Anda di halaman 1dari 15

EDAJ 2 (3) (2013)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

PENGARUH NILAI TUKAR RIIL TERHADAP TRADE BALANCE


DI NEGARA ASEAN
(Pendekatan Kondisi Marshall – Lerner Dan Fenomena J – Curve)
Erlina Marpaung 

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nilai tukar riil terhadap ekspor dan impor
Diterima Juli 2013 sehingga mempengaruhi kinerja trade balance. Penelitian ini juga menganalisis apakah terjadi
Disetujui Juli 2013 kondisi Marshall–Lerner dan fenomena J–Curve pada kasus trade balance di negara–negara
Dipublikasikan Agustus ASEAN.Populasi dalam penelitian ini negara–negara yang tergabung dalam ASEAN (Association
2013 of South East Asian Nations). Penelitian ini menggunakan data panel periode kuartalan 2000 Q1-
________________ 2012 Q4. Teknik analisis yang digunakan adalah metode regresi data panel dengan fixed effect
Keywords: model (FEM) dengan menggunakan alat bantu E–Views6. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Nilai Tukar Riil; Trade bahwa nilai tukar riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor dan impor. Hasil
Balance; Marshall–Lerner; estimasi dari studi ini mendukung adanya kondisi Marshall–Lerner dengan penjumlahan elastisitas
J-Curve, Real Effective ekspor dan impor sebesar 3,35 >1dan terjadinya fenomena J–Curve pada trade balance di negara
Exchange Rate; Trade ASEAN. Fenomena J–Curve menunjukkan keterlambatan pengaruh depresiasi nilai tukar riil
Balance; Marshall-Lerner; J- dalam memperbaiki trade balance khususnya dalam jangka pendek. Depresiasi nilai tukar riil
Curve meningkatkan kinerja trade balance dalam jangka panjang. Hal ini memberikan signal bagi otoritas
____________________ moneter agar dapat menjaga pertumbuhan nilai tukar riil tidak sampai mengalami depresiasi yang
sangat tajam, apalagi dengan menggunakan depresiasi sebagai kebijakan dalam rangka
meningkatkan ekspor. Dampak depresiasi nilai tukar riil terhadap trade balance masih
memerlukan kajian lebih lanjut terkait dalam peningkatan trade balance.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this study was to determine the impact of the real exchange rate on exports and imports, thus
affecting the performance of the trade balance. The study also analyzed whether the Marshall-Lerner condition
and J-Curve phenomenon occured on the trade balance in the case of ASEAN countries. The population in this
study were countries - countries that members of the ASEAN (Association of South East Asian Nations). This
study uses panel data quarterly period 2000Q1-2012Q4. Analysis techniques used of this research is the method
of panel data regression with fixed effect model (FEM) using the tools of E-Views. The results of this study
obtained that the real exchange rate significantly has negative effect on the volume of exports and imports. The
estimation results of this study support the existent of the condition Marshall-Lerner by the sum of export and
import elasticity of 3.35, bigger than 1 and the occurrence of the J-Curve phenomenon on the trade balance in
the ASEAN countries. J-Curve phenomenon showing the effect of delay real depreciation to improve trade
balances especially in the short term. Real depreciation increases the performance of the trade balance in the
long run. This gives the signal for the monetary authority in order to maintain the growth of the real exchange
rate to depreciate not very sharp, especially with the use of a tool depreciation in order to increase exports. The
impact of a real depreciation on the trade balance is still need for further study related to the increase in the
trade balance.
© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang
Telp/Fax: (024) 8508015, email: erlina_marpaung@yahoo.co.id

46
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

PENDAHULUAN export performance/kemampuan ekspornya,


Kawasan ASEAN merupakan kawasan maka bukan tidak mungkin lagi ASEAN akan
yang pertumbuhannya cukup signifikan menjadi suatu kekuatan ekonomi utama di
terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, serta kawasan ASIA, bahkan dunia.
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk terus
berkembang. Jika ASEAN bisa meningkatkan

Gambar 1.1 Ekspor Negara ASEAN berdasarkan Negara Tujuan tahun 2009
Sumber: ASEAN Statictic data diolah
mata uang negara–negara ASEAN, menurunnya
Berdasarkan gambar 1.1 di atas, ekspor kemampuan ekspor dan impor.
Negara ASEAN didominasi oleh ekspor intra Salah satu faktor yang mempengaruhi
ASEAN sebesar 24,6 %, kemudian ke Korea aliran barang dan jasa antar negara adalah nilai
sebesar 14,5 %, Uni Eropa sebesar 11,5 %, tukar riil suatu negara terhadap mata uang
kemudian ke USA dan China sebesar 10,1 %. asing. Nilai tukar riil sangat penting dalam
Data tersebut menunjukkan bahwa ASEAN menentukan daya saing terhadap ekspor dan
masih memiliki potensi yang besar untuk impor suatu negara. Sistem nilai tukar yang
meningkatkan kemampuan ekspornya, karena diterapkan suatu negara tergantung dari
ekspor Negara ASEAN masih didominasi intra kebijakan yang ditempuh negara, dimana
ASEAN. dipengaruhi oleh kedudukan negara dan tujuan
Kawasan ASEAN yang terdiri dari umum dari ekonomi yang bersangkutan
Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, terutama politik moneternya.
Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Pemahaman mengenai keterkaitan antara
Vietnam sebenarnya merupakan kawasan yang perubahan nilai tukar riil dengan perubahan
memiliki kawasan dengan potensi perdagangan neraca perdagangan merupakan hal yang
yang besar. Namun saat ini export penting bagi pengambil kebijakan ekonomi serta
performance/kemampuan ekspornya masih masyarakat dalam perekonomian terbuka. Elif
belum optimal, masih kalah saing dengan Akbostanci (2002) mengatakan pengaruh nilai
China. Perdagangan ASEAN mulai menurun tukar riil terhadap neraca perdagangan baik
semenjak terjadi krisis ekonomi di Thailand dalam jangka pendek dan jangka panjang
yanga pada akhirnya menimpa seluruh Negara berbeda dari waktu ke waktu dan dipengaruhi
pada region ini pada tahun 1997–1998. Krisis oleh sistem nilai tukar dan keadaan
ekonomi tersebut menyebabkan turunnya nilai perekonomian suatu negara. Depresiasi nilai
tukar pada awalnya akan memperburuk neraca

