Kel 7
Kel 7
Disusun Oleh :
Muhammad Chaqqiyyinnazili
Dosen Pengampu :
SURABAYA
2021
Kata Pengantar
Puji syukur terhadap Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Karena berkat rahmatnya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kajian
Hadis Dalam ORMAS LDII “ untuk menyelasaikan tugas mata kuliah Kajian Hadis
Indonesia 1.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah Anwar, M.Ag sebagai
dosen pengampu mata kuliah Kajian Hadis Indonesia 1, semoga Allah SWT. membalas
kebaikan bapak dan ibu. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah
untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat saya perlukan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya, atas kritik dan saran yang diberikan saya ucapkan terima kasih.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
BAB II
BAB III
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya ormas Islam LDII?
2. Bagaimana perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII?
3. Bagaimana bentuk dan metode kajian hadis ormas Islam LDII?
4. Bagaimana karakteristik pemikiran hadis ormas Islam LDII?
5. Siapa tokoh-tokoh hadis ormas Islam LDII dan karya-karyanya dalam bidang
hadis?
6. Bagaimana kontribusi ormas Islam LDII terhadap kajian hadis di Indonesia?
c. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya ormas Islam LDII
2. Mengetahui perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII
3. Mengetahui bentuk dan metode kajian hadis ormas Islam LDII
4. Mengetahui karakteristik pemikiran hadis ormas Islam LDII
5. Mengetahui tokoh-tokoh hadis ormas Islam LDII dan karya-karyanya dalam
bidang hadis
6. Mengetahui kontribusi ormas Islam LDII terhadap kajian hadis di Indonesia
BAB II
a. Sejarah berdirinya LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), merupakan organisasi dakwah
kemasyarakatan di wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan visi, misi, tugas pokok,
dan fungsinya, LDII mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas peradaban, hidup,
harkat, dan martabat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta turut serta
dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang dilandasi oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa guna terwujudnya masyarakat madani yang
demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila, yang diridhoi Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Awal mulanya, LDII bernama YAKARI (Yayasan Lembaga Karyawan Islam),
kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam), dan akhirnya
berganti nama lagi menjadi LDII, karena nama LEMKARI dianggap sama dengan
akronim dari Lembaga Karate-Do Indonesia.
LDII adalah organisasi yang independen, resmi dan legal mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
Undang-undang No. 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan.
Pasal 9 ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 nomor 24), serta
pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986. dan aturan hukum lainnya.
LDII memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program
Kerja dan Pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah
tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang &
Linmas)Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa
Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan
Pancasila dan UUD 45. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan
cita-cita para ulama perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari,
mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Alquran dan
Hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.1
Keberadaan LDII disinyalir mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits / Islam
Jama’ah yang didirikan oleh H. Nur Hasan al-Ubaidillah Lubis pada tahun 1951.
1
http://ldiijatim.com/sejarah-ormas-ldii/
Jakarta hingga sang Madigol bertemu dan mendapat konsep asal doktrin Imamah dan
Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, dan Taat) dari imam dan khalifah Dunia Jama’atul
Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali al-Fatah, yang pada zaman Bung Karno menjabat
sebagai Biro Politik Kementerian Dlam Negeri RI, yang dibai’at pada tahun 1953 di
Jakarta oleh para Jama’ah dan Madigol.
Periode ketiga tahun 1960, adalah masa periode bai’at kepada Madigol, yaitu ketika
ratusan Jama’ah Pengajian Asrama Manqul Qur’an dan Hadis di Desa Gading Mangu
menangis meminta sang Madigol agar mau dibai’at dan ditetapkan menjadi Imam/ Amir
Mu’minin. Mereka menyatakan sanggup dengan mengucapka syahadat, sholawat, dan
kata tabi’at “Sami’na wa ‘atho’na, Mastatho’na.”
Periode keempat, yakni penyebaran doktrin bai’at dan mengajak anggota sebnayak-
banyaknya, setelah masa bai’at sang Madigol. Pada periode ini masa bergabungnya
Bambang Irawan, Drs. Nur Hasyim, Raden Eddy Masiadi, Notaris Soedjono Hoermadani
dan Jenderal Ali Moertopo.
