Anda di halaman 1dari 4

1

TOAFL: Mengukur Validasi Bahasa Arab


Salah satu instrumen evaluasi pembelajaran bahasa Arab adalah tes atau ikhtibâr. Tes bahasa
dirancang dan disusun sesuai dengan tujuan, materi dan sasaran pembelajaran itu sendiri. Tes inilah
yang banyak dilakukan oleh tenaga pengajar/dosen, karena
karena memang berkaitan dengan tugas
edukatifnya, yakni memberi evaluasi dan nilai t erhadap pemerolehan dan hasil belajar peserta didik.
Tes kebahasaan merupakan sejumlah prosedur dan instrumen yang didesain secara sistematis,
digunakan oleh tena ga pengajar dalam mengamati
mengamati dan mengetahui
mengetahui performa dan komptensi
komptensi salah satu
keterampilan bahasa peserta didik atau keseluruhannya, sesuai dengan ukuran kuantitatif tertentu
dengan maksud mencapai tujuan tertentu pula. Pengerjaan tes sangat tergantung pada petunjuk yang
diberikan, misalnya: melingkari atau memberi tanda silang pada salah satu huruf di depan pilihan
 jawaban, mencoret jawaban yang
ya ng salah, menerangkan, mengisi titik-titik,
titik-titik, dan sebagainya.
Tes kebahasaan itu sangat beraga m, bergantung pada perbedaan tujuan, kepentingan,
kepentingan, cara
 pemeriksaan, dan ruang lingkupnya.
lingkupnya. Dari segi tujuannya, tes kebahasaan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu: tes pemerolehan
pemeroleha n atau tes prestasi
presta si (achievement test, al-ikhtibâr
al-ikhtibâr al-tahshîlî), tes
 profisiensi (proficiency test, ikhtibâr al-ijâdah
al-ijâdah aw al-kafâah), dan tes kesiapan berbahasa (language
aptitude test, ikhtibâr al-istiµdâd al-lughawî) atau tes pr ekdisi (predictive test, al-ikhtibâr al-tanabbu¶).
Tes pemerolehan
pemerol ehan bahasa adalah
ada lah tes yang dimaksudkan
dimaksudka n menguji apa yang telah diperoleh
diperole h peserta didik 
setelah menempuh atau memperoleh pengalaman pendidik-an
pendidik-an dalam
dala m waktu tertentu. T es ini terkait
dengan kurikulum dan buku ajar yang digunakan oleh lembaga pendidikan, dan pada pa da umumnya
dilaksanakan dala m bentuk ujian
ujian pada pertengahan atau akhir semest er.
Sementara itu, tes profisiensi adalah tes yang tidak dimaksudkan untuk menguji
menguji pemerolehan
kebahasaan peserta didik, dan tidak terka it dengan kurikulum,
kurikulum, buku ajar dan masa program belajar 
tertentu, melainkan menguji kemampuan dan keterampilan bahasa pesertapeserta didik secara umum. Yang
termasuk jenis tes ini adalah TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau TOAFL (Test of 
Arabic as a Foreign Language). Sedangkan
Sedangkan tes kesiapan ata u prediksi adalah tes yang dimaksudkan
untuk menentukan tingkat kesiapan peserta didik untuk belajar bahasa kedua, dan memprediksi
kemajuan yang akan dicapai
dica pai peserta didik. Tes ini juga mengukur aspek audio-visual
audio-visual peserta didik,
terutama mengukur kemampuannya dalam membedakan berbagai tarâkîb lugawiyyah.
Dari segi pembuatnya, tes dapat dibagi menjadi dua, yaitu: tes standar (al-ikhtibâr al-muqannan)
al-muqannan) dan
tes tenaga pengajar (ikhtibâr al-muµallim).
al-muµallim). Yang pertama adalah tes
t es yang dibuat oleh lembaga tertentu,
dengan standar tertentu pula, untuk dipergunakan dala m skala yang luas, misalnya:
misalnya: tes bahasa Arab
untuk seluruh kelas III Madrasah Aliyah dala m ujian akhir di wilayah
wilaya h Kabupaten Bogor. Sedangkan
Sedangkan
yang kedua adalah t es yang dibuat oleh tenaga pengajar untuk diujikan kepada peserta didiknya
sendiri, dan bertujuan untuk mengentahui tingkat penguasaan bahasa yang tela h dipelajarinya.
Sementara itu, dari segi skoringnya, tes dapat dibagi menjadi dua, yaitu: tes essay atau t es subyektif 
subyektif 
dan tes obyektif . Yang pertama adalah tes yang dira ncang sedemikian rupa, sehingga
sehingga peserta didik 
memiliki kebebasan dalam memilih dan menentukan jawaban dalam bentuk uraian. Tes ini disebut
subyektif
subyektif karena jawaban peserta didik maupun koreksi
koreksi yang diberikan oleh
ol eh tenaga pengajar bersifat
subyektif.
subyektif. Sedangkan yang kedua adalah tes ya ng itemnya dapat dijawab dengan
dengan memilih jawaban
yang sudah tersedia, sehingga peserta didik menampilkan keseragaman data, ba ik yang menjawab
 benar maupun yang menjawab salah. Tes ini disebut obyektif karena pilihan jawaban bersifat pasti dan
tertutup, tidak membuka peluang bagi peserta
peserta didik untuk memilih selain dari
dar i pilihan jawaban yang
sudah ditentukan; demikian juga penilai juga tidak mungkin memberikan skoring yang menyimpang
dari pilihan jawaban yang benar.
Setidaknya ada empat bentuk tes obyektif, yaitu: pilihan ganda (al-ikhtiyâr min mutaµaddid, multiple
choise), pilihan benar-salah (ikhtiyâr al-shawâb wa al-khatha¶),
al-khatha¶), mencari pasangan (al-muzâwajah,
(al-muzâwajah,
matching), dan melengkapi isian (al-takmilah, completion) dengan jawaban yang bersifat tertutup.
Dari segi cara dan bentuk pengujiannya,
pengujiannya, tes dapat dibagi menjadi
menja di dua: tes lisan (ikhtibâr syafawî) dan
tes tulis (ikhtibâr tahrîrî). Yang pertama
pertama adalah tes ya ng soal dan jawabannya diberikan secara lisan,
2

