E. Studi kasus
o Kasus Mulyana W Kusuma
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan
pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara,
amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK
meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK
sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi
informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan
setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati
pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma.
Mulyana ditangkap karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor
BPK, yakni Salman Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerjasama
dengan auditor BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap
upaya penyuapan oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua
kali pertemuan mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut
telah melanggar kode etik akuntan.
Pembahasan Kasus Mulyana
Pada kasus Mulyana W Kusumah, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang diduga
melakukan tindakan usaha penyuapan terhadap auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ada
tiga pihak utama yang terlibat dalam kasus ini yaitu:
Pihak pemberi kerja berperan sebagai principal, dalam hal ini adalah rakyat Indonesia yang
direpresentasikan oleh pemerintah Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
Pihak penerima kerja untuk menjalankan tugas berperan sebagai agen, dalam hal adalah KPU
Pihak independen, dalam hal ini adalah BPK sebagai auditor, yang perannya diharapkan sebagai
pihak independen, berintegritas, dan kredibel, untuk meyakinkan kepada dua pihak sebelumnya,
yaitu pemerintah dan DPR sebagai pemberi kerja, dan KPU sebagai penerima kerja.
Dari teori etika. Profesi pemeriksa (auditor), apakah auditor keuangan publik seperti
kasus keuangan KPU maupun auditor keuangan swasta, seperti pada keuangan perusahaan-
perusahaan, baik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta maupun tidak, diatur dalam sebuah aturan
yang disebut sebagai kode etik profesi akuntan.
Dalam kode etik profesi akuntan ini diatur berbagai masalah, baik masalah prinsip yang
harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh
auditor, juga bagaimana ketiga pihak melakukan komunikasi atau interaksi. Dinyatakan dalam
kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung, dan
menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggungjawab (responsibilities),
berintegritas (integrity), bertindak secara objektif (objectivity) dan menjaga independensinya
terhadap kepentingan berbagai pihak (independence), dan hati-hati dalam menjalankan profesi
(due care). Dalam konteks kode etik profesi akuntan inilah, kasus Mulyana W Kusumah bisa
dianalisis, apakah tindakan mereka (ketiga pihak), melanggar etika atau tidak.
Dalam konteks kasus Mulyana W Kusumah, kesimpulan yang bisa dinyatakan adalah
bahwa tindakan kedua belah pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu
KPU, sama-sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak
yang diperiksa atau pihak penerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang
sebagaimana terjadi pada kasus Mulyana W Kusumah, walaupun dengan tujuan ‘mulia’, yaitu
untuk mengungkapkan indikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU.
Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidak bertanggungjawab, yaitu dengan
menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankan profesinya. Auditor juga tidak punya
integritas ketika dalam benaknya sudah ada pemihakan pada salah satu pihak, yaitu pemberi
kerja dengan berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi. Dari sisi independensi dan objektivitas,
auditor BPK sangat pantas diragukan. Berdasar pada prinsip hati-hati, auditor BPK telah secara
serampangan menjalankan profesinya.
Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan adalah bahwa dengan standar
teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara cermat, objektif, dan benar
mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebut
dikeluarkan atau dibelanjakan. Dengan teknik dan prosedur yang juga telah diatur dalam profesi
akuntan, pasti akan terungkap hal-hal negatif, termasuk dugaan korupsi kalau memang terjadi.
Tampak sekali bahwa auditor BPK tidak percaya terhadap kemampuan profesionalnya,
sehingga dia menganggap untuk mengungkap kebenaran bisa dilakukan segala macam cara,
termasuk cara-cara tidak etis, sekaligus tidak moralis sebagaimana telah terjadi, yaitu dengan
jebakan.Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor di seluruh
Indonesia, termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan teknis bahwa betapa
berat memegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana atau uang dari rakyat yang
dikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya secara benar, akuntabel, dan
transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas korupsi di negeri ini.
