Anda di halaman 1dari 28

BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.1 kalsium Hidroksida


Kalsium hidroksida adalah garam dasar putih, berkristal,mudah larut
yang terpisah menjadi ion kalsium dan ion hidroksil dalam larutan dan
kandungan alkali yang tinggi (pH 11). Bahan ini digunakan dalam bentuk.
Setting dan nonsetting pada kedokteran gigi. Codman ialah yang pertama
menggunakan

kalsium

hidroksida

karena

sifat

antimikrobanya

dan

kemampuannya merangsang pembentukan jaringan keras (Grossman, 1995).


Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus Ca(OH)2.
Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tidak berwarna atau bubuk putih.
Kalsium hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO)
dengan airhidroksil(Castagnola dan Orlay, 1956).
Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan
pH 12-13. Bahan ini sering digunakan untuk direct pulp capping. Jika
diletakkan kontak dengan jaringan pulpa, bahan ini dapat mempertahankan
vitalitas pulpa tanpa menimbulkan reaksi radang, dan dapat menstimulasi
terbentuknya batas jaringan termineralisasi atau jembatan terkalsifikasi pada
atap pulpahidroksil(Castagnola dan Orlay, 1956).
Sifat bahan yang alkalis inilah yang banyak memberikan pengaruh pada
jaringan. Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi ion-ion
kalsium dan hidroksil(Castagnola dan Orlay, 1956).
Sifat basa kuat dari bahan kalsium hidroksida dan pelepasan ion
kalsium akan membuat jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Keadaan
basa akan menyebabkan resorpsi atau aktivitas osteoklas akan terhenti karena
asam yang dihasilkan dari osteoklas akan dinetralkan oleh kalsium hidroksida
dan kemudian terbentuklah kalsium fosfat kompleks. Selain itu, osteoblas
menjadi aktif dan mendeposisi jaringan terkalsifikasi, maka batas dentin
terbentuk diatap pulpahidroksil(Castagnola dan Orlay, 1956).
3

Untuk efek antimikroba dari kalsium hidroksida berhubungan dengan


kemampuan bahan membunuh bakteri yang ada dan mencegah bakteri masuk
lagi dari rongga mulut ke dalam pulpa. Sifat antimikroba dari kalsium
hidroksida berasal dari beberapa faktor. pH yang tinggi menghasilkan
lingkungan yang tidak baik untuk pertumbuhan bakteri. Ada tiga mekanisme
kalsium hidroksida merangsang lisis bakteri, ion hidroksil menghancurkan
phospholipids sehingga membran sel dihancurkan, adanya kadar alkali yang
tinggi merusak ikatan ion sehingga protein bakteri dirubah, dan ion hidroksil
bereaksi dengan DNA bakteri, menghambat replikasi (Grossman, 1995).
Kalsium hidroksida diindikasikan untuk gigi permanen anak-anak yang
melibatkan pulpa dengan apeks akar yang belum terbentuk sempurna. Jika
perawatan membutuhkan radiopaqsity, gigi permanen anterior pada anak
dengan apeks terbuka lebar yang mengalami fraktur saat olahraga atau
kecelakaan, atau gigi posterior dengan apeks terbuka yang juga memiliki
pembukaan karies kecil yang asimtomatik, dapat digunakan kalsium
hidroksida (Budiyanti, 2006).
A. Indikasi
1. Untuk gigi yang belum sempurna pertumbuhannya dengan nekrosis
pulpa.
2. Pasien yang pernah mengalami trauma (beberapa waktu yang lalu) dan
diikuti kelainan periapeks.
3. Pasien dewasa setelah mengalami kegagalan perawatan endodontik
konvensional.
4. Pasien anak-anak setelah tindakan apikoektomi.
5. Selama perawatan orthodontik
B. Kontraindikasi
1. Semua gigi dengan fraktur akar vertikal dan sebagian besar fraktur akar
horizontal.
2. Gigi dengan akar yang sangat pendek.
3. Gigi dengan replacement resorption (ankylosis).
4. Adanya kerusakan merginal pada periodontal

5. Gigi dengan pulpa vital.


C. Komposisi
Kalsium hidroksida tersedia dalam 4 sediaan yaitu :
1. Dalam 2 jenis pasta yaitu base dan katalis
2. Sistem light cured
3. Single pasta dalam bentuk suntikan
4. Dalam bentuk bubuk
Akhir-akhir ini, kalsium hidroksida light cured base material dan
kalsium hidroksida pelindung saluran akar berbentuk pasta telah
diperkenalkan.Komposisi kalsium hidroksida pasta dan katalis adalah
sebagai berikut (Manappallil, 2003) :
1. Base Paste :
Glikol Salisilat 40%, Bereaksi dengan Ca (OH)2 dan ZnO
Kalsium sulfat
Titanium dioksida, sebagai inert filler, pigmen
Kalsium tungstate atau barium sulfat, provides radiopacity
2. Catalys Paste
:
Kalsium hidroksida 50%
Zinc oksida 10%
Zinc stearate 0.5%, sebagai akselerator
Ethylene toluene
Sulfonamide 39.5%, senyawa berminyak; bertindak sebagai carrier
D. Aplikasi Kalsium Hidroksida
Dalam Manappallil (2003), Kalsium hidroksida dapat diaplikasikan
sebagai kaping pulpa langsung dan tidak langsun, sebagai basis kekuatan
rendah di bagian bawah restorasi silikat dan komposit untuk perlindngan
pulpa, dan untuk prosedur apeksifikasi pada gigi permanen muda yang
pembentukan akarnya tidak lengkap.

