Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KAJIAN HADIS DALAM ORMAS ISLAM LDII

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kajian Hadis Indonesia 1

Disusun Oleh :

Muhammad Chaqqiyyinnazili

Muhammad Fadli Hermanto

Dosen Pengampu :

Latifah Anwar, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahamtullahi Wabarakatuh

Puji syukur terhadap Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Karena berkat rahmatnya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kajian
Hadis Dalam ORMAS LDII “ untuk menyelasaikan tugas mata kuliah Kajian Hadis
Indonesia 1.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Latifah Anwar, M.Ag sebagai
dosen pengampu mata kuliah Kajian Hadis Indonesia 1, semoga Allah SWT. membalas
kebaikan bapak dan ibu. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah
untuk itu kritik dan saran dari para pembaca sangat saya perlukan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya, atas kritik dan saran yang diberikan saya ucapkan terima kasih.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sidoarjo, 29 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I

a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan

BAB II

a. Sejarah berdirinya ormas Islam LDII


b. Perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII
c. Bentuk dan metode kajian hadis ormas Islam LDII
d. Karakteristik pemikiran hadis ormas Islam LDII
e. Kontribusi ormas Islam LDII terhadap kajian hadis di Indonesia

BAB III

a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

a. Latar Belakang

Lembaga Dakwah Islam Indonesia ( LDII ) merupakan salah satu Organisasi


Masyarakat ( ORMAS ) yang sedang berkembang di Indonesia. Sebagai organisasi
LDII mempunyai misi untuk berdakwah kepada masyarakat luas dengan tujuan
mengembalikan ajaran Islam yang menurut mereka sudah bercampur dengan
kebudayaan nenek moyang. LDII merupakan salah satu ORMAS besar, karena
organisasi ini muncul karena dasar keturunan.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya ormas Islam LDII?
2. Bagaimana perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII?
3. Bagaimana bentuk dan metode kajian hadis ormas Islam LDII?
4. Bagaimana karakteristik pemikiran hadis ormas Islam LDII?
5. Siapa tokoh-tokoh hadis ormas Islam LDII dan karya-karyanya dalam bidang
hadis?
6. Bagaimana kontribusi ormas Islam LDII terhadap kajian hadis di Indonesia?
c. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya ormas Islam LDII
2. Mengetahui perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII
3. Mengetahui bentuk dan metode kajian hadis ormas Islam LDII
4. Mengetahui karakteristik pemikiran hadis ormas Islam LDII
5. Mengetahui tokoh-tokoh hadis ormas Islam LDII dan karya-karyanya dalam
bidang hadis
6. Mengetahui kontribusi ormas Islam LDII terhadap kajian hadis di Indonesia
BAB II
a. Sejarah berdirinya LDII
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), merupakan organisasi dakwah
kemasyarakatan di wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan visi, misi, tugas pokok,
dan fungsinya, LDII mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas peradaban, hidup,
harkat, dan martabat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta turut serta
dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang dilandasi oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa guna terwujudnya masyarakat madani yang
demokratis dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila, yang diridhoi Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Awal mulanya, LDII bernama YAKARI (Yayasan Lembaga Karyawan Islam),
kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam), dan akhirnya
berganti nama lagi menjadi LDII, karena nama LEMKARI dianggap sama dengan
akronim dari Lembaga Karate-Do Indonesia.
LDII adalah organisasi yang independen, resmi dan legal mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
Undang-undang No. 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan.
Pasal 9 ayat (2), tanggal 4 April 1986 (Lembaran Negara RI 1986 nomor 24), serta
pelaksanaannya meliputi PP No. 18 tahun 1986.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun 1986. dan aturan hukum lainnya.
LDII memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), Program
Kerja dan Pengurus mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat Desa. LDII sudah
tercatat di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang &
Linmas)Departemen Dalam Negeri. LDII merupakan bagian komponen Bangsa
Indonesia yang berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Berdasarkan
Pancasila dan UUD 45. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan
cita-cita para ulama perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari,
mengamalkan dan menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Alquran dan
Hadis, dengan latar belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945.1
Keberadaan LDII disinyalir mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits / Islam
Jama’ah yang didirikan oleh H. Nur Hasan al-Ubaidillah Lubis pada tahun 1951.