sebaliknya yang kedua adalah tes ya ng soal dan jawabannya diberikan dalam bentuk tulis. Tes lisan
dapat digunakan, terutama untuk menguji keterampilan berbicara (mahârat al-kalâm), membaca dan
ekspresi verbal (taµbîr syafawî). Sedangkan tes t ulis dapat digunakan untuk menguji cabang-cabang
kebahasaaraban yang kurang cocok diujikan secara lisan, seperti: materi nahwu, tarjamah tahrîriyyah
(tarjamah tulis), insyâ¶, dan sebagai nya.
Aplikasi tes, dalam berbagai bentuk dan jenisnya tersebut, dalam pembelajaran bahasa Arab da pat
disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan diujikan. Materi istimⶠberbeda dengan materi
qawâ¶id dan insyâ¶. Demikian juga alat dan media yang digunakan. Tes keterampilan menyimak 
(ikhtibâr al-istimâ¶), misalnya, idealnya dilakukan dala m laboratorium bahasa dengan menggunakan
tape recorde dan earphone, atau sekurang-kurangnya didukung oleh rekaman kaset yang dibunyikan
melalui tape, seperti halnya tes listening dala m TOEFL atau TOAFL. Tes mufradât juga
dikembangkan dengan penuh variasi; tidak hanya berupa mencari sinonim da n antonim kata,
melainkan juga dapat berupa mendefinisikan sesuatu, menyebut profesi, mencari salah kata yang asing
dari suatu kelompok kata, dan sebagainya.
Penyusunan tes menurut James Smith harus sesuai dengan norma-norma berikut. Pertama, butir-butir 
atau kalimat soal hendaknya hanya disesuaikan dengan tujuan khusus yang telah ditetapkan. Misalnya
saja, jika kalimat soal ditujukan untuk menguji arti mufradât dalam sebuah kalimat, maka alternatif 
 jawaban ±jika berbentuk pilihan ganda² hendaknya tidak bias dengan unsur na hwu atau sharaf.
Kedua, soal yang dibuat hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, teruta ma jika
 berbentuk tes pemerolehan. Ketiga, penyusunan tes hendaknya disertai petunjuk yang jelas, baik 
mengenai cara dan tempat menjawabnya serta la manya waktu yang disediakan. Keempat, redaksi atau
rumusan masing-masing soal harus jelas, tidak bersayap dan multiinterpretasi, terukur, dan
diskriminatif. Kelima, waktu yang diberikan untuk menjawab soal harus sebanding dengan tingkat
kesulitan dan banyak soal. Keenam, skoring penilaian harus obyektif berdasarkan proporsi yang
ditetapkan, bukan berdasarkan rekaan, dan jauh dari subyektivitas penilai.

