Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individual IKGA

Bahan Irigasi yang Digunakan Pada Perawatan Endodontik


Gigi Sulung

DISUSUN OLEH :
Cici Cahya Utami (180600204)

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA
Siti Salmiah, drg., Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Pendahuluan
Perawatan saluran akar merupakan suatu perawatan penyakit pulpa yang mencakup
pembuangan jaringan pulpa vital atau nekrotik dari saluran akar yang kemudian digantikan dengan
bahan pengisi saluran akar. Tahapan dalam melakukan perawatan saluran akar antara lain pembukaan
akses, pengukuran panjang kerja, preparasi disertai dengan irigasi atau bisa juga disebut dengan
cleaning and shaping (biomechanical preparation), disinfeksi, dan pengisian saluran akar
(obturation).
Irigasi saluran akar merupakan tahapan penting dalam menunjang keberhasilan perawatan
saluran akar, karena irigasi memudahkan pengeluaran jaringan nekrotik, mikroorganisme dan serpihan
dentin dari saluran akar terinfeksi dengan aksi bilasan larutan irigasi. Irigasi merupakan proses penting
dalam perawatan saluran akar untuk mengeliminasi bakteri pada dinding saluran akar terinfeksi. Peran
utama dari larutan irigasi adalah membersihkan kanal selama proses enlarging and shaping saat
dilakukannya instrumentasi mekanik dalam sistem saluran akar supaya terjadi chemomecanical
debridement. Larutan irigasi yang ideal seyogyanya memiliki efek antibakteri dengan spektrum yang
luas, tidak toksik, mampu melarutkan sisa jaringan pulpa nekrotik, mencegah terbentuknya smear layer
selama preparasi saluran akar atau mampu melarutkannya segera setelah terbentuk.

Jenis-jenis bahan irigasi


Bahan irigasi yang biasa dipakai adalah yang mempunyai sifat antiseptik artinya suatu bahan
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro dan in vivo pada jaringan hidup.
Efektifitas dan toksisitas larutan ini sangat tergantung pada konsentrasi, suhu dan waktu.
Larutan irigasi yang digunakan dalam perawatan saluran akar antara lain adalah :

I. Golongan Halogen.
I.1. Klorin
Bahan irigasi mengandung klorin yang bersifat oksidator dan dianggap paling efektif adalah
larutan NaOCI 5% karena bersifat lubrikan, pelarut jaringan pulpa, pemutih dan antiseptik yang
kuat. Akan tetapi bahan ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat membuang debris
anorganik, tidak dapat mencapai daerah 1/3 apikal, menyebabkan korosi alat endodontik dari
baja karbon, bersifat toksik. Heggers et al (1991) menemukan bahwa secara in vitro dan in vivo
toksisitas NaOCl terhadap jaringan terlihat pada konsentrasi 0,25% dan dibawah konsentrasi
tersebut tidak mempuyai efek bakterisidal. Larutan NaOCI 0,05% mempunyai efek merusak sel
yang lebih besar daripada efek antimikroba terhadap bakteri obligate anaerob dari dalam
saluran akar.
I.2 Iodin
Larutan organik yang mengandung iodin disebut iodofor. Keuntungan bahan ini adalah dapat
membersihkan saluran akar karena mempunyai tegangan permukaan yang rendah, bersifat
antiseptik dan toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan NaOCl, serta iodin yang
dikandungnya tidak menimbulkan reaksi alergi. Tetapi sama seperti NaOCI, memiliki efek
toksik 10 kali lebih besar dibanding efek antimikrobanya, dan dapat mengiritasi jaringan.
Larutan iodofor yang sering digunakan adalah Wescodyne berisi iodin 1,5% (9,1% polyethoxy
polypoxy, polyethoxy ethanoliodine complex) dan lodopax berisi iodin 5% (acetylphenoxy
+polyglycol ether). Larutan irigasi lain yang mengandung iodin adalah Iodine pottassium
iodide, mempunyai efek antimikroba maksimal. Sitotoksisitasnya lebih kecil dari NaOCI, daya
iritasi jaringan setara dengan Bis-dequalinium acetate 0,5% dan NaOCI3%.