Periode kelima, ialah masa LEMKARI berganti nama tahun 1990/1991 menjadi LDII
hingga sekarang. Masa ini disebut sebagai masa kemenangan, sebab LDII berhasil go-
internasional, masa suksesi besar setelah antek-antek Madigol berhasil menembus
Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Eropa bahkan Australia, tentu
saja dengan siasat Taqiyahnya (Fathonah, Bithonah, Budi Luhur Luhuring Budi).
2
http://p2k.um-surabaya.ac.id/id1/2-3045-2942/Lembaga-Dakwah-Islam-
Indonesia_34141_Biografi-pilihan_p2k-um-surabaya.html#Metode_Pengajaran_LDII
Pada teori tentang praktek ibadah LDII juga menyelenggarakan pengajian al-Qur’an
dan al-Hadis dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Pada tingkat PAC
(Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali dalam waktu seminggu,
sedangkan pada tingkat PC (Kecamatan) diadakan seminggu sekali. Untuk memahamkan
segala pengetahuannya LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia
prasekolah sampai SD) yang terkondisikan di seluruh masjid LDII. Selain pengajian
umu, juga ada pengajian khusus remaja dan pemuda, juga pengajian khusus ibu-ibu, dan
bahkan juga ada pengajia khusus manula/lanjut usia, dan pengajian usia mandiri.
Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka. Pada
musim liburan sering diadakan kegiatan penghataman al-Qur’an dan al-Hadis selama
beberapa hari yang biasa diikuti warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan.
Dalam kegiatan pengajian ini pula diberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
bagaimana penting dan berpahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan al-
Qur’an dan al-Hadis dalam keseharian mereka.
Dalam pengajian warga LDII diadakan berbagai forum tipe pengajian pada setiap
tingkatan berdasarkan kelompok usia dan gender, antara lain yaitu:
1) Pengajian Majlis Ta’lim tingkat PAC (Desa/Kelurahan).
2) Pengajian Cabe Rawit (TPA).
3) Pengajian Muda-mudi.
4) Pengajian Wanita/Ibu-ibu.
5) Pengajian Lansia.
6) Pengajian Umum.3
BAB III
A. Kesimpulan
3
https://kajianhadisdalamormasislamldii.blogspot.com/2021/01/kajian-hadis-dalam-ormas-islam-
ldii.html?m=1
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) merupakan nama baru dari sebuah aliran
Islam yang cukup besar dan tersebar di Indonesia. Pendiri dari aliran ini adalah Kyai Nur
Hasan al-Ubaidah Lubis (luar biasa). Sedangkan nama kecilnya adalah Madigal, seorang
pribumi Jawa Timur. Nur Hidayat menyebutkan bahwa awal berdirinya lembaga ini pada
tahun 1951 dengan nama Darul Hadis bertempat di Desa Burengan, Banjaran, Kediri,
Jawa Timur. Selain di Kediri, terdapat dua daerah lain yang diduga menjadi asal
munculnya aliran ini, yaitu Desa Gadingmangu, Kecamatan Perak Kabupaten Jombang
dan Desa Pelem, Kertosono, Nganjuk Jawa Timur. Pada tahun 1968, Pengurus Aliran
Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) Jawa Timur membubarkan aliran ini karena
ajarannya dianggap menyimpang dan meresahkan masyarakat setempat. Kemudian di
tahun yang sama, aliran ini mengganti nama dengan Islam Jamaah (selanjutnya disebut
IJ).
Dikarenakan ajaran-ajarannya dianggap menyimpang serta menimbulkan keresahan di
masyarakat terutama di Jakarta, maka berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung RI
tanggal 29 Oktober 1971 secara resmi gerakan Islam Jamaah dilarang di seluruh di
Indonesia.23 Kemudian pada bulan November tahun 1990, mereka mengadakan
Musyawarah Besar Lemkari bertempat di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dan
berganti nama menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).
B. Saran
Kami selaku penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
masukan yang membangun dari para pembaca