Anda di halaman 1dari 1

Nama: Alfina Rahmayuwita NPM:191210177 Kelas: VII AKT A PAGI – S1

Kronologi Kasus Mulyana W Kusuma

Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistik pemilu, yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta, dan
teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK meminta dilakukan
penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, mutu laporan dianggap
jauh lebih baik, kecuali bagian teknologi informasi. Untuk itu, BPK sepakat menunda laporan
hingga satu bulan. Sebulan telah berlalu, namun laporan tersebut belum selesai dan disepakati
pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W
Kusuma. Mulyana ditangkap terkait dengan rencana penyuapan kepada anggota tim auditor
BPK Khairiansyah Salman. Penangkapan dilaksanakan berdasarkan operasi intelijen KPK
dengan auditor BPK sebagai pembantu pelaksana. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja
sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan
menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan mereka.

Pro/Kontra

Saya setuju pemeriksa BPK tidak seharusnya melakukan hal tersebut karena melanggar kode
etik. Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab, yaitu dengan
menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Tidak etis seorang
auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau pihak penerima kerja
dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang. Auditor juga telah memihak salah satu
pihak dengan berpendapat bahwa telah ada kecurangan. Dengan teknik dan prosedur yang
telah diatur dalam profesi, seharusnya dapat mengungkapkan hal-hal yang terjadi, termasuk
dugaan korupsi jika memang terjadi. Auditor tampak tidak percaya dengan kemampuan
profesionalnya, sampai harus melakukan upaya penjebakan untuk membuktikan kecurangan
yang terjadi.

Kondisi Terakhir

Mulyana W Kusuma meninggal dunia pada tanggal 1 Desember 2013. Khairiansyah Salman
dijadikan tersangka oleh Kejaksaan Agung karena menerima Rp. 10 juta dari Dana Abadi
Umat yang seharusnya digunakan untuk kegiatan sosial, tempat ibadah dan pendidikan pada
21 November 2005.

Anda mungkin juga menyukai