47
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

perdagangan, namun seiring berjalannya waktu demikian neraca perdagangan akan meningkat
neraca perdagangan akan meningkat seperti ketika pendapatan luar negeri meningkat.
fenomena kurva J.
Kondisi Marshall – Lerner menyatakan Ekspor
bahwa pada cateris paribus, suatu depresiasi riil Ekspor merupakan perdagangan dengan
bisa memperbaiki kondisi neraca perdagangan cara melakukan penjualan barang-barang dari
apabila volume dan impor perekonomian cukup dalam negeri ke luar negeri. Ekspor suatu negara
elastis terhadap perubahan kurs riil tersebut. dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
Kondisi ini lah yang disebut dengan kondisi harga domestik negara tujuan ekspor, harga
Marshall – Lerner. Dengan depresiasi nilai tukar impor negara tujuan, pendapatan per kapita
riil maka harga di pasar global menjadi lebih penduduk negara tujuan ekspor selera
murah sehingga dapat meningkatkan daya saing. masyarakat negara tujuan dan nilai tukar antar
negara. Perubahan volume ekspor terhadap
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian perubahan nilai tukar, dalam hal ini nilai tukar
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: rill adalah positif artinya depresiasi riil membuat
1. Pengaruh nilai tukar riil produk domestik relatif makin murah sehingga
terhadap volume ekspor negara ASEAN merangsang ekspor (Krugman 2005:218).
2. Pengaruh nilai tukar riil Hubungan ekspor dan nilai tukar riil
terhadap volume impor negara ASEAN dalam persamaan adalah:
3. Untuk membuktikan apakah EX = f ( P, Y, REER)
kondisi Marshall – Lerner terpenuhi sehingga EX = Volume ekspor
terjadi fenomena J – curve pada kasus negara – P = Harga barang ekspor
negara ASEAN Y = Pendapatan rill
REER = nilai tukar rill
LANDASAN TEORI Perubahan volume ekspor terhadap
Neraca Perdagangan (Trade Balance) perubahan nilai tukar riil tidak selalu positif. Hal
Harry Waluya (1995:148) mengatakan ini karena nilai ekspor lebih dipengaruhi oleh
“Neraca Perdagangan (Trade Balance) harga pasar internasional. Nilai tukar riil dapat
merupakan perhitungan netto dari transaksi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor.
ekspor dan transaksi impor barang–barang (X– Depresiasi nilai tukar riil tidak dapat langsung
M) yang diperdagangkan (visible trade)”. Jadi direspon dengan baik oleh perubahan volume
neraca perdagangan adalah selisih antara ekpor ekspor, sehingga membutuhkan waktu
dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, penyesuaian untuk mengubah permintaan akan
maka yang terjadi adalah defisit neraca ekspor.
perdagangan, sebaliknya jika ekspor lebih tinggi
dari impor, maka terjadi surplus neraca Impor
perdagangan (Madura, 1997: 31). Ekspor bersih Impor merupakan kebocoran dari
(X-M) atau biasa disebut sebagai neraca pendapatan, karena menimbulkan aliran modal
perdagangan adalah jembatan yang ke luar negeri. Impor menunjukkan
menghubungkan antara pendapatan nasional perdagangan dengan cara mendatangkan
dengan transaksi internasional. Tiga faktor yang barang- barang dari luar negeri untuk dijual atau
mempengaruhi neraca perdagangan terdiri dari digunakan di dalam negeri. Permintaan barang
pendapatan luar negeri, pendapatan domestik, impor akan dipengaruhi oleh tingkat harga
dan nilai tukar riil. Pendapatan luar negeri akan barang impor, nilai tukar rill (REER), dan
mendorong permintaan terhadap barang PDRB riil di mana:
domestik. Peningkatan ekspor akan IM = f (P, Yd, REER)
meningkatkan neraca perdagangan. Dengan IM = volume impor
P = harga barang impor
48
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Yd =PDRB Rill Domestik suatu negara akan berpengaruh pada kondisi