A. Pengertian Kebaikan, Kebajikan dan Kebahagiaan
a. Kebaikan
Kebaikan berasal dari kata baik (al-khair), yang berarti sesuatu yang telah
mencapai kesempurnaan, sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan,
membawa kesenangan dan persatuan. Baik juga berarti sesuatu yang mempunyai nilai
kebenaran, nilai yang diharapkan memberikan kepuasan, mendatangkan rahmat,
memberikan perasaan senang atau bahagia. Kebaikan apabila memberikan
kesenangan, kepuasan, kenikmatan, yang di nilai positif oleh orang yang
menginginkannya. Kebaikan adalah perilaku yang membawa dampak positif bagi
orang lain, entah mereka yang ada di sekeliling kita atau masyarakat luas.
b. Kebajikan
Pada dasarnya kebajikan adalah perilaku atau kualitas yang memenuhi kebaikan
moral sebagai pondasi prinsip dan moral kebaikan. Kebajikan personal adalah
karakteristik yang bernilai karena mempromosikan kebesaran kolektif dan
individual. Kebiasaan yang dari sudut kesusilaan baik dinamakan kebajikan (virtue),
sedangkan yang jahat dan buruk dinamakan kejahatan (vice).
c. Kebahagiaan
Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu
pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas positif yang
disukai oleh individu. Sedangkan menurut Lopez dan Snyder (2007) kebahagiaan
merupakan kondisi emosi positif yang secara subjektif didefinisikan oleh setiap
orang. Sedangkan Lyubomirsky (2007) menyebutkan kebahagiaan sebagai penilaian
subyektif dan global dalam menilai diri sebagai orang yang bahagia atau tidak. Hal ini
beranjak dari pemikiran bahwa kebahagiaan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria
subyektif yang dimiliki individu. Dari beberapa pengertian ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suatu kondisi emosi positif dan aktivitas
positif yang dirasakan oleh individu secara subyektif dalam menilai diri sebagai
individu yang bahagia atau tidak sehingga secara keseluruhan kualitas kehidupan
menjadi baik.
B. Keutamanaan Dan Bentuk-Bentuk Etika Dalam Kebaikan
Al-Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan etika baik, yaitu sebagai
berikut :
1. Mencari hikmah yaitu keutamaan yang lebih baik Ia memandang bentuk hikmah yang
harus dimiliki seseorang yaitu jika berusaha untuk mencapai kebenaran dan ingin
terlepas dari semua kesalahan dari semua hal.
2. Bersikap berani. Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya
dengan akal untuk maju.
3. Bersuci diri. Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sikap yang dapat mengendalikan
syahwatnya dengan akal dan agama.
4. Berlaku adil yaitu seseorang yang dapat membagi dan memberi haknya sesuai dengan
fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan nafsunya untuk
mendapatkan hikmah di balik peristiwa yang terjadi.
1. Etika sopan santun contohnya memperlihatkan rasa terima kasih pada hal-hal kecil.
2. Etika minimalis. Bentuk ini yang paling dikenal, yaitu tidak selalu mementingkan
kepentingan pribadi, tetapi lebih mementingkan kepentingan bersama.
3. Etika fungsional. Yaitu etika seorang legislator dengan individu lainnya dalam
hubungan dengan konstituen memberikan suatu subyek yang lebih sesuai secara
alamiah.
4. Etika jabatan. Para pejabat bertindak atas nama orang lain, mereka diandaikan
memiliki hak dan kewajiban yang tidak dimiliki warga negara biasa, atau sekurang-
kurangnya dimiliki warga negara biasa, tetapi pada taraf yang tidak sama sebagai alat
negara, para pejabat dinilai dengan prinsip-prinsip yang di interpretasi secara berbeda
dibandingkan prinsip-prinsip yang berlaku bagi orang-orang yang bertindak untuk
diri mereka sendiri dan bagi kelompok yang tidak terlalu inklusif.
C. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebahagiaan
1. Kehidupan sosial
Orang yang sangat bahagia adalah orang-orang yang dapat mempunyai kehidupan
sosial yang baik dan sering melakukan sosialisasi dan paling sedikit hidup dalam
kesendirian.
2. Agama
Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang
yang tidak religius, hal ini dikarenakan agama dapat memberikan harapan akan masa
depan dan menciptakan makna dalam hidup bagi manusia. Hubungan antara harapan
akan masa depan dan keyakinan beragama merupakan landasan mengapa keimanan
sangat efektif melawan keputusan dan meningkatkan kebahagiaan.
3. Pernikahan
Pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Orang yang menikah dapat
mempengaruhi panjangnya usia dan mendapatkan penghasilan.
4. Usia
5. Uang
Pada negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun pada negara
yang lebih makmur, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada
kebahagiaan.