b. perkembangan kajian hadis dalam ormas Islam LDII


Perkembangan LDII sekarang dapat dilihat dari bebrapa periode, periode pertama
sekitar tahun 1940-an, ini adalah masa awal H. Nur Hasan (Madigol) menyampaikan
ilmu Manqul-Musnad-Muttashil, yaitu ilmu al-Qur’an Manqul dan ilmu Hadis Manqul.
Pada tahapan ini juga ia mengajarkan Qiro’at ilmu bela diri pencak silat kanurangan.
Pada tahun 1951 ia memproklamirkan pondok pesantren Darul Hadis.
Periode kedua tahun 1951, adalah masa membangun asrama pengajian Darul Hadis.
Berikut pesantren-pesantrennya: di Jombang, Kediri, dan di Jalan Petojo Sabanangan,

1
http://ldiijatim.com/sejarah-ormas-ldii/
Jakarta hingga sang Madigol bertemu dan mendapat konsep asal doktrin Imamah dan
Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, dan Taat) dari imam dan khalifah Dunia Jama’atul
Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali al-Fatah, yang pada zaman Bung Karno menjabat
sebagai Biro Politik Kementerian Dlam Negeri RI, yang dibai’at pada tahun 1953 di
Jakarta oleh para Jama’ah dan Madigol.
Periode ketiga tahun 1960, adalah masa periode bai’at kepada Madigol, yaitu ketika
ratusan Jama’ah Pengajian Asrama Manqul Qur’an dan Hadis di Desa Gading Mangu
menangis meminta sang Madigol agar mau dibai’at dan ditetapkan menjadi Imam/ Amir
Mu’minin. Mereka menyatakan sanggup dengan mengucapka syahadat, sholawat, dan
kata tabi’at “Sami’na wa ‘atho’na, Mastatho’na.”
Periode keempat, yakni penyebaran doktrin bai’at dan mengajak anggota sebnayak-
banyaknya, setelah masa bai’at sang Madigol. Pada periode ini masa bergabungnya
Bambang Irawan, Drs. Nur Hasyim, Raden Eddy Masiadi, Notaris Soedjono Hoermadani
dan Jenderal Ali Moertopo.
Periode kelima, ialah masa LEMKARI berganti nama tahun 1990/1991 menjadi LDII
hingga sekarang. Masa ini disebut sebagai masa kemenangan, sebab LDII berhasil go-
internasional, masa suksesi besar setelah antek-antek Madigol berhasil menembus
Singapura, Malaysia, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan Eropa bahkan Australia, tentu
saja dengan siasat Taqiyahnya (Fathonah, Bithonah, Budi Luhur Luhuring Budi).

