Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DALAM AKUNTANSI

KEUANGAN
Nama Kelompok:
1. Adhitya Kenang Setiaji
2. Rika Firda Paramita
3. Muntamah
4. Nadella Arumrani
5. Aris Setyawan
6. Ira Puspita Sari

2013-12-086
2013-12-124
2013-12-134
2013-12-151
2013-12-153
2013-12-157

ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN


Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang
mengkhususkan fungsi dan aktivitasnya pada kegiatan
pengolahan data akuntansi dari suatu perusahaan dan
penyusunan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan berbagai pihak.
Tujuan akuntansi keuangan adalah menyediakan
informasi kepada pihak yang berkepentingan, maka
laporan keuangan harus bersifat umum sehingga dapat
diterima oleh semua pihak yang berkepentingan.

PERILAKU PROFESI AKUNTAN


Profesi dalam akuntansi keuangan memegang rasa tanggung
jawab yang tinggi kepada publik. Kode etik yang kuat dan
tingkat kepatuhan terhadap etika dapat menyebabkan
kepercayaan investor sehingga mengarah kepada hal yang
kepastian dan merupakan hal yang keamanan bagi para investor.
Beberapa bagian kode yang disoroti adalah integritas dan harus
jujur dengan transaksi mereka, objektivitas dan kebebasan dari
konflik kepentingan, kebebasan auditor dalam penampilan dan
kenyataan, penerimaan kewajiban dan pengungkapan kerahasiaan
informasi non luar, kompetensi serta memiliki pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan pekerjaannya.

KODE ETIK IAI


Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik
sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada
instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan
dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi :
Kredibilitas
Profesionalisme
Kualitas Jasa
Kepercayaan

KEPATUHAN
Kepatuhan anggota ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh
sesama anggota dan oleh opini publik. Anggota juga harus
memperhatikan standar etik
yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan
laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip Etika Profesi


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi


Prinsip Kedua Kepentingan Publik
Prinsip Ketiga integritas
Prinsip Keempat Obyektivitas
Prinsip Kelima Kompetensi dan Kehati-hatian
Profesional
Prinsip Keenam kerahasiaan
Prinsip Ketujuh Perilaku Profesional
Prinsip Kedelapan Standar Teknis
Kode Perilaku Profesional

Blowing The Whistle


Whistle blowing merupakan tindakan yang dilakukan oleh
seseorang atau beberapa orang karyawan untuk membocorkan
kecurangan baik yang dilakukan oleh perusahaan atau
atasannya kepada pihak lain.
Whistle Blowing dibagi menjadi dua yaitu:
1. Whistle Blowing Internal
2. Whistle Blowing Eksternal

Fraud Accounting
Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa,
sehingga menguntungkan diri sendiri / kelompok atau merugikan
pihak lain.
Jenis fraud berdasarkan pelaku dikelompokkan menjadi:
1. Employee fraud
2. Management fraud
Jenis fraud berdasarkan tindakan:
3. Penyelewengan terhadap aset (misappropriation of assets)
4. Kecurangan dalam laporan keuangan (fradulent financial reporting)

Fraud Auditing
Karakteristik kecurangan dilihat dari pelaku fraud auditing maka
secara garis besar kecurangan bisa di kelompokkan menjadi 2 jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu manajemen untuk kepentingan
perusahaan (di mana salah saji yang timbul karena kecurangan
pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent
financial reporting, untuk menghindari hal tersebut ada baiknya
karyawan mengikuti auditing workshop dan faund workshop) dan
pegawai untuk keuntungan individu (salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva)
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan
pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Tujuan Fraud Auditing


a. Pemeriksaan intern bertanggung jawab untuk menguji dan menilai
kecukupan dan efektifitas dan tindakan yang di ambil oleh manajemen
untuk memenuhi kewajiban tersebut.
b. Deteksi atas penemuan kecurangan : pemeriksaan interen harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasikan
indicator kemungkinan terjadinya kecurangan.
c. Aksioma pemeriksaan kecurangan
d. Kecurangan, pada hakekatnya, tersembunyi. Tidak ada keyakinan absolut
yang dapat di berikan bahwa kecurangan benar-benar terjadi atau tidak
terjadi.
e. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan tidak terjadi, orang harus juga
berupaya membuktikan kecurangan telah terjadi.
f. Untuk mendapatkan bukti bahwa kecurangan telah terjadi, orang harus juga
berupaya membuktikan kecurangan tidak terjadi.
g. Penetapan final apakah kecurangan terjadi merupakan tanggung jawab
pengadilan (hakim) bukan pemeriksaan.