1. Pulp capping
Pulpa capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau
beberapa lapis bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka.Bahan
yang paling sering digunakan untuk pulp capping mengandung kalsium
hidroksida. Penggunaan kalsium hidroksid yang tepat menghasilkan
keberhasilan

75%,

walaupun

beberapa

bahan

berhasil.Pulpa Kaping ada 2 jenis yaitu (Harty, 1993) :

serupa

tidak

a. Pulp capping tidak langsung


Istilah ini digunakan untuk menunjukkan penempatan dressing
adhesive di atas sisa dentin karies yang sudah mengeras dalam usaha
mempercepat pembentukan dentin sekunder dalam kamar pulpa .
Pada kunjungan pertama, semua lesi karies lunak dihilangkan
dengan ekskavator yang tajam atau bur berkecepatan rendah, dan
outline kavitas yang dibuat. Daerah dentin di dekat daerah bakal
perforasi pulpa ditutup dengan selapis bahan yang mengandung
kalsium hidroksida, misalnya Dycal, dan kavitas ditutup dengan
semen zinc okside eugenol yang cepat mengeras, misalnya Kalzinol.
Setelah sekurang-kurangnya 6 minggu, gigi dapat dibuka dan pada
kasus yang berhasil akan terlihat dentin sekunder pada aspek pulpa,
sisa dentin yang karies dapat dihilangkan tanpa adanya resiko
perforasi pulpa. Riwayat rasa sakit rekuren selama periode
perawatan merupakan kontra indikasi dari cara perawatan ini, dan
untuk itu perlu dilakukan tindakan yang lebih menyeluruh. Walaupun
pulp capping tidak langsung dapat berhasil pada kasus tertentu,
diperkirakan kecepatan penyebaran radang dalam kamar pulpa gigi
susu yang karies, ditambah dengan ketidak pastian diagnose, akan
membuat indikasi penggunaan cara ini terbatas.

b. Pulp capping langsung


Menunjukkan bahwa bahan sedasi diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Teknik ini sebaiknya digunakan untuk perawatan
perforasi pulpa yang kecil, bersih, traumatic dengan tingkat
keberhasilan 75%, yang ditemukan pada salah satu penelitian
(Jeppesen, 1971). Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi
dengan saliva; dressing kalsium bidroksida dapat dipasang di dekat

pulpa dan selapis semen zinc oksid eugenol dapat diletakkan di


seluruh lantai pulpa dan dibiarkan mengeras, untuk menghindari
tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi dengan amalgam.
E. Sifat Kalsium Hidroksida
a. Biokompatibilitas
Respon pulpa terhadap semen berbasis kalsium hidroksida adalah
baik. Kesimpulan tersebut didasarkan pada gambaran histologis dari
jaringan pulpa setelah pulp cupping dan penyembuhan awal oleh
pembentukan jembatan dentin konsisten yang lengkap dan jauh lebih
tinggi kualitasnya dengan metode yang digunakan untuk memperoleh
pulpa yang terbuka, walaupun rasa sakit diambil untuk meminimalakn
trauma (Yusmardiana, 2002).
b. Celah mikro
Setiap semen saluran akar endodonti harus mengisi ruang saluran akar
dan idealnya seharusnya melekat terhadap konguttapercha dan
terhadap dinding saluran akar untuk mencegah terjadinya celah.
Penelitian kebocoran in vitro menunjukan kemampuan pengisisan
semen saluran akar berbasis kalsium hidroksida terhadap saluran akar
yang sama seperti semen saluran akar berbasis seng oksida eugenol
(Caicedo, 1988)
c. Perubahan PH
Semen saluran akar berbasis kalsium hidroksida memiliki PH yang
bersifat alkalis atau basa, oleh karena itu dapat mematikan
pertumbuhan bakteri dan menetralkan sisa jaringan dalam saluran akar
dengan melepas ion hidroksil. Untuk mendapatkan efek terapeutik,
atau pengobatan dari kalsium hidroksida sebagai pengisi saluran akar,
maka ion-ion hidroksil harus berdifusi melalui dentin. Kalsium
hidroksida juga mempengaruhi pelepasan ion hidroksil, sehingga
menyebabkan perubahan PH (Anna, 1988)
d. Merangsang perbaikan apikal
Kalsium hidroksida telah digunakan secara luas dalam endodonti dan
bukti menunjukan bahwa kalsium hidroksida dapat menstimulasi
perbaikan jaringan keras gigi dalam banyak keadaan. Dua semen
saluran akar berbasis kalsium hidroksida yang tersedia secara

komersial yaitu sealapeks dan caciobiotic telah dianalisa dapat dapat


berkontak langsung dengan jaringan periapikal (Wenberg, 1990).
e. Sifat Adhesif (Perlekatan)
Bahan yang bersifat adhesif diartikan sebagai bahan yang dapat
melekat atau melekatkan bahan lain pada struktur gigi tanpa bantuan
retensi mekanis (Wenberg, 1990).
F. Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan
a. Mempunyai efek sifat bakterisidal dan desinfektan. Konsentrasi ion
hidroksil yang tinggi dapat emebunuh mikroorganisme di dalam
saluran akar yang tidak terjangkau oleh instrumentasi dan irigasi.
b. Merangsang pembentukan jaringan keras.
c. Mecegah resorpsi tulang.
d. Tidak menyebabkan perubahan warna gigi, bukan konduktor panas
yang baik, manipulasi mudah dan stabil.
e. Mengurangi kepekaan rasa nyeri dentin terhadap rangasangan dari
luar dan dari dalam.
f. Daya iritasi ringan.
g. Menghambat fagositas mikrofag sehingga dapat menurunkan reaksi
inflamasi pada periapikal.

2. Kekurangan
a. Tidak dapat menutup permukaan fraktur pada kasus injuri
traumatik pada gigi vital.
b. Dressing intrakanal dengan pasta kalsium hidroksida awalnya
menyebabkan nekrosisi sel-sel yang meresorpsi ion hidroksil.
c. Dapat menghambat perlekatan dan fungsi sel-sel ligamen
periodontal serta menghambat proses penyembuhan permukaan
akar (Yusmardiana, 2002).

2.2 Semen Seng Fosfat


Seng fosfat adalah bahan semen tertua sehingga mempunyai catatan
terpanjang. Semen ini menjadi tolok ukur bagi sistem-sistem yang lebih
baru. Seng fosfat terdiri atas bubuk dan cairan di dua botol yang terpisah
(Anusavice, 2003).

A. Komposisi dan Kimiawi


Bahan utama dari bubuknya adalah oksida seng (90%) dan
oksida magnesium (10%). Bahan-bahan dari bubuk diaduk bersama
pada temperatur 1000-14000C menjadi cake yang kemudian
ditumbuk

menjadi

bubuk

halus.