TOAFL

TOAFL adalah singkatan dari ³Test of Arabic as Foreign Language´. Nama ini diilhami oleh TOEFL
(Test of English as a Foreign Language), yang telah ada lebih dahulu. Penamaan ini memang
dimaksudkan agar TOAFL lebih mudah diucapkan dan dikenal oleh banyak orang, meskipun terkesan
³menyerupai´ TOEFL.
Pusat Bahasa (PB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebetulnya telah membuat nama untuk tes ini,
yaitu ³al-Ikhtibârât al-µArabiyyah li al-Dirâsât al-Islâmiyyah li al-Ajânib´ atau ³a l-Ikhtibârât fi al-
Lughah al-µArabiyyah li al-Nâthiqîna bi Ghairihâ´. Akan tetapi, TOAFL sudah terlanjur lebih dikenal
dan populer. Selain itu, TOAFL sudah menjadi ³trademark´ ata u ³brainmark´ PB UIN Jakarta.
TOAFL dilatarbelakangi oleh upaya s erius untuk meningkatkan standar mutu kelulusan secara akurat
dan jelas, sehingga tingkat kemampuan bahasa Arab lulusan UIN dapat diukur dengan standar t ertentu
secara pasti. Penyusunan TOAFL juga dis emangati oleh usaha "memasukkan" unsur-unsur keislaman
dalam materi tes, sehingga peserta tes berkenalan dengan wawasan dan dunia Isla m secara umum.
TOAFL lahir dengan visi: "Menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa studi Islam dan sains".
TOAFL mulai digunakan sebagai salah satu materi ujian masuk Program S2 dan S3 IAIN (kini UIN)
Jakarta. Penggunaan TOAFL sebagai materi tes didasarkan pada kebutuhan akademis bahwa para
 peserta program S2 dan S3 dituntut mampu dan memiliki standar tertentu dalam berbahasa asing,
utamanya Arab. Selanjutnya, pada 2000/2001, TOAFL juga digunakan sebagai materi tes masuk di
 beberapa Program Pascasarjana di luar UIN Jakarta, seperti: IAIN Palembang, IAIN Lampung, IAIN
Mataram, STAIN Banjarmasin, dan IAIN Pada ng, bahkan juga PPs. Studi Islam, Universitas
Muhammadiyah Jakarta. Saat ini, PB telah memiliki 8 edisi/form TOAFL; dua di antaranya telah
dijadikan sebagai bahan pelatihan TOAFL dan yang empat masih ³dijaga kerahasiaannya´ untuk 
digunakan sebagai bahan tes.
3

a.Perbedaan Antara TOEFL dan TOAFL


Jika TOEFL pertama kali diselenggarakan pada 1963 di 165 negara, TOAFL baru la hir 1998 lalu, dan
 baru digunakan di Indonesia. Ketika dirancang, disadari bahwa format TOAFL mengadaptasi TOEFL.
Karena itu, ada beberapa kesamaan, seperti: bentuk tes (multiple choise), sebagian kisi-kisi dan jumlah
soal (150 item), dan skoring. Namun demikian, TOAFL berbeda sama sekali dengan TOEFL.
Referensi TOAFL adalah literatur-literatur keislaman multidisiplin dan pengetahuan umum. Nuansa
Islami lebih menonjol pada TOAFL daripada nuansa "Amerika" pada TOEFL. Di antara substansi
TOAFL adalah: pemikiran Islam, tafsir, ilmu tafsir, hadits, ilmu hadits, sejarah dan peradaban,
 pemikiran politik, pendidikan, dakwah, fiqh dan ushûl fiqh, bahasa dan sastra Arab, ekonomi,
komunikasi, dan perkembangan modern di dunia Islam.
Perbedaan lain yang menjadi karakteristik TOAFL a dalah adanya soal-soal gramatika (qawâµid), baik 
nahwu maupun sharf, termasuk iµrâb (analisis jabatan kata dalam struktur kalimat). Soal-soal ini
 penting dimunculkan karena pemahaman suatu t eks atau wacana bahasa Arab dipengaruhi oleh
 pemahaman terhadap gramatikanya. Jika skor akhir TOEFL tertinggi sekitar 680, maka TOAFL
membakukan skor akhir tertinggi dengan angka 700 dan terendah 210.