REER = nilai tukar rill perekonomian makro suatu negara khususya
Kenaikan nilai tukar riil (depresiasi) dengan ekspor netto atau neraca perdagangan.
akan memberikan pengaruh negatif terhadap
permintaan impor (Krugman 2005:218). Teori Paritas Daya Beli (PPP)
Depresiasi nilai tukar riil mengakibatkan Teori Paritas Daya Beli (purchasing
turunnya daya beli masyarakat akan barang– power parity-PPP) menerangkan hubungan
barang luar negeri, sehingga mengurangi volume sempurna antara tingkat inflasi relatif di antara
impor. Jika harga relatif dari barang luar negeri dua negara dengan kurs mereka. Secara pasti,
meningkat (REER naik) maka masyarakat luar teori PPP menyatakan bahwa keseimbangan
negeri akan mengalihkan pengeluaran mereka kurs akan menyesuaikan dengan besaran
untuk membeli barang domestik, sehingga akan perbedaan tingkat inflasi di antara dua negara.
meurunkan volume impor. Meskipun PPP tetap merupakan konsep yang
berharga, terdapat bukti adanya penyimpangan
Nilai tukar atau kurs ( Exchange Rate) yang cukup besar atas pelaksaan teori dlm dunia
Menurut Salvatore (1997:140) “Nilai sesungguhnya (Madura, 2009:322). Teori Paritas
tukar atau kurs adalah harga mata uang suatu Daya Beli (PPP) terdiri dari dua tipe yaitu teori
negara terhadap negara lain atau mata uang paritas daya beli absolut dan teori paritas daya
suatu negara dinyatakan dalam mata uang beli relative (Salvatore 1997:127).
negara lain”. Mankiw (2007:128) mengatakan
Para ekonom membedakan kurs menjadi dua Teori Paritas Suku Bunga (IRP)
yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Paritas suku bunga (interest rate parity–
Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari IRP) adalah teori yang menyatakan bahwa
mata uang dua negara. Nilai tukar riil adalah besaran premi (diskon) kurs forward seharusnya
harga relatif dari barang–barang diantara dua setara dengan perbedaan suku bunga dari kedua
negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat negara terkait. Jika terjadi IRP, arbitase
dimana kita bisa memperdagangkan barang– perlindungan suku bunga tidak akan
barang dari suatu negara untuk barang–barang menguntungkan karena seiap kelebihan suku
dari negara lain. bunga pada negara asing akan dikompensasi
Hubungan nilai tukar riil dengan nilai oleh diskon kurs forward mata uangnya.
tukar nominal, dapat diformulasikan sebagai : Karenanya, arbitase perlindungan suku bunga
REER= ER * PF/PD hanya akan memberikan pengembalian yang
Di mana: tidak lebih tinggi dibandingkan dengan
REER : Real Effective Exchange Rate pengembalian yang diperoleh dari investasi
(Nilai tukar riil) domestik (Madura, 2009:289).
ER : Exchange rate nominal yang Pada keseimbangan tersebut, kurs
dapat dinyatakan dalam direct term forward berbeda kurs spot pada jumlah tertentu
(dalam rupiah/1dollar) ataupun indirect yang dapat mengompensasi perbedaan suku
term (dollar/1rupiah). bunga antara dua mata uang. Kurs forward
PF : Indeks harga mitra dagang adalah nilai tukar suatu valuta dengan valuta
(foreign). lain pada suatu waktu di masa depan yang
PD : Indeks Harga domestik. dikuotasikan oleh bank-bank. Sedangkan kurs
Pada dasarnya daya saing perdagangan spot adalah nilai tukar berjalan suatu valuta.
luar negeri ditentukan oleh dua hal, yaitu ER Menurut Madura 2009:149), selisih
dan rasio harga kedua Negara. Jika ER (direct antara kurs forward (F) dengan kurs spot (S)
term) meningkat (terdepresiasi), dengan asumsi pada suatu waktu tertentu dinyatakan sebagai
rasio harga konstan, maka ada hubungan positif premi:
dengan neraca perdagangan. Nilai tukar riil F = S (1 + p)
49
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

di mana p mencerminkan premi forward dianalisis oleh kondisi Marshall-Lerner. Kita


atau persentase selisih kurs forward di atas kurs harus mendefenisikan elastisitas perdagangan
spot. dengan angka positif (Krugman 2005:219).
Kondisi Marshall-Lerner dapat dirumuskan
Kondisi Marshall–Lerner dalam persamaan berikut :
Peningkatan ekspor dan penurunan impor η + η* > 1
belum tentu akan meningkatkan nilai neraca Kondisi ini menyarankan bahwa sejauh
perdagangan atau ekspor netto. Neraca nilai elastisitas harga dari permintaan ekspor
perdagangan hanya akan meningkat saat nilai dan impor lebih besar dari 1 maka devaluasi
tukar riil terdepresiasi bila persyaratan kondisi akan memperbaiki neraca perdagangan dalam
Marshall–Lerner terpenuhi. Kondisi Marshall– jangka panjang.
Lerner menunjukkan bahwa suatu pasar valuta J – Curve
asing bersifat stabil apabila penjumlahan Dampak perubahan nilai tukar mata
elastisitas harga dari permintaan impor (DM) dan uang nasional suatu negara akibat depresiasi
permintaan ekspor (DX) dalam angka–angka atau devaluasi terhadap neraca pembayaran
absolut lebih besar dari 1. Jika jumlahnya melalui transaksi berjalan dapat digambarkan
kurang dari 1, maka pasar yang bersangkutan oleh kurva yang menyerupai huruf J dan disebut
dinyatakan tidak stabil. Sedangkan jika efek kurva–J. Pada awalnya, perubahan
penjumlah elastisitas harga dari (DM) dan (DX) kuantitas perdagangan adalah kecil karena
persis sama dengan 1, maka setiap perubahan pembeli memerlukan waktu dalam mengubah
kurs tidak akan mengubah neraca perdagangan perilaku mereka. Perjanjian kontrak sebelum
(Salvatore, 1997:115). depresiasi berakhir dan dilakukan negoisasi
Secara sistematis, bentuk persamaannya ulang sehingga dapat dilakukan identifikasi
dapat dituliskan sebagai berikut: alternatif produk.
Pada akhirnya respon kuantitas menjadi
lebih besar, karena pembeli akan melakukan
penggantian pada produk yang lebih murah
harganya (Zuhroh, 2007:63). Dampak
Persamaan ini merangkum dua macam
perubahan kuantitas yang lebih besar
pengaruh pada neraca perdagangan yang
menghasilkan keseimbangan neraca transaksi
bersumber dari depresiasi nilai tukar rill, yakni
perdagangan. Pola perilaku neraca transaksi
pengaruh dalam volume dan pengaruh dalam
perdagangan sebagai akibat perubahan nilai
nilai. Pengaruh dalam volume ditunjukkan oleh
tukar sering disebut kurva J. Hal ini karena
simbol EXq dan EX*q, , artinya pengaruh
bentuk beberapa periode pertama dari respon
perubahan q terhadap jumlah satuan output
terhadap depresiasi, neraca perdagangan
yang diekspor dan diimpor. EX *1
memburuk untuk kemudian mulai membaik.
mencerminkan pengaruh nilai dan diawali
Penjelasan ini menegaskan bahwa perlu waktu
dengan tanda negatif. Hal ini menunjukkan
bagi depresiasi mata uang suatu negara agar
kenaikan q memperburuk neraca perdagangan
mempunyai dampak positif terhadap neraca
karena nilai output domestik dari volume impor
transaksi perdagangan.
semula menjadi tambah besar (Krugman
2005:218). Hubungan antara elastisitas harga
dari permintaan ekspor dan impor tersebut

