Anda di halaman 1dari 8

Pemicu 3

Nama Pemicu : Gigi Sari yang berlubang


Penyusun : Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc, Irma Ervina, drg.,
S.Perio(K), Astrid Yudith, drg., M.Si
Hari / tanggal :
Jam :
Seorang anak perempuan usia 6 tahun dibawa ibunya ke RSGM FKG USU untuk memeriksakan
giginya yang banyak berlubang. Ini merupakan kunjungan pertama ke dokter gigi. Hasil anamnese,
anak bersekolah di PAUD “X”. Kebiasaan makan dan minum diluar jam makan utama anak, rata-rata
3 kali perhari dan anak tidak menyukai sayuran dan buah-buahan. Anak sudah teratur menyikat gigi
pada usia 3 tahun pada waktu mandi sore dan menjelang tidur malam, lama sikat gigi hanya kira-kira 1
menit. Keadaan umum anak: berat badan 16,5 kg dan tinggi badan 106 cm. Anak merupakan anak
normal, tidak mempunyai alergi dan kategori fisik anak adalah ASA I. Hasil pemeriksaan klinis
diperoleh gingiva inflamasi dan kemerahan hampir diseluruh regio belakang, skor debris 1,5 dan skor
kalkulus 0,67. Lidah terlihat lapisan tipis pseduomembran putih kekuningan pada bagian dorsal lidah,
Hubungan oklusi gigi molar permanen Klas I Angle. Diagnosis gigi 85 karies di oklusal, karies
mencapai pulpa, vitalitas (+), perkusi dan palpasi (-), di permukaan oklusal. Gigi 84, karies di oklusal
dan lingual, karies mencapai dentin. Gigi 75, keluhan terkadang ngilu jika makan es, karies mencapai
dentin dipermukaan oklusal dan lingual. Gigi 74, 65 tidak ada keluhan, karies mencapai dentin
dipermukaan oklusal. Gigi 64, karies mencapai dentin di permukaan oklusal dan distal. Gigi 46
terlihat pit dan fisur dalam. Dokter gigi berencana akan melakukan perawatan pada anak.

Pertanyaan :
1. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan anak termasuk pada
kategori mana?
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies pada anak!
3. Jelaskan alergi apa saja yang harus ditanyakan kepada anak dan orangtua dan jelaskan hubungannya
dengan tindakan perawatan restorasi yang akan dilakukan
4. Hitung skor OHI-S anak, dan jelaskan klasifikasi penyakit gingiva pada anak, dan sebutkan
diagnosis serta diagnosis banding pada kasus diatas!
5. Jelaskan etiologi dan pathogenesis terjadinya inflamasi gingiva di daerah posterior kasus tersebut!
6. Jelaskan diagnosis karies dan rencana perawatan awal dan akhir pada kasus tersebut kemudian
susunlah rencana kunjungan (ingat bahwa ini adalah kunjungan pertama anak ke dokter gigi.
7. Jelaskan alasan pemilihan bahan restorasi pada semua rencana perawatan yang anda pilih
dibandingkan dengan bahan lain
8. Jelaskan tahapan preparasi pada gigi 64, 74, dan gigi 65 serta penggunaan instrumentasi yang
digunakan!
9. Jelaskan bagaimana tahapan pekerjaan rencana perawatan final yang akan dilakukan pada gigi 85
(beserta alat dan bahan)
10. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan! (berdasarkan
penentuan risiko karies pada anak berdasarkan CAMBRA).

