Anda di halaman 1dari 6

JR drg.

Meini

2. Preparasi kimia pada rct pakai larutan apa aja dan alasannya dan mekanismenya.

3. Pelepasan O nasen oksigen yang cepat yang berkontak dengan jaringan organik
menyebabkan aksi effervescence atau bubbling yang membantu dalam pembersihan mekanik
dengan cara mengangkat partikel jaringan nekrotik dan debris dentin.

Kegunaan

Digunakan sebagai larutan irigasi tunggal atau bergantian dengan sodium hipoklorida.
Keuntungan menggunakan 2 larutan ini secara bergantian yaitu 3% H2O2 dan 5,2% NaOCl
adalah:

1. Reaksi effervescent dari gelembung Hidrogen peroksida mendorong debris secara


mekanikal keluar dari saluran akar.
2. Aksi melarutkan dari sodium hipoklorida pada debris organik.
3. Aksi disinfeksi dan bleaching dari kedua larutan tersebut.

Pada saat dikombinasi dengan sodium hipoklorida, selalu menggunakan sodium hipoklorida
sebagai larutan terakhir karena hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan deris pulpa dan darah
untuk memproduksi gas (oksigen nasen) sehingga menyebabkan peningkatan tekanan pada gigi
yang dapat menimbulkan rasa sakit.

UREA PEROKSIDA

Urea peroksida merupakan bubuk kristal putih dengan sedikit bau, dapat larut dalam air,
alkohol dan gliserin.

Mekanisme kerja

Urea peroksida terdekompos secara cepat jika terpapar panas, sinar atau kelembaban, akan
terurai menjadi urea dan hidrogen peroksida. Mekanisme kerjanya merupakan kombinasi dari
efek urea dan hidrogen peroksida.
Kegunaan

Sepuluh persen larutan urea peroksida dalam gliserol anhidrat (gliserol anhidrat meningkatkan
stabilitas urea peroksida) biasanya tersedia sebagai Glyoxide. Keuntungan menambahkan
gliserol adalah:

- Meningkatkan stabilitas larutan sehingga lebih awet.


- Bertindak sebagai lubrikan yang baik sehingga memudahkan instrumentasi pada
saluran akar yang halus dan tidak rata.
- Glyoxide dapat digunakan dengan EDTA untuk membersihkan dinding saluran akar.

Kerugian

Terurai lebih lambat daripada hidrogen peroksida (H202), oleh sebab itu efek everfescence-
nya diperpanjang tetapi tidak terlalu kuat. Hal ini dapat diatasi dengan mengganti irigasi
dengan sodium hipoklorida.

KLORHEKSIDIN

- Merupakan bisbiguanida paling poten.


- Mempunyai basis yang kuat dan paling stabil dalam bentuk garam yaitu klorheksidin
glukonat.
- Merupakan antiseptik yang poten yang digunakan secara luas untuk kontrol plak
dengan konsentrasi 0,2%.
- Menunjukkan aksi microbial yang optimal pada pH 5,5 – 7,0.
- Jika digunakan sebagai irigan, harus menggunakan konsentrasi 2%.

Kombinasi 0,2% Klorheksidin dan 2% Sodium Hipoklorida

Kombinasi ini sering digunakan sebagai larutan irigasi dalam saluran akar karena:

- Klorheksidin sebagai bentuk dasar garam dari asam organik sedangkan sodium
hipoklorida sebagai bahan oksidasi yang mengoksidasi glukonat dan membentuk asam
glukonik.
- Terjadi peningkatan kapasitas ionisasi dari klorheksidin yang disebabkan oleh
pembentukan klorheksidin C1 (kelompok C1 berikatan dengan guanidine dari
klorheksidin).
- Kombinasi
- (pH 6,5) dan sodium hipoklorida (pH 9-10) adalah lebih basa (pH 10) menyebabkannya
menjadi lebih efektif.

Mekanisme kerja

Klorheksidin merupakan bahan antimikroba spektrum luas. Mekanisme antibakterinya


dihubungkan dengan struktur molekular kation bisbiguanida. Molekul kation diserap ke
membrane sel dalam dan menyebabkan penghancuran komponen intraselular. Pada konsentrasi
rendah bertindak sebagai bakteriostatik, dan pada konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan
koagulasi dan presipitasi sitoplasma sehingga bertindak sebagai bakterisidal. Sebagai
tambahan, klorheksidin mempunyai kemampuan substantivitas (efek residual). Baik
klorheksidin 2% atau 0,2 % dapat menyebabkan aktivitas antimikroba residual selama 72 jam,
jika digunakan sebagai larutan irigasi. Klorheksidin lebih efektif untuk bakteri gram postif
daripada bakteri gram negatif.

Klorheksidin tidak dipertimbangkan sebagai larutan irigasi utama dalam perawatan endodontic
standar, karena tidak dapat melarutkan sisa jaringan nekrotik dan kurang efektif pada banteri
gram negative daripada gram positif.

BAHAN CHELATING

Setelah saluran akar dipreparasi, lapisan organik akan menutupi tubulus dentin. Kontroversi
masih terjadi apakah akan mempertahankan atau menghilangkan smear layer yang
berhubungan dengan permeabilitas dentin. Kebanyakan studi merekomendasikan pembuangan
smear layer karena merupakan sumber mikroorganisme dan juga untuk adaptasi bahan
restorasi. Walaupun sodium hipoklorida dipercaya merupakan larutan yang hamper ideal tetapi
tidak mempunyai daya chelating. EDTA dan bahan chelating lainnya seperti asam sitrat, asam
poliakrilik digunakan untuk kepentingan ini.