6. Kesehatan
Kebaikan dapat menjadi energy positif dalam menjalankan sebuah profesi, karena jika
seseorang melakukan tindakan kejahatan justru akan membahayakan dirinya sendiri dan
profesi yang diembannya. Apabila seseorang terbiasa melakukan perbuatan yang berbau
positif atau melakukan kebaikan, maka secara tidak langsung akan tertanam dalam diri
seseorang tersebut yaitu kebajikan, yang mana di dalam sebuah profesi dapat membantu
dalam mengendalikan keinginan untuk kepuasan badaniah dan mengajarkan sebuah
keadilan. Melalui kebajikan yang di awali kebaikan akan menjadikan seseorang itu
mendapat kebahagiaan, memperoleh kenyamanan, dan mendapatkan kepuasan dalam
menjalankan sebuah profesinya, serta dapat merasakan manfaatnya diantaranya yaitu :
E. Studi Kasus
Bab 4
Profesionalisme kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang tergerak untuk
melakukan suatu tindakan yang produktif serta professional. Profesionalisme kerja yang dimiliki
seorang pekerja dapat dilihat melalui motivasi yang mereka miliki dalam bekerja.
Karakteristik profesionalitas
3. Komunikatif
4. Memiliki kode etik, artinya seseorang harus memiliki norma-norma yang mengikat
7. Budaya professional
Tujuan profesionalitas
• Mengembangkan reputasi bisnis. Ketika harus memilih satu penyedia di atas yang lain
untuk layanan tertentu, penyedia dengan umpan balik paling positif kemungkinan besar
akan dipilih. Interaksi dan hubungan karyawan dengan pemangku kepentingan utama
adalah salah satu kontributor terpenting bagi asosiasi merek yang positif ini.
• Meminimalkan konflik
Karyawan profesional cenderung memahami batasan dengan lebih jelas, dan menyelesaikan
masalah kecil dengan pendekatan yang efisien dan penuh hormat. Perilaku profesional juga
membantu staf menghindari menyinggung klien ketika mereka memiliki perspektif yang
berbeda, serta menyinggung orang-orang dari unsur budaya atau latar belakang yang berbeda.
Manfaat profesionalisme
Sikap ini akan menanamkan kepercayaan pada atasan kita bahwa kita serius dengan pekerjaan
kita dan menganggap serius tujuan perusahaan. Hal ini dapat mengarah pada proyek yang
semakin penting dan peran yang lebih menonjol dalam proyek tersebut.
Dengan kata lain, atasan kita akan ingin membawa kita ke jenjang perusahaan bersamanya
karena kita adalah seorang profesional yang dapat diandalkan saat tugas itu penting untuk
keberlanjutan kesuksesan perusahaan. Menaiki tangga perusahaan memerlukan lebih banyak
tanggung jawab dan, tentu saja, gaji yang lebih besar.
Sikap profesionalisme
Sikap professional adalah orang yang memiliki profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan
memiliki kemampuan yang tinggidan berpegang teguh pada nilai moral yang terarah serta
mendasari perbuatan. Seseorang tentunya harus mempunyai keahlian yang didapatkan melalui
proses pendidikan dan disamping itu terdapat unsur semangat pengambilan dalam melaksanakan
suatu kegiatan kerja.
• Berpakaian Rapi
• Bekerja Sistematis
• Fokus Pada Pekerjaan
• Rajin belajar
• To The Point
Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat
terjadinya pemberian pelayanan publik tersebut. kualitas merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.
Profesionalisme kerja pegawai mempunyai pengaruh yang kuat dan bernilai positif serta
signifikan terhadap kualitas pelayanan publik. Artinya apabila profesionalisme kerja pegawai
meningkat maka kualitas pelayanan publik yang dihasilkan juga akan mengalami peningkatan.
Namun terkadang diinstansi (salahsatu daerah) lain masih banyak terlihat terkait kualitas
pelayanan publik dikantor-kantor pemerintahan yang belum maksimal dalam pelayanannya. Hal
tersebut dominan disebabkan karena rendahnya kualitas pegawai pelayanan publik tersebut,
selain itu kurangnya kedisiplinan dalam melakukan kegiatan pekerjaan dalam kata lai tidak
mengahargai waktu yang berdampak pada kurang efektifnya organisasi di kantor-kantor
pemerintahan salahsatu daerah tersebut.
