Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KATARAK

Dosen Fasilitator :

Disusun Oleh :

Ani Navita Aprilia (0119004)

Evi Oktavia (0119019)

Fatiha Nur Fadhilah (0119020)

Keyshilla Holillah A. (0119026)

Puji Sudarsono T.W (0119040)

Rafly Iqbal R. (0119042)

Siti Alifiah N.K.K (0119047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..…………...……………………....................

DAFTAR ISI..…………...…………………… ..…………...………..

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................

1.2 Rumusan Masalah…..................................................................

1.3 Tujuan………………..…………...…………………….......…

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori


A. Definisi................................................................................
B. Etiologi................................................................................
C. Patofisiologi........................................................................
D. Pathway...............................................................................
E. Manifestasi Klinis...............................................................
F. Pemeriksaan Penunjang......................................................
G. Pelaksanaan........................................................................
H. Komplikasi.........................................................................
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian..........................................................................
B. Diagnosa.............................................................................
C. Intervensi............................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................
B. Saran................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180
juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di
antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa
setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia. Sembilan dari 10 penderita
kebutaan tersebut berada di negara miskin dan berkembang, terutama negara-negara
Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara.
Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen) penduduknya
mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan di dunia adalah katarak (45 persen).
Penyebab lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma (37,5
persen); trachoma (12,5 persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6 persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata.
Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian
sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-kadang
protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau menutupi bagian
kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama, kumpulan protein tersebut
membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda katarak antara lain penglihatan
kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada malam hari, cahaya matahari atau
lampu silau, dan warna tampak pudar.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Definisi Katarak?
b. Bagaimana Etiologi Katarak?
c. Bagaimana Patofisiologi Katarak?
d. Bagaimana Pathway Katarak?
e. Bagaimana Manifestasi Klinik Katarak?
f. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Katarak?
g. Bagaimana Penatalaksaan/Terapi Katarak?
h. Bagaimana Komplikasi Katarak?
i. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Katarak?
1.3 Tujuan
a. Untuk Mengetahui Definisi Katarak
b. Untuk Mengetahui Etiologi Katarak
c. Untuk Mengetahui Patofisiologi Katarak
d. Untuk Mengetahui Pathway Katarak
e. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Katarak
f. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Katarak
g. Untuk Mengetahui Penatalaksaan/Terapi Katarak
h. Untuk Mengetahui Komplikasi Katarak
i. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Katarak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori

A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur membuat
penglihatan kabur, hingga tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah terjadinya
opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya akibat dari proses
penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari umur 65 tahun (Fitria, 2017). Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co).
Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas
keburaman . Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat
menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu visus
5/15). Katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing berkembang
secara independen . perkecualian ,katarak traumatic bisanya unilateral dan katarak
congenital biasanya stasioner.

Tindakan operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95% klien


(Springhouse Co). Tanpa pembedahan , katarak yang terjadi dapat menyebabkan
kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut perkembangan
(katarak congenital) dan menurut proses degenerative ( katarak primer dan katarak
komplikata).

1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkanoleh ibu yang menderita rubella,DM,toksoplasmosis,
hipoparatiroidisme,galaktosemia.Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu
sendiri seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia leentis,
megalokornea, hetekronia iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea
yang persisten ,katarak Polaris anterior,posterior, katarak aksialis,katrak zonularis,katarak
stelata,katarak totalis dan katarak kongenita membranasea.

2. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis (umur <20
tahun), katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak primer dibagi menjadi empat stadium :

1. Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu ,
dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat pada bagian
perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
2. Stadium Imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama terdapat
dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa . Shadow test posotif .
Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi
cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopa. Keadaan
ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa akan mendorong iris kedepan,
menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan
komplikasi glaucoma.
3. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran
normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga semua sinar
yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow tes negative .Di pupil tampak
lensa seperti mutiara.
4. Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa
turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai setengah
lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu
kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa yang menjadi lebih
permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang
dibawahnya terdapat nucleus lensa.Keadaan ini disebut katarak morgani.
5. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari penyakit
lain . Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio
retina yang sudah lama , uveitis, myopia maligna.
b. Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown, dermatritis
atopic.
c. Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata
terpajan panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan
sinar matahari, toksik kimia.

