http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this study was to determine the impact of the real exchange rate on exports and imports, thus
affecting the performance of the trade balance. The study also analyzed whether the Marshall-Lerner condition
and J-Curve phenomenon occured on the trade balance in the case of ASEAN countries. The population in this
study were countries - countries that members of the ASEAN (Association of South East Asian Nations). This
study uses panel data quarterly period 2000Q1-2012Q4. Analysis techniques used of this research is the method
of panel data regression with fixed effect model (FEM) using the tools of E-Views. The results of this study
obtained that the real exchange rate significantly has negative effect on the volume of exports and imports. The
estimation results of this study support the existent of the condition Marshall-Lerner by the sum of export and
import elasticity of 3.35, bigger than 1 and the occurrence of the J-Curve phenomenon on the trade balance in
the ASEAN countries. J-Curve phenomenon showing the effect of delay real depreciation to improve trade
balances especially in the short term. Real depreciation increases the performance of the trade balance in the
long run. This gives the signal for the monetary authority in order to maintain the growth of the real exchange
rate to depreciate not very sharp, especially with the use of a tool depreciation in order to increase exports. The
impact of a real depreciation on the trade balance is still need for further study related to the increase in the
trade balance.
© 2012 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6889
Kampus Gedung C-6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang
Telp/Fax: (024) 8508015, email: erlina_marpaung@yahoo.co.id
46
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Gambar 1.1 Ekspor Negara ASEAN berdasarkan Negara Tujuan tahun 2009
Sumber: ASEAN Statictic data diolah
mata uang negara–negara ASEAN, menurunnya
Berdasarkan gambar 1.1 di atas, ekspor kemampuan ekspor dan impor.
Negara ASEAN didominasi oleh ekspor intra Salah satu faktor yang mempengaruhi
ASEAN sebesar 24,6 %, kemudian ke Korea aliran barang dan jasa antar negara adalah nilai
sebesar 14,5 %, Uni Eropa sebesar 11,5 %, tukar riil suatu negara terhadap mata uang
kemudian ke USA dan China sebesar 10,1 %. asing. Nilai tukar riil sangat penting dalam
Data tersebut menunjukkan bahwa ASEAN menentukan daya saing terhadap ekspor dan
masih memiliki potensi yang besar untuk impor suatu negara. Sistem nilai tukar yang
meningkatkan kemampuan ekspornya, karena diterapkan suatu negara tergantung dari
ekspor Negara ASEAN masih didominasi intra kebijakan yang ditempuh negara, dimana
ASEAN. dipengaruhi oleh kedudukan negara dan tujuan
Kawasan ASEAN yang terdiri dari umum dari ekonomi yang bersangkutan
Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, terutama politik moneternya.
Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Pemahaman mengenai keterkaitan antara
Vietnam sebenarnya merupakan kawasan yang perubahan nilai tukar riil dengan perubahan
memiliki kawasan dengan potensi perdagangan neraca perdagangan merupakan hal yang
yang besar. Namun saat ini export penting bagi pengambil kebijakan ekonomi serta
performance/kemampuan ekspornya masih masyarakat dalam perekonomian terbuka. Elif
belum optimal, masih kalah saing dengan Akbostanci (2002) mengatakan pengaruh nilai
China. Perdagangan ASEAN mulai menurun tukar riil terhadap neraca perdagangan baik
semenjak terjadi krisis ekonomi di Thailand dalam jangka pendek dan jangka panjang
yanga pada akhirnya menimpa seluruh Negara berbeda dari waktu ke waktu dan dipengaruhi
pada region ini pada tahun 1997–1998. Krisis oleh sistem nilai tukar dan keadaan
ekonomi tersebut menyebabkan turunnya nilai perekonomian suatu negara. Depresiasi nilai
tukar pada awalnya akan memperburuk neraca
47
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
perdagangan, namun seiring berjalannya waktu demikian neraca perdagangan akan meningkat
neraca perdagangan akan meningkat seperti ketika pendapatan luar negeri meningkat.
fenomena kurva J.