Bahan chelating didefinisikan sebagai suatu bahan kimia yang jika berikatan dengan metal
akan membentuk kelat. EDTA merupakan bahan chelating yang paling sering digunakan.
EDTA relative nontoksik dan sedikit iritasi dalam larutan yang lemah. Efek EDTA pada dentin
tergantung pada konsentrasi larutan EDTA dan panjangnya waktu kontak dengan dentin. Studi
Serper dan Calt mengatakan bahwa EDTA lebih efektif pada pH netral daripada pH 9,0,
sehingga pada preparasi saluran akar seharusnya menggunakan EDTA pada pH netral dan
dengan konsentrasi rendah.

Fungsi EDTA:

- Lubrikasi
- Emulsifikasi
- Menahan debris dalam suspense
- Menghilangkan smear layer

Mekanisme aksi:

- Menghambat pertumbuhan bakteri dan merusak bakteri dengan ‘melaparkan’ bakteri


dimana EDTA membentuk kelat dengan ion metalik yang diperlukan untuk
pertumbuhan bakteri.
- EDTA mempunyai aksi yang dibatasi waktu. EDTA membentuk ikatan yang stabil
dengan kalsium dan melarutkan dentin, tetapi pada saat semua ion kelat telah bereaksi,
maka ekuilibrium tercapai yang mencegah pelarutan lebih lanjut.

Kegunaan EDTA:

- Mempunyai daya melarutkan dentin


- Membantu membesarkan saluran akar sempit
- Memudahkan instrumentasi.
- Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk debrideman/pembersihan.

Bentuk lain EDTA:

1. R-EDTA: EDTA dikombinasi dengan cetrimide yaitu cetyllrimethy 1 ammonium


bromide yang menyebabkan pembersihan saluran akar yang lebih baik.
2. EDTAT: (EDTA + Texapon) EDTA dikomninasikan dengan sodium lauryl sulfate
yang menyebabkan penuruanan tegangan permukaan.
3. EDTA-C: secara komersil tersedia dalam bentuk larutan 15% dan pH 7,3 dengan nama
EDTAC karena mengandung cetavelon, yaitu quaternary ammonium compound yang
ditambahkan untuk sifat disinfeksinya. Dan juga dengan adanya surfaktan akan
mengurangi sudut kontak EDTA pada saat diletakkan pada permukaan dentin sehingga
meningkatkan keefektifan daya pembersihan.

Bahan chelating dapat diaplikasikan dalam bentuk cairan atau pasta. Kegunaan tipe pasta untuk
preparasi pertama kali diperkenalkan oleh Stewart yang merancang kombinasi EDTA, urea
peroksida dan carbowax yang larut dalam air, yaitu polietilen glikol sebagai pembawa. Produk
ini secara komersial tersedia sebagai RC Prep, merupakan bahan lubrikasi dan pembersih yang
efektif. Adanya glikol menjadikannya sebagai lubrikan dan melapisi instrumen yang
memfasilitasi pergerakan instrumen dalam saluran akar. Suspensi kental dari chelator
menyebabkan emulsifikasi debris organik dan memudahkan negosiasi saluran akar. Kolagen
merupakan unsur utama dalam pulpa vital yang dapat menggumpal membentuk suatu massa
seperti lem yang menyebabkan halangan iatrogenic. Jika tidak menggunakan bahan chelator,
maka jaringan vital cenderung kolaps dan saling melekat kembali, maka dengan menggunakan
bahan chelator hal ini dapat dihindari dan dapat mempercepat emulsifikasi jaringan.

Beberapa studi menunjukkan bahwa kombinasi penggunaan sodium hipoklorida dan RC Prep
menyebabkan pembersihan saluran yang efisien. Kombinasi ini menyebabkan lepasnya
oksigen nasen yang dapat membunuh bakteri anaerob dan daya effervescence yang secara
mekanikal mendorong debris keluar dari saluran akar.

Asam sitrat

Bahan chelating lain yang sering digunakan untuk memhilangkan smear layer sebagai larutan
iritasi adalah asam sitrat. Dapat digunakan sebagai bahan irigasi tunggal atau kombinasi dengan
larutan irigasi lainnya tetapi EDTA atau asam sitrat tidak boleh dicampur dengan sodium
hipoklorida karena dapat bereaksi. Hal ini langsung mengurangi klorin dalam larutan dan
menjadi tidak efektif terhadap bakteri.
Asam poliakrilik

Bahan chelating lainnya yang disarankan sebagai larutan irigasi adalah asam poliakrilik, yang
secara komersial bernama Durelon dan cairan Fuji II.

Hydroxyethylidene Bisphosphonate (HEBP)


Dikenal juga sebagai Etidronate, juga mempunyai kemampuan chelating. Keuntungan HEBP
sebagai bahan chelating adalah hanya terpengaruh sebentar oleh sodium hipokorida.

Salvizol

Merupakan bahan yang bekerja pada permukaan seperti kelompok quaternary ammonium.
Salvizol menunjukkan daya antibakteri bahkan jika terdapat bahan organik. Efektif terhadap
bakteri gram postif dan negatif serta jamur

Referensi:

Garg N dan Garg A. Textbook of endodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd; 2010.

Anda mungkin juga menyukai