Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RMK

ETIKA DAN STANDAR PROFESIONAL AUDIT INTERNAL

Penyusun:
-Sulthan Dhaifullah D 18013010202

TAHUN AJARAN 2021/2022


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UPN VETERAN JAWA TIMUR
PENDAHULUAN
Audit internal merupakan jaminan, independen objektif dan aktivitas
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Dalam hal ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko,
pengendalian, dan tata kelola. Dengan komitmen terhadap integritas dan
akuntabilitas, audit internal yang memberikan nilai untuk mengatur badan
dan manajemen senior sebagai sumber tujuan dan saran independen.
Audit internal sering melibatkan pengukuran sesuai dengan kebijakan
entitas dan prosedur. Namun, auditor internal tidak bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan perusahaan, mereka menyarankan manajemen dan
Dewan Direksi (atau serupa badan pengawas) tentang bagaimana untuk
melaksanakan tanggungjawab mereka.
Dilihat dari pihak yang melakukan pemeriksaan, terdapat dua
kelompok auditor yaitu auditor internal dan auditor eksternal. Kedudukan dan
tanggung jawab di antara kedua kelompok auditor tersebut sangat berbeda
satu sama lain. Seorang auditor internal bekerja pada perusahaan, lembaga
pemerintahan, atau perusahaan nirlaba, sedangkan auditor eksternal bekerja
pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP). Meskipun pihak yang melakukan
internal audit merupakan bagian dari organisasi yang diaudit itu sendiri,
tetapi pelaksanaan internal audit harus tetap obyektif dan independen dari
aktivitas yang diaudit. Auditor internal umumnya melapor kepada manajer
senior atau dewan direksi, sedangkan auditor eksternal hanya memiliki
struktur pelaporan yang terbatas kepada kantor akuntan tempat auditor
tersebut bekerja dan pihak ketiga (kreditor dan investor).
Seseorang auditor dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria,
yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan
standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas
profesinya dengan mematuhi Etika Profesional yang telah ditetapkan.

A. STANDAR PROFESIONAL AUDIT INTERNAL


Secara sederhana, profesionalisme seorang auditor wajib
melaksanakan tugas-tugasnya dengan kesungguhan dan kecermatan.
Sebagai seorang yang professional, auditor harus menghindari kelalaian dan
ketidakjujuran. Sebagai profesional, auditor mengakui tanggung jawabnya
terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi,
termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan
pengorbanan pribadi.
Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesedian
menerima tanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-
pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggungjawab ini secara
efektif, auditor internal perlu memelihara standar perilaku dan memiliki
standar praktik pelaksanaan pekerjaan yang handal. Sehubungan dengan
hal tersebut, Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal menerbitkan
Standar Profesi Auditor Internal (SPAI). Standar Profesi Audit Internal ini
merupakan awal dari serangkaian Pedoman Praktik Audit Internal (PPAI),
yang diharapkan menjadi sumber rujukan bagi internal auditor yang ingin
menjalankan fungsinya secara profesional. Standar Profesi Audit
Internal (SPAI) terdiri atas Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar
Implementasi.
a. Standar Atribut 
Standar Atribut meruakan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-
pihak yang melakukan kegiatan audit internal.
1) Tujuan, Kewenangan, dan Tanggungjawab
Tujuan, kewenangan, dan tanggungjawab adalah fungsi audit
internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit
Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI),
dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan
Pengawas Organisasi.
2) Independensi dan Objektivitas
Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal
harus obyektif dalam melaksanakan pekerjaannya. Independensi
akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi
yang memadai terhadap Pimpinan dan Dewan
Pengawas Organisasi. Jika prinsip independensi dan obyektifitas
tidak dapat dicapai baik secara fakta maupun dalam kesan, hal ini
harus diungkapkan kepada pihak yang berwenang. Teknis dan
rincian pengungkapan ini tergantung kepada alasan tidak
terpenuhinya prinsip independensi dan objektivitas tersebut.
3) Keahlian dan Kecermatan Profesional
Penugasan harus dilaksanakan dengan memperhatikan keahlian
dan kecermatan profesional. Auditor Internal harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggung jawab perorangan. Auditor Internal harus
meningkatkan pengetahuan, keterampilan,dan kompetensinya
melalui Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan.
4) Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit
Internal
Penanggungjawab Fungsi Audit Internal harus mengembangkan
dan memelihara program jaminan dan peningkatan kualitas yang
mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal dan secara terus
menerus memonitor efektivitasnya. Program ini mencakup penilaian
kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan
internal yang berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk
membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan
meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan
bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode
Etik Audit Internal.
Standar Kinerja
Menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan ukuran
kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja memberikan praktik-praktik
terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan
pemantauan tindak lanjut. Standar Atribut dan Standar Kinerja berlaku
untuk semua jenis penugasan audit internal.
Pengelolaan Fungsi Audit Internal
fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara
efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi
tersebut memberikan nilai tambah bagi Organisasi. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara menyusun perencanaan yang relevan,
mengkomunikasikan rencana audit, pengelolahan terhadap sumber
daya, menetapkan kebijakan dan prosedur, koordinasi, dan
menyampaikan laporan kepada pimpinan dan dewan pengawas.

Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan
kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,
pengendalian, dan proses governance, dengan menggunakan
pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
1) Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan
rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup,
sasaran, waktu, alokasi sumberdaya, dan program kerja
penugasan. Dalam merencanakan penugasan, auditor internal
harus mempertimbangkan beberapah hal, yaitu:
a) Sasaran dari kegiatan yang sedang direviu dan mekanisme
yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan
kinerjanya.
b) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan
operasi yang direviu serta pengendalian yang diperlukan untuk
menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat diterima.
c) Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan sistem
pengendalian intern.
d) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan risiko
dan sistem pengendalian intern.
2) Pelaksanaan Penugasan
Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi
informasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumntasikan
informasi yang memadai. Setiap penugasan harus disupervisi
dengan tepat untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya
kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf.
3) Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya
secara tepat waktu. Komunikasi harus mencakup sasaran dan
lingkup penugasan, simpulan, rekomendasi, dan rencana
tindakannya yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus
akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
Dalam hal ini terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang
mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil
penugasan harus mengungkapkan, antara lain: (1) Standar yang
tidak dipatuhi, (2) Alasan ketidakpatuhan, dan (3) Dampak dari
ketidakpatuhan terhadap penugasan.
4) Pemantauan Tindak-lanjut
Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan
menjaga sistem untuk memantau tindak-lanjut hasil penugasan
yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.
5) Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung
risiko residual yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh
organisasi, penanggungjawab fungsi audit internal harus
mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika diskusi
tersebut tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan, maka
penanggungjawab fungsi audit internal dan manajemen senior
harus melaporkan hal tersebut kepada pimpinan dan dewan
pengawas organisasi untuk mendapatkan resolusi.
b. Standar Implementasi.
Hanya berlaku untuk satu penugasan. Standar Implementasi yang
akan diterbitkan dimasa mendatang adalah:
1) Standar implementasi untuk kegiatan assurance (A)
2) Standar implementasi untuk kegiatan consulting (C)
3) Standar implementasi kegiatan investigasi (I) 
4) Standar implementasi Control Self Assessment (CSA).

Anda mungkin juga menyukai