Ukuran

partikel

bubuk

mempengaruhi kecepatan pengerasan. Umumya, semakin kecil


ukuran partikelnya, semakin cepat semen mengeras (Anusavice,
2003).
Cairannya mengandung asam fosfor, air, alumunium fosfat, dan
dalam beberapa keadaan, seng fosfat. Kandungan air dari sebagian
besar cairan adalah 33% 5%. Air mengendalikan ionisasi dari
asam, yang pada gilirannya mempengaruhi kecepatan reaksi cairanbubuk (asam-basa) (Anusavice, 2003).
Ketika bubuk dicampur dengan cairan, asam fosfor berkontak
dengan permukaan partikel dan melepaskan ion-ion seng ke dalam
cairan. Alumunium, yang sudah membentuk ikatan dengan fosfor,
bereaksi dengna seng dan menghasilkan gel seng aluminofosfat pada
permukaan partikel sisanya. Jadi, semen yang mengeras adalah
sebuah struktur inti yang terutama terdiri atas partikel oksida seng
yang tidak bereaksi, dibungkus dengan matriks padat yang tidak
berbentuk dari seng aluminofosfat (Anusavice, 2003).
Karena air sangat berpengaruh untuk reaksi asam-basa, maka
jelas komposisi cairan harus dipelihara untuk menjamin adanya
reaksi yang konsisten. Perubahan di komposisi dan kecepatan reaksi
bisa terjadi karena degradasi semen atau karena penguapan air dari
cairan. Ini berarti, perubahan komposisi dapat berpengaruh pada
reaksi. Efek degradasi dapat dikenali dengan memburamnya cairan
yang sudah terlalu lama. Akibatnya adalah semen yang berkualitas
rendah. Selain itu, tidak dianjurkan untuk saling menukar bubuk dan
cairan dari merek yang berlainan, karena ada perbedaan yang cukup

10

besar yang dapat mengubah sifat manipulasi dan sifat fisik dari
semen yang dihasilkan (Anusavice, 2003).
B. Waktu Kerja dan Pengerasan
Waktu kerja adalah waktu yang diukur dari awal pengadukan
selama kekentalan adukan cukup rendah untuk bisa mengalir di
bawah tekanan guna membentuk lapisan yang tipis. Jelas bahwa
kecepatan pembentukan matriks akan mempengaruhi waktu kerja. Di
sisi lain, waktu pengerasan berarti pembentukan matriks telah
mencapai titik dimana gangguan fisik dari luar tidak akan
mengakibatkan perubahan dimensi yang menetap. Ini diukur dengan
jarum Gilmore 4,5-N (1 pound) pada temperatur 37 0C dan
kelembaban relatif 100%. Didefinisikan sebagai waktu antara awal
pengadukan sampai saat dimana jarum tidak lagi dapat menembus
semen ketika ditekan masuk ke permukaan semen. Praktisnya, inilah
waktu dimana kelebihan semen seng fosfat harus dibuang dari tepi
tambalan. Waktu pengerasan yang memadai dari semen seng fosfat
adalah antara 5 sampai 9 menit, seperti ditentukan dalam Spesifikasi
ADA No. 8 (Anusavice, 2003).
C. Sifat Fisik dan Biologis
Dua sifat fisik dari seman yang relevan untuk retensi protesa
cekat adalah sifat mekanis dan daya larutnya. Protesa dapat terungkit
jika semen yang ada di bawahnya mendapat tekanan yang lebih besar
daripada kekuatannya. Daya larut yang tinggi dapat menyebabkan
hilangnya semen yang dibutuhkan untuk retensi dan menciptakan
daerah retensi untuk plak (Anusavice, 2003).
Jika dimanipulasi dengan benar, semen seng fosfat mempunyai
kekuatan tekan sebesar 104 Mpa dan kekuatan tarik garis tengah 5,5
Mpa. Semen fosfat mempunyai modulus elastisitas sekitar 13 Gpa. Jadi
cukup kaku dan seharusnya dapat menahan perubahan bentuk elastik

11

bahkan jika digunakan untuk sementasi restorasi yang terkena tekanan


pengunyahan yang besar (Anusavice, 2003).
Kekuatan kompresi (dan mungkin nilai kekuatan tarik) bervariasi
sesuai dengan rasio bubuk:cairan. Rasio yang dianjurkan untuk semen
seng fosfat adalah sekitar 1,4 gram bubuk dengan 0,5 ml cairan.
Peningkatan kekuatan didapat dengan menambahkan lebih banyak
bubuk daripada yang dianjurkan akan cukup berarti dibandingkan
pengaturan kekuatan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah bubuk di
dalam adukan. Penurunan rasio bubuk:cairan akan mengahasilkan
semen yang sangat lemah. Hilangnya atau bertambahnya kandungan air
dari cairan akan mengurangi kekuatan kompresi dan tarik dari semen
(Anusavice, 2003).

Sifat Biologi
Seperti biasa diduga dari adanya asam fosfor, keasaman semen

cukup tinggi pada saat protesa ditempatkan pada gigi. dua menit setelah
awal pengadukan, pH menaik dengan cepat tetapi masih sekitar 5,5
pada jam ke-24. Jika digunakan adukannya yang encer, pH akan lebih
rendah dan tetap rendah untuk jangka waktu yang lama (Anusavice,
2003).
Dari data ini terbukti bahwa kerusakan pulpa akibat serangan
asam dari semen seng fosfat mungkin terjadi selama jam-jam pertama
setelah pemasangan. Namun, penelitian pada semen seng fosfat yang
dibuat dengan cairan yang mengandung asam fosfor radioaktif
menunjukkan bahwa di beberapa gigi, asam dari semen dapat
menembus ketebalan dentin sampai 1,5 mm. Jadi, jika dentin yang
terletak dibawah semen tidak dilindungi terhadap penembusan asam
melalui tubulus dentin, dapat terjadi cidera pulpa (Anusavice, 2003).
2.3 Semen Zink Oksida Eugenol
a. Semen oksida seng eugenol

12

Semen oksida seng eugenol adalah suatu semen tipe sedative yang
lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, dan
berguna sebagai basis insulatif (penghambat) (Anusavice, 2004).
Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa gigi dan ini adalah
salah satu kelebihan jenis semen tersebut. Kelebihan lainnya adalah
kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran mikro, dan
memberikan perlindungan terhadap pulpa. Bahan ini paling sering
digunakan ketika merawat lesi-lesi karies yang besar (Anusavice,
2004).
Campuran konvensional dari oksida seng dan eganol relatif lemah.
Di tahun-tahun terakhir ini mulai diperkienalkan semen-semen
oksida seng eganol yang telah disempurnakan. Salah satu produk
OSE yang diperkuat dan cukup terkenal adalah produk yang
menggunakan polimer sebagai penguat. Selain itu, partikel-partikel
bubuk oksida seng telah dirawat permukaan untuk menghasilkan
ikatan partikel-partikel ke matriks yang lebih baik. Hal ini
menghasilkan kekuatan yang lebih besar dan durabilitas (masa
pakai) yang lebih lama bila digunakan sebagai bahan sementara.
Sejumlah bahan lain, seperti resin hidrogenasi, dapat juga dijumpai
dalam beberapa produk (Anusavice, 2004).
b. Komposi Semen oksida seng eugenol
Berupa bubuk (Zinc oksida dan magnesium oksida) dan Cairan
(Larutan eugenol) (Anusavice, 2004).
c. Fungsi Semen oksida seng eugenol
Semen oksida seng eugenol digunakan sebagai bahan perekat
sementara dan permanen restorasi, digunakan sebagai tambalan
sementara, sebagai bahan pelapik, bahan pengisi saluran akar,
pembalut periodontal dan pada perawatan pulpotomi restorasi
sementara dan menengah bahan perekat/pengikat sementara dan
permanen untuk restorasi
(Anusavice, 2004).
d. Klasifikasi Semen oksida seng eugenol dalam Spesifikasi ANSI /
ADA No. 30:
- Tipe 1 digunakan untuk semen sementara.
- Tipe 2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau
alat-alat yang dibuat di luar mulut.