Kondisi Marshall – Lerner menyatakan Ekspor
bahwa pada cateris paribus, suatu depresiasi riil Ekspor merupakan perdagangan dengan
bisa memperbaiki kondisi neraca perdagangan cara melakukan penjualan barang-barang dari
apabila volume dan impor perekonomian cukup dalam negeri ke luar negeri. Ekspor suatu negara
elastis terhadap perubahan kurs riil tersebut. dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
Kondisi ini lah yang disebut dengan kondisi harga domestik negara tujuan ekspor, harga
Marshall – Lerner. Dengan depresiasi nilai tukar impor negara tujuan, pendapatan per kapita
riil maka harga di pasar global menjadi lebih penduduk negara tujuan ekspor selera
murah sehingga dapat meningkatkan daya saing. masyarakat negara tujuan dan nilai tukar antar
negara. Perubahan volume ekspor terhadap
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian perubahan nilai tukar, dalam hal ini nilai tukar
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: rill adalah positif artinya depresiasi riil membuat
1. Pengaruh nilai tukar riil produk domestik relatif makin murah sehingga
terhadap volume ekspor negara ASEAN merangsang ekspor (Krugman 2005:218).
2. Pengaruh nilai tukar riil Hubungan ekspor dan nilai tukar riil
terhadap volume impor negara ASEAN dalam persamaan adalah:
3. Untuk membuktikan apakah EX = f ( P, Y, REER)
kondisi Marshall – Lerner terpenuhi sehingga EX = Volume ekspor
terjadi fenomena J – curve pada kasus negara – P = Harga barang ekspor
negara ASEAN Y = Pendapatan rill
REER = nilai tukar rill
LANDASAN TEORI Perubahan volume ekspor terhadap
Neraca Perdagangan (Trade Balance) perubahan nilai tukar riil tidak selalu positif. Hal
Harry Waluya (1995:148) mengatakan ini karena nilai ekspor lebih dipengaruhi oleh
“Neraca Perdagangan (Trade Balance) harga pasar internasional. Nilai tukar riil dapat
merupakan perhitungan netto dari transaksi berpengaruh negatif terhadap volume ekspor.
ekspor dan transaksi impor barang–barang (X– Depresiasi nilai tukar riil tidak dapat langsung
M) yang diperdagangkan (visible trade)”. Jadi direspon dengan baik oleh perubahan volume
neraca perdagangan adalah selisih antara ekpor ekspor, sehingga membutuhkan waktu
dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, penyesuaian untuk mengubah permintaan akan
maka yang terjadi adalah defisit neraca ekspor.
perdagangan, sebaliknya jika ekspor lebih tinggi
dari impor, maka terjadi surplus neraca Impor
perdagangan (Madura, 1997: 31). Ekspor bersih Impor merupakan kebocoran dari
(X-M) atau biasa disebut sebagai neraca pendapatan, karena menimbulkan aliran modal
perdagangan adalah jembatan yang ke luar negeri. Impor menunjukkan
menghubungkan antara pendapatan nasional perdagangan dengan cara mendatangkan
dengan transaksi internasional. Tiga faktor yang barang- barang dari luar negeri untuk dijual atau
mempengaruhi neraca perdagangan terdiri dari digunakan di dalam negeri. Permintaan barang
pendapatan luar negeri, pendapatan domestik, impor akan dipengaruhi oleh tingkat harga
dan nilai tukar riil. Pendapatan luar negeri akan barang impor, nilai tukar rill (REER), dan
mendorong permintaan terhadap barang PDRB riil di mana:
domestik. Peningkatan ekspor akan IM = f (P, Yd, REER)
meningkatkan neraca perdagangan. Dengan IM = volume impor
P = harga barang impor
48
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
50
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
adanya kemajuan ekonomi yang sangat pesat ekspornya untuk dapat bersaing di pasar
dari China dan Korea Selatan. Majunya internasional. Meskipun pertumbuhan ekspor
perdagangan di kawasan ASEAN disebabkan negara ASEAN masih cenderung menurun saat
oleh tingkat keterbukaan ekonomi yang relatif ini, kawasan ASEAN masih memiliki arti
besar di kawasan ASEAN.Masing–masing penting bagi perekonomian dunia karena
negara masih harus meningkatkan kemampuan memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
53
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
Berdasarkan data pada tabel di atas, Depresiasi riil menunjukkan penurunan daya
hampir setiap negara ASEAN mengalami beli dalam negeri.
fluktuasi nilai tukar riil setiap tahunnya.