Analisis
Berdasarkan hasil analisis maka pegawai hendaknya dapat meningkatkan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh
pemerintaha daerah agar terbentuk pegawai yang professional, mampu merespon dan menjawab
setiap keluhan dan permasalahan dari masyarakat.
Kemudian Hendaknya kedisiplinan pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dapat
ditegakkan. Dari hasil penelitian, sebagian pegawai kurang disiplin dan kurang menghargai
waktu.
Kesimpulan
Untuk itu perlu adanya profesionalisme yang ditanamkan kepada diri setiap pegawai atau tenaga
ahli agar tidak menyepelekan perkerjaan yang mereka sedang lakukan. dan juga perlu adanya
pemahaman kepada setiap individu dari profesi tersebut.
agar lebih mengenal etika atau aturan yang meliputi profesi yang mereka jalani agar menjadi
orang yang lebih bijak dalam bertindak serta menjalankan profesinya.
Berpakaian rapi dan sopan adalah suatu kebiasaan pribadi yang perlu dipupuk dan dipelihara.
Islam telah mengatur mengenai etika berpakian dengan menutup aurat. Salah satunya dengan
memakai hijab. Kata hijab sendiri berasal dari kata hajaba, yang berarti bersembunyi dari
penglihatan. Yang juga berarti al-satr, yaitu suatu benda yang menjadi sekat bagi benda lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hijab adalah sesuatu yang digunakan sebagai alat untuk memisah.
Dengan demikian, hal tersebut dapat menumbuhkan rasa hormat orang lain terhadap kita.
Sebaliknya, hal itupun juga memberikan kesan bahwa masyarakat dapat saling menghormati dan
membangun relasi yang baik.
ADAB BERPAKAIAN
Gaya berbusana dalam pandangan Islam, semestinya menjadi acuan live style bagi setiap muslimah,
terutama dalam mengimplementasikan nilai dasar keagamaan. Sehubungan dengan hal tesebut, secara
umum ada 3 (Tiga) ketentuan tata busana seoarang muslimah, antara lain:
Dilarang memakai pakaian yang sangat mahal dengan maksud takabur dan berbangga diri. Atau
memakai pakaian lusuh untuk menarik perhatian orang dan supaya disebut tawadhu’. Dalam konteks
ini, Nabi Muhammad bersabda: ”Siapa yang memakai pakaian (yang bertujuan mengundang)
popularitas, maka Allah akan mengenakan untuknya pakaian kehinaan pada Hari Kemudian, lalu
dikobarkan pada pakaian(nya) itu api” (HR.Abu Daud dan Ibn Majah).
Sebagaimana perempuan tidak boleh membuka bagian tubuh dibawah dada sampai ke lutut untuk
mahramnya dan perempuan lain ketika aman dari timbulnya fitnah.
3) Tidak boleh memakai pakaian bergambar sesuatu yang bernyawa dan bergambar salib
Sekarang ini banyak ditemukan pakaian bergambar makhluk hidup, bergambar salib, dan bertuliskan
kata-kata tidak sopan. Lebih lanjut, menurut Muhammad Nashiruddin al-Albani, dalam hal berbusana
yang sesuai dengan ketentuan Islam, paling tidak ada beberapa kriteria busana yang mesti diperhatikan
oleh seorang wanita muslimah. Beberapa kriteria tersebut yaitu:
Globalisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hidup dan kehidupan manusia dalam
berbagai aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, politik, budaya, sosial, bahkan pendidikan. Dalam hal ini
globalisasi telah mengubah kehidupan sehari-hari yang dirasakan di negara berkembang, terutama di
negara Islam seperti Indonesia. Salah satu dampak globalisasi yaitu berkurangnya moral warga Indonesia
mengenai etika berpakaian.
Gaya berpakaian orang sangat mengambarkan sebagaian besar nilai moral orang tersebut, dalam
masyarakat dan bagaimana cara orang tersebut hidup. Sebagaian besar remaja jaman sekarang
menyalahgunakan jaman dan teknologi yang sudah canggih.
Apalagi orang jaman sekarang sangat suka mengikuti tren mode, bukan hanya remaja saja tetapi mulai
dari anak-anak sampai orang tua yang sangat suka mengikuti gaya berpakaian kebarat-baratan. Dimana,
secara tidak langsung hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai budayanya sendiri.