 b.Aspek-aspek Materi Tes dan Jumlah Item Soal


Aspek yang diujikan dalam TOAFL terdiri tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Fahm al-Masmû¶, sejumlah 50 item, meliputi:
(a) pemahaman makna, pengertian, penalaran logis atau kesimpulan dari sebuah
 pernyataan/kalimat yang diperdengarkan (20 item);
(b) pemahaman maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan makna tersirat dari dialog
singkat antara dua orang (15 item);
(c) pemahaman maksud, topik, penalaran logis, kesimpulan dan makna tersirat dari dialog
 panjang antara dua orang atau lebih dan al enia pernyataan (15 item).
2. Fahm al-Tarâkîb wa al-µIbârât, terdiri dari 40 item, meliputi:
(a) melengkapi kalimat dengan ungkapan atau struktur baku (20 item),
(b) mengenali dan menganalisis penggunaan kata, ungkapan dan atau struktur yang salah
dalam sebuah kalimat (20 item).
3. Fahm al-Mufradât wa al-Nash al-Maktûb wa al-Qawâµid, terdiri dari 60 item, meliputi:
(a) memahami tarâduf (sinonim) atau kedekatan makna suatu yang digarisbawahi sesuai
dengan konteks kalimat (20 item);
(b) memahami isi, topik dan makna tersirat dalam beberapa paragraf/wacana ((20 item);
(c) memahami penggunaan, kedudukan (i¶râb), derivasi (isytiqâq), bentuk kata dan istilah-
istilah nahwu dan sharf (20 item).
Waktu untuk menjwab semua soal tersebut (150 item) adalah 120 menit, sehingga satu soal harus
dijawab dalam waktu kurang dari satu menit. Karena itu, di antara kelemahan tes jenis ini adalah
terbukanya kemungkinan guessing (asal tebak). Namun demikian, jumlah soal sebanyak itu (150 ite m)
memang didesain untuk mengeliminasi tingkat "asal tebak" tersebut. Sejauh ini, TOAFL merupakan
 bentuk tes yang relatif terukur, standar, praktis, dan obyektif.
c.Validitas dan Reliabilitas TOAFL
Ciri utama tes yang baik adalah kesesuaiannya dengan kemampuan yang diukur, atau yang disebut
dengan validitas. Ciri lainnya adalah kemampuannya melakukan pengukuran dengan tingkat keajegan
tertentu, yang dapat dikaji menurut beberapa metode . Dengan kata lain, validitas merupakan
kesesuaian antara tes dengan apa yang ingin diukur dalam tes itu.
4

Ada beberapa macam validitas. Di a ntaranya adalah validitas isi (content validity), validitas konstruk 
(construct validity), dan validitas kriteria (criteria validity). Ada juga yang mengklasifikasikan
validitas menjadi empat, yaitu: validitas isi, validitas konstruk, validitas prediktif (predictive validity),
dan validitas konkuren (concurent validity). Validitas isi menuntut adanya kesesuaian isi antara
kemampuan yang ingin diukur dan tes yang digunakan untuk mengukurnya. Kesesuaian itu tercermin
 pada jenis kemampuan yang dituntut untuk mengerjakan tes, dibandingkan dengan jenis kemampuan
yang dijadikan sasaran pengukuran. Tes dimaksud harus benar-benar memerlukan kemampuan
menyimak, dan bukan kemampuan membaca.
Validitas kriteria mengacu kepada kesesuaian antara hasil suatu tes dengan hasil tes lain yang
digunakan sebagai kriteria. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan tingkat kesesuaian itu dapat
diambil dari tes sejenis yang diketahui cirri-cirinya sebagai tes yang baik, dan yang diselenggarakan
 pada saat yang hampir bersamaan. Validitas ini juga dikenal sebagai validitas kesetaraan waktu.
Sementara itu, validitas konstruk merupakan sebuah konsep atau teori ya ng mendasari penggunaan
 jenis kemampuan, termasuk kemampuan berbahasa. Pembuktiaan adanya va liditas konstruk 
merupakan usaha untuk menunjukkan bahwa skor yang dihasilkan suatu tes benar-benar 
Mencerminkan konstruk yang sama dengan kemampuan yang dijadikan sebagai sasaran
 pengukurannya. Dalam tes kemampuan qirâ¶ah (membaca), misalnya, urusan validitas konstruk 
menyangkut pembuktian apakah skor yang dihasilkan benar-benar mencerminkan jenis da n rincian
kemampuan membaca yang sama dengan j enis dan rincian kemampuan yang diperlukan untuk 
memahami bacaan.
Yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah tingkat validitas kriteria TOAFL, bukan validitas isi,
karena diukur adalah hasil jawaban peserta tes dilihat dari kesesuaiannya dengan jawaban benar yang
telah dirancang.
Sementara itu, reliabilitas merupakan cirri tes yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
 pengukuran yang ajeg, tidak berubah-rubah, seandainya digunakan secara berulang-ulang pada sasaran
yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas terkait bukan dengan tesnya sebagai alat ukur, melainkan
dengan hasil pengukurannya dalam bentuk skor yang ajeg. Skor sebagai hasil pengukuran itulah yang
seharusnya ajeg, tidak berubah-ubah. Dengan ciri keajegan itu, peserta tes yang sa ma seharusnya
memperoleh skor yang hampir sama pula, seandainya ia kembali mengerjakan tes yang sama, pada
kesempatan yang berbeda.

(Sumber : www.pb-uinjkt.org)
 Diposkan oleh abu khonsa

Anda mungkin juga menyukai