Cambodia dan Laos mengalami apresiasi riil HASIL ANALISIS
selama periode 2010–2012. Apresiasi riil ini Dalam menganalisis seberapa besar
menunjukkan merosotnya harga relatif produk– pengaruh nilai tukar riil (REER) terhadap trade
produk luar negeri atau meningkatnya daya beli balance (neraca perdagangan) di Negara
dalam negeri terhadap barang luar negeri. ASEAN, maka terlebih dahulu dilakukan
Sementara negara lainnya mengalami apresiasi pemilihan model. Pengujian untuk pemilihan
riil dan depresiasi riil setiap tahunnya, sehingga model yang dilakukan berupa likelihood test
dapat dikatakan mengalami fluktuasi nilai tukar. ratio untuk memilih antara model common
54
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
effect dengan fixed effect, serta hausman test Pengujian yang dilakukan untuk memilih
untuk memilih antara model fixed effect dengan model terbaik antara common effect model
random effect. Berikut ini adalah hasil dengan fixed effect model adalah dengan
penaksiran model yang telah diujikan dengan melakukan uji Likelihood Ratio. Berdasarkan
menggunakan software Eviews6 : hasil pengujian, nilai yang didapat adalah:
a. Redundant Fixed Effect –
Likelihood Ratio
Berdasarkan hasil pada tabel, nilai signifikan pada alpha 5%. Berdasarkan hasil
probabilitas Cross-section random pada tersebut, nilai tukar riil (REER) berhubungan
persamaan ekspor dan impor masing–masing negatif dan berpengaruh secara signifikan
sebesar 0.0000 dan 0.0000, signifikan terhadap α terhadap ekspor (EX). Hal ini menjelaskan
= 5%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat bahwa adanya peningkatan nilai tukar riil akan
diputuskan kedua persamaan menggunakan mengakibatkan penurunan pada volume ekspor.
model fixed effect. Variabel nilai tukar riil (REER) pada
Uji Statistik persamaan impor (IM) memiliki t–statistic
Berdasarkan hasil analisis regresi, sebesar -24.69875 dengan probabilitas 0.0000
diketahui bahwa t–statistic untuk variabel nilai signifikan pada alpha 5%. Berdasarkan hasil
tukar riil (REER) pada persamaan ekspor (EX) tersebut, nilai tukar riil (REER) berhubungan
sebesar -23.26851 dengan probabilitas 0.0000 negatif dan berpengaruh secara signifikan
55
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
terhadap impor (IM). Hal ini menjelaskan negara ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa
bahwa secara statistik, nilai tukar riil apabila rasio nilai tukar riil mengalami
berpengaruh secara signifikan terhadap volume peningkatan atau depresiasi sebesar 1%, maka
impor. Dampak nilai tukar riil cukup tinggi akan menurunkan volume impor negara
terhadap volume impor. Hal ini menunjukkan ASEAN sebesar 1,81%, atau exchange rate
peningkatan nilai tukar riil akan mengakibatkan elasticity sebesar 1,81%. Hasil ini sesuai dengan
penurunan pada volume impor. hipotesis penelitian yang menyatakan ada
Berdasarkan teori Marshall Lerner, pengaruh negatif nilai tukar riil terhadap volume
penjumlahan elastisitas ekspor dan impor impor di negara ASEAN.