c. Bentuk dan Metode Kajian Hadis dalam Ormas LDII


LDII menggunakan metode pengajian tradisional, yaitu guru-guru yang berasal dari
beberapa alumni pondok pesantren kenamaan, seperti: Pondok Pesantren Gontor di
Ponorogo, Tebu Ireng di Jombang, Kebarongan di Banyuwangi, Langitan di Tuban, dan
lain-lain. Mereka bersama-sama mempelajari ataupun bermusyawaroh beberapa waktu
terlebih dahulu sebelum menyampaikan pelajaran dari Alquran dan Hadis kepada para
jama’ah pengajian rutin atau kepada para santriwan dan santriwati di pondok-pondok
LDII, bagi menjaga supaya tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan penjelasan
tentang pemahaman Alquran dan Hadis. Yang belakang sekali guru mengajar murid
secara langsung ( manquul ) adun bacaan, arti (diterjemahkan secara harfiyah), dan
keterangan, dan bagi bacaan Alquran memakai ketentuan tajwid.
Apakah yang Dimaksud dengan “Manquul?” “Manquul” berasal dari bahasa Arab,
yaitu “Naqola-Yanqulu”, yang gunanya “pindah”. Maka ilmu yang manquul merupakan
ilmu yang dipindahkan / transfer dari guru kepada murid. Dengan kata lain, Manqul
gunanya berguru, yaitu terjadinya pemindahan ilmu dari guru kepada murid. Dasarnya
merupakan sabda Nabi Muhammad dalam Hadis Sisa dari pembakaran Daud, yang
berbunyi:
Yang artinya: “Kamu sekalian mendengarkan dan didengarkan dari kamu sekalian dan
didengar dari orang yang mendengarkan dari kamu sekalian”.
Dalam pelajaran tafsir, “Tafsir Manquul” berarti mentafsirkan suatu ayat Alquran
dengan ayat Alquran lainnya, mentafsirkan ayat Alquran dengan Hadis, atau
mentafsirkan Alquran dengan fatwa shohabat. Dalam ilmu Hadis, “manquul” berarti
berlatih Hadis dari guru yang mempunyai isnad (sandaran guru) hingga kepada Nabi
Muhammad. Dasarnya merupakan ucapan Abdulloh bin Mubarok dalam Muqoddimah
Hadis Muslim, yang berbunyi: Yang artinya: “Isnad itu termasuk agama, seandainya
tidak berada isnad niscaya orang akan bercakap menurut sekehendaknya sendiri”.
Dengan mengaji yang aci yakni dengan metode manqul, musnad dan mutashil
(persambungan dari guru ke guru selanjutnya hingga kepada shohabat dan hingga kepada
Nabi Muhammad), maka secepatnya kita dapat menguasai ilmu Alquran dan Hadis
dengan gampang dan aci. Dengan demikian, kita segera dapat mengamalkan apa yang
terkandung di dalam Alquran dan hadis sebagai pedoman ibadah kita. Dan sudah barang
tentu penafsiran Alquran wajib mengikuti apa yang sudah ditafsirkan oleh Nabi
Muhammad.2

d. Karekteristik Pemikiran Hadis dalam Ormas LDII


Dalam aliran LDII, menyatakan bahwa setiap ilmu apapun yang diperoleh, termasuk
juga hadis dan alatnya, yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar dari
ucapan sang imam/amir). Mereka memiliki keyakinan bahwa hadis yang diriwayatkan
baru dianggap sah apabila memenuhi tiga syarat yaitu manqul (bertemu dengan guru
secara langsung), muttasil (bersambung kepada Rasulullah), dan musnad (memiliki
sanad).25 Manqul bermakna dinukil (dipindahkan), diriwayatkan, diambil langsung dari
sumbernya, berhadap-hadapan langsung dan bukan melalui tulisan maupun media
lainnya. Yang dimaksud di sini adalah hadis tersebut harus dinukil langsung dari lisan
sang Amir yakni Nurhasan al-Ubaidah.
Sedangkan yang dimaksud dengan muttasil dan musnad adalah hadis tersebut memiliki
ketersambungan sanad yang sampai kepada Rasulullah. Berawal dari Rasulullah saw.
menyampaikan hadis kepada sahabatnya, dari sahabat kepada para tabi‟in, tabi‟ tabi‟in
dan seterusnya sampai akhirnya kepada kita sekarang ini melalui sanad yang shahih.
Menurut H. Nurhasan sendiri, sanad yang terakhir tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi,
setiap hadis ataupun ilmu apapun yang dipelajari haruslah melalui H. Nurhasan, baik
materinya, bacaannya, maupun penjelasannya. Tanpa melalui beliau, hadis tersebut tidak
sah dan tidak boleh dipergunakan oleh kaum muslimin.
Hadis dha‟if (lemah), menurut kelompok LDII dianggap sebagai sesuatu yang
menjijikkan, hingga ketika seseorang menyampaikan atau menggunakan hadis dha‟if
dalam membuat dalil, mereka akan bergegas mencemooh, mencela dan langsung
menolaknya. Mereka juga mendudukkan hadis dha‟if seperti layakya hadis palsu yang
sama sekali tidak boleh digunakan dalam berhujjah maupun untuk fadhailul a‟mal.

e. Kontribusi Ormas Islam LDII Terhadap Kajian Hadis Indonesia


LDII memiliki andil yang besar dalam dunia islam. Andil tersebut terwujud dalam
konsistensi LDII menjaga kemurniaan agama. LDII mengembalikan khittah umat islam
yang menjauhi segala bentuk penyimpangan dalam islam. LDII mengajak umat
beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama. Hal ini sejalan dengan pesan Allah
yang tertuang di dalam al-Qur’an, u’budulloha mukhlisiina lahuddiin yang artinya:
“Sembahlah Allah dengan memurnikan agama baginya.”