13

Tipe 3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan

panas.
- Tipe 4 digunakan untuk pelapik kavitas
e. Sifat Semen oksida seng eugenol
1. Sifat Fisik
a. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari
semen OSE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan.
Semakin

tinggi

rasio

bubuk:cairan,

semakin

cepat

pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan memperlambat


waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik
pengembunan. Di bawah titik embun ini, kondesat akan
bergabung dengan adukan dan reaksi pengerasan akan
dipercepat (Anusavice, 2004).
b. Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada
umumnya,

ukuran

perikel

yang

lebih

kecil

akan

meningkatkan kekuatan. Penggantian sebagai eogenol


dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan
kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice,
2004).
c. Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan
memiliki kekuatan yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa.
Kekuatan semen OSE tergantung pada tujuan kegunaannya
dan

pada

formula

yang

dirancang

untuk

tujuan

tersebut(Anusavice, 2004).
2. Sifat Mekanis
Sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan
penggunaan

bahan

tersebut,misalnya

semen

haruslah

menghasilkan kekuatan yang cukup dalam waktu cepat untuk


memungkinkan bahan tambal dimasukkan kedalam kavitas
(Anusavice, 2004).
3. Sifat Kimia
Komponen utama dari semen-semen ini adalah oksida seng dan
eugenol. Jadi, reaksi pengerasan dan struktur mikronya pada
dasarnya sama dengan pasta cetak.Meskipun demikian ada
berbagai cara melalui mana karateristik dan manipulasi yang
cocok untuk berbagai jenis kegunaan(Anusavice, 2004).

14

4. Sifat Biologi
Semen oksida seng eugenol mempunyai PH-nya mendekati 7
yang membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling
sedikit mengiritasi dan cocok secara biologis terhadap
pulpa.Selain itu, dapat menutup kavitas dengan sangat baik
untuk menghambat cairan mulut dengan begitu iritasi yang
disebabkan oleh kebocoran mikri dapat dikurangi, Karena sifat
biologinya dari semen oksida seng eugenol membuat semen ini
digunakan sebagai sementasi terakhir (Anusavice, 2004).
f. Manipulasi bahan
1. Bubuk dalam jumlah secukupnya, dan beberapa tetes eugenol
diletakkan pada glassplate.
2. Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai pasta
kental.
3. Pasta yang tercampur akan dapat dipegang tanpa melekat ke jari.
4. Mulai aplikasikan bahan pada kavitas yang sebelumnya
dibersihkan dulu menggunakan aquades steril lalu dikeringkan
dengan cotton pellet. (Baum, 1997).
g. Kekurangan dan Kelebihan :
Kekurangan :
1. Bahan ini tidak elastik hingga tidak dapat menjangkau daerah
undercut
2. Hanya setting cepat pada bagian yang tipis
3. Adanya kandungan eugenol yang membuat beberapa pasien
alergi.
4. Kekuatan yang kurang.
5. Kurang tahan terhadap abrasi.
6. Mudah larut dalam cairan rongga mulut.
7. Mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan
Kelebihan :
1. Memiliki stabilitas dimensi yang bagus.
2. Memiliki permukaan akurat dan detail.
3. Mempunyai working time yang cukup.

15

4. Dapat merekam jaringan mulut tanpa kerusakan


5. Mucostatic
6. Daya antibakteri
7. memberikan perlindungan terhadap pulpa
8. Kemampuan semen untuk meminimalkan kebocoran mikro
(Anusavice, 2004).

2.4 Glass Ionomer Cements


Merupakan semen yang berbahan dasar air dengan bentuk reaksi asam
semen ionomer kaca adalah generik dari kelompok bahan yang menggunakan
silikat kaca dan larutan poliakrilat. Bahan ini mendapatkan nama formulanya
yaitu suatu bubuk kaca dan adam inonomer yang mengandung gugus
karboksilat. Juga disebut sebagai semen polialkenoat (Anusavice, 2004)
Semen ionomer kaca tipe I dirancang untuk bahan perekat. Semen ini
memiliki viskositas lebih rendah daripada GIC tipe II sehingga memiliki daya
alir yang baik. Semen ini digunakan untuk perekat inlay, onlay, mahkota, gigi
tiruan jembatan, dan pasak endo. Selain itu juga dipergunakan untuk perekat
mahkota dan gigi tiruan jembatan berbahan keramik (Septomy, 2013)
Semen ionomer kaca tipe II adalah salah satu jenis semen kedokteran
gigi yang efektif digunakan untuk bahan restorasi. Mempunyai reaksi
pengerasan lebih cepat daripada semen ionomer kaca tipe I. Untuk restorasi
gig sulung dan membentuk kavitas dengan minimal reparasi berdasarkan sifat
biokompatibilitas, restorasi lesi erosi, dan juga restorasi kavitas kelas III dan
V yang dini (Septomy, 2013)
Semen ionomer kaca tipe III biasanya digunakan untuk pengisi pit dan
fissure pada bagian oklusal enamel gigi yang rentan terhadp karies gigi,
karena sebagai tempat perlekatan bakteri dan sisa-sisa makanan. Oleh karena
itu perlu diberi lapisan pada daerah pit dan fissure oklusal gigi posterior
terhadap aksi bakteri (Septomy, 2013)