dengan angka positif sebagai respon dari Secara neto, dampak depresiasi nilai
perubahan nilai tukar riil (REER) lebih besar tukar riil terhadap volume impor cukup tinggi.
dari 1, yaitu sebesar 3,35. Hal ini menunjukkan Depresiasi nilai tukar riil menunjukkan daya beli
syarat Marshall Lerner Condition terpenuhi masyarakat dalam negeri terhadap barang luar
untuk negara–negara ASEAN untuk periode negeri menurun, sehingga volume impor
2000–2012. Depresiasi nilai tukar riil akan menurun. Sebaliknya apresiasi nilai tukar riil
meningkatkan kinerja trade balance terutama menunjukkan merosotnya harga relatif dari
untuk jangka panjang. Kondisi Marshall Lerner produk luar negeri atau meningkatnya daya beli
dan fenomena J–Curve terjadi dalam perubahan masyarakat terhadap barang luar negeri,
nilai tukar riil suatu negara akibat depresiasi sehingga akan meningkatkan volume impor.
atau devaluasi terhadap trade balance negara Berdasarkan hasil analisis regresi,
tersebut. elastisitas ekspor dan impor dalam angka positif
masing–masing sebesar 1.54 dan 1.81.
Pembahasan Sementara dengan dasar teori Marshall–Lerner
Berdasarkan hasil analisis dapat Condition yang telah didiskusikan sebelumnya,
dijelaskan bahwa variabel nilai tukar riil maka berdasarkan hasil penjumlahan elastisitas
berpengaruh negatif dan signifikan dengan ekspor dan impor sebagai respon dari
koefisien sebesar 1.535327 terhadap ekspor di perubahan nilai tukar riil (REER) lebih dari 1.
negara ASEAN. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai elastisitas ekspor dan impor sebesar 3,35.
apabila rasio nilai tukar riil mengalami Syarat Marshal –Lerner Condition dalam kasus
peningkatan dalam angka (depresiasi), maka di Negara ASEAN terpenuhi.
akan menurunkan volume ekspor negara Depresiasi nilai tukar riil (REER)
ASEAN sebesar 1.54%, atau exchange rate meningkatkan kinerja trade balance di negara
elasticity sebesar 1.54%. Hasil ini tidak sesuai ASEAN. Elastisitas ekspor dan impor dalam
dengan hipotesis penelitian yang menyatakan jangka panjang terkait dengan J – Curve
ada pengaruh positif nilai tukar riil terhadap Hypothesis. Elastisitas nilai tukar riil dalam
volume ekspor di negara ASEAN. studi ini merepresentasikan perubahan volume
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ekspor dan impor karena adanya perubahan
apabila nilai tukar riil (REER) mengalami REER sebesar 1%. Marshall – Lerner Condition
apresiasi, maka volume ekspor akan meningkat. akan terpenuhi dan terjadi fenomena J–Curve
Apabila nilai tukar riil (REER) mengalami apabila nilai elastisitas ekspor dan impor >1.
depresiasi maka volume ekspor akan menurun. Dalam kasus di negara ASEAN memiliki
Hal ini menunjukkan depresiasi nilai tukar riil elastisitas ekspor dan impor >1 yaitu sebesar
belum mampu meningkatkan volume 3,35, sehingga Marshall–Lerner Condition
perdagangan dalam meningkatkan kinerja trade terpenuhi dan terjadi fenomena J–Curve.
balance. Terjadinya fenomena J-Curve dapat dilihat dari
Variabel nilai tukar riil berpengaruh penurunan permintaan ekspor akibat depresiasi
negatif dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai tukar riil. Kemudian pada akhirnya dalam
koefisien sebesar 1.811980 terhadap impor di
56
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
jangka panjang akan meningkatkan kinerja trade menurunkan volume ekspor, demikian
balance. sebaliknya.