Hal ini sangatlah berbahaya karena telah menyimpang dari nilai-nilai nenek luhur. Budaya barat yang
menjadi kiblat budaya dunia telah menjadi momok mengerikan bagi negara Indonesia, budaya dimana
semakin menggunakan pakaian yang bersifat you can see adalah yang semakin modern.
Seperti yang kita lihat bahwa banyak sekali remaja-remaja menggunakan celana pendek di depan
umum. Padahal kita sudah diajarkan di dalam agama islam bahwa kita harus menutup aurat kecuali
tangan dan wajah yang terlihat.
Oleh sebab itu, pentingnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengetahui batasan-batasan dalam
berbusana. Sebab, berbusana yang indah dan serasi adalah jika yang mengenakan busana menerapkan
nilai estetika. Yang artinya memperhatikan model, warna, corak dan tekstur sesuai dengan yang
mengenakan busana tersebut
Sebagai perguruan tinggi yang berbasis Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda
berupaya untuk meningkatkan jati diri yang berkenaan dengan etika pergaulan mahasiswa. Oleh sebab
itu, dengan memperhatikan hasil rapat senat pada tanggal 19 juni 2002, Ketua STAIN Samarinda
mengeluarkan Keputusan Nomor : 19 tahun 2002 tentang etika pergaulan dan berbusana mahasiswa
STAIN Samarinda.
Penerapan etika berpakaian mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Samarinda dalam
keputusan Ketua STAIN tersebut termaktub dalam pasal 2 ayat b yang berbunyi :
1) Wajib berbusana muslimah yang rapi, tidak transparan dengan baju (atasan) panjang yang
menutupi pinggul serta berjilbab.
Berdasarkan hasil observasi, seluruh mahasiswi STAIN Samarinda memakai busana yang muslimah. Hal
ini dapat dilihat bahwa Tidak ada satupun mahasiswi yang tidak memakai kerudung / jilbab, tidak ada
satu pun yang memakai bawahan yang diatas betis dan tidak ada satu pun yang memakai baju yang
terbuka diatas lengan.
2) Tidak diperkenankan memakai kaos, celana panjang jenis jeans atau celana panjang yang ketat
serta rok dengan belahan panjang.
Namun berdasarkan hasil observasi, masih banyak mahasiswi yang menmakai baju kaos. Sebagian
mamakai baju kaos yang panjang dan longgar, namun sebagian memakai baju kaos yang panjang,
namun ketat.
Namun, hasil observasi menemukan bahwa banyak mahasiswi STAIN Samarinda yang memakai sepatu
olah raga dengan berbagai macam bentuk. Disamping itu, masih adapula mahasiswi yang memakai
sandal, baik pada saat mengikuti perkuliahan, maupun beraktivitas lainnya
1. Presiden
Presiden termasuk profesi tertinggi dalam suatu negara modern. Gaji pokok
presiden cukup besar dan bergengsi. Presiden sebenarnya hanya sebutan, intinya
adalah kepala negara. Arab Saudi menyebutnya raja karena menganut sistem
pemerintahan kerajaan Islam.
Pengertian tanggung jawab social perusahaan atau CSR sangat beragam. Intinya,
CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi
kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang
memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving,
corporate philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Tanggung jawab perusahaan ( CSR ) yang baik CSR yang baik (good CSR)
memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni fairness, transparency,
accountability, dan responsibility, secara harmonis. Ada perbedaan mendasar di antara
keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat
shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham
perusahaan.
a. Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
- Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
- Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
- Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu
b. Status Perusahaan
ETIKA BERKOMUNIKASI
Etika sendiri merupakan nilai dan norma yang berlaku untuk dijadikan pandangan dan standar
manusia dalam bertindak dan bertingkah laku. Dalam kaitannya dengan komunikasi, etika
komunikasi mencakup segala nilai dan norma yang menjadi standar dan acuan manusia dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Maka, Etika komunikasi adalah penilaian suatu tindakan
komunikasi yang baik dan buruk berdasarkan standar yang berlaku.
• B. Tujuan Etika Berkomunikasi
• • Melancarkan komunikasi dengan orang lain.
• • Memahami apa yang dikomunikasikan orang lain.
• • Diterima dalam sosial masyarakat karena mengikuti etika yang berlaku.