II. Golongan deterjen


Pemakaian deterjen untuk irigasi saluran akar akan menambah kebersihan karena efektif
menghilangkan sisa jaringan lemak. Bahan ini efektif sebagai agen pembersih karena mempunyai
tegangan permukaan yang aktif, dapat mengemulsi organisme dan debris organik sehingga bisa
dikeluarkan dari dalam saluran akar. Efek antibakterinya dengan cara mengganggu lipoprotein
membran sel, tetapi lebih lemah dari NaOCI. Bahan irigasi yang termasuk deterjen kationik adalah
golongan quartenary ammonium compound. Meskipun mempunyai efek pembersih yang baik tetapi
bahan ini bukan larutan irigasi yang ideal karena efek antibakterinya lemah, dan dapat menghambat
atau memperlama penyembuhan luka. Contoh deterjen kationik yaitu EDTAG, Zephiran, aminoquinal
diacetate/Salvizol, Bisdequalinium acetate atau Solvidont, Biosept 0,1% dan 1% (Spangberg, 1994),
Bardac 22 0,5%. Biosept lebih toksik dari NaOCI, iodofor dan klorheksidin. Daya iritasi jaringan
Salvizol sama dengan iodofor, tetapi lebib rendah dari NaOCI dan Zephiran. Larutan irigasi yang
termasuk deterjen anionik (nonionik) antara lain lauryl sulphate dan Sabun. Kombinasi larutan kalsium
hidroksida dengan lauryl-diethylene-glycol-ether-sodium sulphate 10% dan 20% memiliki efek
antibakteri lebib besar dari larutan kalsium hidroksida terhadap bakteri S.faecalis, S.sanguis,
Smutans,S.salivarius, Neissseria sp, diphteroid, S.aureus, Lactobacillus sp, S.epidermidis, B. subtilis
dan C.albicans. Akan tetapi, Herlofson dan Barkvoll (1996), menemukan deskuamasi mukosa mulut
pada 75% subyek pemakai pasta gigi mengandung SLS.

III Chelating solution


Chelating solution adalah bahan yang dipakai untuk mendekalsifikasi saluran akar yang sempit.
Larutan yang biasa dipakai bersifat asam seperti EDTA, asam sitrat, asam laktat, asam sulfat dan asam
tanat. Selain itu, EDTAC, RC-Prep (Weine, 1985), Solvidont, Salvizol. Pemakaian kombinasi larutan
NaOCl dengan EDTA akan membuang semua debris organik dan sisa jaringan keras gigi serta
membuka tubulus dentin. Namun sampai sekarang belum ada bukti yang menyatakan bahwa
pembersihan dengan bahan kimia organik yang berlebihan akan meningkatkan prognosa perawatan.
Menurut Segura et al, larutan disodium salt of EDTA yang terdorong ke apikal selama preparasi bisa
menghambat interaksi Vasoactive Intestinal Peptida dengan makrofag sehingga sistim imun pada
jaringan periapikal terganggu.

Kegunaan Bahan Irigasi


Bahan irigasi mempunya beberapa kegunaan. Antara lain,adalah :
I. Pelumas
Bahan irigasi membantu utnuk melumasi instrumen saluran akar dan menulusuri hingga ke
saluran akar yang irreguler .
II. Mengeluarkan sisa debris
Bahan irigasi membantu membersihkan sisa debris, mencegah terjadinya penumpukan debris
dalam saluran akar.
III. Melarutkan jaringan organik dan anorganik
Salah satu fungsi bahan irigasi adalah melarutkan debris organik jaringan pulpa, namun
melarutkan konponen anorganik belum dapat dipastikan sepenuhnya. Preparasi dinding saluran
akar akan menghasilkan suatu lapisan smear yang mengandung kedua bahan organik dan
anorganik. Para peneliti percaya bahwa penting untuk membuang lapisan smear karena dapae
menjadi tempat penumpukan bakteri.
IV. Efek Antimikroba
Bahan irigasi juga harus mempuyai efek antimikroba agar dapat memusnahkan
mikroorganisme di dalam saluran akar. Berbagai larutan yang telah digunakan termasuk larutan
kimiawi non-aktif (air, saline,anastetikum), bahan aktif seperti enzim-enzim, asam, alkali
(sodium hypoclorite,pottasium hydroxide), agen antibakteri (chlorhexidine), dan detergen.