Fenomena J–Curve menunjukkan 2. Nilai tukar riil berpengaruh
keterlambatan pengaruh depresiasi nilai tukar negatif dan signifikan terhadap impor di negara
riil dalam memperbaiki trade balance khususnya ASEAN. Apabila nilai tukar riil mengalami
dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari kenaikan atau terdepresiasi maka akan
pengaruh negatif dari nilai tukar riil terhadap menurunkan volume impor negara ASEAN.
volume ekspor. Depresiasi nilai tukar riil Semakin tinggi nilai tukar riil terhadap Dolar
mengakibatkan penurunan dalam volume (terdepresiasi) akan menaikkan harga produk
ekspor, sehingga memperburuk trade balance impor, sehingga menurunkan daya saing produk
begitu depresiasi riil berlangsung. Namun impor, dan akhirnya akan menurunkan nilai
depresiasi riil direspon baik oleh perubahan impor.
volume impor sehingga menurunkan 3. Hasil estimasi dari studi ini
permintaan impor. mendukung terpenuhinya kondisi Marshall–
Dalam jangka panjang, nilai tukar riil Lerner pada trade balance di negara ASEAN
dapat meningkatkan trade balance. Hal ini dilihat dari penjumlahan elastisitas ekspor dan
terbukti dari penjumlahan elastisitas ekspor dan impor sebesar 3,35 >1. Nilai tukar yang
impor sebesar 3,35 >1, sehingga kondisi terdepresiasi menyebabkan trade balance pada
Marshall–Lerner terpenuhi dan terjadi fenomena awalnya memburuk, sebelum akhirnya akan
J–Curve. Nilai tukar yang terdepresiasi meningkat. Hal ini mendukung terjadinya
menyebabkan trade balance pada awalnya fenomena J-Curve dimana depresiasi nilai tukar
memburuk, sebelum akhirnya akan meningkat. riil pada awalnya akan memperburuk trade
Memburuknya rasio trade balance dalam jangka balance, khususnya depresiasi nilai tukar riil
pendek disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rill belum mampu meningkatkan permintaan
tidak dapat meningkatkan permintaan ekspor. ekspor. Namun dalam jangka panjang
Hal ini terlihat dari pengaruh negatif dari mendukung adanya kondisi Marshall – Lerner
terdepresiasinya nilai tukar riil terhadap volume yang akhirnya akan meningkatkan trade
ekspor. Namun dalam jangka panjang, balance. Dengan demikian depresiasi nilai tukar
depresiasi nilai tukar riil dapat memperbaiki riil akan memperbaiki kinerja trade balance
trade balance dengan penurunan volume impor dalam jangka panjang.
khususnya. Depresiasi nilai tukar riil
menyebabkan daya beli masyarakat akan Saran
barang–barang luar negeri menurun, sedangkan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
harga barang–barang domestik relatif murah yang diperoleh, maka saran yang diajukan
sehingga dapat meningkatkan daya saing . dalam penelitian ini adalah:
1. Depresiasi nilai tukar riil belum
Kesimpulan mampu meningkatkan permintaan ekspor pada
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis negara–negara ASEAN secara khusus. Daya
data mengenai Pengaruh Nilai Tukar Riil saing produk–produk dalam negeri masih
(REER) terhadap Trade Balance di Negara rendah. Hal ini memberikan signal bagi otoritas
ASEAN (pendekatan kondisi Marshall – Lerner moneter agar dapat menjaga pertumbuhan nilai
dan Fenomena J – Curve) diperoleh kesimpulan tukar riil tidak sampai mengalami depresiasi
sebagai berikut : yang sangat tajam, apalagi dengan
1. Variabel nilai tukar riil menggunakan depresiasi nilai tukar riil sebagai
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor.
ekspor di negara ASEAN. Kenaikan nilai tukar 2. Dampak depresiasi nilai tukar
riil atau depresiasi nilai tukar riil akan riil terhadap trade balance masih memerlukan
kajian lebih lanjut terkait dalam peningkatan
57
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
trade balance. Depresiasi nilai tukar riil Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi
mempengaruhi trade balance berbeda–beda Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi
tergantung kondisi perekonomian suatu negara. Kedua.Bogor. Penerbit Ghalia Indonesia
Nilai tukar bukanlah satu-satunya faktor International Monetary Fund (IMF).
penentu daya saing ekspor suatu negara. International Financial Statistics (IFS).