16

Umumnya semen ionomer kaca mampu melepas fluoride sehingga


mampu memproteksi gigi posterior yang resiko terhadap karies. Semen ini
memiliki bubuknya halus dengan ukuran partikel sebesar 15 um atau kurang.
Tersedia dalam jenis konvensional berupa bubuk dan cairan poliasam, serta
jenis penambahan air untuk pengerasan. Semen ini mengikat struktur gigi
melalui gugus karboksilat dan poliasam kalsium di gigi (Anusavice, 2004)
Yang membedakan antara kedua semen ini adalah perbandingan powder
dan liquid di setiap manipulasinya. Perbandingan powder dan liquid GIC tipe
I adalah 1,8:1, GIC tipe II 3:1, sedangkan GIC tipe III 1:1, sehingga dari
ketiganya memiliki viskositas yang berbeda dan kecepatan pengerasan yang
berbeda, begitu halnya dengan GIC tipe-tipe yang lain yang beberapa
diantaranya mempunyai beberapa komposisi tambahan (Septomy, 2013)
Komposisi:
Powder
SiO2

29%

Al2O3

16,6%

CaF3

34,2%

Na3AlF6

5,0%

AlF3

5,3%

AlPO4

9,9% (Craig, 2002)

Liquid
Asam poliakrilat 40-50%
Fungsi: Untuk melekatkan pada struktur gigi tanpa perlakuan khusus
Asam tartarik 5,0%
Fungsi: Mengontrol reaksi pengerasan, membantu keluarnya ion-ion dari
glass dan memperlambat pengerasan

17

Air 47%
Fungsi: Media reaksi, serta menambah kekuatan bahan.

Sifat biologi. Sebagian besar penelitian histologi menunjukkan


bahan GIC relatif biokompatibilitas terhadap rongga mulut.
Semen ini menimbulkan reaksi pulpa yan lebih daripada semen
oksida seng eugenol, tetapi umumnya lebih keci daripada semen
seng fosfat. Selain itu juga dapat mencegah iritasi cairan mulut
diantara muka semen gigi. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi potensi iritasi yang salah satunya adalah pH.
Rasio bubuk dan cairan mempengaruhi derajat keasaman dan

lamanya lingkungan ber-Ph rendah (Anusavice, 2004)


Sifat mekanis. Compressive strenghnya 150 Mpa. Lebih rendah
dari semen silikat. Tensil strengh 6,6 Mpa lebih tinggi dari
silikat. Hardness 49 KHN lebih lunak dari silikat (Anusavice,

2004)
Sifat Kimia. Semen ionomer kaca melekat dengan baik ke arah
enamel dan dentin, perlekatan berupa ikatan kimia antara ion
kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari semen ionome
kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar daripada ikatan
pada dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran pada bahan
tambal dapat dikurangi. Semen ionomer kaca tahan terhadap
suasana asam, oleh karena itu ikatan silang saling berantai-rantai
semen ionomer kaca (Anusavice, 2004)

Sifat yang paling menonjol dari penggunaan semen ionomer kaca


sebagai restorasi adalah kekuatannya terhadap fraktur daripada komposit. Usia
tambalan semen ionomer kaca ini belum diketahui dengan pasti karena bahan
ini relatif baru. Namun, restorasi semen ionomer kaca kinerjanya cukup
memadai untuk periode 10 tahun atau lebih. Semen ini mempunyai
kemampuan untuk membentuk bonding adhesif dengan jaringan enamel dan
dentin dan bersifat antikariogenik (Anusavice, 2004)
Kelebihan

18

1.
2.
3.
4.
5.

Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutana air


Kemampuannya berikatan dengan email dan dentin
Memiliki angka retensi pada gigi
Biokompatibilitas baik
Tidak iritatif (Riza, 2011)

Kekurang
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar


Tidak tahan terhadap keausan
Daya lekat pasta lebih kecil daripada dentin
Setelah restorasi butuh proteksi
Kekerasan kurang baik (Riza, 2011).

2.5 Resin Modified Glass Ionomer


2.6 2.1 Definisi
Resin Modified Glass Ionomer (Ionomer Kaca Modifikasi Resin)
adalah salah satu bahan restorasi kedokteran gigi yang merupakan modifikasi
antara semen ionomer kaca konvensional dengan berbagai bahan resin
restoratif. Bahan baru hasil modifikasi ini telah dapat diterima dengan baik
untuk berbagai kegunaan karena memiliki kombinasi karakteristik dari semen
ionomer kaca dan resin. Semen ionomer kaca modifikasi resin diperkenalkan
oleh Antonucci dkk pada tahun 1988 (Herda, 1997)

Komposisi Resin Modified Glass Ionomer


Semen ionomer kaca modifikasi resin merupakan bahan hybrid yang

terdiri dari 80% semen ionomer kaca konvensional dan 20% resin komposit
foropolimerisasi. Pada dasarnya bahan ini adalah semen ionomer kaca
konvensional yang ditambah dengan resin (Sidhu dan Watson, 1995).
Suatu bahan semen ionomer kaca modifikasi resin mempunyai
komposisi khas terdiri dari :
1. Asam poliakrilik atau modifikasi asam poliakrilik yang mengandung
fotoinisiator champorquinone
2. Monomer yang dapat mengeras bila disinar, seperti hydroxyethyl
methacrylate (HEMA)

19

3. Ion-ion leachable glass, seperti fluoroalumino silicate glass


4. Air. Sebagian komponen air pada semen ionomer kaca konvensional
digantikan dengan bahan resin seperti HEMA atau BisGMA (Sidhu dan
Watson, 1995).

Sifat - Sifat Resin Modified Glass Ionomer


Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki sifat-sifat yang berbeda

dengan bahan-bahan semen ionomer kaca konvensional. Sifat-sifat tersebut


perlu diketahui agar dipahami keterbatasan dan kemampuan maksimumnya.
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan
Kekuatan disini berkaitan dengan sifat-sifat mekanis semen ionomer
kaca modifikasi resin, seperti compressive strength, tensile strength,
flexural strength dan shear bond strength.
-

Compressive dan tensile strength adalah stress maksimum yang dapat


diterima oleh suatu bahan bentuk kompresi atau tegang tanpa terjadi
fraktur. Secara umum bahan semen ionomer kaca modifikasi resin
memiliki kekuatan compressive dan tensile strength yang lebih tinggi
daripada semen ionomer kaca konvensional (Combe, 1992).

Flexural strength suatu bahan restorasi diukur untuk mengetahui


kekakuannya. Flexural strength semen ionomer kaca modifikasi resin
lebih besar dari semen ionomer kaca konvensional (Van Meerbeek
dkk., 2001).

