Anda di halaman 1dari 3

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter, Instagram, dan

Telegram

Banjir Kalimantan Selatan 2021


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasi Loncat ke pencarian
Artikel ini membahas mengenai suatu peristiwa terkini. Informasi di halaman ini bisa
berubah setiap saat dan laporan berita yang dikutip mungkin tidak aktual. Pembaruan terakhir
untuk artikel ini tidak mencerminkan informasi terbaru. Silakan perbaiki artikel ini atau
diskusikan perubahan pada halaman pembicaraan. (Januari 2021) (Pelajari cara dan kapan saatnya
untuk menghapus pesan templat ini)

Banjir Kalimantan Selatan 2021

Banjir di Kabupaten Tanah Laut


Tanggal 9 Januari 2021[1]—sekarang
Lokasi Sebagian besar Kalimantan Selatan
Tewas 21 orang[2][3]

Banjir Kalimantan Selatan 2021 adalah bencana banjir yang menimpa beberapa kota dan
kabupaten di Kalimantan Selatan, yaitu Kota Banjarmasin,[4] Kabupaten Tanah Laut,[5]
Kabupaten Banjar,[6] Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,[7]
Kabupaten Balangan,[1] dan Kabupaten Hulu Sungai Utara[8][9] pada Januari 2021. Ketinggian
air beragam: 30 sentimeter,[9] 50 sentimeter,[10] 2 meter,[11] bahkan 3 meter.[1] Wilayah
Kalimantan Selatan berstatus tanggap darurat banjir per 14 Januari 2021.[12]

Penyebab
Banjir diduga disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi sehingga memicu luapan air
sungai sejak 9 Januari 2021.[1] Di Kecamatan Pelaihari, air sungai telah meluap sejak Minggu,
3 Januari 2021.[13] Namun, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan
Selatan, Dwi Cahyono, berpendapat bahwa banjir disebabkan oleh degradasi lingkungan
akibat ratusan lubang pertambangan yang tidak dilakukan reklamasi dan hampir lima puluh
persen dari 3,7 juta hektar lahan dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit.[6][14] Ia
juga mengatakan, perlunya melihat kondisi hulu dan hilir kondisi lingkungan Kalimantan
Selatan dan jangan hanya menyalahkan hujan.[15] Kalsel sendiri sejak 2005 yang memiliki
luas tutupan lahan sebanyak 1,18 juta hektar tersisa menjadi 0,92 juta di tahun 2019.
Perubahan guna lahan tersebut, ditambah kalau daerah tersebut ditimpa hujan ekstrim,
menjadikan wilayah Kalsel yang memang secara morfometri dan morfologi sangat rentan
terhadap banjir.[16]

Banjir besar kali ini kemungkinan mengulanh periode peristiwa yang pernah terjadi pada
1928.[15] Di tempat lain yang berdekatan, Sungai Lulut yang berjarak 1 km dari Sungai
Martapura, pernah terjadi pula banjir di tahun 2006 namun hanya semata kaki. Namun begitu,
jalanan terendam hampir 2 bulan. Di saat seperti itu, penduduk membuat panggung untuk
tidur, menyelamatkan barang, serta perahu yang di belakang rumah ditambat di muka rumah
atau bahkan dibawa masuk ke rumah.[17]

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah melakukan analisis mengenai
penyebab banjir yang terjadi sejak 12–13 Januari 2021 di Kalimantan Selatan.[18] Kepala
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M. Rokhis Khomarudin mengatakan,
pengamatan curah hujan dengan data satelit Himawari-8 menunjukkan bahwa liputan awan
penghasil hujan terjadi sejak 12 Januari hingga 13 Januari, dan masih berlangsung hingga 15
Januari 2021. Ia juga menjelaskan antara tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas
hutan primer sebesar 13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak
belukar masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare. Sebaliknya, area perkebunan
meluas "cukup signifikan" 219.000 hektare. Kondisi tersebut, memungkinkan terjadinya
banjir di Kalimantan Selatan, apalagi curah hujan pada 12 hingga 13 Januari 2020 sangat
lebat berdasarkan pantauan satelit Himawari 8 yang diterima stasiun di Jakarta.[19]

Greenpeace Indonesia menduga banjir bandang melanda Kalimantan Selatan lantaran daerah
aliran sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang 2001–
2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Juru bicara kampanye
hutan Greenpeace Indonesia Arie Kompas menjelaskan bahwa DAS merupakan wilayah yang
seharusnya menampung air hujan di Kalimantan Selatan. Namun karena tutupan hutannya
berkurang drastis, kemampuan menampung air jadi berkurang.[20]

Dampak dan korban


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 112.709 warga mengungsi dan
27.111 rumah terendam akibat banjir ini.[21][22]

Jalan lintas provinsi terendam sehingga mengganggu aktivitas ekonomi.[23] Jembatan di Jalan
Ahmad Yani km 55, Mataraman, Banjar, pun terputus akibat terjangan banjir.[24]

Pelaksana Tugas Kepala Desa Hantakan, Sri Wanda, menyatakan pada 11 Januari 2021
bahwa lima mayat ditemukan oleh warga di Hantakan, Hantakan, Hulu Sungai Tengah.[7]
Diduga masih ada puluhan korban hilang lainnya.[25] Seorang balita ditemukan tewas setelah
terseret banjir di Banjarbaru pada 14 Januari 2021.[26] Hujan yang terus mengguyur juga
menyebabkan longsor di Tungkaran, Pelaihari, Tanah Laut, dan satu orang dinyatakan
tertimbun pada 15 Januari 2021.[27]

Data yang BNPB himpun pada 17 Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa berjumlah 15
orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 3
orang, Kota Banjar Baru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Kabupaten Banjar 3 orang.
[28][29]
Kritik atas tanggapan pemerintah
Warganet Indonesia mengkritik minimnya pemberitaan media nasional mengenai banjir.
Presiden Joko Widodo mengunggah di media sosial bahwa Indonesia sekarang menghadapi
dua bencana alam: tanah longsor Sumedang 2021 dan gempa bumi Sulawesi Barat 2021,
tetapi tidak menyebutkan tentang banjir. Karena itu, tagar "#KalselJugaIndonesia" menjadi
tren di Twitter sebagai protes dari kurangnya cakupan pemerintah.[30][31]

Anda mungkin juga menyukai