• • Memperkuat hubungan yang terjalin dengan orang lain.
• • Pesan yang disampaikan dapat diterima dengan lebih baik.
• • Dihargai orang lain karena kita menghargai mereka juga.
• • Tidak bertindak sembarangan dan seenaknya dalam berkomunikasi.
1. Pengetahuan
2. Perkembangan
Tingkat pengetahuan seseorang menjadi faktor utama dalam komunikasi. Seseorang dapat
menyampaikan pesan dengan mudah apabila ia memiliki pengetahuan yang luas. Seorang
komunikator yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, ia akan lebih mudah memilih kata-kata
(diksi) untuk menyampaikan informasi baik verbal maupun non verbal kepada komunikan. Hal ini
berlaku juga untuk seorang komunikan. Seorang komunikan dapat merespon atau
menginterpretasikan informasi yang diberikan komunikator dengan baik apabila ia memiliki
pengetahuan. Misalnya seorang akademisi tidak mungkin menggunakan kata-kata yang intelektual
apabila ia menghadapi seorang yang pendidikannya lebih rendah darinya. Hal tersebut justru menjadi
penghambat dalam proses komunikasi.
Perkembangan memiliki dua aspek, yaitu:
• • Pertumbuhan manusia
Pertumbuhan dapat mempengaruhi pola pikir manusia. Bagaimana komunikan menyikapi informasi
yang diberikan komunikator dan bagaimana komunikator menyampaikan informasi kepada
komunikan. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menyampaikan informasi agar dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya cara menyampaikan informasi kepada anak balita
dengan remaja tentu saja berbeda. Ada cara-cara tersendiri yang dapat kita sesuaikan dengan pola
pikir yang sesuai dengan pertumbuhannya.
• • Keterampilan menguasai bahasa 3. Persepsi
•
Keterampilan dalam berbahasa ini merupakan salah satu faktor yang sangat terkait dengan
pertumbuhan. Misalnya jika kita menghadapi remaja maka kita lebih baik mengetahui bahasa-bahasa
yang digunakan dalam kesehariannya atau disebut dengan bahasa gaul. Dengan demikian kita dapat
menjalin komunikasi dengan baik. Begitu pula dengan bayi, bayi memiliki keterampilan bahasa
hanya dengan isyarat (non verbal) seperti menangis jika sakit, haus, atau lapar.
Persepsi adalah suatu cara seseorang dalam menggambarkan atau menafsirkan informasi yang diolah
menjadi sebuah pandangan. Pembentukan persepsi ini terjadi berdasarkan pengalaman, harapan, dan
perhatian. Proses pemahaman manusia terhadap suatu rangsangan atau stimulus ini dapat memiliki
padangan yang berbeda-beda. Selain dapat menjadi pengaruh baik, persepsi juga dapat menjadi
penghambat untuk komunikasi.
Misalnya ada dua orang yang sedang berbicara mengenai “behel”. Seorang berprofesi
sebagai dokter gigi dan seorang lagi berprofesi sebagai pekerja bangunan. Maka mereka
memiliki persepsi yang berbeda tentang “behel”. Si dokter gigi berpersepsi bahwa
“behel” adalah alat yang digunakan untuk merapikan struktur gigi, sedangkan si pekerja
bangunan memiliki persepsi bahwa “behel” adalah besi yang digunakan untuk membuat
bangunan
Nilai dan budaya/ adat menjadi kacamata yang dijadikan tolak ukur untuk komunikasi (pantas atau
tidak pantas) agar komunikasi terjalin dengan baik. Sebelum berbicara dengan orang lain, lebih baik
kita mengetahui bagaimana latar belakang budaya/ adat yang mereka anut. Misalnya orang batak
yang terbiasa dengan suara keras dan intonasi yang tinggi. Sedangkan orang jawa terbiasa dengan
bahasa yang halus dengan intonasi yang rendah. (Baca juga: Komunikasi Antar Budaya)
• • Stimulus Eksternal
Stimulus eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dari luar. Misalnya
kebisingan suara dapat mempengaruhi respon yang kurang baik karena adanya penurunan indera
pendengaran, sehingga dapat menjadi penghambat dalam proses komunikasi.