Prinsip- Prinsip audit kecurangan


a. Investasi adalah tindakan mencari kebenaran.
b. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber bukti yang dapat
mendukung fakta yang di permasalahan.
c. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan
waktu untuk merespons maka kemungkinan bahwa suatu tindak
kejahatan dapat terungkap semakin besar.
d. Auditor mengumpulkan fakta sehingga bukti yang di perolehnya dapat
memberi kesimpulan sendiri.
e. Bukti fisik merupakan bukti nyata
f. Informasi yang di peroleh dari hasil wawancara dengan saksi akan
sangat dipengaruhi oleh kelemahan manusia.
g. Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup pada sejumlah orang
yang cukup, akhirnya akan mendapat jawaban yang benar.
h. Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.

Keunikan Fraud Auditing


Kategori kecurangan yang di tinjau dari
pengklasifikasiannya berdasarkan keunikan dapat
di kelompokkan sebagai berikut:
a. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang
terjadi secara unik pada orang-orang yang
bekerja pada operasi bisnis tertentu.
b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud)
yang semua orang mungkin hadapi dalam
operasi bisnis secara umum.

ANALISIS KASUS MULYANA W


KUSUMA

Pembahasan
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan
penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian
waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana
ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK,
yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama
dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap
upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada
dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

Etika
Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa
dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan
deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological,
perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang
melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilainilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, pada pendekatan
teleological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada
bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang
memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau
salah. Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan
publik seperti kasus keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti
pada keuangan perusahaan-perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
maupun tidak, diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi
akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai masalah, baik
masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis
pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga pihak
melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan
dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan
menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab
(responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity)
dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak
(independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care). Dalam
konteks kode etik profesi akuntan inilah, kasus Mulyana W Kusumah bisa
dianalisis, apakah tindakan mereka (ketiga pihak), melanggar etika atau tidak.

Tindakan Auditor BPK


Dalam konteks kasus Mulyana W Kusumah,
kesimpulan yang bisa dinyatakan adalah bahwa
tindakan kedua belah pihak, pihak ketiga
(auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu
KPU, sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang
auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang
diperiksa atau pihak penerima kerja dengan
mendasarkan pada imbalan sejumlah uang
sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W
Kusumah, walaupun dengan tujuan 'mulia', yaitu
untuk mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi
di tubuh KPU. Tujuan yang benar, etis, dan
moralis, yakni untuk mengungkapkan
kemungkinan adanya kerugian yang diterima oleh
pihak pemberi kerja.

KASUS SUAP TERHADAP AUDITOR BPK


JAWA BARAT OLEH PEMKOT BEKASI

Pembahasan
Dalam kasus ini ditemukan bukti uang sebesar Rp 372.000.000
yang akan digunakan oleh pemerintah kota Bekasi untuk
menyuap auditor BPK Jawa Barat agar hasil laporan keuangan
penggunaan dana di aerah tersebut wajar tanpa pengecualian.
Yang menjadi Lukmanto Hari sebagai kepala Inspektorat Kota
Bekasi, Heri Suparjan selaku Kabid aset dan kekayaan DPPKAD
Kota Bekasi, Enang Hermawan dan Suharto keduanya Auditor BPK.
Pada kasus ini jelas terlihat bahwa auditor BPK telah melanggar
kode etik yg mungkin akan mendapat hukuman berupa
diberhentikan dari jabatan atau malah mungkin diberhentikan
sementara sambil menunggu ketetapan hukum tetap, selain itu
dengan terbongkarnya kasus ini jelaas telah merusak merusak
kredibilitas dari lembaga BPK itu sendiri.