50
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Gambar 1.2 J – Curve


Sumber Murianda Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Vol.4, No.1, Agustus 2008 hal
26
Dalam jangka panjang, depresiasi Variabel independen atau variabel bebas
mempunyai dampak terhadap perbaikan neraca adalah variabel yang nilai-nilainya tidak
transaksi perdagangan melalui peningkatan daya bergantung pada variabel lain. Variabel
saing internasional yang berakibat pada indepeden dalam penelitian ini adalah :
kenaikan nilai ekspor. Depresiasi juga • Nilai Tukar Riil (REER)
berdampak pada penurunan impor sebagai Nilai tukar riil adalah harga relatif dari
akibat pengalihan pengeluaran penduduk barang–barang diantara dua negara.
domestik serta meningkatnya permintaan b) Variabel Dependen (Y)
agregat oleh penduduk luar negeri terhadap Variabel dependen atau variabel terikat
produk domestic sehingga pada akhirnya adalah variabel yang nilai–nilainya bergantung
meningkatkan ekspor. pada variabel lain. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah:
• Ekspor (EX)
Ekspor merupakan perdagangan dengan
METODE PENELITIAN cara melakukan penjualan barang-barang dari
Dalam penelitian ini, data yang dalam negeri ke luar negeri
digunakan adalah kombinasi dari data time • Impor (IM)
series dan cross–section periode kuartalan Impor merupakan perdagangan dengan
dengan periode 2000 Q1- 2012 Q4, dengan cara mendatangkan barang-barang dari luar
sampel waktu dari bulan Januari 2000– negeri untuk dijual atau digunakan di dalam
Desember 2012. Sumber data diperoleh dari Regresi Data Panel
laporan bulanan dan laporan tahunan yang Data panel atau pooled data merupakan
dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan IFS kombinasi dari data time series dan cross–
(International Financial Statistics). section. Dengan mengakomodasi informasi baik
Variabel Penelitian terkait dengan variabel–variabel cross–section
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 maupun time series, data panel secara
variabel yaitu variabel independen dan variabel substansial mampu menurunkan masalah
dependen. Variabel independen (X) adalah Nilai omitted–variables, model yang mengabaikan
Tukar Riil (REER), sedangkan variabel variabel yang relevan ((Shochrul 2011:51).
dependen (Y) adalah Ekspor (EX) dan Impor Menurut Gujarati 2012 : 238 Ada tiga
(IM). metode yang bisa digunakan untuk pendekatan
Defenisi Operasional Variabel data panel, yaitu :
a) Variabel Independen (X):
51
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