Shear bond strength adalah ukuran untuk mengevaluasi besarnya


ikatan bahan restorasi dengan struktur gigi. Shear bond strength semen
ionomer kaca modifikasi resin lebih tinggi daripada semen ionomer
kaca konvensional. Hal ini disebabkan karena semen ionomer kaca
modifikasi resin memiliki cohesive strength yang lebih unggul dan
adanya ikatan kimia di antara bahan bonding resin dan fase resin dalam
semen ionomer kaca modifikasi resin tersebut (Zanata dkk., 1997).

20

b. Pelepasan Fluorida
Pelepasan fluoride dari beberapa bahan semen ionomer kaca
modifikasi resin setidaknya sama dengan bahan semen ionomer kaca
konvensional, dengan penetrasi ke dalam dentin sekunder. Jumlah
kritis pelepasannya yang efektif untuk menghambat karies belum
dapat ditentukan, namun secara umum dapat diterima bahwa semakin
lama waktu pelepasan maka akan semakin baik. Sifat menghambat
karies semen ionomer kaca modifikasi resin terlihat cukup efektif
(Bala O dkk., 1997).
Variabel yang penting dalam pelepasan fluoride bukanlah
jumlah fluoride yang dilepas dari bahan setelah penumpatan karena
akan mengalami penurunan seiring waktu, tetapi kemampuan bahan
untuk dapat diisi kembali dengan fluoride dari sumber eksternal.
Semen ionomer kaca modifikasi resin bertindak sebagai sistem
fluoride yang dapat diisi kembali. Suatu penelitian menunjukkan
kemampuannya diisi kembali setelah dipapar ulang dengan cairan
fluoride (Bala O dkk., 1997).
Kemampuan semen ionomer kaca modifikasi resin untuk dapat
diisi kembali (recharge) ini mugkin ada hubungannya dengan
mikroporositas yang terdapat pada semen ionomer kaca konvensional
dan semen ionomer kaca modifikasi resin. Bahan semen ionomer kaca
modifikasi resin bertindak seperti waduk fluorida, setiap kali
mengalami kekosongan akan diisi kembali dari sumber lain seperti
pasta gigi, obat kumur atau larutan topical fluoride (Burgess JO,
2001).
c. Biokompatibilitas
Pengujian histopatologi mengungkapkan bahwa pulpa dapat
menerima degan baik penempatan semen ionomer kaca modifikasi
resin. Bahan restorasi ini toleran terhadap pulpa. Bebrapa peneliti
melaporkan bahwa dentin merupakan buffer yang sangat efisien dan
rantai molekul kompleks dari asam polialkenoat tidak dapat

21

berpenetrasi lebih dalam ke dentin. Studi terakhir menunjukkan


respon inflamasi awal yang ringan dalam jaringan pulpa, timbul paad
saat bahan restorasi baru diletakkan tetapi berkurang dengan cepat
setelah beberapa hari. Pembentukan dentin bridge ditunjukkan pada
satu studi, hal ini member arti bahwa tidak diperlukan peletakkan
sublining bahan lain seperti Ca(OH)2 sebelum penumpatan dengan
semen ionomer kaca modifikasi resin (Mount, 2002).
d. Sensitivitas Terhadap Air
Perbedaan utama semen ionomer kaca konvensional dengan
semen ionomer kaca modifikasi resin adalah adanya penambahan
resin dan fotoinisiator ke dalam bahan konvensional sehingga bahan
modifikasi tersebut dapat disinari segera setelah penumpatan kavitas.
Penyinaran

ini

akan

memberikan

ketahanan

bahan

terhadap

penyerapan air dan mempermudah penanganan secara klinis karena


restorasi akan cukup stabil keseimbangan airnya sehingga restorasi
dapat dibentuk dan dipoles segera setelah mengeras. Tetapi baha n
semen ionomer kaca modifikasi resin akan menyerap air selama
beberapa waktu karena kandungan monomer yang bersifat hidrofilik.
Bahan ini juga mengalami dehidrasi jika dibiarkan terpapar udara.
Untuk itu bahan restorasi ini perlu dilindungi dengan member sealant
minimum selama 24 jam sebelum bahan terpapar dengan air (Mount,
2002).
e. Karakteristik Pemakaian
Pola pemakaian bahan restorasi dalam situasi rongga mulut
dapat terjadi akibat abrasi pemakaian, fatigue dan erosi kimia yang
dipengaruhi oleh kontak dengan substansi gigi, restorasi, makanan dan
pasta gigi. Walaupun nilai minimum yang dapat diterima belum
ditetapkan, namun cukup beralasan bahwa bahan restorasi seharusnya
memiliki daya tahan terhadap fraktur dan kemampuan untuk menahan
cyclic fatique, serangan abrasive dan bahan kimia (Sidhu dan Watson,
1995).

22

Diperkirakan bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin


memiliki kekerasan yang meningkat dan kerapuhan yang lebih rendah
daripada semen ionomer kaca konvensional. Penambahan resin ke
dalam semen ionomer kaca dimaksudkan untuk mengurangi daya
larut. Meskipun semen ionomer kaca modifikasi resin lebih baik dari
bahan-bahan konvensional dalam hal daya tahan pemakaian, namun
bahan ini tidak tepat digunakan pada daerah yang menahan beban
(Sidhu dan Watson, 1995).
f. Adaptasi Marginal
Microleakage dapat terjadi karena perubahan dimensi atau
kurangnya adaptasi bahan restorasi terhadap dinding kavitas.
Microleakage dapat terjadi jika terdapat ketidaksesuaian koefisien
termal antara bahan restorasi dan substansi gigi. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya pembentukan celah, pergerakan cairan dan
molekul dengan semua akibat yang menyertainya seperti diskolorasi,
karies sekunder, dan iritasi pulpa. Perbaikan microleakage telah
didapat, yaitu pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang
berhubungan dengan kandungan airnya yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan semen ionomer kaca konvensional (Sidhu dan
Watson, 1995).
g. Radiopasitas
Penelitian yang dilakukan oleh Hara menunjukkan bahwa
semen ionomer kaca modifikasi resin secara umum lebih radiopak
daripada semen ionomer kaca konvensional. Bahan restorasi ini
memiliki radiopasitas yang memuaskan karena lebih radiopak
dibanding enamel dan dentin (Hara AT dkk., 2001).
Kelebihan dan Kekurangan Resin Modified Glass Ionomer
Kelebihan Restorasi Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin
1. Melepaskan fluorida
2. Kontraksi ekspansi yang rendah

23

3. Berikatan secara kimia dengan struktur gigi


4. Kekuatan lebih besar daripada SIK
5. Lebih mudah digunakan daripada SIK
6. Kelarutan lebih rendah daripada SIK
7. Estetis lebih baik daripada SIK
Kekurangan Restorasi Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin
1. Permukaan sedikit kasar
2. Kekuatannya moderat
3. Lebih sticky daripada kopomer (Sidhu dan Watson, 1995).