B. Etiologi
Berbagi macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017)
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bias diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic( misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid)
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko antara lain, seperti (Maria,
2017)
1. Katarak traumatic yang disebabkan oleh riwayat trauma/ cedera pada mata
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti : penyakit/
gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes mellitus
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat – obatan jangka Panjang
seperti kortikosteroid dan obat penurunan kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic

C. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan
antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membrane
semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap,
mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain
sehingga membentuk massa transparan atau bitnik kecil di sekitar lensa, membentuk
suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpu kan cairan dan
disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahaya nya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan ( Fitria,2017)
D. Pathway
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya

- Kecemasan - Gangguan rasa

meningkat nyaman (nyeri) Penglihatan /Buta

- Kurang - Resiko tinggi


terjadinya infeksi - Gangguan sensori persepsi visual
pengetahuan
- Resiko tinggi - Risiko tinggi cidera fisik
terjadinya injuri :
 Peningkatan TIO.
 Perdarahan
E. Manifestasi Klinik

 Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain ( Maria,2017)

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat dimalam hari.

 Gejala objektif biasanya meliputi ( Maria,2017)

1. Pengembunan seperti Mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu abu putih. Penglihatan seakan
akan melihat asap dan pupil mata seakan bertambah putih
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar benar
putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative

 Gejala umum gangguan katarak meliputi ( maria,2017)

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Gangguann penglihatan bisa serupa
3. Peka terhadap sinar atau cahaya
4. Dapat melihat dobel pada satu mata ( diplobia)
5. Memerlukan pecahayaan yang terang untuk dapat membaca
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

 Gejala lainnya adalah ( Maria,2017)

1. Sering berganti kaca mata


2. Peglihatan sering pada salah satu mata

F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

1. Kartu mata Snellen/ mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan


kerusakan kornea,lensa,akueus/vitreus humor,kesalahan refraksi, penyakit
sistem syaraf, penglihatan ke retina
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena masa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran tonografi : TIO (12-25mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma
5. Tes provokatif: menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic,
papilledema, pendarahan.
7. Darah lengkap,LED: menunjukkan anemi sistemik/ infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa: kontrol DM
10. Keratometri
11. Pemeriksaan lampu slit
12. A-scan ultrasound (echography)
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak

G. Penatalaksaan/Terapi

1. Pembedahan
Metode yang paling popular dalam mengeluarkan katarak adalah ECC
(extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan, biasanya diindikasikan bila koreksi
tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih
buruk lagi bila ketajaman pandangan mempengaruhi kemanan atau kualitas
hidup atau bila visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi
perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus seperti :diabetes dan
glaucoma. Ada dua tekhnik macam pembedahan yatu ekstraksi katarak intra
kapsuler dan ekstraksi katarak ekstra kapsuler (Fitria,2017)
2. Koreksi lensa
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retraksi kuat sampai
titik dimana klien melakukan aktivitas sehari- hari, maka penanganan
konservatif. Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu
menggantikannya, yaitu dengan lensa intraocular, ini yang paling sering .
sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca mata katarak atau lensa
kontak (contact lens) (Fitria,2017).

H. Komplikasi

1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sitosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pek erjaan yang sering terpapar sinar matahari
secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: Penurunan ketajaman
penglihatan secara progresif (gejala utama katarak). Mata tidak merasa
sakit, gatal atau merah. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan malam
hari, lampu besar sangat menyilau kan mata. Lampu dan matahari sangat
mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata. Lihat ganda. Baik
melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
Hipertensi, pembadahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lain
nya memicu resiko Katarak.
3. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena,
keidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
steroid/ toksisitas fenotiazin.
4. Kaji riwayat alergi
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat
stress, dikeluarga ?
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian khusus mata
o Dengan pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekenuhan lensa
(berkas putih) pada lensa.
b. Keluhan terdapat diplopia, pandangan berkabut.
c. Penurunan tajam peng lihatan (miopia).
d. Bilik mata depan menyempit.
e. Tanda glaucoma (akibat komplikasi)
B. Diagnosa
PRE-OPERASI
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d gangguan
penerimaan Sensoril status organ indera, lingkungna secara tempetik
dibatasi. d.d Menurunya Ketajaman penglihatan, perubahan respon
biasanya terhadap rangsang.
2. Ansietas yang b.d kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.
3. Defisit perawatan diri yang b.d gangguan penglihatan.
POST-OPERASI
1. Nyeri yang b.d luka pasca operasi
2. Harga Diri Rendah Situasional b.d Hambatan Fungsi Penglihatan.
C. Intervensi