• Pooled Least Square (PLS), dimana HASIL PENELITIAN DAN


mengestimasi data panel dengan metode OLS PEMBAHASAN
• Fixed Effect (FE), menambahkan Gambaran Umum Trade Balance Negara
model dummy pada data panel ASEAN
• Random Effect (RE), memperhitungkan Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN
error dari data panel dengan metode least cenderung berfluktuatif. Hal ini disebabkan
square. dominansi pengaruh ketidakpastian
Pemilihan Model Data Panel perekonomian dunia terhadap pertumbuhan
Menurut Shochrul 2011 : 52, untuk ekonomi negara ASEAN. Setiap gejolak yang
memilih model mana yang paling tepat terjadi dalam perkonomian dunia akan
digunakan untuk pengolahan data panel, maka berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi
terdapat beberapa pengujian yang dapat negara ASEAN yang sebagian besar hanya
dilakukan, antara lain: merupakan negara dengan perkonomian terbuka
a. Hausman Test kecil (small open economy). Secara ekonomi,
Hausman Test adalah pengujian statistik salah satu pengukuran daya saing suatu negara
sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih atau region dapat dilihat dari kemampuannya di
apakah menggunakan Fixed Effect Model atau bidang perdagangan, khususnya ekspor. Jika
Random Effect Model. Jika hasil uji nilai nilai ekspor lebih tinggi daripada impor, maka
probabilitas Chi–square signifikan terhadap negara tersebut mengalami surplus neraca
alpha 5 % sehingga dapat diputuskan bahwa perdagangan. Dengan neraca perdagangan yang
model yang dipilih menggunakan fixed effect. mengalami surplus ini maka apabila keadaan
b. Redundant Fixed Effect– yang lain konstan maka aliran kas masuk ke
Likelihood Ratio negara itu akan lebih besar dengan aliran kas
Pengujian yang dapat dilakukan untuk keluarnya ke negara partner dagangnya tersebut.
memilih model terbaik antara model common Trade balance atau biasa disebut dengan
effect model dengan fixed effect model adalah neraca perdagangan merupakan selisih dari
dengan uji Likelihood Ratio. Jika hasil uji nilai ekspor dan impor, atau biasa disebut dengan
probabilitas Cross–section Chi–square signifikan ekspor neto. Nilai neraca perdagangan
terhadap alpha 5 % sehingga dapat diputuskan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
bahwa model yang dipilih menggunakan fixed Nilai neraca ini tergantung dari kinerja ekspor
effect. dan impor suatu negara. Kawasan ASEAN yang
Uji Statistik terdiri dari Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos,
a. Uji t-statistik Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura,
Uji t–statistik merupakan pengujian yang Thailand dan Vietnam merupakan kawasan
dilakukan digunakan untuk melihat tingkat dengan potensi perdagangan yang besar. Namun
signifikan masing–masing variabel bebas saat ini kemampuan ekspor ASEAN masih
terhadap variabel terikat secara parsial tergolong belum optimal, masih kalah saing
(individu). dengan China dan Jepang.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) menujukkan Perkembangan Ekspor Negara ASEAN
kemampuan garis regresi menerangkan variasi Selama periode tahun 2000-2005
variabel terikat (proporsi / persen) yang dapat pertumbuhan ekspor ASEAN sebesar 47%. Pada
dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai Koefisien tahun 2005 nilai ekspor ASEAN tercatat sebesar
determinasi (R2) berkisar antara 0 sampai 1. 626,9 milyar US$, dengan China sebagai mitra
Semakin mendekati 1, maka hasilnya semakin dagang terbesar. Meskipun demikian hingga
baik. 2004 ASEAN masih merupakan kawasan Asia
yang memiliki nilai ekspor yang terbesar.
Kemudian diambil alih oleh Asia Timur dengan
52
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

adanya kemajuan ekonomi yang sangat pesat ekspornya untuk dapat bersaing di pasar
dari China dan Korea Selatan. Majunya internasional. Meskipun pertumbuhan ekspor
perdagangan di kawasan ASEAN disebabkan negara ASEAN masih cenderung menurun saat
oleh tingkat keterbukaan ekonomi yang relatif ini, kawasan ASEAN masih memiliki arti
besar di kawasan ASEAN.Masing–masing penting bagi perekonomian dunia karena
negara masih harus meningkatkan kemampuan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.

Malaysia merupakan negara yang Turunnya permintaan barang oleh negara–


memiliki kemampuan ekspor tertinggi diantara negara maju inilah yang menyebabkan
negara ASEAN. Setiap tahunnya peningkatan pertumbuhan ekspor pada saat itu mengalami
ekspor rata–rata mencapai 638.971,686 juta penurunan (Mudrajad 2010: 54).
US$. Kemudian kemampuan ekspor yang tinggi Perkembangan ekspor Indonesia
dimiliki oleh Singapura, Thailand dan menunjukan peningkatan dengan laju
Indonesia. Setiap tahunnya, rata–rata pertumbuhan rata-rata sebesar 10,44% dari total
peningkatan ekspor negara Singapura sebesar pertumbuhan ASEAN. Malaysia merupakan
346.179,627 juta US$, Thailand sebesar negara yang mengalami pertumbuhan yang
188.603,719 juta US$, dan Indonesia sebesar paling besar dari total negara ASEAN yaitu
154.043,267 juta US$. sebesar 43,31% dari total keseluruhan.
Kemampuan ekspor terendah dimiliki Sementara Cambodia memiliki pertumbuhan
oleh negara Laos dengan peningkatan rata-rata ekspor yang paling dinamis meskipun hanya
ekspor setiap tahunnya sebesar 2.193,509 juta memiliki pertumbuhan sebesar 0,38% dari total
US$. Laos masih memiliki kemampuan ekspor keseluruhan ASEAN.
yang rendah jika dibandingkan dengan negara
lainnya. Pada tahun 2009, hampir setiap negara Perkembangan Impor Negara ASEAN
mengalami penurunan volume ekspor. Hal ini Pada tahun 2007 total impor negara
disebabkan dampak dari krisis keuangan global ASEAN sebesar 751 milyar US$. Impor negara
2008. Secara umum, pertumbuhan volume ASEAN mengalami peningkatan sebesar 10,7 %
perdagangan pada saat itu turun 2,1% sebagai menjadi 831,2 milyar US$ pada tahun 2008. Hal
akibat turunnya permintaan akan barang dan ini menunjukkan negara ASEAN masih
jasa di negara–negara maju yang mengalami memiliki ketergantungan impor yang cukup
resesi karena krisis keuangan global tersebut. tinggi.

53
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Selama periode 2007-2012, negara Salah satu faktor yang mempengaruhi


Malaysia merupakan negara yang memiliki aliran barang dan jasa antar negara adalah nilai
pertumbuhan impor yang paling tinggi, yaitu tukar mata uang domestik terhadap nilai mata
sebesar 39,23% dari total keseluruhan negara uang asing. Jika nilai mata uang domestik
ASEAN. Sementara Indonesia memiliki terapresiasi, maka harga barang-barang
pertumbuhan sebesar 10,22% dari total domestik lebih mahal daripada harga barang
keseluruhan. Laos merupakan negara yang luar negeri dan akan berimplikasi pada
memiliki ketergantungan impor yang rendah, menurunnya nilai ekspor. Sebaliknya, jika nilai
yaitu sebesar 0,27% dari total keseluruhan. mata uang domestik melemah atau terdepresiasi,
Perkembangan Nilai Tukar di Negara maka harga barang dalam negeri akan lebih
ASEAN murah dibandingkan dengan harga barang luar
negeri.