2.7 Semen Polikarboksilat


Semen polikarboksilat adalah system bubuk-cairan. Cairannya adalah
larutan air dan asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akriklik dengan
asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat
molekul dari poliasam berkisar 30.000-50.000. Konsentrasi asam dapat
bervariasi di antara satu semen lainnya tetapi biasanya sekitarnya 40%.
Didalam pencarian bahan semen adhesive yang dapat mengikat kuat
dengan struktur gigi, seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang
memiliki ikatan adhesif dengan struktur gigi
Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip dengan semen
seng fosfat. Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida
magnesium. Oksida stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Oksida
oksida lain, missal bismuth dan alumunium juga dapat ditambahkan. Bubuk
ini juga dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluoride, yang mengubah
waktu pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Unsur ini merupakan
bahan penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun,
fluoride yang dilepaskan semen silikofosfat dan ionomer kaca.
Reaksi pengerasan dari semen ini, melibatkan pelarutan permukaan
partikel oleh asam yang kemudian melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan

24

timah yang menyatu ke rantai ini bereaksi dengan gugus karbiksil. Ion-ion ini
bereaksi dengan gugus karboksil dari poliasam yang ada didekatnya sehingga
terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras. Semen yang mengeras
terdiri atas matriks gel tanpa bentuk didalam mana tersebar partikel partikel
yang tidak bereaksi. Gambar stuktur mikronya mirip dengan semen seng
fosfat.
Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air. Poliasam adalah
bubuk yang dikeringkan dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan
bubuk semen. Cairannya adalah air atau larutan lemah dari NaH2PO4.
Meskipun demikian, reaksi pengerasannya adalah sama terlepas dari apakah
poliasam ini dikeringkan dengan dibekukan dan kemudian dicampur dengan
air atau digunakan larutan poliasam lemah yang konvensional sebagai
cairannya.

Fungsi : Bahan perekat smntara dan permanen restorasi

Manipulasi :Campurkan bubuk dan liquid dengan rasio 1.5 : 1 atau


sesuai dengan kebutuhan, campurkan sampai membentuk adonan
yang tidak cair dan tidak padat. Aduk dengan putaran melawan jrum
jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah diberi semen
eugenol sebagai sub basis. Waktu pengerasan yang memadai adalah
2.5 5 menit. Buang kelebihan tumpatan.

Komposisi : Cairan : larutan air dari asam poliakrilat dari asam akrilik
dengan asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misal asam itakonik

Kekurangan : Waktu pengerasan lebih cepat dari seng fosfat

Kelebihan : tidak sekaku semen fosfat modulus elastis kurang dari


setengah semen fosfat

Sifat :
a) tindakan pengadukan dan penempatan dengan getaran akan menurangi
kekentalan semen
b) waktu pengerasan lebih pendek ketimbang seng fosfat yaitu sekitar 2,5
menit

25

c) daya larut rendah


d) pH cairan sekitar 1,7 tetapi dapat dinetralkan dengan cepat oleh bubuknya
Ikatan dengan struktur Gigi. Seperti telah dinyatakan sebelumnya sifat
yang menonjol dari semen polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat
secara kimiawi dengan struktur gigi. Mekanismenya belum dimengerti
sepenuhnya tetapi mungkin mirip dengan reaksi pengerasan. Seperti
ditunjukkan pada gambar 25-12B, asam poliakrilat bereaksi melalui gugus
karbosil

dengan

kalsium

hidroksiapatit.

Komponen

anorganik

dan

homogenitas email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan dengan
email akan lebih besar daripada dengan dentin. Ini digambarkan dalam
gambar 25-13, dimana kekuatan ikatan dari semen polikarboksilat dengan
email dan dentin dibandingkan

Sifat Umum

Ketebalan Lapisan. Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk :


cairan yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng
fosfat. Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik,
dan mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan.
Secara klinis, ini berarti bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan
getaran akan mengurangi kekentalan semen, dan prosedur ini menghasiklan
lapisan dengan ketebalan 25 mikro meter atau kurang.
Waktu Kerja dan Pengerasan. Waktu kerja untuk semen karboksilat jauh
lebih pendek daripada semen seng fosfat, yaitu sekitar 2,5menit disbanding 5
menit untuk seng fosfat. Ini digambarkan pada gambar 25-14 dimana
kekentalan semen seng fosfat, polikarboksilat, dan ionomer kaca dicatat
sebagai sebagai fungsi dari waktu. Garis datar pada kurva mewakili waktu
kerja. Penurunan temperature reaksi dapat meningkatkan waktu kerja yang
diperlukan untuk sementasi jembatan cekat. Sayangnya, temperature alas
aduk yang ingin dingin dapat menyebabkan asam poliakrilat mengantal.
Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengaddukan menjadi lebih
sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari pendingin

26

sebelum pengadukan. Alasan dari prosedur ini adalah bahwa reaksi terjadi
pada permukaan dan temperature yang dingin meperlambat reaksi tanpa
membuat cairan menjadi kental. Waktu pengerasan berkisar 6-9 menit, dan ini
berada dikisaran yang bisa diterima untuk semen perekat.
Sifat Mekanis. Kekuatan kompresi dari semen polikarboksilat adalah sekitar
55 MPa; karena itu dalam hal ini, semen ini lebih rendah daripada semen seng
fosfat. Namun, kekuatan tarik garis tengahnya sedikit lebih tinggi. Semen
polikarboksilat tidak sekaku semen seng fosfat. Modulus elastisitasnya
kurang dari setengah dari semen seng fosfat.Selain tidak serapuh semen seng
fosfat. Jadi lebih sulit untuk membuang kelebihan semen setelah semen
mengeras.
Daya Larut. Daya larut semen didalam air memang rendah, tetapi jika
terpajan asam-asam organic dengan pH 4,5 atau kurang daya larutnya
meningkat sangat besar. Selain itu, penurunan rasio bubuk : cairan akan
meningkatkan daya larut dan kecepatan disintegrasi secara nyata didalam
rongga mulut.
Pertimbangan Biologi. pH dari cairan semen adalah sekitar 1,7. Mesipun
denikian, cairan ini dapat dinetralkan dengan cepat oleh bubuknya. Jadi, pH
dari adukan naik dengan cepat ketika reaksi pengerasan berlangsung,seperti
terlihat pada table 25-2. pH dari semen polikarboksilat lebih tinggi daripada
semen seng fosfat pada berbagai interval waktu. Meskipun semen
polikarboksilat pada awalnya bersifat asam, produk ini hanya sedikit
mengiritasi pulpa.
Ada beberapa teori yang dikembangkan untuk menjelaskan perbedaan reaksi
pulpa terhadap semen polikarboksilat dan semen fosfat. pH dari semen
polikarboksilat naik lebih cepat dibandingkan pH dari semen fosfat.selain itu,
ukuran molekul asa, poliakrilat yang lebih besar dibandingkan molekul asam
fosfor, membatasi penyebarannya melalui tubus tubulus dentin. Kecocokan
biologis dengan pulpa merupakan factor utama yang membuat system ini

