Disusun oleh :
Sri Arini
18/435700/PKG/1262
1
ETSA
Bahan yang digunakan untuk etsa adalah asam fosfat antara 30-50% namun yang
disolusi
Etsa asam fosfat tersedia dalam cairan dan gel namun sediaan gel dapat
Aplikasi klinis:
area kerja
udara/void yang ada di antarmuka bahan etsa dan struktur gigi, karena akan
4. Struktur gigi yang di etsa harus dibilas dengan air mengalir selama 20 detik
5. Permukaan yang telah di etsa harus dijaga agar tetap bersih bebas kontaminasi
menyulitkan proses wetting saat aplikasi bonding selain itu dapat mengurangi
2
7. Bersihkan kontaminan dan ulangi aplikasi etsa selama 10 detik
(Anusavice, 2003)
3
DENTIN BONDING AGENT
yang sedikit lembab. Sebagian besar matriks resin komposit hidrofobik, jadi agen
bonding harus bersifat hidrofil untuk berinteraksi dengan permukaan dentin yang
lembab dan bersifat hidrofobik untuk memastikan bonding ke bahan restorasi resin.
Adhesi utama untuk menciptakan monomer hifrofilik yang dapat infiltrasi ke collagen
mesh dengan mudah dapat dicapai dengan mengetsa dentin, bisa juga disebut
conditioner.
4
5
BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR
1. NaOCl
30s
b. Mode of action
6
1) Reaksi saponifikasi: sodium hipoklorit berperan sebagai pelarut
maka pH menurun.
(HOCl−) dan ion hipoklorit akan memicu degradasi asam amino dan
hidrolisis.
5) pH tinggi: sodium hipoklorit adalah basa kuat (pH > 11). Efektivitas
7
tinggi akan mengganggu integritas membrane sitoplasma yang
lipidic peroksidasi.
dari NaOCl, merupakan ion yang tidak stabil dan akan habis secara cepat
dalam fase awal disolusi jaringan, yakni sekitar 2 menit. Oleh karena itu harus
disertai penambahan yang terus menerus. Waktu yang optimal untuk larutan
NaOCl berada di sistem saluran akar masih menjadi perdebatan, namun secara
karena itu, penambahan yang terus menerus dari larutan irigasi akan
2. Klorheksidin (CHX)
8
3. EDTA
EDTA (17%, disodium salt, pH 7) hanya memiliki aksi antibakteri yang kecil.
EDTA berperan sebagai agen khelasi saluran akar yang efektif. Peran utama
EDTA dalam protocol irigasi saluran akar adalah menghilangkan smear layer.
a. Komposisi
organik dalam kondisi intak, sedangkan NaOCl adalah agen yang akan
9
c. Mode of action
metal dicationic dan tricationic, yaitu Ca2+ dan Fe3+. Setelah berikatan
reaktivitasnya telah hilang. Agen khelasi, dalam hal ini EDTA, akan
ion yang ada telah berikatan, ekuilibrium akan terbentuk dan tidak
akan terjadi proses disolusi lagi, oleh karena itu EDTA merupakan
10
Reaksi tersebut tergantung konsentrasi NaOCl, semakin tinggi
saluran akar
11
12
MEDIKAMEN SALURAN AKAR
1. Kalsium hidroksida
albicans
endodontik
Kalsium hidroksida serbuk dapat dicampur dengan air steril atau saline
13
seperti air, dengan demikian kalsium hidroksida tidak mudah ekstrusi
secara homogen
eugenol
14
c. Mode of action
berdisosiasi menjadi ion Ca++ dan OH- yang diperlukan untuk untuk
Berman, 2016).
2. Formaldehid
37%. Selain itu juga ada tricresol formalin dengan komponen 10%
patologis
15
3. Phenol
jaringan sekitar
16
GUTA PERCA
1. Komposisi
Komponen utama konus guta perca adalah zinc oxide (±75%), rubber ±20%
yang memberi sifat plastis pada guta perca, sisanya adalah agen pewarna,
2. Keuntungan
termoplastis
Mudah dimanipulasi
Mudah disterilkan, yaitu dengan larutan NaOCl 1% atau lebih besar selama
1 menit
17
SILER
a. Komposisi
dibersihkan secara sempurna pada kamar pulpa. Oleh karena itu terdapat
modifikasi formula yang tidak mewarnai gigi seperti yang ada di gambar.