Berdasarkan data pada tabel di atas, Depresiasi riil menunjukkan penurunan daya
hampir setiap negara ASEAN mengalami beli dalam negeri.
fluktuasi nilai tukar riil setiap tahunnya.
Cambodia dan Laos mengalami apresiasi riil HASIL ANALISIS
selama periode 2010–2012. Apresiasi riil ini Dalam menganalisis seberapa besar
menunjukkan merosotnya harga relatif produk– pengaruh nilai tukar riil (REER) terhadap trade
produk luar negeri atau meningkatnya daya beli balance (neraca perdagangan) di Negara
dalam negeri terhadap barang luar negeri. ASEAN, maka terlebih dahulu dilakukan
Sementara negara lainnya mengalami apresiasi pemilihan model. Pengujian untuk pemilihan
riil dan depresiasi riil setiap tahunnya, sehingga model yang dilakukan berupa likelihood test
dapat dikatakan mengalami fluktuasi nilai tukar. ratio untuk memilih antara model common

54
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

effect dengan fixed effect, serta hausman test Pengujian yang dilakukan untuk memilih
untuk memilih antara model fixed effect dengan model terbaik antara common effect model
random effect. Berikut ini adalah hasil dengan fixed effect model adalah dengan
penaksiran model yang telah diujikan dengan melakukan uji Likelihood Ratio. Berdasarkan
menggunakan software Eviews6 : hasil pengujian, nilai yang didapat adalah:
a. Redundant Fixed Effect –
Likelihood Ratio

b. Correlated Fixed Effect –


Berdasarkan hasil pada tabel, nilai Hausman Test
prob.Cross-Section Chi-Square pada kedua Pengujian yang dilakukan untuk
persamaan baik ekspor maupun impor sebesar memilih model terbaik antara fixed effect model
0.0000 dan signifikan terhadap α = 5%. dengan random effect model adalah uji
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diputuskan Hausman Test.
kedua persamaan menggunakan model fixed Berdasarkan hasil pengujian, nilai yang
effect. didapat adalah:

Berdasarkan hasil pada tabel, nilai signifikan pada alpha 5%. Berdasarkan hasil
probabilitas Cross-section random pada tersebut, nilai tukar riil (REER) berhubungan
persamaan ekspor dan impor masing–masing negatif dan berpengaruh secara signifikan
sebesar 0.0000 dan 0.0000, signifikan terhadap α terhadap ekspor (EX). Hal ini menjelaskan
= 5%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat bahwa adanya peningkatan nilai tukar riil akan
diputuskan kedua persamaan menggunakan mengakibatkan penurunan pada volume ekspor.
model fixed effect. Variabel nilai tukar riil (REER) pada
Uji Statistik persamaan impor (IM) memiliki t–statistic
Berdasarkan hasil analisis regresi, sebesar -24.69875 dengan probabilitas 0.0000
diketahui bahwa t–statistic untuk variabel nilai signifikan pada alpha 5%. Berdasarkan hasil
tukar riil (REER) pada persamaan ekspor (EX) tersebut, nilai tukar riil (REER) berhubungan
sebesar -23.26851 dengan probabilitas 0.0000 negatif dan berpengaruh secara signifikan