Mekanisme kerja
Pecora et.al melaporkan bahwa sodium hypoclorite(NaOCl) membentuk suatu keseimbangan
dinamik seperti ditunjukkan pada reaksi dibawah ini :
NaOCl+H2O NaOH+HOCl+Na++OH-+OCl-
NaOCl bertindak sebagai pelarut organik dan lemak yang akan memecahkan asam lemak,
kemudian menukarnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol). Reaksi ini akan
mengurangi tegangan permukaan larutan selebihnya. Sodium hypochlorite akan menetralkan asam
amino untuk membentuk air dan garam. Dengan ini, ion hydroxil akan dilepaskan dan menyebabkan
pH menurun. Ion hydroxil yang dilepaskan akan bertindak terhadap protein membran sehingga protein
membran mengalami denaturasi. Klorin merupakan agen pengooksida yang kuat memberikan sifat
antibakteri yang menghambat enzim-enzim bakteri dengan membentuk pengoksidaan irreversibel grup
SH (sulphydryl), enzim esensial bakteri.
EDTA merupakan agen chelating, oleh karena itu dalam proses dekalsifkasi EDTA tidak
bergantung pada konsentrasi ion hidrogen yang tinggi. EDTA mampu membersihkan dan melebarkan
saluran akar, kalsium pada gigi akan diikat oleh EDTA sehingga dentin terkalsifikasi terutama
peritubulernya yang membuat dentin lebih mudah diinstrumentasi

Manipulasi Bahan Irigasi


NaOCl membutuhkan setidaknya 40 menit untuk benar-benar melarutkan jaringan pulpa.
Karena efektivitas antimikroba natrium hipoklorit secara langsung berkaitan dengan waktu kontaknya
dengan saluran, semakin besar waktu kontaknya, semakin efektif. Karena toksisitas, ekstrusi harus
dihindari. Jarum pengairan harus ditempatkan secara longgar di dalam saluran. Penyisipan ke
pengikatan dan penarikan sedikit meminimalkan potensi ekstrusi yang mungkin dan "kecelakaan
natrium hipoklorit". Perhatian khusus harus dilakukan saat mengairi kanal dengan apeks terbuka.
Untuk mengontrol kedalaman penyisipan, jarum ditekuk sedikit pada panjang yang sesuai atau
penghenti karet dipasang pada jarum. Penggunaan natrium hipoklorit pada gigi sulung harus dilakukan
dengan hati-hati karena merupakan iritan jaringan yang potensial dan tidak boleh diekstrusi melebihi
apeks.
EDTA merupakan bahan khelasi yang berfungsi membersihkan dan melebarkan saluran akar.
EDTA akan mengikat kalsium dari gigi sehingga menyebabkan dekalsifikasi pada dentin terutama
peritubulernya sehingga dentin lebih mudah di instrumenstasi. Kosentrasi yang biasa digunakan antara
15-17%, sebagai bahan irigasi dianjurkan untuk digunakan sebelum obtturasi dengan waktu pemaparan
pada saluran akar 1-2 menit.

Prosedur Irigasi
Tindakan irigasi dilakukan dengan menggunakan pipet plastik disposible atau alat semprit kaca
dengan jarum endodontik yang bertakik (gambar 1). Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul
(gambar 2) untuk mencapai saluran akar gigi depan atau belakang. Jarum dimasukkan sebagian ke
dalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang memungkinkan
pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam jaringan periapikal.
Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hatihati dengan sedikit
atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran selalu penuh dengan larutan baru. Aliran yang
merembes keluar ditampung dengan kain kasa atau diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar
harus dikeringkan dengan menahan jarum alat semprit di dalam saluran dan penyedotnya perlahan-
lahan serta memakai paper point pada pengeringan terakhir.
Gambar 1. Alat semprit disposible 12 ml dengan jarum bertakik, B. Jarum yang bertakik
mengurangi tekanan dari semprotan larutan irigasi yang kuat.

Gambar 2. Jarum irigasi bengkok dimasukkan sebagian ke dalam salman akal tanpa terjepit.
Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorpsi dengan kain kasa steril, untuk memonitor
pengambilan debris dan salman akar.