Selain itu ini juga menggambarkan bahwa etika profesi


harus selalu dijunjung, memegang teguh amanah, serta
menjalankan semuanya dengan tanggung jawab, karena
jika tidak hal ini akan selalu terjadi, patut disayangkan
karena BPK merupakan salah satu lembaga tinggi yang
mendapat remunerasi, yang seharusnya hidup
berkecukupan, tapi tetap saja masih melakukan tindakan
yang imoral, ini juga menunjukan bahwa remunerasi yang
diinginkan pemerintah dari remunerasi dengan terciptanya
pegawai yang disiplin,kompeten,kredibel serta taat asas,
belum terpenuhi.
Seorang auditor harus tetap menjaga sikap independensi
dan netral dan tidak mempunyai hubungan dengan
kliennya. Baik itu auditor pemerintah dalam hal ini BPK
maupun di auditor-auditor KAP. Karena kualitas audit yang
dilakukan oleh auditor yang mampu menjaga sikap skeptis
dan independesinya tentu saja bagus dan berkualitas dan
beebeda hasilnya dengan hasil audit yang dilakukan oleh
auditor yang tidak independen.

Sangat disayangkan bila suatu instansi pemerintah karena ingin menutupi


kekurangan kinerjanya dengan menyuap auditor BPK untuk memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Bisa dikatakan bahwa kinerja Pemkot
Bekasi tidak bagus, karena apabila kinerja mereka sudah bagus tentu saja
para pejabat pemkot tersebut tidak perlu menyuap auditor BPK segala.
Dengan pemaksaan pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada
LKPD Kota Bekasi tentu saja akan memberikan efek negatif kepada beberapa
pihak. Pihak investor yang akan menanamkan investasinya di daerah Bekasi
tentu saja menggunakan LKPD Kota Bekasi sebagai bahan acuan dan
pertimbangan apakah mereka akan tetap investasi di Bekasi apa tidak. Maka
dengan LKPD yang telah diberikan opini palsu oleh auditor BPK tersebut bisa
saja kedepannya akan menimbulkan suatu masalah dan akan merugikan
beberapa pihak yang berkepentingan di lingkungan Pemkot Bekasi juga.
Masyarakat Bekasi sebagai pihak yang berkepentingan juga akan dirugikan,
mereka bisa mengevaluasi apakah kinerja pemerintah Bekasi sekarang sudah
baik apa belum dan apabila kinerja jelek mereka tentu saja memiliki hak
untuk menuntut Pemkot Bekasi. Akan tetapi dengan pemberian opini palsu
pada LKPD Kota Bekasi maka masyarakat akan berpikir jika segala kegiatan
di lingkungan Bekasi baik-baik saja dan tidak ada penyimpanganpenyimpangan. Karena pembangunan di Kota Bekasi juga berasal dari uang
mereka melalui beberapa iuran wajib seperti pajak daerah, retribusi dan lainlain, oleh karena itulah wajib bagi pemerintah suatu daerah untuk mengelola
dana rakyatnya sebaik-baiknya untuk operasional daerah dan pembangunan
daerah menjadi baik. Bukan justru diselewengkan oleh pejabatnya sendiri
untuk kepentingan pribadinya

Kemudian bagi auditor BPK dengan menerima


suap dari Pemkot Bekasi maka dapat dikatakan
jika auditor tersebut tidak menjalankan etika
profesinya dengan baik. Seorang akuntan itu
wajib menerapkan sikap skeptis dan
independesinya ketika bekerja, karena ditangan
merekalah (auditor) segala pihak yang
berkepentingan terutama dengan laporan
keuangan suatu entitas mengandalkan hasil
kerja seorang auditor untuk menentukan
beberapa strategi kedepannya. Beberapa
tersangka baik dari lingkungan Pemkot Bekasi
sendiri dan 2 auditor BPK wajib diberi sanksi
pidana atau perlu di pecat dari posisinya, karena
perbuatan mereka secara tak langsung akan
memberikan efek buruk bagi profesinya.

Anda mungkin juga menyukai