Revisi Layout Buku Metode Memilihan Dan Pembuatan Hewan
Revisi Layout Buku Metode Memilihan Dan Pembuatan Hewan
Pembuatan Hewan
Model Beberapa Penyakit
Pada Penelitian Eksperimental
Penulis:
Fitri Handajani
Metode Pemilihan Dan Pembuatan Hewan
Model Beberapa Penyakit Pada Penelitian
Eksperimental
© 2021
Diterbitkan Oleh:
ISBN : 978-623-7748-88-5
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Ketentuan Pidana Pasal 112 - 119. Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan,
memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis
dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Metode Pemilihan dan Pembuatan Hewan Model Beberapa Penyakit Pada iii
Penelitian Eksperimental
suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan
selama penulis menyelesaikan buku ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada seluruh jajaran pimpinan, staf pendidik dan
staf kependidikan Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya serta semua pihak yang telah mendukung penulisan buku
ini. Penulis berharap buku ini memberikan peningkatan penelitian
manfaat bagi seluruh pembaca. Aamiin.
Metode Pemilihan dan Pembuatan Hewan Model Beberapa Penyakit Pada vii
Penelitian Eksperimental
DAFTAR GAMBAR
viii Metode Pemilihan dan Pembuatan Hewan Model Beberapa Penyakit Pada
Penelitian Eksperimental
Gambar 5.1 Kaki hewan coba artrtitis ajuvan pasca
induksi dengan skor keparahan 1 (gambar A),
2 (gambar B), 3 (gambar C), 4 (gambar D).........34
Gambar 6.1 Skema diagram infeksi bakteri H pylori
dan patogenesisnya ................................................... 47
Gambar 7.1 Mekanisme aksi streptocotozin (STZ) pada
sel β pancreas .............................................................55
Gambar 7.2 Struktur aloksan ........................................................57
Gambar 7.3 Mekanisme pembentukan ROS melalui siklus
redoks akibat induksi aloksan ................................59
AA : Artritis Adjuvan
ACPA : antigen citrullinated protein/ peptide
ADH : alkohol dehidrogenase
ALDH : aldehyde dehydrogenase
ALP : Alkaline Phosphotase
ALT : Alanine Transaminase
APAP : Acetaminophen
CCl4 : Carbon tetrachloride
CFA : Complete Freunds adjuvant
Cox 2 : cyclo oxygenase 2
CRP : C reactive protein
GGT : gamma glutamil transferase
GSH : Glutathione
HAI : Histological activity index
HLA : Human leukosit antigen
H2O2 : hidrogen peroksida
IFA : incomplete Freund Adjuvant
i.m : intra muscular
i.p : intra peritoneal
MDA : malondialdehide
MNU : N-metil-N-nitrosourea
NAFLD : non alkoholic fatty liver disease
NAPQI : N-acetyl-p-benzoquinone imine
NO : Nitrit Oksid
NSAIDs : non-steroidal Anti-inflammatory Drugs
OCN : osteocalcin
PAD : peptidyl arginine deiminase
PIA : pristane induced arthritis
RUNX-2 : runt‑related transcription factor 2
PENGENALAN DAN
PEMILIHAN HEWAN COBA
PEMELIHARAAN DAN
PERLAKUAN HEWAN COBA
Gambar 2.2 Hewan coba diletakkan dalam kandang dan diberi makanan
dan minuman yang bisa diakses dengan mudah
Gambar 3.4 Darah yang sudah diambil ditampung dalam botol dan di
beri label untuk pemeriksaan di laboratorium
D iabetes mellitus merupakan penyakit metabolik
kronis yang ditandai dengan kekurangan insulin
baik secara relatif atau absolut, menyebabkan hiperglikemia.
Berbagai komplikasi timbul dari hiperglikemia kronis seperti
neuropati, nefropati, dan retinopati serta peningkatan risiko
penyakit cardiovaskular, sehingga meningkatkan penelitian untuk
mengetahui etiologi, mekanisme, pengobatan dan pencegahan
tentang penyakit ini. (Al-awar et al. 2016; Islam Md and Venkatesan
V, 2016; Liu et al. 2020 )
Terdapat 2 type yang umum pada penyakit diabetes mellitus
yaitu diabetes type 1 dan diabetes type 2. Secara umum diabetes type
1 dianggap dikarenakan oleh sistem imun sebagai pencetus, atau jika
tidak secara langsung dimediasi oleh imun, atau penghancuran sel
β pankreas penghasil insulin. Sehingga diabetes type 1 ini dianggap
sebagai penyakit autoimun, dan kejadiannya paling sering terjadi
pada anak-anak dan remaja dewasa. Tipe 2 diabetes dikaitkan
dengan resistensi insulin dan kurangnya kemampuan kompensasi
beta yang menyebabkan defisiensi insulin relatif (Al-awar et al.
2016; Islam Md and Venkatesan V, 2016)
Model hewan sangat umum digunakan dalam penelitian
diabetes melitus. Terdapat berbagai metode untuk menginduksi
diabetes melitus.
Induksi diabetes mellitus dibagi menjadi:
1. Diabetes mellitus dengan hewan model genetik
Induksi hewan model dengan metode ini harus dipersiapkan
mengubah genetik dari hewan coba agar sesuai dengan tujuan
penelitian.
7.1
Hewan Model Diabetes mellitus yang diinduksi
streptozotocin (STZ)
Streptocotozin (STZ) merupakan suatu analog nitrosourea,
dimana terdapat hubungan antara bagian N-metil-N-nitrosourea
(MNU) dan karbon-2 dari heksosa. Secara umum, terjadinya
toksisitas akibat induksi STZ tergantung pada aktivitas alkilasi
DNA pada bagian metil-nitrosourea nya. Transfer gugus metil dari
STZ ke molekul DNA menyebabkan kerusakan sepanjang rantai
yang bereaksi dan mengarah pada fragmentasi DNA. (Al-awar et al.