Setting lambat
18
c. Manipulasi
Konsistensi dibuat kental, dapat ditarik ke atas oleh spatula sebanyak 2-3
inci.
preparasi
a. Komposisi
bismuth oxide.
diglycidyl ether) dan filler sebagai komponen utama, sedangkan amine paste
19
tube mengandung primary monoamine, secondary diamine, disecondary
sealer dari tube yang sama. Hal ini terjadi karena deposisi radiopacifier, yaitu
zirconium oxide dan calcium tungstate, pada ujung bawah tube sehingga
bagian atas tube memiliki jumlah radiopacifier yang lebih sedikit. Namun hal
20
Tidak mengandung eugenol yang dinilai memiliki toksisitas tinggi
apical
eugenol
Jika saluran akar terlalu kering maka setting time akan lebih panjang
21
PASAK FIBER
Pasak fiber terdiri atas woven polyethylene dan glass atau carbon.
Bentuk asli pasak tersebut dahulu berwarna hitam dan tidak estetik (Garg,
2014). Pasak serat karbon tidak dapat diklasifikasikan sebagai pasak khusus
estetika karena warnanya gelap dan masih terlihat di bawah semua restorasi
Fiber glass memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah (kekakuan lebih
tidak ada biaya laboratoris, tidak ada korosi, mengurangi fraktur akar, tidak ada
alokasi ukuran orifice, lebih retentive, struktur gigi dapat dipertahankan, tidak ada
efek negative untuk estetik, resistensi terhadap fatigue tinggi (1440 MPa),
modulus elastisitas rendah, sehingga mirip dengan dentin: 18-42 GPa, jika terjadi
Kerugian pasak fiber antara lain teknik yang digunakan sangat sensitive,
harus mengikuti protocol adesif yang benar sesuai instruksi pabrik, jika
preparasi saluran akar dan menghilangkan dentin di dalam saluran akar, terutama
22
Urutan klinik prosedur penempatan pasak fiber dan inti resin komposit
Pengambilan dentin yang terlalu banyak saat preparasi dengan post drill akan
melemahkan gigi tersebut. Saluran akar kemudian dibilas dengan alkohol jika
2. Mempersiapkan pasak
resin. Sikat mirko tipis yang panjang dapat digunakan untuk pengolesan agen
pasak fiber.
23
4. Sementasi pasak:
5. Pembuatan inti
terserapnya air di antara pasak dan inti. Jika pasak perlu dikurangi panjangnya
sebaiknya dilakukan menggunakan diamond disc bur disertai air yang banyak
24
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth .J., Phillips. 2003. Phillips’ science of dental material. St.Louis:
Elsevier Science (USA)
Ba-Hattab, R.; Al-Jamie, M; Aldreib, H.; et al., 2016, Calcium Hydroxide in
Endodontics: An Overview, Open Journal of Stomatology. 6: 274-289
https://www.researchgate.net/deref/http%3A%2F%2Fdx.doi.org
%2F10.4236%2Fojst.2016.612033Mishra, R., Shetty, V. S., C, V. F. D., &
Shetty, K. H. (2017). Evolution of Posts - From Rigidity to Flexibility, 6(5),
2671–2677 diunduh dari
https://pdfs.semanticscholar.org/20c7/b780e109009cc611795db45aeaa9d66fc8f
9.pdf
Bayne, S.C. and Thompson, J.Y., 2014, Biomaterials, dalam Heymann, H.O., Swift,
E.J., Ritter, A.V. (eds): Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry,
7th Ed., Elsevier, North Carolina
Bonchev, A., Radeva, E., & Tsvetanova, N. (2017). Fiber Reinforced Composite
Posts - A Review of Literature, 6(10), 1887–1893 diunduh dari
https://pdfs.semanticscholar.org/f234/5f540758cc1ba58acb3f3cfe231abb9da76
3.pdf
Hargreaves, K., & Berman, L. (2016). Cohen’s Pathways of the Pulp. In Elsevier
Saunders. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Perdigao, J. (2016). Fiber-Reinforced Resin Posts Fiber-Reinforced Resin Posts
(Fiber Posts). USA: Springer International Publishing diunduh dari
https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-319-15401-5_6
Prawitasari, Emmawati., Ratih, Diatri Nari., Siswomihardjo, Widowati. 2014.
Pengaruh Bahan Pencampur Kalsium Hidroksida Dengan Teknik Irigasi Agitasi
Terhadap Sisa Kalsium Hidroksida Pada Sepertiga Apikal Dinding Saluran
Akar (Penelitian Laboratoris). J Ked Gi, Vol. 5, No. 2, April 2014 diunduh dari
https://journal.ugm.ac.id/jkg/article/view/27843
Torabinejad, Mahmoud., Walton, Richard E., Fouad, Ahraf. 2015. Endodontics:
Principles and Practice, 5th ed. St. Louis: Saunders Elsevier Inc
25