• • Jarak
Jarak antara komunikator dan komunikan mempengaruhi komunikasi. Jika komunikator dan
komunikan berjarak cukup jauh maka komunikator akan sulit menciptakan komunikasi yang baik
kepada komunikan. Namun di zaman yang sudah modern ini memiliki alternatif lain untuk
menciptakan komunikasi yang baik, yaitu komunikator dan komunikan dapat menggunakan
komunikasi secara lisan, tulisan, atau media lainnya. Tetapi masih ada beberapa gangguan atau
hambatan yang terjadi ketika memiliki komunkasi jarak jauh.
6. Emosi
Emosi adalah reaksi seseorang dalam menghadapi suatu kejadian tertentu. Emosi terkadang tidak
dapat dikendalikan oleh diri sendiri. Sehingga emosi juga mempengaruhi proses komunikasi itu
sendiri bahkan emosi dapat menjadi hambatan.
7. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempunyai peranan yang penting untuk berkomunikasi. Semua indera
memiliki fungsi-fungsi yang digunakan dalam kelangsungan komunikasi.
8. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berkomunikasi dapat dilihat dari gaya berbicara
dan interpretasi. Menurut Tannen, kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari
konfirmasi, meminimalkan keintiman. Sementara kaum laki-laki lebih menunjukkan independensi
dan status dalam kelompoknya.
D. Komunikasi Bisnis
• Komunikasi ke atas internal biasanya mencakup survei, umpan balik, formulir, dan laporan
yang disampaikan karyawan kepada manajer atau pemimpin tim mereka. Misalnya, laporan
pemasaran dapat menyertakan statistik seperti total pengunjung situs web, keterlibatan media sosial,
atau total prospek yang dihasilkan.
• Komunikasi Internal ke Bawah
Komunikasi internal ke bawah mengalir dari atasan ke satu atau lebih bawahan. Jenis komunikasi ini
bisa dalam bentuk surat, memo atau arahan verbal.
Saat berkomunikasi dengan karyawan, pemimpin harus menjaga komunikasi tetap profesional dan
jelas. Contoh dari jenis komunikasi ini dapat mencakup memo tentang prosedur operasi perusahaan
baru seperti persyaratan keselamatan dan peraturan baru.
• Komunikasi Bisnis Internal Lateral
Komunikasi internal lateral terjadi di antara karyawan di tempat kerja. Saat ini, ada banyak cara
karyawan dapat berkomunikasi: chatting, pesan, email.
Jenis komunikasi ini dapat berada di dalam atau di antara departemen dan itu terjadi lebih teratur
daripada jenis komunikasi lainnya. Selain itu, seringnya komunikasi di antara karyawan memainkan
peran penting untuk keterlibatan dan produktivitas karyawan.
• Komunikasi Eksternal
Komunikasi bisnis eksternal adalah setiap komunikasi yang terjadi dengan pihak luar seperti
pelanggan, prospek, vendor, atau mitra. Tidak seperti semua jenis komunikasi internal, komunikasi
eksternal terjadi secara kurang teratur.
• E. Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Secara umum, komunikasi verbal adalah komunikasi yang berbentuk lisan ataupun tulisan, contohnya
adalah penggunaan kata-kata. Sedangkan komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tidak
menggunakan kata-kata, contohnya menggunakan bahasa tubuh seperti mimik wajah dan gerakan
tangan, bahkan intonasi suara dan kecepatan berbicara.
Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa dilakukan secara
langsung (face to face) atau dengan perantara media, contohnya berinteraksi menggunakan sosial
media atau telepon genggam. Sedangkan komunikasi verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan
menggunakan media seperti surat, postcard, chating di media sosial, dan sebagainya.
Sedangkan Komunikasi non-verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung atau face to
face. Sebabnya, dalam komunikasi menggunakan media digital, komunikasi non-verbal seringkali tidak
mungking dilakukan. Contohnya ketika kita sedang chatting, tidak mungkin kita bisa melihat ekspresi
wajah lawan bicara kita atau mendengar intonasi suaranya. Karena keterbatasan ini pula komunikasi
non-verbal sering menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya, terkadang ada orang yang menggunakan
emoji secara tidak tepat. Misal seseorang salah mengirim emoji marah padahal sebenarnya dia ingin
mengirim emoji tersenyum yang terletak di sebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi
pesan menjadi salah paham dan ikut marah.
• F. Cara berkomunikasi dengan baik