Anda di halaman 1dari 8

RMK

ETIKA DALAM PENGUATAN KARAKTER BELA NEGARA

Penyusun:

-Alvian Ananta P 18013010182

-Naufaldo Rizki T 18013010192

-Sulthan Dhaifullah D 18013010202

- Anindita Marjani 20013010031

-Citra Nanditya Putri 20013010034

- Lucky Muwaffiq Asyafa' 20013010094

-Fahrul Razi 20013010131

-Caesar Bagus P 20013010139

- Andrea Safina Wibowo 20013010271

TAHUN AJARAN 2021/2022

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UPN VETERAN JAWA TIMUR


PENDAHULUAN

Sebagai masyarakat Indonesia, perlu diketahui bahwa saat ini salah satu sifat yang
mendasari kepatuhan pada pancasila dan perundang-undangan adalah sifat bela negara.
Bela negara sendiri tak hanya diterapkan oleh aparatur negara namun juga
diimplementasikan pada seluruh komponen termasuk pengabdian bagi seluruh profesi.
Pernyataan tersebut telah dijabarkan dalam UU Nomor 3 Tahun 2002 bahwa “Setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diselenggarakan melalui
pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai
prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan pengabdian sesuai dengan profesi.” Penerapan
sifat bela negara memiki keterkaitan pada etika profesi khususnya dilingkup yang sedang
dipelajari yaitu akuntansi.

Pada tahun 2004, telah terjadi kasus dari seorang anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum)
bernama Mulyana W Kusuma yang diduga telah menyuap anggota BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan) untuk melaksanakan penyempurnaan laporan keuangan terhadap pengadaan
logistik pemilu. Logistik pemilu tersebut berupa kotak suara, amplop suara, surat suara,
tinta, serta teknologi informasi. BPK menyatakan bahwa laporan yang dihasilkan lebih baik
dari laporan sebelumnya, kecuali mengenai laporan teknologi informasi. Mulyana W Kusuma
ditangkap karena tuduhan sebab melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu
anggota tim auditor dari BPK, yaitu Salman Khairiansyah.

Banyak pihak mengungkapkan kekecewaannya pada Salman karena ikut melakukan


tindakan yang merugikan masyarakat namun menguntungkan sebagian pihak.
Keikutsertaan anggota BPK dalam kasus tersebut menjadi suatu perilaku yang harus
digarisbawahi karena menyalahi kode etik profesi serta kepatuhannya terhadap hukum. Hal
ini pula menjadi gambaran bahwasanya perilaku bela negara sangat penting untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maupun saat menjalankan tugas sesuai profesi.
STUDI LITERATUR

Etika:

Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan. Yang dimaksud
adalah kebiasaan baik atau kebiasaan buruk. Dalam kepustakaan, umumnya kata etika
diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia misalnya, adalah
ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau
akhlak. Didalam Ensiklopedi pendidikan tersebut, diterangkan bahwa etika adalah filsafat
tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk.

Bela Negara:

Bela negara adalah cerminan dari sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang berlandaskan
pancasila dan undang undang dasar 1945 dalam pendidikan belanegara sangatlah penting
pendidikan bela negara dipandang releven dan strategis, di samping untuk pembinaan
pertahanan negara juga berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman jiwa
patriotisme dan cinta terhadap tanah air, jadi sudah sepatutnya kesadaran berbangsa dan
bernegara sejogjanya di tumbuh kembangkan kepada seluruh.

Kasus Mulyana W Kusuma (Anggota KPU 2004):

Kasus anggota KPU ini terjadi pada tahun 2004, Mulyana W Kusuma yan menjadi seorang
anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum) diduga telah menyuap anggota BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) yang ketika itu melaksanakan audit keuangan terhadap pengadaan
logistik pemilu. Logistik pemili tersebut berupa kotak suara, amplop suara, surat suara, tinta,
serta tekhnologi informasi. Setelah pemeriksaan dilaksanakan, BPK meminta untuk
dilakukan suatu penyempurnaan laporan. Setelah penyempurnaan laporan dilakukan, BPK
menyatakan bahwa laporan yang dihasilkan lebih baik dari laporan sebelumnya, kecuali
mengenai laporan teknologi informasi. Maka disepakati laporan akan dilakukan periksaan
kembali satu bulan setelahnya.Setelah satu bulan terlewati ternyata laporannya tak kunjung
selesai dan akhirnya diberikan tambahan waktu. Di saat penambahan waktu ini terdengar
kabar mengenai penangkapan Mulyana W Kusuma. Dia ditangkap karena tuduhan akan
melakukan tindakan penyuapan kepada salah satu anggota tim auditor dari BPK, yaitu
Salman Khairiansyah. Tim KPK bekerja sama dengan pihak auditor BPK dalam
penangkapan tersebut. Menurut Khoiriansyah, dia bersama Komisi Pemberantas Korupsi
mencoba merangkap usaha penyuapan yang dilakukan oleh Mulyana menggunakan
perekam gambar pada 2 kali pertemuan.Penangkapan Mulyana ini akhirnya menimbulkan
pro-kontra. Ada pihak yang memberikan pendapat Salman turut berjasa dalam mengungkap
kasus ini, tetapi lain pihak memberikan pendapat Salman tak sewajarnya melakukan
tindakan tersebut karena hal yang dilakukan itu melanggar kode etik.
PEMBAHASAN

Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan
penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.

Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian
waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana
ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK,
yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama
dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK
memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat
perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.

Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

Etika:

Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa dalam
kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan deontological dan
pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological, perhatian dan fokus perilaku dan
tindakan manusia lebih pada bagaimana orang melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-
baiknya dan mendasarkan pada nilai-nilai kebenaran untuk mencapai tujuannya.
Sebaliknya, pada pendekatan teleological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan
manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang
memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau salah.
Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan publik seperti kasus
keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti pada keuangan perusahaan-
perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta maupun tidak, diatur dalam sebuah
aturan yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini
diatur berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun
standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga
pihak melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan
dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan menjalankan nilai-
nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities), berintegritas
(integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga independensinya terhadap
kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due
care). Dalam konteks kode etik profesi akuntan inilah, kasus Mulyana W Kusumah bisa
dianalisis, apakah tindakan mereka (ketiga pihak), melanggar etika atau tidak.
Tindakan:

Dalam konteks kasus Mulyana W Kusumah, kesimpulan yang bisa dinyatakan adalah
bahwa tindakan kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja,
yaitu KPU, sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada
pihak yang diperiksa atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan
sejumlah uang sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W Kusumah, walaupun dengan
tujuan 'mulia', yaitu untuk mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU. Tujuan
yang benar, etis, dan moralis, yakni untuk mengungkapkan kemungkinan adanya kerugian
yang diterima oleh pihak pemberi kerja.

Solusi:

Dalam konteks kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan kedua
belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-sama
tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa
atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana
terjadi pada kasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan ‘mulia’, yaitu untuk
mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU. Dari sudut pandang etika profesi,
auditor tampak tidak bertanggungjawab, yaitu dengan menggunakan jebakan imbalan uang
untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika dalam benaknya
sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan berkesimpulan
bahwa telah terjadi korupsi.
KESIMPULAN

Kesadaran bela negara merupakan satu hal yang esensial dan harus dimiliki oleh setiap
warga negara Indonesia (WNI), sebagai wujud penunaian hak dan kewajibannya dalam
upaya bela negara. Kesadaran bela negara menjadi modal dasar sekaligus kekuatan
bangsa, dalam rangka menjaga keutuhan, kedaulatan serta kelangsungan hidup bangsa
dan negara Indonesia.

Dalam hal kasus Mulyana Wijaya Kusuma. Kasus pelanggaran etika dalam penguatan
karakter bela negara terjadi karena terjadi penyuapan dalam pemilu. Kasus ini menunjukkan
masih ada banyak orang yang tidak menerapkan etika dalam penguatan bela negara.

Untuk menjaga etika dalam penguatan bela negara perlu ditambahnya rasa cinta tanah air
dalam diri masyrakat, perlu diberlakukan peningkatan pembinaan, pengawasan, dan
regulasi yang ketat oleh pihak terkait. Hal ini bertujuan agar penyuapann di pemilu tidak
terjadi lagi dan akan menjadi pembelajaran bagi masyarakat.
IMPLIKASI

Implikasi yang dapat diambil dari pembahasan mengenai Kasus Mulyana W. Kusuma
beserta hubungannya dengan Etika dalam Penguatan Karakter Bela Negara Etika Bisnis
dan Profesi adalah sebagai berikut:

a.Kasus tersebut memberikan dampak pada banyak pihak yang menyebabkan Lembaga
Pemerintah akan sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat umum karena
adanya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh Mulyana.

b.Dengan adanya kasus ini, diharapkan setiap Akuntan Profesional dan pelaku bisnis di
berbagai sektor agar lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya dalam
mengelola keuangan perusahaan sehingga tidak akan ada penyimpangan di masa
mendatang.

c.Kewajiban dari Anggota juga harus dilakukan dengan memaknai nilai-nilai Bela Negara
dalam penerapan Akuntansi dalam bentuk sikap bertanggung jawab, jujur, sesuai aturan,
tidak melakukan tindak korupsi dan manajemen laba, melakukan pengawasan yang ketat,
transparan dan nilai lainnya yang mencerminkan penerapan Bela Negara.

DAFTAR PUSTAKA
Darius Putra, Raja. (2016). 10 Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Dalam dan
Luar Negeri. Diakses 15 November 2021, dari
https://rajadariusputra.wordpress.com/2016/11/30/10-contoh-kasus-pelanggaran-etika-
profesi-tugas-3/

http://journal.geutheeinstitute.com/index.php/JG/article/view/26

http://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/424

https://www.academia.edu/download/54274490/Paparan_PPK_-
_Dr__Arie_Budhiman__M_Si.pdf

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/pip/article/view/4509

Anda mungkin juga menyukai