Anda di halaman 1dari 5

Tugas RMK

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN MENUJU ERA GLOBAL

Penyusun:

-Alvian Ananta P 18013010182

-Naufaldo Rizki T 18013010192

-Sulthan Dhaifullah D 18013010202

- Anindita Marjani 20013010031

-Citra Nanditya Putri 20013010034

- Lucky Muwaffiq Asyafa' 20013010094

-Fahrul Razi 20013010131

-Caesar Bagus P 20013010139

- Andrea Safina Wibowo 20013010271

TAHUN AJARAN 2021/2022

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UPN VETERAN JAWA TIMUR


PERAN PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN AKUNTANSI

Dalam era revolusi informasi, pendidikan akan memegang peranan sentral dalam
prosespenciptaan nilai tambah. Menurut Elliott, kalau nilai tambah selamarevolusi pertanian
dipacu oleh kerja otot manusia dan hewan yang mengonsumsi bahan bakar batubara dan
minyak bumi, maka selama revolusi informasi nilai tambah akan dipacu oleh kerja otak
(knowledge work) yang memerlukan bahan bakar pendidikan.

Jadi tidak berbada dengan standard oil dan mobil oil dalam era revolusi industri, lembaga
pendidikan tinggi pada umumnya dan lembaga pendidikan akuntansi pada khususnya akan
memegang peranan yang sangat strategis dalam era revolusi informasi. Kalau mesin yang
“terampil” dan “cekatan” dalam era revolusi industri memerlukan ketrampilan, kecekatan,
dan kekuatan otot para pekerja kerah biru (blu collar workers), maka mesin-mesin dan era
revolusi informasi yang telah diperlengkapi dengan kecerdasan buatan (artificial intteligence)
dan terkait satu sama lain dalam jaringan informasi superhighways yang sangat kompleks
tidak saja memerlukan tenaga otak para pekerja berkerah putih (white collar workers) yang
cerdas, tetapi juga yang “utuh” sebagai manusia. Berbeda dengan para pekerja berkerah
putih selama revolusi industri yang pada umumnya masih bekerja secara mekanistik, dalam
era revolusi informasi mereka dituntut untuk bekerja secara organik. Menurut Peter Drucker
dalam proses pekerjaan mekanistik, para pekerja berkerah putih hanya dibekali denngan
ketrampilan berfikir analitikal di mana jumlah keseluruhan sama dengan hasil penjumlahan
dari bagian-bagian. Sebaliknya,dalam proses pekerjaan organik, mereka dituntut untuk
bekerja secara sinergis sehingga memerlukan ketrampilan berbikir konfigurasional di mana
jumlah keseluruhan lebih besar dari pada penjumlahan dari bagian-bagiannya. Dalam
knowledge society, kerja mekanistik para pekerja baik yang berkerah biru maupun putih
akan makin berkurang karena lambat laun akan diambil alih oleh mesin-mesin dengan
kecerdasan buatan yang semakin tinggi.

TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL

Enam manfaat dari kode etik profesi,yaitu:

Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat (peer pressure)
dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang diakui umum yang harus
dipertimbangkan dalam proses keputusan.

Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah daripada
mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoe.

Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu (ambiguous
situational).

Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat juga
mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers). kode etik dapat merinci tanggung
jawab sosial perusahaan itu sendiri.

kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau
mengewasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah memberikan
kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management Accountants (IMA). Kode etik
AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang berpraktik pada kantor akuntan publik,
sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan
manajemen di suatu organisasi perusahaan.

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN: INTERNASIONAL FEDERATION OF ACCOUNTANTS


(IFAC)

Pada bulan Juni 2005, organisasi profesi IFAC telah menerbitkan kode etik seara lengkap
dan sangat rinci. Pedoman kode etik ini tersiri atas tiga bagian ; Bagian A berisi prinsip-
prinsip fundamental Etika Profesi yang berlaku untuk seluruh profesi akuntan dan juga berisi
kerangka konsep untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut; Bagian B berisi penjelasan
lebih lanjut mengenai penerapan kerangka konsep dan prinsip-prinsip fundamental pada
bagian A untuk situasi-situasi khusus, terutama bagi mereka yang berpraktik sebagai
akuntan publik; dan bagian C berisi penjelasan lebih lanjut mengenai kerangka konsep dan
prinsip-prinsip fundamental pada bagian A untuk diterapkan pada situasi-situasi khusus,
terutama bagi profesi akuntan bisnis (akuntan manajemen).