27

popular. Dalam hal ini, semen polikarboksilat setara dengan semen OSE.
Untuk kedua semen ini, efek pasca-operatifnya, bisa diabaikan.
2.8 Semen Silikofosfat
Bubuk semen silikofosfat adalah kombinasi dari bubuk semen silikat
(silicate cement powder) dan semen seng fosfat (zink phosphate powder),
sedangkan cairan semen ini sama dengan cairan semen fosfat dan silikat,
sehigga semen selikofosfat dapat disebut zinc silicophosphate cement atau
zinc aluminosilicate phosphate cement. Semen silikofosfat dikemas dalam
bentuk bubuk (powder) dan cairan (liquid) yang akan dimanipulasi untuk
mendapatkan kekentalan yang tepat dalam penggunaannya di klinik.
Karakteristik

semen

silikofosfat

menyerupai

semen

silikat

karena

mengandung bubuk alumina silikat. Dimana bubuk ini menunjukkan pola


pelepasan flourida yang khas.
Komposisi:
a. Bubuk
1. Aluminosilicate glass
2. Zinc oxide
3. Magnesium Oxide
b. Cairan
1. Asam fosfat
2. Air
3. Zinc dan aluminium salts
Sifat-sifat
1. Sifat mekanis
a. Compressive strength : antara 140-170 Mpa atau 20.000-25.000 PSi
yang akan dicapai setelah 24 jam.

28

b. Tensile strength : Antara 8 - 13 Mpa. Strength dari semen ini cukup


baik, untuk itu sangat cocok bila digunakan sebagai bahan perekat
khususnya restorasi cekat. Akan tetapi, tensile strenth yang lebih rendah
dari compressive strengthnya mengakibatkan semen ini mempunyai
sifat yang rapuh.
c. Ketebalan lapisan : sekitar 30-40 mikron, membuat ketahan abrasif
lebih tinggi dari golongan semen fosfat.
2. Sifat fisik
a. Anti karies, karena mengandung flourida.
b. Berbentuk butiran kasar, mengarah kepada ketebalan lapisan yang lebih
tinggi dari semen seng fosfat dan cukup baik digunakan sebagai semen
perekat untuk restorasi tuangan emas dan porselen.
3. Sifat Kimia
Sifat paling penting dari semen tambalan maupun perekat adalah
ketahanannya terhadap kelarutan dan disintegrasi di dalam mulut.
kelarutan semen ini sangat bergantung pada perbandingan bubuk dan
cairannya. Adonan yang lebih encer akan lebih mudah larut di dalam
mulut. Kelarutan semen silikofosfat dalam aquades setelah 7 hari kira-kira
0,9-1% dari berat keseluruhannya. Kelarutan dalam larutan asam dan
dalam mulut lebih rendah dari semen fosfat.
Ditinjau dari sifat adhesifnya, semen silikofosfat tidak membentuk
suatu perlekatan atau ikatan dengan enamel atau dentin. Retensi yang
dihasilkan berupa gaya ikat mekanis antara semen yang telah set dengan
kekerasan permukaan kavitas dan bahan restorasi.
4. Sifat biologis
Keasaman pada semen ini ditimbulkan karena adanya kandungan
asam fosfat. Semen silikofosfat yang baru saja dicampur memiliki tingkat
keasaman yang tinggi dengan pH yang rendah.

29

Pada suatu studi in vivo (kultur sel) memperlihatkan bahwa semen


silikofosfat masih memiliki kandungan zat toksin dimana salah satu efek
yang terlihat pada pengamatan tersebut yaitu peradangan pada pulpa
setelah 36 sampai 72 hari. Kesimpulan dari pengamamatan tersebut yaitu
semen silikofosfat tidak dibolehkan sebagai restorasi langsung (direct
restoration) dimana berkontak langsung dengan dentin yang vital.
Kegunaan Semen silikofosfat
1. Bahan tambalan/gigi desidui
Dengan adanya unsur semen silikat pada semen silikofosfat
membuat semen ini lebih translusen, memperbaiki strength, serta dapat
melepaskan florida. Selain itu kehadiran silikat membuat semen ini
mempunyai sifat estetis bahkan dapat menyamai warna gigi apabila
pemilihan bahan dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu semen ini
dapat digunakan sebgai bahan tambalan yang memerlukan restorasi
yang estetik.
2. Bahan tambalan sementara
Dengan adanya unsur semen silikat pada semen silikofosfat
membuat semen ini lebih translusen, dan memeiliki kandungan florida.
Biasanya digunakan pada gigi molar.
3. Bahan perekat
Karena memiliki kketahanan terhadap kelarutan dan disintegrasi di
dalam mulut.
3a. Bahan perekat fixed restoration
3b. Bahan perekat band orthodontics

30

Keuntungan dan kerugian


A. Keuntungan
1. Tahan abrasif karena punya sifat compressive strength
2. Estetis yang baik karena translusen
3. Melepaskan flourida
4. Ikatan mekanis yang tinggi sebagai bonding atau perekat
5. Anti karies
6. Memiliki kelarutan yang rendah dan dapat digunakan sebagai
semen perekat.
B. Kekurangan
1. Butuh pelapik karena dapat mengiritasi pulpa.
2. Nilai pH nya rendah yakni 4-5 jam dan baru mencapai normal
setelah 48 jam.
3. Permukaannya sulit di poles.
4. Mudah mengerut sewaktu setting dan kehilangan air selama
penggunaannya.

Anda mungkin juga menyukai