2016)
7.3
Hewan Model Diabetes Melitus yang Diinduksi
Deksametason
Deksametason merupakan obat glukokortikoid sintetis
yang banyak digunakan sebagai obat anti inflamasi, anti alergi dan
penyakit autoimun. Penggunaan deksametason dosis tinggi dan
jangka panjang memberikan dampak negatif bagi penggunanya
dapat berupa diabetes melitus, hipertensi, gangguan fungsi hepar,
HEWAN MODEL
KERUSAKAN HEPAR/HEPATITIS
H ati merupakan organ vital multifungsi yang berperan
penting dalam pemeliharaan homeostasis tubuh.
Hati berperan penting dalam menjaga status kesehatan manusia,
hal ini berarti bahwa penyakit hati dapat sangat mempengaruhi
status kesehatan dan mengancam kehidupan manusia. Disfungsi
sistem hepatobilier, terutama disfungsi hati, paling sering terjadi
karena adanya senyawa agresif. Ini termasuk efek racun, kerusakan
bakteri dan virus, radikal bebas. Selain itu, sistem hepatobilier dapat
mengalami disfungsi karena gangguan hormonal dan metabolisme,
gizi buruk, alkohol, stres, hiperlipidemia dan lain-lain (Khudir et
al., 2019; Baali et al,. 2020; Ye. Zalyhina et al., 2019)
Penyakit hati berkembang perlahan dan biasanya tetap
asimtomatik untuk jangka waktu lama karena sel hati dapat
meregenerasi diri dan memiliki aktivitas reparatif yang tinggi.
Fungsi utama hati adalah memetabolisme racun termasuk obat-
obatan dan produk alami. Hati juga memproduksi empedu, protein,
faktor pembekuan, sintesis glikogen dan memproduksi trigliserida
dan kolesterol. Kerusakan kecil di hati dapat mempengaruhi
seluruh tubuh manusia. Penyakit hati diketahui memiilki berbagai
patogenesis terjadinya kerusakan sel hati. Beberapa penelitian
medis telah menunjukkan peran penting stres oksidatif dalam
patogenesis penyakit hati dan telah membuktikan peran perbaikan
dari antioksidan. (Majeed et al., 2019; Khudir et al., 2019, Baali et
al,. 2020)
Penelitian pada hewan coba yang dengan kerusakan hati
variabel yang dapat diteliti antara lain pemeriksaan fungsi liver
meliputi Alanin transaminase (ALT), Aspartat transaminase (AST),
8.4
Hewan Model Kerusakan Hepar yang Diinduksi
Deksametason
Pada bab sebelumnya penulis sudah menjelaskan tentang
dekasametason digunakan untuk induksi diabetes melitus, pada
bab ini penulis akan menjelaskan deksametason digunakan sebagai
induksi kerusakan hepar.
Glukokortikoid (GC), seperti dexamethasone (DEX),
sangat efektif sebagai anti-inflamasi, imunosupresan dan obat
dekongestan. Penggunaan deksametason dosis tinggi dan jangka
panjang mengakibatkan efek samping yang serius, seperti diabetes
melitus, gangguan hati, kejadian kardiovaskular, hipertensi,
dislipidemia dan osteoartritis. Glukokortikoid terlibat dalam
pembentukan lemak hati dengan meningkatkan produksi lemak
asam dan mengurangi β-oksidasi (Shaaban et al., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Shaaban et al., 2018
menggunakan deksametason sebagai induksi terjadinya
hiperlipidemia dan steatosis (perlemakan) hati. Hewan coba
diinduksi deksametason secara intraperitoneal dengan dosis 8 mg/
kg selama 6 hari. Pada akhir percobaan hewan coba dikorbankan
dan dilakukan pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, kadar glukosa
darah, profil lemak dan enzim jantung berupa Creatinin-kinase
myocardial band (CK-MB) dan laktat dehidrogenase (LDH)
72 Metode Pemilihan dan Pembuatan Hewan Model Beberapa Penyakit Pada
Penelitian Eksperimental
(Shaaban et al., 2018).
Peneliti El- Sawy et al. 2018 meneliti tentang penghambatan
Silymarin terhadap efek merusak dari deksametason. Dijelaskan
pada penelitian tersebut bahwa pemberian deksametason secara
intra muskular dengan dosis 0,25 mg/kg BB dua kali seminggu
dengan interval 72 jam mengakibatkan terjadinya peningkatan
kadar alanine amino transferase (ALT), alkaline phosphatase
(ALP), trigliserida, malondialdehida (MDA), urea dan kreatinin.
Induksi dekasametason juga mengakibatkan terjadinya penurunan
kadar protein total, globulin, total kolesterol dan kapasitas anti
oksidan (El- Sawy et al., 2018).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Hasona et al., 2018
meneliti tentang pegaruh Ekstrak anggur dalam memperbaiki
disfungsi Hati dan Ginjal yang Diinduksi oleh Deksametason
pada Tikus Albino. Pada penelitian ini induksi disfungsi hati dan
ginjal menggunakan deksametason yang diberikan secara injeksi
subkutan dengan dosis 0,1 mg/kg BB seminggu 3 kali selama 4
minggu berturut-turut. Pada hari ke 30 hewan coba dikorbankan
dan dilakukan pemeriksaan kadar alanine amino transferase (ALT),
alkaline phosphatase (ALP), serum albumin, aktivitas enzim
Hepatic glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PDH), kadar
glukosa, asam urat, kreatinin, aktivitas enzim katalase dan glutahion
(Hasona et al., 2018)
PENUTUP