Pembahasan
Eliminasi bakteri dari sistem saluran akar menjadi syarat penting keberhasilan perawatan
saluran akar. Penelitian menunjukkan preparasi biomekanis, irigasi saluran akar dan penggunaan
medikamen antar kunjungan berperan besar terhadap hal ini.
Hingga saat ini belum ada bahan yang ideal untuk bahan irigsi saluran akar, saat ini bahan
irigasi yang terbaik adalah NaOCl dalam berbagai konsentrasi. Bahan ini merupakan bahan utama
yang tidak dapat digantikan bahan lainnya. Bahan tersebut selain mempunyai daya antibakteri yang
luas juga mampu melarutkan jaringan lunak atau organik yang tidak terdapat pada bahan irigasi
lainnya. Walaubagaimanapun juga bahan ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat melarutkan
smear layer dan dapat menghambat perlekatan siler yang berbahan dasar resin. Bahan terbaik yang
dapat melarutkan smear layer adalah EDTA. Penggunakan secara bergantian antara NaOCl dan EDTA
akan menaikkan sifat anti mikrobanya. Hal yang penting diperhatikan dari kombinasi larutan adalah
penggunaan sodium hipoklorit sebagai larutan irigasi utama selama preparasi mekanis berlangsung.
Larutan EDTA hanya digunakan setelah preparasi saluran akar selesai diikuti NaOCl sebagai pembilas
akhir. Hal ini untuk menghindari erosi dinding saluran akar secara berlebihan, dan juga untuk
menghindari berkurangnya efektivitas NaOCl karena EDTAatau larutan kelator lainnya mengikat
klorin dalam larutan.
Teknik irigasi juga berperan terhadap efektivitas larutan irigasi. Penelitian menggunakan
thermal image analysis menunjukkan aliran larutan irigasi dipengaruhi oleh diameter jarum irigasi,
kedalaman jarum irigasi dalam saluran akar dan ukuran akhir dari saluran akar. Sebaiknya diameter
jarum irigasi sesuai dengan besarnya ukuran akhir preparasi untuk menghindari turbulensi larutan.33-
34 Akan tetapi jarum irigasi diameter kecil, 27 atau 30 gauge dilaporkan lebih efektif, karena bisa
masuk lebih jauh ke dalam saluran akar sehingga pertukaran larutan dan pembersihan lebih baik.
Untuk menghindari terdorongnya larutan irigasi ke periapikal, dianjurkan penggunaan jarum irigasi
yang ujungnya bermuara ke samping (side-vented needle). Jarum irigasi ditempatkan kurang lebih 1
mm dari ujung panjang kerja dan maksimal sepertiga apikal, kemudian larutan irigasi diinjeksikan
secara perlahan dengan kecepatan dan tekanan yang konstan serta dalam jumlah dan frekuensi yang
banyak.

Kesimpulan
1. Pemilihan dan penggunaan bahan irigasi yang tepat mempengaruhi keberhasilan perawatan
saluran akar.
2. Sodium hipoklorit merubahan bahan irigasi saluran akar yang utama dan tidak dapat digantikan
bahan yang lain.
3. Untuk mendapatkan hasil terbaik penggunaan sodium hipoklorit harus ditunjang dengan
penggunaan bahan EDTA.
4. Tindakan irigasi harus dilakukan dengan hati-hati dan memakai teknik yang benar untuk
menjamin keberhasilan perawatan saluran akar.

Daftar Pustaka
1. Tanumihardja M. Larutan rigasi saluran akar. Dentofasial 2010;9(2):108-115
2. Becking AG, 1991. Complication in the use of sodium hypochlorite during endodontic
treatment Report of three cases. Oral Surg 71:346-8.
3. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE, 1995. llmu endodontik dalam praktek (Endodontice
Practice). Alih bahasa Abyono R. Penyunting Suryo S. edisi ke11. Jakarta: EGC. hal47-8,
59,205-11.
4. Mulyawati E. Peran bahan disinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gi
2011;18(2):205-209
5. Estrela C, Barbin EL, Pecora JD. Mechanism of action of sodium hypochlorite. Braz Dent J
2002;13(2):113-117
6. Zehnder M. Root Canal Irrigants. Jurnal JOE May 2006; 32(5):389-398.
7. Yanti N. Biokompatibilitas larutan irigasi saluran akar. Dentika 2000;5(1):39-46

Anda mungkin juga menyukai