Pembahasan
1.
2. Faktor resiko karies pada anak
Proses karies gigi dimulai dengan kerusakan jaringan email yang menjadi lunak dan pada
akhirnya menyebabkan terjadinya kavitas. Telah banyak dilakukan penelitian oleh para ahli tentang
teori penyebab terjadinya karies gigi, namun sampai saat ini masih dianut empat faktor yang
mempengaruhi. Keempat faktor utama yaitu host (penjamu), agen (mikroflora), dan
environment(substrat). Terjadinya karies gigi disebabkan karena sinergi dari ketiga faktor tersebut dan
di dukung oleh faktor keempat yaitu waktu (Bahar, 2011 cit Haryani, 2015).
1) Usia Usia gigi menandakan lebih lama gigi di dalam rongga mulut yang diliputi oleh
mikroorganisme dan sisa makanan sehingga mudah terkena karies. Umur yang semakin bertambah
maka gigi lebih banyak digunakan untuk aktifitas pengunyahan. Kecenderungan gigi tersebut untuk
terjadinya karies semakin tinggi (Fejerkov dan Kidd, 2016).
2) Jenis Kelamin Anak perempuan umumnya mengalami lebih banyak karies di bandingkan
dengan anak laki-laki. Hal ini bukanlah disebabkan oleh perbedaan kelamin karena keturunan, tetapi
akibat kenyataan pertumbuhan (erupsi) gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki,
sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan lebih
lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies (Meishi, 2012).
3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan mempresentasikan tingkat kemampuan seseorang
dalam memperoleh dan memahami informasi kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
10 diasumsikan semakin baik tingkat pemahamannya terhadap informasi kesehatan yang diperoleh
(Eviyati, 2009).
4) Tingkat Ekonomi Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah memiliki
indeks DMF-T lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga dengan status sosial
ekonomi tinggi (Tulongow, 2013). Hal ini disebabkan karena status sosial ekonomi akan
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
(Fejerskov, 2008).
5) Sikap dan Perilaku Sikap dan perilaku mencerminkan pemahaman seseorang mengenai
kesehatan gigi dan mulut. Perilaku sehat diwujudkan dalam tindakan untuk memelihara dan menjaga
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit dan perawatan kebersihan diri ( personal hygiene )
(Peker dan Alkurt, 2009).

3. Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitian pemeriksaan, diagnosa
yang tepat dan perawatan yang tepat. Untuk mencapai hal tersebut harus ada kerja sama yang
merupakan segi tiga yang saling berhubungan satu sama lain (Segi tiga Pedodontik). Diagnosis
gangguan kesehatan gigi, kesehatan mulut pada anak yang disebabkan alergi dibuat bukan denga ntes
alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan
pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala
alergi makanan sejak bayi dan dengan eleminasi dan provokasi.
Alergi apa saja yang harus ditanyakan pada pasien anak sebelum dilakukan perawatan yaitu :
- Alergi makanan
- Obat-obatan
- Serangga
- Asma/tempat tempat berdebu
- Dermatitin atropik

4. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermilion (dalam Putri, Herijulianti, dan
Nurjanah, 2012), dapat menggunakan index yang dikenal dengan Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral
Hygiene Index Simplified (OHI-S). Awalnya index ini digunakan untuk menilai penyakit peradangan
gusi dan penyakit periodontal, akan tetapi dari kata yang diperoleh ternyata kurang berarti atau
bermakna, oleh karena itu index ini hanya digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan
mulut dan menilai efektivitas dari menyikat gigi.
Kriteria Debris Index
Skor Kondisi
0 Tidak ada stein atau debris
1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal
atau terdapat stain ekstrinsik di permukaan gigi
2 Plak menutup lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa
3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

Untuk menghitung DI, digunakan rumus sebagai berikut:


Debris Index = Jumlah skor debris
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria Calculus Index (CI)
Skor Kondisi
0 Tidak ada calculus
1 Calculus supra gingival menutup tidak lebih dari 1/3
permukaan servikal yang diperiksa
2 Calculus supra gingival menutup lebih dari 1/3 tetapi
kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa, atau ada
bercak-bercak Calculus sub gingival disekeliling servikal
gigi
3 Calculus supra gingival menutup lebih dari 2/3
permukaan atau ada calculus sub gingival disekeliling
servikal gigi
Untuk menghitung CI, digunakan rumus sebagai berikut:
Calculus Index = Jumlah skor calculus
Jumlah gigi yang diperiksa
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris Index (DI)
dan Calculus Index (CI). 
Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index
OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Baik : jika nilainya antara 0-1,2
b. Sedang : jika nilainya antara 1,3-3,0
c. Buruk : jika nilainya antara 3,1-6,0
Skor debris anak 1,5 dan skor kalkulus 0,67, nilai OHI-S= 1,5+0,67 = 2,17. Maka OHI-S anak
termasuk dalam klasifikasi sedang.
Penyakit gingiva pada anak
Penyakit gingiva adalah suatu keadaan patologis pada gingiva yang dapat disertai rasa nyeri
maupun tanpa rasa nyeri. Penyakit gingiva dikelompokan menjadi dua yaitu plak dan non-plak.
Penyakit gingiva dapat terjadi pada anak-anak. Anak mengalami penyakit ginngiva plak yaitu
gingivitis dilihat dari inflamasi gingiva dan adanya kemerahan hampir diseluruh regio belakang dan
skor OHI-S anak .
Penyakit gingiva plak
a. . Gingivitis
Penyakit gingiva yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah gingivitis marginal kronis.
Jaringan gingival menunjukkan perubahan warna, ukuran, konsistensi dan struktur permukaan yang
mirip dengan inflamasi kronis pada orang dewasa. Peradangan linear disertai dengan perubahan kronis
yang mendasari, termasuk pembengkakan, peningkatan vaskularisasi, dan hyperplasia. Pendarahan dan
peningkatan kedalaman poket pada anak tidak ditemukan sesering pada dewasa, tetapi mungkin dapat
diamati jika terjadi hipertrofi gingiva atau terjadi hyperplasia.
b. Penyakit Mikrobiologi