PRE-OPERASI
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Gangguan persepsi Setelah Dilakukan Asuhan Observasi
sensori-perseptual Keperawatan selama 3x24jam - Periksa status mental,
penglihatan b.d Diharapkan : status Sensori, dan
gangguan - Verbalisasi melihat tingkat kenyaman
penerimaan bayangan meningkat (mis.kelelahan)
Sensoril status - Tingkat kesadaran - Monitor tingkat
organ indera, meningkat kesadaran Tanda-tanda
lingkungna secara - Reaksi pupil vital, warna kulit Suhu,
tempetik dibatasi. meningkat sensasi dan kondisi
d.d Menurunya - Ketaaman mata Secara berkala
Ketajaman meningkat Terapeutik
penglihatan, - Diskusikan tingkat
perubahan respon toleransi Terhadap
biasanya terhadap beban sensori
rangsang. (mis.Terlalu terang)
- Batas stimulus
lingkungan (mis.
Cahaya )
- Jadwalkan aktivitas
harian danWaktu
istirahat
- Lakukan supervisi dan
Survelensi dalam
memonitor
Edukasi
- Ajarkan cara
meminimalisasi
Stimulus (mis.
Mengatur
Pencahayaan
ruangan )
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat Yang
mempengaruhi
persepsi stimulus

2. Ansietas yang b.d Setelah Dilakukan Asuhan Observasi


kurang Keperawatan 3x24jam
pengetahuan diharapkan Kecemasan - Identifikasi penurunan
tentang kejadian menurun dengan kriteria hasil Energi
operasi. : ketidakmampuan
- Verbaliasi konsentrasi atau gejala
kebingungan lain yang mengganggu
menurun Kemampuan kognitif
- Verbalisasi khawatir - Identifikasi teknik
menurun relaksasi yang pernah
- Perilaku tegang efektif digunakan
menurun - Periksa ketegangan
- Kemampuan otot, Frekuensi nadi,
menelaskan sesuatu tekanan darah, dan
keradian operasi suhu sebelum dan
meningkat sesudah latihan
- Monitor respons terapi
Relaksasi
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang yang nyaman,
jika memungkinkan
- Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan nada suara
lembut dan irama
lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik
Edukasi
- Jelaskan tujuan,
manfaat batasan, dan
jenis relaksasi yg
tersedia (mis. Meditasi
nafas dalam)
- Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yg
dipilih anjurkan
mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
- Demontrasikan dan
latik teknik relaksasi
meditasi nafas dalam
3. Defisit perawatan Setelah Dilakukan Asuhan Observasi
diri yang b.d Keperawatan 3x24jam - Monitor adanya
gangguan Diharapkan pasien dapat kemerahan, eksudet
penglihatan. beraktivitas secara bertahap, atau ulserasi
dengan kjriteria hasil : - Monitor refleks kornea
- Ketajaman Terpaeutik
penglihatan - Tutup mata untuk
membaik mencegah diplopia
- Reaksi pupil - Teteskan obat tetes
meningkat mata, jika perlu
- Ukuran pupil - Oleskan salep mata
membaik jika perlu
- Gerakan mata Edukasi
membaik - Anjurkan tidak
menyentuh bola mata
- Anjurkan tidak
terpapar debu dan
polusi
- Anjurkan tidak
terpapar cahaya terang
terlalu lama (mis.
Layar Hp, laptop/
televisi)
- Anjurkan
mengkonsumsi
makanan kaya vitamin
A
- Anjurkan
menggunakan
kacamata protek UV/
pakai topi lebar saat
berada dibawah panas
terik matahari
- Anjurkan menghindari
membaca dengan
pencahayaan red