2
http://p2k.um-surabaya.ac.id/id1/2-3045-2942/Lembaga-Dakwah-Islam-
Indonesia_34141_Biografi-pilihan_p2k-um-surabaya.html#Metode_Pengajaran_LDII
Pada teori tentang praktek ibadah LDII juga menyelenggarakan pengajian al-Qur’an
dan al-Hadis dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi. Pada tingkat PAC
(Desa/Kelurahan) umumnya pengajian diadakan 2-3 kali dalam waktu seminggu,
sedangkan pada tingkat PC (Kecamatan) diadakan seminggu sekali. Untuk memahamkan
segala pengetahuannya LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia
prasekolah sampai SD) yang terkondisikan di seluruh masjid LDII. Selain pengajian
umu, juga ada pengajian khusus remaja dan pemuda, juga pengajian khusus ibu-ibu, dan
bahkan juga ada pengajia khusus manula/lanjut usia, dan pengajian usia mandiri.
Disamping itu ada pula pengajian yang sifatnya tertutup, juga pengajian terbuka. Pada
musim liburan sering diadakan kegiatan penghataman al-Qur’an dan al-Hadis selama
beberapa hari yang biasa diikuti warga LDII dan non LDII untuk mengisi waktu liburan.
Dalam kegiatan pengajian ini pula diberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
bagaimana penting dan berpahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan al-
Qur’an dan al-Hadis dalam keseharian mereka.
Dalam pengajian warga LDII diadakan berbagai forum tipe pengajian pada setiap
tingkatan berdasarkan kelompok usia dan gender, antara lain yaitu:
1) Pengajian Majlis Ta’lim tingkat PAC (Desa/Kelurahan).
2) Pengajian Cabe Rawit (TPA).
3) Pengajian Muda-mudi.
4) Pengajian Wanita/Ibu-ibu.
5) Pengajian Lansia.
6) Pengajian Umum.3

BAB III

A. Kesimpulan

3
https://kajianhadisdalamormasislamldii.blogspot.com/2021/01/kajian-hadis-dalam-ormas-islam-
ldii.html?m=1
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) merupakan nama baru dari sebuah aliran
Islam yang cukup besar dan tersebar di Indonesia. Pendiri dari aliran ini adalah Kyai Nur
Hasan al-Ubaidah Lubis (luar biasa). Sedangkan nama kecilnya adalah Madigal, seorang
pribumi Jawa Timur. Nur Hidayat menyebutkan bahwa awal berdirinya lembaga ini pada
tahun 1951 dengan nama Darul Hadis bertempat di Desa Burengan, Banjaran, Kediri,
Jawa Timur. Selain di Kediri, terdapat dua daerah lain yang diduga menjadi asal
munculnya aliran ini, yaitu Desa Gadingmangu, Kecamatan Perak Kabupaten Jombang
dan Desa Pelem, Kertosono, Nganjuk Jawa Timur. Pada tahun 1968, Pengurus Aliran
Kepercayaan Masyarakat (PAKEM) Jawa Timur membubarkan aliran ini karena
ajarannya dianggap menyimpang dan meresahkan masyarakat setempat. Kemudian di
tahun yang sama, aliran ini mengganti nama dengan Islam Jamaah (selanjutnya disebut
IJ).
Dikarenakan ajaran-ajarannya dianggap menyimpang serta menimbulkan keresahan di
masyarakat terutama di Jakarta, maka berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung RI
tanggal 29 Oktober 1971 secara resmi gerakan Islam Jamaah dilarang di seluruh di
Indonesia.23 Kemudian pada bulan November tahun 1990, mereka mengadakan
Musyawarah Besar Lemkari bertempat di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dan
berganti nama menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia).
B. Saran
Kami selaku penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
masukan yang membangun dari para pembaca

Anda mungkin juga menyukai