Karena intensitas penyakit gingiva meningkat pada perkembangan anak sampai dewasa,
penting untuk memahami mikrobiologi penyakit. Menarik, komposisi perubahan mikroflora oral anak
berubah seiring pertumbuhan usia. Yang dkk., menganalisis sampel plak gigi pada anak-anak dan
melaporkan bahwa 71% dari anak-anak usia 18 sampai 48 bulan terinfeksi dengan setidaknya satu
periodontal patogen. 68% terinfeksi oleh Porphyromonas gingivals, dan 20% oleh forsysthas
Bacteroides (Tamerellla forsythia). Hubungan yang cukup juga telah ditemukan antara Forsysthas
bacteroides pada anak-anak dan penyakit periodontal pada ibu mereka. Forsysthas bacteroides juga
berhubungan dengan perdarahan gingiva pada anak.
c. Eruption Gingivitis

Gingivitis terkait dengan erupsi gigi umum terjadi, dan dikenal dengan eruption gingivitis.
Erupsi gigi sendiri tidak menyebabkan gingivitis, namun inflamasi terkait dengan akumulasi plak
disekitar gigi erupsi, Ketidaknyamanan pada daerah erupsi membuat anak menggosok daerah tersebut
sehingga menyebabkan gingivitis. Gingiva disekitar gigi yang erupsi mungkin memerah akibat gingiva
margin tidak berkeratinisasi sepenuhnya dan perkembangan sulkus belum selesai.
d. Pubertal Gingivitis

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, insidensi dari gingivitis marginal pada anak
meningkat seiring usia, memuncak saat usia 9 sampai 14 tahun dan sedikit menurun setelah pubertas.
Penyakit gingiva yang berperilaku sedemikian rupa sering disebut sebagai pubertal gingivitis.
Manifestasi yang paling sering dari gingivitis adalah perdarahan dan inflamasi dibagian
interproksimal. Pembesaran inflamasi gingiva dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan, namun
umumnya berkurang setelah pubertas.
Penyakit Gingiva Non-Plak
a. Pembesaran gingiva akibat obat

Pembesaran gingiva dapat terjadi akibat pemakaian obat-obatan. Cyclosporin, phenytoin, and
calcium channel blockers, yang biasanya digunakan untuk mengobati kondisi yang dihadapi selama
masa kanak-kanak (transplantasi organ, epilepsi, anomali jantung) menghasilkan prevalensi yang lebih
tinggi dari pembesaran gingiva
b. Pembesaran gingiva akibat penggunaan alat ortodonti

Pembesaran gingiva dapat dikaitkan dengan adanya alat ortodonti cekat, yang menyulitkan
pembersihan plak (gambar 8). Perubahan gingiva dapat terjadi dalam 1 sampai 2 bulan setelah
penempatan alat, ini umumnya bersifat sementara dan jarang menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal jangka panjang. Fakta bahwa perawatan ortodonti ditujukan untuk individu dalam masa
pubertas, ketika terjadi perubahan inflamasi berhubungan dengan pubertal gingivitis dapat
memperburuk pengaruh yang diamati.
c. Bernafas melalui mulut

Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk. Hal ini sering
dijumpai pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir, rahang, dan kebiasaan membuka mulut
terlalu lama. Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan ukuran lidah membesar
(makroglosia), pendalaman palatum, gigi protusi dan juga penyakit periodontal.
d. Primary herpetic gingivostomatitis

Primary herpetic gingivostomatitis adalah infeksi virus akut yang terjadi dan muncul pada awal
masa kanak-kanak, dengan insidensi yang tinggi antara umur 1 sampai 3 tahun. Anak dengan primary
herpetic gingivostomatitis, 99% tanpa gejala atau memiliki gejala yang berhubungan dengan
pertumbuhan gigi. Sisanya 1% dapat mengembangkan inflamasi gingiva yang signifikan dan ulserasi
pada attached gingiva, lidah, dan bibir.
e. . Candidiasis