55
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

terhadap impor (IM). Hal ini menjelaskan negara ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa secara statistik, nilai tukar riil apabila rasio nilai tukar riil mengalami
berpengaruh secara signifikan terhadap volume peningkatan atau depresiasi sebesar 1%, maka
impor. Dampak nilai tukar riil cukup tinggi akan menurunkan volume impor negara
terhadap volume impor. Hal ini menunjukkan ASEAN sebesar 1,81%, atau exchange rate
peningkatan nilai tukar riil akan mengakibatkan elasticity sebesar 1,81%. Hasil ini sesuai dengan
penurunan pada volume impor. hipotesis penelitian yang menyatakan ada
Berdasarkan teori Marshall Lerner, pengaruh negatif nilai tukar riil terhadap volume
penjumlahan elastisitas ekspor dan impor impor di negara ASEAN.
dengan angka positif sebagai respon dari Secara neto, dampak depresiasi nilai
perubahan nilai tukar riil (REER) lebih besar tukar riil terhadap volume impor cukup tinggi.
dari 1, yaitu sebesar 3,35. Hal ini menunjukkan Depresiasi nilai tukar riil menunjukkan daya beli
syarat Marshall Lerner Condition terpenuhi masyarakat dalam negeri terhadap barang luar
untuk negara–negara ASEAN untuk periode negeri menurun, sehingga volume impor
2000–2012. Depresiasi nilai tukar riil akan menurun. Sebaliknya apresiasi nilai tukar riil
meningkatkan kinerja trade balance terutama menunjukkan merosotnya harga relatif dari
untuk jangka panjang. Kondisi Marshall Lerner produk luar negeri atau meningkatnya daya beli
dan fenomena J–Curve terjadi dalam perubahan masyarakat terhadap barang luar negeri,
nilai tukar riil suatu negara akibat depresiasi sehingga akan meningkatkan volume impor.
atau devaluasi terhadap trade balance negara Berdasarkan hasil analisis regresi,
tersebut. elastisitas ekspor dan impor dalam angka positif
masing–masing sebesar 1.54 dan 1.81.
Pembahasan Sementara dengan dasar teori Marshall–Lerner
Berdasarkan hasil analisis dapat Condition yang telah didiskusikan sebelumnya,
dijelaskan bahwa variabel nilai tukar riil maka berdasarkan hasil penjumlahan elastisitas
berpengaruh negatif dan signifikan dengan ekspor dan impor sebagai respon dari
koefisien sebesar 1.535327 terhadap ekspor di perubahan nilai tukar riil (REER) lebih dari 1.
negara ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai elastisitas ekspor dan impor sebesar 3,35.
apabila rasio nilai tukar riil mengalami Syarat Marshal –Lerner Condition dalam kasus
peningkatan dalam angka (depresiasi), maka di Negara ASEAN terpenuhi.
akan menurunkan volume ekspor negara Depresiasi nilai tukar riil (REER)
ASEAN sebesar 1.54%, atau exchange rate meningkatkan kinerja trade balance di negara
elasticity sebesar 1.54%. Hasil ini tidak sesuai ASEAN. Elastisitas ekspor dan impor dalam
dengan hipotesis penelitian yang menyatakan jangka panjang terkait dengan J – Curve
ada pengaruh positif nilai tukar riil terhadap Hypothesis. Elastisitas nilai tukar riil dalam
volume ekspor di negara ASEAN. studi ini merepresentasikan perubahan volume
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ekspor dan impor karena adanya perubahan
apabila nilai tukar riil (REER) mengalami REER sebesar 1%. Marshall – Lerner Condition
apresiasi, maka volume ekspor akan meningkat. akan terpenuhi dan terjadi fenomena J–Curve
Apabila nilai tukar riil (REER) mengalami apabila nilai elastisitas ekspor dan impor >1.
depresiasi maka volume ekspor akan menurun. Dalam kasus di negara ASEAN memiliki
Hal ini menunjukkan depresiasi nilai tukar riil elastisitas ekspor dan impor >1 yaitu sebesar
belum mampu meningkatkan volume 3,35, sehingga Marshall–Lerner Condition
perdagangan dalam meningkatkan kinerja trade terpenuhi dan terjadi fenomena J–Curve.
balance. Terjadinya fenomena J-Curve dapat dilihat dari
Variabel nilai tukar riil berpengaruh penurunan permintaan ekspor akibat depresiasi
negatif dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai tukar riil. Kemudian pada akhirnya dalam
koefisien sebesar 1.811980 terhadap impor di
56
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

jangka panjang akan meningkatkan kinerja trade menurunkan volume ekspor, demikian
balance. sebaliknya.
Fenomena J–Curve menunjukkan 2. Nilai tukar riil berpengaruh
keterlambatan pengaruh depresiasi nilai tukar negatif dan signifikan terhadap impor di negara
riil dalam memperbaiki trade balance khususnya ASEAN. Apabila nilai tukar riil mengalami
dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari kenaikan atau terdepresiasi maka akan
pengaruh negatif dari nilai tukar riil terhadap menurunkan volume impor negara ASEAN.
volume ekspor. Depresiasi nilai tukar riil Semakin tinggi nilai tukar riil terhadap Dolar
mengakibatkan penurunan dalam volume (terdepresiasi) akan menaikkan harga produk
ekspor, sehingga memperburuk trade balance impor, sehingga menurunkan daya saing produk
begitu depresiasi riil berlangsung. Namun impor, dan akhirnya akan menurunkan nilai
depresiasi riil direspon baik oleh perubahan impor.
volume impor sehingga menurunkan 3. Hasil estimasi dari studi ini
permintaan impor. mendukung terpenuhinya kondisi Marshall–
Dalam jangka panjang, nilai tukar riil Lerner pada trade balance di negara ASEAN
dapat meningkatkan trade balance. Hal ini dilihat dari penjumlahan elastisitas ekspor dan
terbukti dari penjumlahan elastisitas ekspor dan impor sebesar 3,35 >1. Nilai tukar yang
impor sebesar 3,35 >1, sehingga kondisi terdepresiasi menyebabkan trade balance pada
Marshall–Lerner terpenuhi dan terjadi fenomena awalnya memburuk, sebelum akhirnya akan
J–Curve. Nilai tukar yang terdepresiasi meningkat. Hal ini mendukung terjadinya
menyebabkan trade balance pada awalnya fenomena J-Curve dimana depresiasi nilai tukar
memburuk, sebelum akhirnya akan meningkat. riil pada awalnya akan memperburuk trade
Memburuknya rasio trade balance dalam jangka balance, khususnya depresiasi nilai tukar riil
pendek disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rill belum mampu meningkatkan permintaan
tidak dapat meningkatkan permintaan ekspor. ekspor. Namun dalam jangka panjang
Hal ini terlihat dari pengaruh negatif dari mendukung adanya kondisi Marshall – Lerner
terdepresiasinya nilai tukar riil terhadap volume yang akhirnya akan meningkatkan trade
ekspor. Namun dalam jangka panjang, balance. Dengan demikian depresiasi nilai tukar
depresiasi nilai tukar riil dapat memperbaiki riil akan memperbaiki kinerja trade balance
trade balance dengan penurunan volume impor dalam jangka panjang.
khususnya. Depresiasi nilai tukar riil
menyebabkan daya beli masyarakat akan Saran
barang–barang luar negeri menurun, sedangkan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
harga barang–barang domestik relatif murah yang diperoleh, maka saran yang diajukan
sehingga dapat meningkatkan daya saing . dalam penelitian ini adalah:
1. Depresiasi nilai tukar riil belum
Kesimpulan mampu meningkatkan permintaan ekspor pada
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis negara–negara ASEAN secara khusus. Daya
data mengenai Pengaruh Nilai Tukar Riil saing produk–produk dalam negeri masih
(REER) terhadap Trade Balance di Negara rendah. Hal ini memberikan signal bagi otoritas
ASEAN (pendekatan kondisi Marshall – Lerner moneter agar dapat menjaga pertumbuhan nilai
dan Fenomena J – Curve) diperoleh kesimpulan tukar riil tidak sampai mengalami depresiasi
sebagai berikut : yang sangat tajam, apalagi dengan
1. Variabel nilai tukar riil menggunakan depresiasi nilai tukar riil sebagai
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor.
ekspor di negara ASEAN. Kenaikan nilai tukar 2. Dampak depresiasi nilai tukar
riil atau depresiasi nilai tukar riil akan riil terhadap trade balance masih memerlukan
kajian lebih lanjut terkait dalam peningkatan
57
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