Kebijakan untuk meningkatkan trade balance http://www.imf.org (22 April 2013)
dapat dilakukan dengan melihat faktor–faktor http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/St
lain yang mempengaruhinya seperti harga relatif atistik+Ekonomi+dan+Keuangan+Indonesia/V
produk, peningkatan produktivitas, ataupun ersi+HTML/Sektor+Moneter/ ( 22 April 2013)
pendapatan riil domestik. Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld.
3. Masing–masing negara harus 2005. Ekonomi Internasional Teori dan
memperhatikan tingkat nilai tukar riil terhadap Kebijakan Edisi Kelima. Jakarta : PT Indeks
luar negeri, karena dengan melemahnya nilai Kelompok Gramedia
tukar riil secara terus–menerus juga memberikan Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah,
dampak negatif bagi perekonomian suatu Kebijakan, dan Politik Ekonomika
negara. Otoritas moneter diharapkan mampu Pembangunan. Jakarta: Penerbit Erlangga
mengambil langkah untuk menjaga kestabilan Madura, Jeff.1997.Manajemen Keuangan
nilai tukar. Oleh karena itu, otoritas moneter Internasional. Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta:
harus senantiasa melakukan pemantauan Penerbit Erlangga
terhadap pergerakan nilai tukar . ----- . 2009. International Corporate
4. Bagi penelitian selanjutnya, Finance ( Keuangan Perusahaan
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi. Internasonal)Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Penelitian ini hanya menggunakan variabel nilai Maharani, Hertanti Dyah. 2007.
tukar riil sebagai faktor yang mempengaruhi “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar
trade balance, sehingga penelitian selanjutnya Rupiah Terhadap Neraca Perdagangan
diharapkan dapat menambah variabel bebas Indonesia’. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi
lain. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut
pendekatan model yang lain, sehingga penelitian Pertanian Bogor
baru tersebut lebih mampu menjelaskan variabel Mankiw, N. Gregory.
yang mempengaruhi kinerja trade balance. 2007.Makroekonomi Edisi Keenam.
Erlangga.Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Murianda. 2008. “Analisis Pengaruh
Akbostanci, Elif. 2002. “Dynamics of the Nilai Tukar Riil Terhadap Trade Flows Provinsi
Trade Balance: The Turkish J-Curve”. Middle Sumatera Utara (Kondisi Marshall – Lerner Dan
East Technical University Department of Fenomena J-Curve)”. Dalam Jurnal
Economics, 06531, Ankara, Turkey Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.4
Agbola, Frank A. 2004. “Ghana’s No.1.Hal 25-36. Agustus 2008
Exchange Rate Reform and It’s Impact On Nopeline, Nanci. 2009. “Pengaruh Nilai
Balance of Trade”. Saga Cornell University Tukar Rill Terhadap Neraca Perdagangan
Working Paper, WP/04/2308. Bilateral Indonesia (Marshall–Lerner Condition
Boediono. 2001. Ekonomi Internasional dan Fenomena J–Curve)”. Tesis. Universitas
Edisi I. Yogyakarta: BPFE. Sumatera Utara. Medan
Gujarati, Damodar N.2010. Dasar–dasar Onafowora, Olugbenga. 2003. “Exchange
Ekonometrika Buku 1 Edisi 5. Jakarta : salemba rate and trade balance in east asia: is there a
Empat J−curve?”. Economics Bulletin. Susquehanna
----- .2012. Dasar–dasar Ekonometrika University Vol.5, No.18, Page 1-13.
Buku 2 Edisi 5. Jakarta : salemba Empat Prihtiyani, Eni. 2011. “Asean, Kekuatan
Ekonomi Baru Yang Terus Berbenah”. Dalam
58
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
59
Erlina Marpaung / Economics Development Analysis Journal 2 (3) (2013)
60