POST OPERASI
1. Nyeri yang b.d luka Setelah Dilakukan Asuhan Observasi
pasca operasi Keperawatan 3x24jam - Identifikasi
Diharapkan Tingkat Nyeri karakteristik nyeri dan
menurun. Dengan kriteria skala nyeri
hasil : - Identifikasi
- Keluhan nyeri pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
- Penyatuan kulit nyeri
meningkat - Identifikasi kesesuaian
- Pembentukan jenis analgesik dengan
jaringan parut
meningkat tingkat keparahan nyeri
- Peradangan luka - Monitor TTV sebelum
menurun dan sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas
analgesik
- Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi tempat
istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis
daan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
- Dapatkan persetujuan
untuk tindakan
analgesik
Edukasi
- Jelaskan penyebab
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Ajarkan terknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

2. Harga Diri Rendah Setelah Dilakukan Asuhan Observasi


Situasional b.d Keperawatan 1x24 am
Hambatan Fungsi Diharapkan : - Monitor verbalisasi
Penglihatan - Penilaian diri yang merendahkan diri
positif meningkat sendiri
- Perasaan malu - Monitor tingkat harga
menurun diri setiap waktu sesuai
- Penerimaan kebutuhan
penilaian positif Terapeutik
terhadap diri - Motivasi terlibat dalam
sendiri meningkat verbalisasi positif
- Meremehkan untuk diri sendiri
kemampuan - Diskusikan pemyataan
mengatasi masalah ttg hara diri
menurun - Diskusikan percayaan
terhadap penilaian diri
- Diskusikan alasan
mengkritik diri atau
rasa bersalah
- Berikan umpan balik
positif atas
peningkatan mencapai
tujuan
- Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
meningkatkan harga
diri
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga pentingnya
dukungan dalam
perkembangan konsep
positif dari pasien
- Ajarkan
mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan
mengevaluasi prilaku
- Latih pemyataaan/
kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur
membuat penglihatan kabur, hingga tidak dapat menerima cahaya. Tindakan operasi
mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95% klien (Springhouse Co). Tanpa
pembedahan , katarak yang terjadi dapat menyebabkan kehilangan pandangan
komplet.

Berbagi macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain :

1. Usia lanjut dan proses penuaan


2. Congenital atau bias diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok
atau bahan beracun lainnya.
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic( misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid)

Gejala umum gangguan katarak meliputi

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Gangguann penglihatan bisa serupa
3. Peka terhadap sinar atau cahaya
4. Dapat melihat dobel pada satu mata ( diplobia)
5. Memerlukan pecahayaan yang terang untuk dapat membaca
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
B. Saran

Sebagai perawat kita harus dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
yang telah ditentukan. Berikan edukasi dini ppada pasien dalam pencegahan serta
penanganan pada Katarak. Komunikasi dalam setiap tindakan uga sangat penting.
Daftar Pustaka

Bauk, Kadir, Saleh, (2013).Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kualitas Pelayanan:


Persepsi Pasien Pelayanan Rawat Inap RSUD Majene.

Craven & Hirnle, 2000 Fundamentals Of Nursing, Philadelphia. Lippincott

Robbins. Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Buku kedua, Edisi ke-12. Penerbit; Salemba
Medika. Jakarta.

Sabarguna, B. S. 2006. Sistem Bantu Keputusan Untuk Quality Management, Konsorsium


RS Islam Jateng-DIY. Yogyakarta.

Wijono. Djoko, 1999,manajemen mutu pelayanan kesehatan Vol.1.Surabaya : Airlangga

Unversity Press. Anggri. (2011). Peran dan pemimpin dalam meningkatkan mutu

https://id.scribd.com/document/407013504/Cara-Pelaksanaan-Pengendalian-Mutu-Dan-
Pengawasan-Pelayanan-Di-Icu

https://id.scribd.com/document/432529095/bu-putri

https://www.academia.edu/11858212/
STANDAR_MUTU_PELAYANAN_KEPERAWATAN_Setiawan_2015_

Anda mungkin juga menyukai