KEUANGAN
Nama Kelompok:
1. Adhitya Kenang Setiaji
2. Rika Firda Paramita
3. Muntamah
4. Nadella Arumrani
5. Aris Setyawan
6. Ira Puspita Sari
2013-12-086
2013-12-124
2013-12-134
2013-12-151
2013-12-153
2013-12-157
KEPATUHAN
Kepatuhan anggota ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh
sesama anggota dan oleh opini publik. Anggota juga harus
memperhatikan standar etik
yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan
laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fraud Accounting
Fraud adalah tindakan curang, yang dilakukan sedemikian rupa,
sehingga menguntungkan diri sendiri / kelompok atau merugikan
pihak lain.
Jenis fraud berdasarkan pelaku dikelompokkan menjadi:
1. Employee fraud
2. Management fraud
Jenis fraud berdasarkan tindakan:
3. Penyelewengan terhadap aset (misappropriation of assets)
4. Kecurangan dalam laporan keuangan (fradulent financial reporting)
Fraud Auditing
Karakteristik kecurangan dilihat dari pelaku fraud auditing maka
secara garis besar kecurangan bisa di kelompokkan menjadi 2 jenis :
1. Oleh pihak perusahaan, yaitu manajemen untuk kepentingan
perusahaan (di mana salah saji yang timbul karena kecurangan
pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent
financial reporting, untuk menghindari hal tersebut ada baiknya
karyawan mengikuti auditing workshop dan faund workshop) dan
pegawai untuk keuntungan individu (salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva)
2. Oleh pihak di luar perusahaan, yaitu pelanggan, mitra usaha, dan
pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Pembahasan
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan
penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian
waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana
ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK,
yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama
dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap
upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada
dua kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.
Etika
Dalam praktik hidup sehari-hari, teoritisi di bidang etika menjelaskan bahwa
dalam kenyataannya, ada dua pendekatan mengenai etika ini, yaitu pendekatan
deontological dan pendekatan teleological. Pada pendekatan deontological,
perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana orang
melakukan usaha (ikhtiar) dengan sebaik-baiknya dan mendasarkan pada nilainilai kebenaran untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, pada pendekatan
teleological, perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada
bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang
memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau
salah. Dari teori etika, profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan
publik seperti kasus keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti
pada keuangan perusahaan-perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
maupun tidak, diatur dalam sebuah aturan yang disebut sebagai kode etik profesi
akuntan. Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai masalah, baik
masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis
pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor, juga bagaimana ketiga pihak
melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam kode etik yang berkaitan
dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan
menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab
(responsibilities), berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity)
dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak
(independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi (due care). Dalam
konteks kode etik profesi akuntan inilah, kasus Mulyana W Kusumah bisa
dianalisis, apakah tindakan mereka (ketiga pihak), melanggar etika atau tidak.
Pembahasan
Dalam kasus ini ditemukan bukti uang sebesar Rp 372.000.000
yang akan digunakan oleh pemerintah kota Bekasi untuk
menyuap auditor BPK Jawa Barat agar hasil laporan keuangan
penggunaan dana di aerah tersebut wajar tanpa pengecualian.
Yang menjadi Lukmanto Hari sebagai kepala Inspektorat Kota
Bekasi, Heri Suparjan selaku Kabid aset dan kekayaan DPPKAD
Kota Bekasi, Enang Hermawan dan Suharto keduanya Auditor BPK.
Pada kasus ini jelas terlihat bahwa auditor BPK telah melanggar
kode etik yg mungkin akan mendapat hukuman berupa
diberhentikan dari jabatan atau malah mungkin diberhentikan
sementara sambil menunggu ketetapan hukum tetap, selain itu
dengan terbongkarnya kasus ini jelaas telah merusak merusak
kredibilitas dari lembaga BPK itu sendiri.