki perusahaan.

jika perusahaan tersebut bebas dari utang, atau unlevered. Jika perusahaan bebas utang,

maka beta sepenuhnya alcan bergantung pada risiko usaha dan akibatnya menjadi ukuran

"'risiko usaha dasar" perusahaan. D/E adalah ukuran leverage keuangan sebagaimana yang

digunakan dalam persamaan Hamada, dan T' adalah tarif pajak perusahaan.

Struktur Modal Optimal

Saat ini, perusahaan tidak memiliki utang, sehingga rasio utangnya nol, dan pada titik ini WACC
+ rs = 12%. Dengan mulai digunakannya utang berbiaya rendah oleh Bigbee,

maka WACC akan ikut turun. Namun, seiring dengan meningkatnya rasio utang, biaya

dari utang maupun ekuitas akan naik, pertama secara perlahan kemudian makin cepat.

Pada akhirnya, kenaikan biaya kedua komponen ini akan menutupi kenyataän bahwa

perusahaan menggunakan utang dengan biaya yang lebih murah. Jadi, pada utang 40

persen, WACC akan mencapai titik minimum sebesar 11,04 persen, dan setelah itu
akan naik siring dengan peningkatan rasio utang.

Perhatikan pula bahwa meskipun komponen biaya ekuitas lebih tinggi

dibandingkan utang, penggunaan utang berbiaya lebih rendah saja tidak akan

meminimalkan nilai karena adanya pengaruh umpan balik tang pada biaya utang

dan ekuitas. Dan yang paling penting , ingatlah kembali bahwa struktur modal yang
meminimalkan WACC juga merupkan struktur modal yang akan memaksimalkan harga sahan
perusahaan.

Jawaban :

1. Kapan penggunaan leverage keuangan menguntungkan dan merugikan? (Amelia)

Jawab : Menurut Horne dan Wachowicz (2007:193) leverage keuangan` yang menguntungkan
(favorable) terjadi jika suatu perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang diterima dari
penggunaan dana tersebut lebih besar dari beban tetap yang harus dibayar. Berapa pun jumlah laba
yang tersisa setelah beban tetap dibayar akan menjadi milik para pemegang saham biasa. Atau akan
menguntungkan apabila laba yang diperoleh lebih besar dari beban bunga

Sedangkan leverage keuangan tidak menguntungkan atau merugikan (unfavorable) terjadi ketika
perusahaan memiliki hasil pendapatan dari penggunaan dana yang lebih kecil dari beban tetap yang
harus dibayar. Atau merugikan apabila laba yang diperoleh perusahaan lebih kecil dari beban bunga
yang ditanggung perusahaan.

2. Coba jelaskan pada kondisi seperti apa sebuah perusahaan berada pada struktur modal yang
optimal?

Jawab

Struktur modal yang optimal ditentukan oleh beberapa indikator. Salah satu indikatornya
adalah biaya modal, apabila perusahaan mengeluarkan biaya modal yang tinggi maka mengindikasikan
struktur modal yang kurang baik. Menurut Martono dan Harjito (2003:240) “Struktur modal yang
optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal keseluruhan atau
biaya modal rata-rata sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan”. Biaya modal mempunyai arti
penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atas struktur modal. Perusahaan yang
menggunakan beberapa sumber dana maka biaya modal dapat dilakukan dengan perhitungan biaya
modal rata-rata tertimbang dari semua modal yang digunakan. Besar kecilnya biaya modal rata-rata
tertimbang akan mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Coba jelaskan apa pengaruh stabilitas penjualan pada sasaran struktur modal?
Sebelumnya dapat kita ketahui bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
menurut Soewarto dan Ediningsih (2004:24) adalah : Stabilitas penjualan, jadi jika penjualan
relatif stabil perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani
menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualannya yang relative
tidak stabil. Stabilitas penjualan yang diukur dengan saldo piutang yang tertera dalam neraca
perusahaan. Struktur Aktiva, perusahaan-perusahaan yang sebagian besar modalnya tertanama
dalam aktiva tetap akan mengutamakan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu
modalnya sendiri dan modal pinjaman hanya sebagai pelengkap.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan dapat menjadi hal yang
penting dalam mempertimbangkan dan menentukan komposisi modal yang akan digunakan
yaitu stabilitas penjualan dan struktur aktiva. Stabilitas penjualan sangat berpengaruh terhadap
struktur modal menurut Copeland and Weston (2008:20), stabilitas penjualan dan rasio hutang
berkaitan erat sekali. Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap
yang terjadi pada suatu perusahaan akan mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. yang relatif tidak sebanding.

4. Jika pemerintah menaikkan tarif pajak pribadi atas dividen dan keuntungan modal sekaligus
menurunkan tarif pajak perusahaan, maka apakah dampak hal ini pada struktur modal rata-rata
perusahaan? Dan kondisi mana yg lebih baik untuk meningkatkan utang dalam struktur modal:
tarif pajak perusahaan naik atau tarif pajak pribadi naik?
Jawab

Pengaruh Tarif Pajak terhadap Struktur Modal


Menurut Mankiw (2003) tingkat pajak adalah total pajak yang tanggung
perusahaan dibagi dengan total pengha silan perusahaan. Tarif pajak bada di
Indonesia sudah mengalami banyak perubahan.. Tarif pajak awalnya
menggunakan tarif progesif, setelah itu tarif pajak berubah mejadi tarif tetap
atau flat pada tahun 2009. Pajak perusahaan menjadi rendah karena
perusahaan memperoleh keuntungan dari pembayaran beban bunga modal,
hal ini disebabkan dedutible expensesemakin tinggi.
Dengan adanya pajak yang tinggi maka akan mengakibatkan struktur modal suatu perusahaan
menjadi bertambah dikarenakan dana dikeluarkan untuk membayar biaya pajak tersebut yang
diambil dari struktur modal. Sehingga perusahaan memerlukan pinjaman hutang untuk
memenuhi struktur modal
Menurut kelompok kami kondisi yang lebih baik tarif pajak perusahaan naik karena menurut
Brigham dan Houston (2006) bahwa semakin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, semakin besar
manfaat yang diperoleh dari hutang. Karena pembayaran bunga menurut Model Modigliani
dan Miller (1958) dengan adanya tarif pajak diperoleh dua manfaat penggunaan hutang yakni:
hutang merupakan sumber modal yang lebih murah dari pada ekuitas dan biaya bunga menjadi
elemen pengurang pajak. Dan lebih lanjut Modigliani dan Miller (1963), bila ada pajak perseroan
maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan, karena biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak , berarti secara tidak langsung akan
mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sehingga menurut Brigham dan Houston (2006)
semakin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari hutang.
Hasil peneltian dari Indiyah Setiani (2004:81) menyimpulkan bahwa beban pajak memiliki
koefisien regresi yang menunjukan arah positif berarti semakin besar beban pajak maka semakin
tinggi tingkat struktur modal perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai