Anda di halaman 1dari 18

IRIGASI SODIUM HIPOKLORIT DAN EFEKNYA TERHADAP

KEKUATAN PERLEKATAN PADA DENTIN

ABSTRAK
Pembentukan dan pembersihan saluran akar yang efektif sangat penting untuk
keberhasilan perawatan endodontik.Karena anatomi yang kompleks pada ruang
saluran akar, serta penggunaan berbagai teknik instrumentasi saja tidak efektif dalam
menghasilkan ruang saluran akar yang bebas bakteri.Irigasi, desinfektan,
pembersihan, dan obat-obatan digunakan bersamaan dengan instrumentasi mekanis
untuk memastikan keberhasilan perawatan endodontik.Sodium hipoklorit (NaOCl)
merupakan senyawa halogenasi yang secara rutin digunakan untuk mengairi akar
kanal selama perawatan endodontik.NaOCl dikenal dengan kemampuan anti
bakterinya, proteolitik dan kemampuan disolusi, serta sifatnya yang membebaskan
debris. NaOCl dapat mengubah komposisi dentin karena interaksinya dengan resin
perekat yang digunakan untuk mengikat bahan restorasi ke dentin yang dirawat.
Kajian ini mencakup secara mendalam tindakan NaOCl pada ikatan resin terhadap
kekuatan perlekatan pada dentin, termasuk peningkatan dan pengurangan, mekanisme
yang diusulkan untuk tindakan tersebut, serta bagaimana efek merugikan NaOCl pada
dentin dapat dikembalikan.
Kata Kunci :Sodium hipoklorit, endodontik, irigasi

PENDAHULUAN
Keberhasilan dari suatu pembersihan dan pembentukan saluran akar adalah
dengan tersingkirnya sisa – sisa jaringan pulpa, bakteri, dan toksin dari sistem saluran
akar.Hal ini secara umumnya dapat diterima sebagai faktor utama keberhasilan
perawatan saluran akar.Karena anatomi yang kompleks pada ruang saluran akar, serta
penggunaan teknik instrumentasi saja tidak efektif dalam menghasilkan ruang saluran
akar yang bebas bakteri.Sebagian besar saluran akar gigi tidak dapat dijangkau oleh
instrumen, hal ini menekankan pentingnya cara kimiawi dalam membersihkan dan
mendisinfeksi sistem saluran akar, yaitu dengan penggunaan larutan irigasi.1,2

1
Salah satu bahan irigasi adalah sodium hipoklorit (NaOCl) dimana ia
merupakan material proteolitik yang telah digunakan sejak 85 tahun yang lalu.3
Penggunaan sodium hipoklorit(NaOCl) sebagai bahan kimia setelah pengambilan isi
saluran akar secara mekanis merupakan suatu prosedur yang sering dilakukan di
dalam perawatan endodontik. NaOCl beraktivitas pada jaringan nekrotik maupun
jaringan vital serta sifat antibakteri dan sifat pelumasnya menjadikan sodium
hipokloritsebagai pilihan bahan irigasi saluran akar pada perawatan
endodontik.4,5Bahan kimia yang digunakan untuk irigasi, desinfektan, bilasan, dan
obat-obatan yang divisualisasikan digunakan bersamaan dengan instrumentasi
mekanis untuk memastikan keberhasilan perawatan endodontik.1
Akan tetapi, jika sodium hipokloritberkontak dengan jaringan lunak yang
vital, ia dapat menjadi sangat sitotoksik dan bersifat destruktif.3 Terdapat beberapa
komplikasi klinikal akibat penggunaan sodium hipoklorit. Komplikasi yang sering
terjadi adalah injeksi sodium hipoklorit yang tidak disengajakan ke dalam jaringan
periradikular. Ini akan menyebabkan rasa sakit, pendarahan jaringan periapikal, serta
pembengkakan yang luas.6
Di dalam air, natrium hipoklorit terionisasi menjadi Na dan OCl.Di antara
nilai pH 4 dan 7, ion klorin mendominasi sebagai asam hipoklorous (HClO),
sedangkan pada pH di atas 9, OCl mendominasi.HClO memiliki aksi antibakteri yang
kuat dibandingkan dengan OCl karena kemampuan untuk mengganggu fosforilasi
oksidatif dan aktivitas membran terkait lainnya.HClO juga berperan cepat pada efek
penghambatan pada fungsi mitokondria dan sintesis DNA dari bakteri.Selain tindakan
antibakterinya,sodium hipoklorit memiliki kemampuan untuk menghilangkan sisa -
sisa pulpa dan komponen organik dentin (yaitu tindakan proteolitik nonspesifik).Ini
juga memiliki kemampuanuntuk menetralkan sebagian jaringan nekrotik atau
antigenik apapunatau komponen mikroba tertinggal di ruang kanal akardan
menghapus semua sisa pulpa dan predernal dipermukaan yang tidak terkena
instrumen.Kapasitas pembuangan jaringan dan sifat debridement dapat ditingkatkan
secara signifikan dengan meningkatkan suhu dan konsentrasi natrium
hipoklorit.Kemampuan penetrasi yang tidak terinstrumentasipada area kanal akar

2
dapat meluaskan sistem saluran akar dengan menurunkan tegangan permukaan
NaOCl.Terlepas dari efeknya yang signifikan pada komponen organik dentin,
NaOCltidak berpengaruh pada bagian anorganik dentin.1
Bahan kimia yang digunakan saat preparasi saluran akar dapat mengubah
komposisi dan interaksi permukaan dentin terhadap bahan restoratif. Dalam literatur
terdapat hasil yang bertentangan tentang bagaimana perawatan dentin menggunakan
NaOCl mempengaruhi kekuatan ikatan berikutnya, faktor yang mempengaruhinya
adalah jenis metodologi, bentuk (gel atau cairan) dan konsentrasi natrium hipoklorit,
waktu penerapan, dan banyak faktor lainnya yang akan dibahas secara rinci dalam
ulasan ini.

TEKNIK IRIGASI SALURAN AKAR


Tindakan irigasi dilakukan dengan menggunakan pipet plastik disposible atau
alat semprit kaca dengan jarum endodontik yang bertakik (gambar 1). Jarum harus
dibengkokkan menjadi sudut tumpul (gambar 2) untuk mencapai saluran akar gigi
depan atau belakang. Jarum dimasukkan sebagian ke dalam saluran dan harus ada
ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang memungkinkan pengaliran
kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam jaringan periapikal. Saat
membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hati - hati dengan
sedikit atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran selalu penuh dengan
larutan baru. Aliran yang merembes keluar ditampung dengan kain kasa atau
diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar harus dikeringkan dengan menahan
jarum alat semprit di dalam saluran dan penyedotya perlahan-lahan serta memakai
paper point pada pengeringan terakhir.
Gambar 1 A Alat semprit disposible jarum bertakik, B. Jarum yang bertakik
mengurangi tekanan dari semprotan larutan irigasi yang kuat.
Gambar 2. Jarum irigasi bengkok dimasukkan sebagian ke dalam salman akal tanpa
terjepit. Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorpsi dengan kain kasa steril,
untuk memonitor pengambilan debris dan salman akar.

3
SODIUM HIPOKLORIT
Sodium hipoklorit biasanya diproduksi dengan mendidihkan gas khlor dengan
larutan sodium hidroksida (NaOH). Reaksi ini akan menghasilkan sodium hipoklorit
(NaOCl), garam (NaCl), dan air (H2O). Reaksi ini adalah sebagai berikut :7
Cl2 + 2NaOH → NaOCl + NaCl + H2O
Semua larutan sodium hipoklorit mungkin mengandung komponen selain sodium itu
sendiri. Yang telah diidentifikasi adalah :7
1. Sodium chlorate, pecahan dari reaksi sodium hipoklorit
2. Sodium hydroxide, mengekalkan stabilitas pH yang tinggi
3. Metallic ion, dari container dan pipa metal
4. Chloramine, dari reaksi organik
5. Parfum,bahan tambahan dalam pemutih domestik
6. Surfactant, meningkatkan upaya pemutihan
7. Asam lemak, hasil reaksi NaOH yang berlebihan
8. Sodium chloride, pecahan dari reaksi sodium hipoklorit

Penggunaan konsentrasi sodium hipoklorit 5,25% merupakan konsentrasi


yang sangat toksik terhadap jaringan vital terutama jaringan periapikal gigi. sodium
hipoklorit memiliki pH12-13 yang menyebabkan ia menjadi lebih toksik serta
kausatik. Terdapat beberapa komplikasi akibat penggunaan sodium hipoklorit, yang
paling sering terjadi adalah penyemprotan larutan sodium hipoklorit secara tidak
sengaja ke jaringan periradikuler.8 efek dari toksitas sodium hipoklorit yang
mengenai jaringan periapikal dapat mengakibatkan timbulnya rasa sakit yang cepat
(2-6 menit), pembengkakan atau oedem di dalam jaringan lunak, penjalaran odema ke
daerah yang lebih luas di wajah seperti pada pipi, daerah periorbital maupun bibir.
Selain itu dapat juga terjadinya ecchymosis pada kulit atau mukosa akibat dari
pendarahan interstitial, rasa serta bau klorin akibat dari semprotan sodium hipoklorit
ke dalam sinus maksilaris. Dapat juga menimbulkan anesthesia yang reversibel
maupun persisten serta kemungkinan terjadinya infeksi sekunder.2

4
Penggunaan sodium hipoklorit yang tepat adalah senantiasa menggunankan
larutan yang baru, hanya menggunakan air demineralisasi untuk pengenceran sodium
hipoklorit, menyimpan larutan di dalam botol kaca buram atau wadah yang dilapisi
polyethylene yang tertutup rapat, menggunakan luer-lok plastic syringe, dan selalu
menggunakan rubber dam saat melakukan perawatan.7

PENGARUH SODIUM HIPOKLORIT TERHADAP PERLEKATAN PADA


DENTIN
Faktor penting dalam perlekatan adalah adhesi, yaitu melekatnya suatu
material pada material lain yang berbeda jenis.Untuk mencapai adhesi yang baik
harus terjadi komtak yang rapat antara bahan adhesive dengan dentin.Struktur dentin
berpengaruh besar terhadap adhesi pada dentin. Struktur dentin tersebut antara lain
adalah komposisi dentin, tubulus dentin, perubahan struktur dentin, smear layer, dan
pembasahan dentin.9
Wakabayashi dkk.mengamati bahwa perawatan dentindengan 10% NaOCl
setelah etsa dengan 40% asam fosfatmeningkatkan kekuatan tarikan perekat pada
dentin. Bahkan setelahtermoklasi (10.000 siklus pada 4-600C), kekuatan ikatan1,5
kali lebih tinggi dari yang tercatat untuk dentin teretsa. Vagas dkk.mengamati bahwa
penggunaan NaOCl 5 % dengan paparan selama 2 menit terhadap dentin yang dietsa
akan memperbaiki kekuatan ikatan perlekatan, namun tidak berpengaruh signifikan
pada Scotchbond Multi-Purpose.Prati dkk.mengamati perawatan dentin yang dietsa
asam (35% asam fosfat untuk 20 menit) dengan NaOCl (1,5% selama 2 menit atau
10% selama 120 jam) meningkatkan kekuatan perlekatanOptibond FL ketika
dilakukan perbandingan pada dentin yang dietsa. Kekuatan perlekatan anggota
parlemen Scotchbond dan 3M Single Bond ke dentin yang diberi etsa NaOCl
berkurang secara signifikan bila dibandingkan dengan dentin teretsa. Kekuatan
obligasi Prime & Bond 2.0 tetap ada dan tidak dimodifikasi dibandingkan dengan
dentin teretsa. Pada jangka panjang (120 jam) penggunaan NaOCL terhadap dentin
menghasilkan hasil sangat baik pada lapisan dentin mineralisasi yang diinfiltrasi
"Lapisan Dibalik Hibrid"; ini akandibahas nanti di ulasan ini22. Ari et al. mengamati

5
bahwa kekuatan ikatan microtensile sampai 5% pada dentin yang diobati dengan
NaOCl telah meningkat secara signifikan dengan C & B Metabond dibandingkan
dengan Panavia F dan Variolink II.1
Stevens mengamati bahwa perawatan dentin dengan 6% NaOCl (paparan 20
menit) berdampak buruk pada kekuatan perlekatan dari self-etching, perekat semen
resin (Speed CEM dan Clearfil SA Cement) yang total - etch(Variolink II) dan yang
memiliki ikatan terpisah (Multilink dan Clearfil Esthetic Cement EX). Hal serupa juga
ditemukan oleh Ishizuka dkk., yang mengamati bahwa kekuatan perlekatan pada
sistem primer self-etching (Clearfil Mega Bond) menurun secara signifikan setelah
diaplikasikan pada NaOCl 6% pada dentin ( paparan 1 atau 5 atau 10 menit )
sedangkan dari sistem total - etch (Single Bond) tidak berubah. Hasil yang
bertentangan diperoleh pada penelitian lain. Frankenberger et al. mengamati
penurunan yang signifikan pada kekuatan perlekatan dentin push-outdengan total-
etch (Scotchbond Multi-Purpose Plus, EBS, dan Solid Bond) dan self-etch (Prime &
Bond 2.1, Syntac Sprint) sebagai perekat dentin.Nikaido etAl. mengamati penurunan
signifikan hanya pada kekuatan perlekatan dengan sistem total-etch (Single Bond
II)dan Superbond C & B [ semen resin selfcure berdasarkan trimelitat 4-
metakriloksietil anhidrida dalam metil metakrilat yang diprakarsai oleh tri-n-butil
borane (4-META / MMA-TBB)], namun kekuatan perlekatan sistem primer self -
etching (Clearfil Mega Bond) tidak berubah secara signifikan jika dioleskan ke 5%
NaOCl pada dentin (paparan 60 detik). Vongphan dkk.mengamati adanya penurunan
yang signifikan dalam kekuatan ikatan sistem total-etch (Obligasi Tunggal) bila
terikat pada dentin yang diberi NaOCl 5.25% (Paparan 10 menit). Perdigao
dkk.mengamati bahwa kekuatan perlekatan dua perekat total-etch (Prime & Bond NT
dan Single Bond) telah dikurangi secara signifikan denganaplikasi gel NaOCl 10%
pada dentin. Pengurangan ini meningkat secara signifikan seiring bertambahnya
waktu dengan aplikasi gel.Morris dkk.mengamati penurunan yang signifikan pada
kekuatan perlekatan semen resin Metabond pada dentin yang diberi NaOCl 5%
(paparan 15-20 menit).Soenoet al. mengamati penurunan signifikan pada kekuatan

6
perlekatan resin karboksilat (4-META / MMA-TBB) sampai NaOCl 10% pada dentin
(paparan 30 detik). Ringkasan pada penelitian disajikan pada Tabel 11
Seperti yang diamati, efek sodium hipoklorit pada dentin memiliki perlekatan
yang bervariasi dengan sistem perlekatan kimiawi. Variasi dalam sistem perlekatan
kimiawi itu berkaitan dengan kemampuan untuk menghilangkan dentin yang
rusak,diproduksi oleh etsa asam, serta sisa NaOCl, hal tersebut akan mengganggu
reaksi polimerisasi radikal bebas semen resin dari dentin yang dirawat. Seperti yang
disarankan oleh beberapa penulis, sebagai contoh single bond etchants,
memilikikemampuan untuk menghilangkan dentin yang rusak dan sisa NaOCl dari
dentin yang diolah tetapi bukan self-etching primer pada Mega Bond. Menurut saran
ini, kekuatan perlekatan dengan dentin yang diobati dengan NaOCl telah diperbaiki
dengan ikatan tunggal perekat dibandingkan sistem self-etch.Asumsi inihanya bisa
menjelaskan peningkatan dari kekuatan ikatan yang terlihat dengan perekat single-
bond.Karena itu faktor lain dapat memainkan peran penting dalam kekuatan
perlekatan dentin yang diberi perlakuan NaOCl, misalnya, bentuk (larutan atau gel),
konsentrasi, dan waktu penerapan sodium hipoklorit. Terlepas dari variasi sistem
perlekatan dan metode pengujian yang digunakan, seperti natrium hipoklorit 6%, 5%
(selama 15-20 menit) menghasilkan pengurangan yang signifikan pada kekuatan
perlekatan dentin dengan semen resin Metabond sebagai yang telah dibahas
sebelumnya. Namun, waktu aplikasi NaOCl yang telah berkurang, dalam studi lain,
sampai 60 detik, masih terdapatpenurunan yang signifikan dalam kekuatan perlekatan
yang dicapai dengan NaOCl 5%. Juga NaOCl 2.5% diterapkan selama 60 detik secara
signifikanterdapat penurunan kekuatan ikatan pull-out dari dentin ke perekat semen
resin. Di sisi lain, penggunaan NaOCl 1%(5 ml yang diterapkan setiap 5 menit selama
1 jam) meningkatkan kekuatan perlekatan pada dentin secara signifikan.
Dalam studi ini, seperti yang dipaparkan sebelumnya, konsentrasi danwaktu
aplikasi NaOCl bukan satu-satunya variabel yang dianggap bertanggung jawab atas
tindakan NaOCl. Oleh karena itu,sumber sampel dentin (hewan atau manusia), serta
umurdari manusia atau hewan yang sampel kumpulkan,adalah faktor lain yang harus
dipertimbangkan. Kondisi penyimpanansampel dentin, variasi daerah (koronal atau

7
akardentin atau servikal atau apikal saluran akar gigi)dan lokasi (dangkal atau dinding
saluran akar) dentinjuga ikut berperan.1
Variasi dalam teknik yang digunakanuntuk mempersiapkan sampel dan untuk
mengukur kekuatan ikatan (geseran, tarikan, push-out atau pull-out, dll) bisa menjadi
faktor lain.Terlepas dari variasi hasil yang luas, hanya sedikit studi melaporkan
peningkatan kekuatan perlekatan resin setelah perawatan gigi dengan sodium
hipoklorit. Mekanisme yang disarankan untuk peningkatan atau pengurangan
kekuatan perlekatan pada dentin akan dibahas di bagian selanjutnya.

8
9
MEKANISME YANG DISARANKAN UNTUK PERLAKUAN SODIUM
HIPOKLORIT PADA KEKUATAN PERLEKATAN PADA DENTIN

1. Peningkatan Kekuatan Perlekatan


Mengenai tindakansodium hipoklorit itu sendiri, peningkatan kekuatan
perlekatan dentinyang diamati setelah perlakuan NaOCl dikaitkan dengantindakan
deproteinizing nya.NaOCl memiliki kemampuan untuk larutdan menghilangkan
kolagen dentin yang terpapar, yang diproduksi dengan asametsa, dan menyediakan
mineralisasi permukaan dentindimana resin perekat dapat diaplikasikan. Hal ini
memungkinkanadhesi antara resin perekat dan dentin tanpa lapisan kolagen yang

10
diperkuat resin, yang disebut lapisan hibrida. Menurut Prati dkk., NaOCl
menghasilkan hal yang tidak biasa dari mekanisme retensi mikromekanis resin
kemineralisasi dentin, yang disebut "pembentukan lapisan hibrida terbalik". Untuk
pembentukan lapisan hibrida konvensional, tekniknyabergantung pada penggunaan
etsa asam untuk menghilangkan nodalapisan serta fase mineral dentin (yaitu,
memperlihatkanfibril kolagen). Setelah penggunaan resin perekat berikutnya,resin
infiltrat di sekitar fibril kolagen yang terpapar akanmenggantikan fase mineral yang
hilang (yaitu menciptakan lapisan "resin infiltratedkolagen "). Penerapan NaOCl
setelah etsa asam dan sebelum diberikan resin perekat tidak hanya
mengeluarkankolagen yang terbuka, diproduksi dengan asam etsa, tetapi
jugamelarutkan fibril matriks mineral dasar yangmenciptakan porositas submikron
dalam fase mineral. Resin perekat akan menyusup dalam mineralisasi matriks yang
mengisi porositas submikron ini (yaitu, menciptakan lapisan dari matriks
termineralisasi resin)Selanjutnya, penghapusan kolagen yang terpapar tidak hanya
mengurangi teknik sensitivitas tetapi juga menghasilkan permukaan yang keropos
(yaitu, peningkatan ukuran tubulus dentin dengankehadiran labirin tubul lateral yang
luasterbuka pada dentin intertubular dan / atau peritubular)dan resin tag yang lebih
besar akan menghasilkan permukaan dengan kekuatan perlekatan. Penggunaan
NaOCl juga menghasilkan asam basadi bawah lapisan hibrida; zona ini bisa
membantumencegah terjadinya karies sekunder di sekitar restorasi1,10
2. Pengurangan Kekuatan Obligasi.
Di sisi lain, beberapa mekanisme telah disarankan untuk efek buruk
dariNaOCl pada kekuatan ikatan dentin. Pengobatan untukpenurunan kekuatan
perlekatan setelah penggunaan sodium hipokloritdapat dikaitkan dengan
pengangkatan zat organik matriks dari dentin yang diobati, meninggalkan ikatan yang
kurang reseptif permukaan.Selanjutnya, pengangkatan organik matriks dentin (yaitu
pembubaran fibril kolagen daridentin oleh rincian ikatan antara atom karbondan
disorganisasi struktur primer kolagen) menghambat pembentukan lapisan hibrida
yang konsisten.Setelah fragmentasi rantai kolagen panjang, juga berklorinatpada
kelompok terminal protein yang dipecah lebih lanjut ke unit yang lebih kecil. Adanya

11
protein chloraminederived radikal pada dentin yang diobati dengan NaOCl dapat
terjadi penghentian rantai prematur dan karenanya polimerisasi resin perekat tidak
sempurna. Ini berarti sodium hipoklorit bertindak sebagai agen pengoksidasi dan
karenanya mengganggu polimerisasi radikal bebas darisemen resin pada permukaan
dentin. Kemungkinan lainnyamenyebabkan penurunan kekuatan ikatan telah
dikaitkandengan adanya residu irigasi dan / atau produk merekayang dapat dengan
mudah menyebar ke dentin melalui tubulus dentin.Bahan kimia residu ini dapat
mencemari permukaan dentindan mengganggu penetrasi perekat resin ke dalamdentin
atau polimerisasi monomer resin. Bahkan dengan penetrasi perekat resin pada dentin
menjadi sempurna, kekuatan ikatannya masih berkurang. Hal ini menekankan
pentingnya integritas fibril kolagen tertinggal setelah asam etsa dan kualitas lapisan
hibrida (pembauranresin perekat dengan fibril kolagen) dalam ikatan
dentin.Selanjutnya, pengurangan kalsium dan fosforion dalam dentindan pengurangan
kekuatan dentindan elastisitas dapat menyebabkan pengurangandalam kekuatan
perlekatan akibat penurunan natriumhipoklorit pada sifat struktural, kimia, dan
mekanikdentin bergantung pada konsentrasi. Sebagai contoh,NaOCl 1% tidak
memiliki efek samping yang signifikan terhadap karbon dankandungan nitrogen serta
elastisitas dan kekuatan lentur dentin berbeda dengan NaOCl 5 % dan 9%.1,11,12

PENCEGAHAN TINDAKAN NEGATIF PADA SODIUM HIPOKLORIT


TERHADAP KEKUATAN PERLEKATAN PADA DENTIN
Tindakan negatif NaOCl pada kekuatan perlekatan dentin dapat dicegah
beberapa antioksidan alami, misalnya asam askorbat, natrium askorbat, asam
rosmarinat, ekstrak teh hijaudan proanthocyanidin.Antioksidan ini dapat
meningkatkan kekuatan ikatan NaOCl dentin dan menstabilkan dentin karena
kapasitas antioksidannya yang tinggi.Mereka juga membuang sisa natrium hipoklorit
dengan reaksi reduksi oksidasi. Oleh karena itu, mereka dikenal sebagai polimerisasi
yang memudahkan agen dan cross-linker..1

12
1. Asam askorbat dan Sodium Askorbat.
Asam L-askorbat adalah vitamin C yang larut dalam air; sodium askorbat
adalah garam asam askorbat.Keduanya dikenal karena tindakan antioksidannya.
Stevens2014 mengamati bahwa bilasan dengan 10% sodium askorbat (untuk 5 dan 60
detik) setelah irigasi NaOCl untuk melakukan restorasi sekurang - kurangnya 50%
dari kekuatan ikatan asli dengan semen resin yang rentan (self-etsa, self-bond).
Aplikasi natrium askorbat 10% selama 10 menit pada dentin yang diberi NaOCl
meningkatkan kekuatan ikatan dari sistem total etchSodium askorbat 10% juga
meningkatkan tingkat konversi dan kekuatan ikatan Real Seal ke dentin yang diberi
perlakuan NaOCl. Penurunan kekuatan ikatan semen resin metabond juga dibalik
oleh aplikasi dari natrium askorbat 10% (dari 1-10 menit) atau6 BioMed Research
International asam askorbat 10%. Dengan resin 4-META / MMA-TBB, berat asam
askorbat 10% atau berat larutan natrium tiosulfat 5%digunakan untuk mencegah sifat
negatif sodium hipoklorit. Tindakan sodium askorbat lebih efektif dalam
meningkatkan kekuatan ikatan dari pada asam askorbat.Tidak seperti asam askorbat,
sodium askorbat telah mengurangi tindakan pada akar dentin dan karenanya tidak
mengganggu polimerisasi dari metil metakrilat dalam semen resin yang digunakan
untuk mengisi akar kanal. Telah juga disarankan agar sodium askorbat dapat
mempromosikan reaksi polimerisasi perekat resin tanpa penghentian dini yang
disebabkan oleh NaOCl dan mengembalikan ikatan yang terganggu dengan dentin
yang diobati dengan NaOCl.1,13

2. Asam Rosmarinat.
Asam Rosmarinat adalah senyawa polifenol yang dapat diekstraksi dari
tanaman rosemary; adalah zat antioksidan kuatdan matriks metaloproteinase (MMP,
terlibat dalam proses degradasi lapisan hibrid) inhibitor. Aplikasi rosmarinat 100 μM
larutan asam selama 5 atau 10 detik memperbaiki kekuatan ikatan mikrotensil untuk
dentin yang diberi NaOCl 6% (paparan 30 detik). Pada penelitian ini, larutan natrium
askorbat 10% tidakefektif dalam mengembalikan kekuatan perlekatan yang
berkurang.Dalam penelitian lain, asam rosmarinat 10% diaplikasikan selama 2

13
menitefektif dalam mengembalikan penurunan tindakan NaOCl padadentin dan
natrium askorbat 10% hidrogel selama 2 menit tersebutlebih efektif daripada asam
rosmarinat.1,14

3. Ekstrak Teh Hijau.


Ekstrak teh hijau dibuat dari Camellia sinensis; itu terdiri dari polifenol, yang
disebut katekin, seperti epicatechin, epicatechin gallate, epigallocatechin,dan
epigallocatechin gallate.Baik epicatechin gallate danepigallocatechin gallate
ditandai dengan tindakan inhibisi MMP.Ekstrak ini juga memiliki tindakan
antibakteri, oleh karena itu, ekstrak initelah diusulkan sebagai bahan irigasi saluran
akar.Karena itu,selain tindakan antioksidannya, penerapan 20 μlekstrak teh hijau 2%
selama 60 detik efektif dalam meningkatkanketahanan ikatan etsa dan sistem bilas ke
dentin.1,15

4. Proanthocyanidin (Ekstrak Biji Anggur).


Proanthocyanidin telah ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam ekstrak biji
anggur, ekstrak kulit pin, biji kakao, kulit pohon lemon, dan daun pohon hazel
nut.Telah diamati bahwa kemampuan antioksidan proanthocyanidin 20 kali lebih
tinggidaripada yang dilaporkan untuk sodium askorbat, penyerapannya bias lebih
cepat dan lebih lengkap dari sodium hipoklorit. Tindakan proanthocyanidin 5% lebih
efektifdari natrium askorbat 10% dalam mengembalikan tindakan negatif natrium
hipoklorit.Asam galic, diamati pada proanthocyanidin,dapat memainkan peran
penting dalam meningkatkan kekuatan ikatan. Pada akhirnya, kemampuan
proanthocyanidin untuk cross-linkakan menstabilkan kolagen juga dapat
meningkatkan kekuatan perlekatan.Semua faktor ini bisa berkontribusi pada
pengembaliantindakan proanthocyanidin pada tindakan negatif natrium
hipoklorit.Telah diamati bahwa proanthocyanidin meningkatkankekuatan perlekatan
dan daya tahan sealer berbasis resin sampai ke akarkanal dentin, itu juga berfungsi
sebagairesistensi dentin demineralisasi terhadap degradasi.Dimasukkannya
proanthocyanidin ke dalam perekat gigi juga akan mengurangi kekuatan perlekatan

14
terutama saat digabungkanpada konsentrasi tinggi (3%).Selanjutnya,
efekpenggabungan proanthocyanidin ke dalam perekat yang dihasilkandapat
mengurangi kekuatan ikatan dibandingkan saat dimasukkan ke dalam primer.1

KESIMPULAN
Standardisasi dentin, teknik persiapan, dan metode pengujian sangat penting
untuk menilai aksi NaOCl pada dentin.Faktorlain yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan studi yang relevan adalah simulasi sebanyak mungkin pada skenario klinis
pada bahan yang digunakan. Secara klinis, NaOCl digunakan mengairi sistem saluran
akar (yaitu, lingkungan tertutup), tetapi dalam kebanyakan studi in vitro, dibahas
dalam tinjauan ini, NaOCl diaplikasikan pada cakram gigi datar (yaitu, lingkungan
yang tidak terbatas). Penetrasi NaOCl akan berpengaruh pada dentin. Selain itu,
NaOCl telah diterapkan terus menerus selama 10-20 menit atau bahkan periode yang
lebih lama (beberapa jam dalam beberapa studi) dan skenario klinis tidak tercapai.
Oleh karena itu, diharapkan bahwa tindakan NaOCl dalam penelitian ini akan lebih

15
agresif daripada apa yang terjadi dalam kenyataan. Terlepas dari konflik yang terlihat
dalam literatur tentang tindakan sodium hipoklorit pada kekuatan ikatan
dentin.Beberapa antioksidan alami, misalnya asam askorbat, sodium askorbat, asam
rosmarinat, ekstrak teh hijau, dan proanthocyanidin, dapat menjadi sangat efektif
dalam memodifikasi permukaan dentin dan mempengaruhi kekuatan perlekatannya
terhadap bahan lainnya.Selain tindakan antioksidannya, beberapa antioksidan alami
memiliki tindakan antibakteri (misalnya ekstrak teh hijau) atau bekerja sebagai
inhibitor matriks metaloproteinase (misalnya asam rosmarinat). Oleh karena itu
mereka juga bisa meningkatkan resistensi dentin terhadap biodegradasi dan
menstabilkanperekat resin dan dentin dengan menyerang bakteri atau menghambat
degradasi lapisan hibrida

DAFTAR PUSTAKA

1. Tariq S, Abuhaimed, Ensanya Abou Neel. Sodium Hypochlorite Irrigation


and Its Effect on Bond Strength to Dentin. Hindawi Biomed Research
International. 2017; 1(1): 1-8.
2. Mehdipour O, Kleir DJ, Averbach RE. Anatomy of Sodium Hypochlorite
Accidents. Compend Cont Educ Dent. 2007; 28(10).
3. Farren ST, Sadoff RS, Penna KJ. Sodium Hypochlorite Chemical Burn. New
York State Dent J. 2008; 74(1): 61-2.
4. Mehra P, Wu J, Clancy C. Case Report :Formation of a Facial Hematoma
during Endodontic Therapy. J Am Dent Assoc. 2000; 131 : 67-71.

16
5. Wesselink P, Bergenholiz G. Treatment of Necrotic Pulp. Textbook of
Endodontology. 1sted. Oxford : Blackwell, 2003: 156-73.
6. Spangherg L. Instruments, materials, and devices. In : Cohen S, Burns RC,
eds Pathway of the Pulp. 8th ed. St.Louis : Mosby, 2002 : 544-547.
7. Clarkson RM, Padlich HM, Savage NW, Moule AJ. A Survey of Hypochlorite
Use by General Dental Practitioners and Endodontist in Australia. Aust Dent
J. 2003; 48(1) : 20-6.
8. Balton H, Al Nazhan S. Accidental Injection of Sodium Hypochlorite Beyond
the Root Apex. Saudi Dental Journal. 2002; 14(1) : 36-8.
9. Meerbeek, BV., dkk. Enamel and Dentin Adhession. Summit. J.B Robbins.
Chicago. 2000; 188-195.
10. M. Di Francescantonio,H.Nurrohman, T. Takagaki, T.Nikaido, J. Tagami, and
M. Giannini, “Sodium hypochlorite effects on dentin bond strength and acid-
base resistant zone formation by adhesive systems,” Brazilian Journal of Oral
Sciences, vol. 14, no. 4, pp. 334–340, 2015.
11. D. Cecchin, A. P. Farina, D. Galafassi, J. V. B. Barbizam, S. A. M. Corona,
and B. Carlini-J´unior, “Influence of sodium hypochlorite and EDTA on the
microtensile bond strength of a self-etching adhesive system,”Journal of
AppliedOral Science, vol. 18, no. 4, pp. 385–389, 2010.
12. M.Marending, H. U. Luder, T. J. Brunner, S. Knecht,W. J. Stark,and M.
Zehnder, “Effect of sodium hypochlorite on humanroot dentine -Mechanical,
chemical and structural evaluation,”International Endodontic Journal, vol. 40,
no. 10, pp. 786–793,2007.
13. S. C. N. Lai, Y. F. Mak, G. S. P. Cheung et al., “Reversal of compromised
bonding to oxidized etched dentin,” Journal of Dental Research, vol. 80, no.
10, pp. 1919–1924, 2001.
14. M.Khoroushi and M.Kachuei, “Pull-out bond strength of a selfadhesive
cement to NaOCl-treated root dentin: effect of antioxidizing agents,”
Restorative Dentistry & Endodontics, vol. 39, no. 2, pp. 95–103, 2014.

17
15. C. Carvalho, F. P. Fernandes, V. D. P. Freitas et al., “Effect of green tea
extract on bonding durability of an etch-and-rinse adhesive system to caries-
affected dentin,” Journal of Applied Oral Science, vol. 24, no. 3, pp. 211–217,
2016.

18

Anda mungkin juga menyukai