Struktur dan Kerangka Dasar

Menurut Brooks (2007), ada 4 pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC sebagai
berikut: Memahami Struktur Kode Etik, Memahami Kerangka Dasar Kode Etik untuk
melakukan penilaian yang bijak, Proses Menjamin Independensi Pikiran (independence in
mind) dan Independensi Penampilan (independence in appearance), Pengamanan untuk
mengurangi Risiko Situasi konflik Kepentingan.

Kerangka dasar Kode Etik IFAC dijelaskan sebagai berikut:

Ciri yang membedakan profesi akuntan yaitu kesadaran bahwa kewajiban akuntan adalah
untuk melayani kepentingan publik.

Harus dipahami bahwa tanggung jawab akuntan tidak secara eklusif hanya melayani klien
(dari sudut pandang akuntan publik), atau hanya melayani atasan (dari sudut pandang
akuntan bisnis), melainkan melayani kepentingan publik dalam arti luas.

Tujuan (objective) dari profesi akuntan adalah memenuhi harapan profesionalisme, kinerja,
dan kepentingan publik.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan empat kebutuhan dasar, yaitu kredibilitas,
profesionalisme, kualitas jasa tertinggi, dan kerahasiaan.

Keseluruhan hal tersebut hanya dapat dicapai bila profesi akuntan dilandasi oleh prinsip-
prinsip perilaku fundamental, yang terdiri atas: integritas, objektivitas, kompetensi
profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis.

Namun, prinsip-prinsip fundamental pada butir (5) hanya dapat diterapkan jika akuntan
mempunyai sikap independen, baik independensi dalam pikiran (independence in mind)
maupun independen dalam penampilan (independence in appearance).

Konsep-konsep yang memerlukan penjelasan antara lain: Prinsip-prinsip Fundamental Etika,


Independensi, Ancaman terhadap Independensi, Pengamanan terhadap Ancaman
Independensi.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika: Integritas (integrity), Objektivitas (objektivity), Kompetensi


profesional dan kehati-hatian, Kerahasiaan (confidentiality), Perilaku profesional (profesional
behavior)

Independensi :
a. Dalam pikiran: suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapan suatu
kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mempromosikan penilaian profesional.

b. Dalam penampilan: penghindaran fakta dan kondisi yang sedekimian signifikan sehingga
pihak ketiga yang paham dan berpikir rasional - dengan memiliki pengetahuan.

Ancaman terhadap Independensi: Kepentingan diri (self-interest), review diri (self-review),


Advokasi (advocacy), Kekerabatan (familiarity), Intimidasi (intimidation).

Ancaman Independensi Akuntan Publik

Contoh langsung Ancaman Kepentingan Diri untuk akuntan bisnis: Kepentingan keuangan,
pinjaman, dan garansi; Perjanjian kompensasi insentif; Penggunaan harta perusahaan yang
tidak tepat; Tekanan komersial dari pihak di luar perusahaan.

Pengamanan terhadap ancaman

Ada dua kategori pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu: Pengamanan


melalui profesi, legislasi, atau regulasi; Pengamanan lingkungan kerja.

Profesi Akuntan dalam Era Perdagangan Bebas

Sejalan dengan kemajuan perekonomian satu negara maka sektor jasapun semakin
berkembang. Bahkan mulai dekade 90-an perdagangan jasa telah mengalami peningkatan
yang lebih besar dari perdagangan barang. Hal ini dukung oleh kemajuan teknologi
informasi, spesialisasi dan diferensiasi produk. Perdagangan bebas disektor jasa termasuk
didalamnya profesi akuntan publik, dengan diberlakukannya ketentuan General Agreement
on Trade in Services (GATS) disatu sisi merupakan tantangan dan di sisi lain merupakan
peluang. Tantangan yang harus dihadapi oleh akuntan di di era GATS adalah, seperti :

a.Masuknya tenaga akuntan dari luar negeri yang apabila kita tidak siap akan merupakan
pesaing berat. Apalagi mereka dibekali profesionalisme dan integritas tinggi, modal teknologi
serta kemampuan berkomunikasi (bahas Inggris) yang baik akan menjadikan mereka sulit
untuk ditandingi.

b. Perkembangan ekonomi dan bisnis negara lain yang cukup pesat serta tuntutan
masyarakat yang semakin komplek, perlu dipelajari dan dipahami termasuk kebijakannya,
aturan-aturan, kelembagaan serta tingkah laku bisnisnya, supaya diteliti secara kontinyu dan
cermat untuk dapat melakukan penetrasi pasar.

c. Dengan disetujuinya GATS, Indonesia seharusnya mulai meyesuaikan diri dengan


ketentuanketentuan perdagangan jasa termasuk profesi akuntan dengan ketentuan dalam
GATS. - Untuk dapat memahami specific commitments negara lain perlu penguasaan
bahasa Inggris serta tekonologi informasi sehingga dapat memanfaatkan holes dan
loopholes negara lain.

Peran Akuntan dalam SIA

Terkomputerisasi Definisi akuntansi yang dikeluarkan oleh American Institute of Certified


Publik Accountants (AICPA) adalah sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa.
Fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan,
dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusankeputusan ekonomi dalam mengambil alternatif-alternatif suatu keadaan.
Selanjutnya akuntansi yang merupakan sistem informasi tersebut dikenal sebagai sistem
informasi akuntansi. Sumber dari informasi adalah data, khususnya untuk sistem informasi
akuntansi adalah transaksi, yang hasil akhirnya berupa laporan keuangan.

Moscove mengemukakan definisi Sistem Informasi Akuntansi sebagai berikut : ”Sistem


Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan,
mengklasifikasikan, memproses, menganalisis, mengkomunikasikan informasi pengambilan
keputusan dengan orientasi finansial yang relevan bagi pihak-pihak luar dan pihakpihak
dalam perusahaan (terutama manajemen).” Digunakannya komputer sebagai alat bantu
dalam memproses atau mengolah data tidak mengubah hakikat sistem informasi akuntansi,
tetapi prosedur dan tata cara pengolahan datanya menjadi berbeda dibanding dengan
sistem manual.

Penggunaan komputer akan lebih kompleks dan rumit serta memerlukan pengetahuan
khusus mengenai komputer. Namun pengolahan data dengan komputer dapat dilakukan
dengan mudah, cepat dan kapasitasnya lebih banyak, dan tentunya informasi yang
dihasilkanpun akan lebih cepat, lebih banyak dan lebih akurat. Tidak dapat pungkiri bahwa
kemampuan komputer dalam mambantu akuntan dalam mengolah data jauh lebih akurat
dan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan sistem manual.

Informasi akuntansi berbasis komputer berpengaruh terhadap peran akuntan dalam SIA.
Minimal seorang akuntan harus dapat mengoperasikan komputer, karena profesi akuntan
memiliki hubungan yang sangat erat dalam sistem informasi akuntansi. Profesi akuntan
sebagai akuntan publik terutama memberikan jasa dalam bidang pemeriksaan akuntan
(auditing). Untuk organisasi yang telah terkomputerisasi dalam melakukan audit akuntan
tidak lagi menerapkan pemeriksaan lama (manual),

Kesimpulan

Tidak disangkal lagi bahwa era globalisasi dan era informasi telah merubah struktur ekonomi
menjadi lebih kompleks, terlebih lagi dengan adanya era perdagangan bebas yang menuntut
daya saing tinggi. Saat ini bukan saatnya bagi profesi akuntan untuk tinggal diam dengan
model-model statis masa lalu yang epnuh dengan konflik dan pelanggaran. Profesi akuntan
harus dapat bekerja secara profesional dan lebih responsif terhadap perubahan kondisi
bisnis dan selalu siap mereview visi, misi, strategi dan adaptasi untuk menjaga kualitas jasa
dalam kompetisi. Seorang akuntan harus dapat menyikapi era globalisasi dan perdagangan
bebas khususnya dalam bidang jasa tidak hanya dengan menganggapnya sebagai suatu
ancaman, tetapi juga harus dapat menjadikannya sebagai tantangan dan peluang agar
akuntan dapat maju dan terus berusaha untuk menghadapinya sehingga pada akhirnya
tantangan tersebut menjadi kesempatan emas yang harus diambil. Agar tujuan tersebut
dapat tercapai diperlukan peranan institusi akuntansi yang berfungsi sebagai pencetak
akuntan-akuntan yang diharapkan handal dan berkualitas sehingga mampu menembus era
perdagangan bebas.

Anda mungkin juga menyukai