Kandidiasis merupakan hasil dari pertumbuhan berlebih dari Candida albicans, biasanya
setelah konsumsi antibiotik spektrum luas akibat penyakit bawaan atau defisiensi imun yang didapat.
Hal ini jauh lebih umum pada anak dibandingkan orang dewasa, dan jarang terkait dengan kesehatan
anak.
f. Hiperplasia gingiva spongiotik lokal pada remaja

Kondisi tambahan yang mungkin muncul tidak berhubungan dengan akumulasi plak adalah
hiperplasia gingiva spongiotik lokal pada remaja. Kondisi ini hanya teridentifikasi dalam beberapa
tahun terakhir dan patogenesis tidak didefinisikan dengan baik. Lesi patch terlokalisasi pada attached
gingiva yang muncul secara klinis merah terang lebih menonjol, biasanya tidak sakit dan mudah
berdarah. Lesi ini paling sering terlihat di gingiva anterior labial rahang atas dan rahang bawah.
Penderita dengan kondisi ini berkisar 8 dan 14 tahun.

Diagnosis

5. Etiologi dan pathogenesis terjadinya inflamasi gingiva.


Etiologi
Gingivitis merupakan suatu inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu
jaringan gingiva. Gambaran klinis gingivitis adalah munculnya warna kemerahan pada margin gingiva,
pembesaran pembuluh darah di jaringan ikat subepitel , hilangnya keratinisasi pada permukaan gingiva
dan pendarahan yang terjadi pada saat dilakukan probing. Penyebab gingivitis dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab utama dan penyebab predisposisi. Penyebab utama gingivitis adalah penumpukan
mikroorganisme yang membentuk suatu koloni kemudian membentuk plak gigi yang melekat pada tepi
gingiva. Penyebab sekunder gingivitis berupa faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi
karies, restorasi yang gagal, tumpukan sisa makanan, gigi tiruan yang tidak sesuai, pemakaian alat
orthodonsi dan susunan gigi geligi yang tidak teratur, sedangkan faktor sistemik meliputi faktor
nutrisional, faktor hormonal, hematologi, gangguan psikologi dan obatobatan.
Pada anak usia 6-7 tahun saat gigi permanen sedang erupsi, gingival marginnya tidak
terlindungi oleh kontur mahkota gigi. Keadaan ini menyebabkan sisa makanan masuk ke dalam
gingiva dan menyebabkan peradangan. Terjadi inflamasi gingiva tanpa adanya kehilangan tulang atau
perlekatan jaringan ikat
Patogenesis terjadinya inflamasi gingiva
Proses terjadinya gingivitis Plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio
interdental yang terlindung, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan
menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Pada lesi awal perubahan terlihat pertama kali di sekitar
pembuluh darah gingiva yang kecil, di sebelah apikal dari epithelium fungsional khusus yang
merupakan perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang terletak pada dasar leher gingiva), tidak
terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini. Bila deposit plak masih ada
perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva.
Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla interdental menjadi sedikit
lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada sondase, dalam waktu dua sampai seminggu akan
terbentuk gingivitis yang lebih parah. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah
(Manson dan Eley, 1993).

6. Diagnosis karies
Klasifikasi karies menurut G.V Black :
1. Kelas I. Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan molar (gigi
posterior, gigi 4-8).Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramencaecum.
2. Kelas II. Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-gigi molar atau
premolar (gigi posterior, gigi 4-8), yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
3. Kelas III. Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai
margo incisalis (belum mencapai ⁄ incisal gigi).Lubang di permukaan gigi yang menghadap ke langit-
langit.
4. Kelas IV. Kelanjutan Kelas III. Karies telah meluas dari approximal dari gigi-gigi depan dan sudah
mencapai margo incisalis (telah mencapai ⁄incisal gigi).
5. Kelas V. Karies yang terdapat pada bagia 1/3 leher gigi-gigi depan atau permukaan halus dan fasial
maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi.Lebih dominan
timbul dipermukaan yang menghadap kebibir dan pipi dari pada lidah.
6. Kelas VI. Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklosal pada gigi belakang yang
disebabkan oleh abrasi, atrisi atau erosi.
Diagnosis :
Gigi 85 : K3V/Class I
Gigi 84 : K2/Class II
Gigi 75 : K2/Class II
Gigi 74 dan 65 : K2/Class I
Gigi 64 : K2/class II
Gigi 46 : K1
Rencana perawatan awal
Gigi 85 : indirect cupping pulp adalah suatu tektik untuk mencegah terbukanya pulpa pada perawatan
lesi karies yang dalam tanpa disertai dengan tanda-tanda klinis adanya degenerasi pulpa dan kelainan
periapikal.

Anda mungkin juga menyukai