DISUSUN OLEH :
Cici Cahya Utami (180600204)
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Essie Octiara, drg., Sp.KGA
Siti Salmiah, drg., Sp.KGA
I. Golongan Halogen.
I.1. Klorin
Bahan irigasi mengandung klorin yang bersifat oksidator dan dianggap paling efektif adalah
larutan NaOCI 5% karena bersifat lubrikan, pelarut jaringan pulpa, pemutih dan antiseptik yang
kuat. Akan tetapi bahan ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat membuang debris
anorganik, tidak dapat mencapai daerah 1/3 apikal, menyebabkan korosi alat endodontik dari
baja karbon, bersifat toksik. Heggers et al (1991) menemukan bahwa secara in vitro dan in vivo
toksisitas NaOCl terhadap jaringan terlihat pada konsentrasi 0,25% dan dibawah konsentrasi
tersebut tidak mempuyai efek bakterisidal. Larutan NaOCI 0,05% mempunyai efek merusak sel
yang lebih besar daripada efek antimikroba terhadap bakteri obligate anaerob dari dalam
saluran akar.
I.2 Iodin
Larutan organik yang mengandung iodin disebut iodofor. Keuntungan bahan ini adalah dapat
membersihkan saluran akar karena mempunyai tegangan permukaan yang rendah, bersifat
antiseptik dan toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan NaOCl, serta iodin yang
dikandungnya tidak menimbulkan reaksi alergi. Tetapi sama seperti NaOCI, memiliki efek
toksik 10 kali lebih besar dibanding efek antimikrobanya, dan dapat mengiritasi jaringan.
Larutan iodofor yang sering digunakan adalah Wescodyne berisi iodin 1,5% (9,1% polyethoxy
polypoxy, polyethoxy ethanoliodine complex) dan lodopax berisi iodin 5% (acetylphenoxy
+polyglycol ether). Larutan irigasi lain yang mengandung iodin adalah Iodine pottassium
iodide, mempunyai efek antimikroba maksimal. Sitotoksisitasnya lebih kecil dari NaOCI, daya
iritasi jaringan setara dengan Bis-dequalinium acetate 0,5% dan NaOCI3%.
Mekanisme kerja
Pecora et.al melaporkan bahwa sodium hypoclorite(NaOCl) membentuk suatu keseimbangan
dinamik seperti ditunjukkan pada reaksi dibawah ini :
NaOCl+H2O NaOH+HOCl+Na++OH-+OCl-
NaOCl bertindak sebagai pelarut organik dan lemak yang akan memecahkan asam lemak,
kemudian menukarnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol). Reaksi ini akan
mengurangi tegangan permukaan larutan selebihnya. Sodium hypochlorite akan menetralkan asam
amino untuk membentuk air dan garam. Dengan ini, ion hydroxil akan dilepaskan dan menyebabkan
pH menurun. Ion hydroxil yang dilepaskan akan bertindak terhadap protein membran sehingga protein
membran mengalami denaturasi. Klorin merupakan agen pengooksida yang kuat memberikan sifat
antibakteri yang menghambat enzim-enzim bakteri dengan membentuk pengoksidaan irreversibel grup
SH (sulphydryl), enzim esensial bakteri.
EDTA merupakan agen chelating, oleh karena itu dalam proses dekalsifkasi EDTA tidak
bergantung pada konsentrasi ion hidrogen yang tinggi. EDTA mampu membersihkan dan melebarkan
saluran akar, kalsium pada gigi akan diikat oleh EDTA sehingga dentin terkalsifikasi terutama
peritubulernya yang membuat dentin lebih mudah diinstrumentasi
Prosedur Irigasi
Tindakan irigasi dilakukan dengan menggunakan pipet plastik disposible atau alat semprit kaca
dengan jarum endodontik yang bertakik (gambar 1). Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul
(gambar 2) untuk mencapai saluran akar gigi depan atau belakang. Jarum dimasukkan sebagian ke
dalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang memungkinkan
pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam jaringan periapikal.
Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hatihati dengan sedikit
atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran selalu penuh dengan larutan baru. Aliran yang
merembes keluar ditampung dengan kain kasa atau diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar
harus dikeringkan dengan menahan jarum alat semprit di dalam saluran dan penyedotnya perlahan-
lahan serta memakai paper point pada pengeringan terakhir.
Gambar 1. Alat semprit disposible 12 ml dengan jarum bertakik, B. Jarum yang bertakik
mengurangi tekanan dari semprotan larutan irigasi yang kuat.
Gambar 2. Jarum irigasi bengkok dimasukkan sebagian ke dalam salman akal tanpa terjepit.
Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorpsi dengan kain kasa steril, untuk memonitor
pengambilan debris dan salman akar.
Pembahasan
Eliminasi bakteri dari sistem saluran akar menjadi syarat penting keberhasilan perawatan
saluran akar. Penelitian menunjukkan preparasi biomekanis, irigasi saluran akar dan penggunaan
medikamen antar kunjungan berperan besar terhadap hal ini.
Hingga saat ini belum ada bahan yang ideal untuk bahan irigsi saluran akar, saat ini bahan
irigasi yang terbaik adalah NaOCl dalam berbagai konsentrasi. Bahan ini merupakan bahan utama
yang tidak dapat digantikan bahan lainnya. Bahan tersebut selain mempunyai daya antibakteri yang
luas juga mampu melarutkan jaringan lunak atau organik yang tidak terdapat pada bahan irigasi
lainnya. Walaubagaimanapun juga bahan ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat melarutkan
smear layer dan dapat menghambat perlekatan siler yang berbahan dasar resin. Bahan terbaik yang
dapat melarutkan smear layer adalah EDTA. Penggunakan secara bergantian antara NaOCl dan EDTA
akan menaikkan sifat anti mikrobanya. Hal yang penting diperhatikan dari kombinasi larutan adalah
penggunaan sodium hipoklorit sebagai larutan irigasi utama selama preparasi mekanis berlangsung.
Larutan EDTA hanya digunakan setelah preparasi saluran akar selesai diikuti NaOCl sebagai pembilas
akhir. Hal ini untuk menghindari erosi dinding saluran akar secara berlebihan, dan juga untuk
menghindari berkurangnya efektivitas NaOCl karena EDTAatau larutan kelator lainnya mengikat
klorin dalam larutan.
Teknik irigasi juga berperan terhadap efektivitas larutan irigasi. Penelitian menggunakan
thermal image analysis menunjukkan aliran larutan irigasi dipengaruhi oleh diameter jarum irigasi,
kedalaman jarum irigasi dalam saluran akar dan ukuran akhir dari saluran akar. Sebaiknya diameter
jarum irigasi sesuai dengan besarnya ukuran akhir preparasi untuk menghindari turbulensi larutan.33-
34 Akan tetapi jarum irigasi diameter kecil, 27 atau 30 gauge dilaporkan lebih efektif, karena bisa
masuk lebih jauh ke dalam saluran akar sehingga pertukaran larutan dan pembersihan lebih baik.
Untuk menghindari terdorongnya larutan irigasi ke periapikal, dianjurkan penggunaan jarum irigasi
yang ujungnya bermuara ke samping (side-vented needle). Jarum irigasi ditempatkan kurang lebih 1
mm dari ujung panjang kerja dan maksimal sepertiga apikal, kemudian larutan irigasi diinjeksikan
secara perlahan dengan kecepatan dan tekanan yang konstan serta dalam jumlah dan frekuensi yang
banyak.
Kesimpulan
1. Pemilihan dan penggunaan bahan irigasi yang tepat mempengaruhi keberhasilan perawatan
saluran akar.
2. Sodium hipoklorit merubahan bahan irigasi saluran akar yang utama dan tidak dapat digantikan
bahan yang lain.
3. Untuk mendapatkan hasil terbaik penggunaan sodium hipoklorit harus ditunjang dengan
penggunaan bahan EDTA.
4. Tindakan irigasi harus dilakukan dengan hati-hati dan memakai teknik yang benar untuk
menjamin keberhasilan perawatan saluran akar.
Daftar Pustaka
1. Tanumihardja M. Larutan rigasi saluran akar. Dentofasial 2010;9(2):108-115
2. Becking AG, 1991. Complication in the use of sodium hypochlorite during endodontic
treatment Report of three cases. Oral Surg 71:346-8.
3. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE, 1995. llmu endodontik dalam praktek (Endodontice
Practice). Alih bahasa Abyono R. Penyunting Suryo S. edisi ke11. Jakarta: EGC. hal47-8,
59,205-11.
4. Mulyawati E. Peran bahan disinfeksi pada perawatan saluran akar. Maj Ked Gi
2011;18(2):205-209
5. Estrela C, Barbin EL, Pecora JD. Mechanism of action of sodium hypochlorite. Braz Dent J
2002;13(2):113-117
6. Zehnder M. Root Canal Irrigants. Jurnal JOE May 2006; 32(5):389-398.
7. Yanti N. Biokompatibilitas larutan irigasi saluran akar. Dentika 2000;5(1):39-46