trade balance. Depresiasi nilai tukar riil Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi
mempengaruhi trade balance berbeda–beda Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi
tergantung kondisi perekonomian suatu negara. Kedua.Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia
Nilai tukar bukanlah satu-satunya faktor International Monetary Fund (IMF).
penentu daya saing ekspor suatu negara. International Financial Statistics (IFS).
Kebijakan untuk meningkatkan trade balance http://www.imf.org (22 April 2013)
dapat dilakukan dengan melihat faktor–faktor http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/St
lain yang mempengaruhinya seperti harga relatif atistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indonesia/V
produk, peningkatan produktivitas, ataupun ersi+HTML/Sektor+Moneter/ ( 22 April 2013)
pendapatan riil domestik. Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld.
3. Masing–masing negara harus 2005. Ekonomi Internasional Teori dan
memperhatikan tingkat nilai tukar riil terhadap Kebijakan Edisi Kelima. Jakarta : PT Indeks
luar negeri, karena dengan melemahnya nilai Kelompok Gramedia
tukar riil secara terus–menerus juga memberikan Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah,
dampak negatif bagi perekonomian suatu Kebijakan, dan Politik Ekonomika
negara. Otoritas moneter diharapkan mampu Pembangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga
mengambil langkah untuk menjaga kestabilan Madura, Jeff.1997.Manajemen Keuangan
nilai tukar. Oleh karena itu, otoritas moneter Internasional. Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta:
harus senantiasa melakukan pemantauan Penerbit Erlangga
terhadap pergerakan nilai tukar . ----- . 2009. International Corporate
4. Bagi penelitian selanjutnya, Finance ( Keuangan Perusahaan
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi. Internasonal)Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Penelitian ini hanya menggunakan variabel nilai Maharani, Hertanti Dyah. 2007.
tukar riil sebagai faktor yang mempengaruhi “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar
trade balance, sehingga penelitian selanjutnya Rupiah Terhadap Neraca Perdagangan
diharapkan dapat menambah variabel bebas Indonesia’. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi
lain. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
pendekatan model yang lain, sehingga penelitian Pertanian Bogor
baru tersebut lebih mampu menjelaskan variabel Mankiw, N. Gregory.
yang mempengaruhi kinerja trade balance. 2007.Makroekonomi Edisi Keenam.
Erlangga.Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Murianda. 2008. “Analisis Pengaruh
Akbostanci, Elif. 2002. “Dynamics of the Nilai Tukar Riil Terhadap Trade Flows Provinsi
Trade Balance: The Turkish J-Curve”. Middle Sumatera Utara (Kondisi Marshall – Lerner Dan
East Technical University Department of Fenomena J-Curve)”. Dalam Jurnal
Economics, 06531, Ankara, Turkey Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4
Agbola, Frank A. 2004. “Ghana’s No.1.Hal 25-36. Agustus 2008
Exchange Rate Reform and It’s Impact On Nopeline, Nanci. 2009. “Pengaruh Nilai
Balance of Trade”. Saga Cornell University Tukar Rill Terhadap Neraca Perdagangan
Working Paper, WP/04/2308. Bilateral Indonesia (Marshall–Lerner Condition
Boediono. 2001. Ekonomi Internasional dan Fenomena J–Curve)”. Tesis. Universitas
Edisi I. Yogyakarta: BPFE. Sumatera Utara. Medan
Gujarati, Damodar N.2010. Dasar–dasar Onafowora, Olugbenga. 2003. “Exchange
Ekonometrika Buku 1 Edisi 5. Jakarta : salemba rate and trade balance in east asia: is there a
Empat J−curve?”. Economics Bulletin. Susquehanna
----- .2012. Dasar–dasar Ekonometrika University Vol.5, No.18, Page 1-13.
Buku 2 Edisi 5. Jakarta : salemba Empat Prihtiyani, Eni. 2011. “Asean, Kekuatan
Ekonomi Baru Yang Terus Berbenah”. Dalam
58
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

Harian Kompas Regional Minggu 13 November


2012. kompas.com (24 Juni 2013)
Salvatore, Dominick.1997. Ekonomi
Internasional Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga
----- . 1997. Ekonomi Internsional Edisi
Ketiga. Jakarta. Penerbit Erlangga
Waluya, Harry.19957. Ekonomi
Internasional. Jakarta: PT Rineka Cipta
Zuhroh, Idah dan David Kaluge. 2007.
“Dampak Pertumbuhan Nilai Tukar Riil
Terhadap Pertumbuhan Neraca Perdagangan
Indonesia (Suatu Aplikasi Model Vector
Autoregressive, Var)”. Journal of Indonesian
Applied Economics Vol.1 No.1 Oktober 2007,
Hal 59-73. Universitas Brawijaya
www.aseansec.org (16 April 2013).

59
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)

60

Anda mungkin juga menyukai