URIN
Disusun Oleh
Ns. Joni Siahaan, S.Kep., M.Kep
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urin. Biasanya orang yang mengalami
gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urin, yaitu tindakan memasukan
selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan
urin. Prevalensi gangguan eliminasi urin pada anak diperkirakan 5% - 6,8 % (Yanti,
dkk, 2016).
2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Pengertian
b. Etiologi
6) Hambatan lingkungan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) tanda dan gejala mayor
1) Subyektif (Urgensi)
c) Nokturia
d) Mengompol
e) Enurisi
2) Obyektif
b) Desakan berkemih
3) Gaya hidup
4) Tingkat perkembangan
pola berkemih. Hal ini dapat ditemukan pada anak, yang lebih
kecil.
5) Tingkat aktivitas
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot vesika urinaria
sebagai berikut :
c. Pemeriksaan Penunjang
. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
a) Pola berkemih
b) Gejala dari perubahan berkemih
c) Faktor yang mempengaruhi berkemih.
b. Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran
ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b) Genetalia Wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan
vagina.
c) Genetalia laki-laki
d) Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
c. Intake dan output cairan
a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b) Kebiasaan minum di rumah.
c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.
d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e) Output urine dari urinal, cateter bag,drainage ureterostomy, sistostomi.
f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d. Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan urine (urinalisis) :
Warna (N: jernih kekuningan)
Penampilan (N: jernih)
Bau (N: beraroma)
pH (H: 4,5-8,0)
Berat jenis (N; 1,005-1,030)
Glukosa (n: negatif)
Keton (N: negatif)
b) Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a. Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran
urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a) Gangguan neuromuskuler.
b) Spasme bladder.
c) Trauma pelvice.
d) Infeksi saluran kemih.
e) Trauma medulla spinalis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a) Inkontinensia.
b) Keinginan berkemih yang segar.
c) Sering ke toilet.
d) Menghindari minum.
e) Spasme bladder.
f) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
c) Klien berkemih dalam keadaan rileks.
b. Retensi urine
Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas.
Kemungkinan data yang ditentukan:
a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.
b) Distensi bladder.
c) Hipertropi prostat.
d) Kanker.
e) Infeksi saluran kemih.
f) Pembedahan besar abdomen.
Tujuan yang diharapkan:
a) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua indera dan tenaga
untuk melakukan pengkajian secara cermat baik melalui wawancara , observasi,
pemeriksaan fisik untuk menggali data yang akurat .
a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola berkemih, gejala
berkemih,gejala dari perubahan berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .
b. Pemeriksaan fisik klien meliputi :
Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah vena distensi bledder ,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tandamess , bising usus.
Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi, adanya secret dari meatus,
kesadaran, antropi jaringan vagina dan genitalia laki-laki kebersihan ,
adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran scrotum .
c. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam ) meliputi pemasukan minum
dan infus, NGT, dan pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag, ainage ,
ureternomy, kateter urine, warna kejernihan , bau kepekatan .
d. Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan urine (urinalisis)
Warna (jernih kekuningan )
Penampilan (N : jernih )
Bau (N : beraroma)
pH (N : 4,5-8,0)
Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)
Glukosa (N: Negatif )
Keton (N; negatif )
Kultur urine (N : kuman petogen negatif)
3. Intervensi
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 1. Tingkatkan kekuatan otot
2 jam dan kolaborasi dalam bladder
bladder training
2. Hindari faktor pencentus
inkontenensia urine seperti 2. Mengurangi atau menghindari
cemas inkontinensia
5. Kriteria Evaluasi
Setelah membantu klien untuk melakukan evaluasi . klien mampu mengontrol
pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda dan gejala retensi urine tidak ada
6. Retensi Urine
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara
tuntas , kemungkinan penyebab (berhubungan dengan ): Obstruksi mekanik
pembesaran prostat , trauma, pembedahan kehamilan, kemungkinan klien mengalami
(data yang ditemukan) : tidak tuntasnya penyeluaran urine distensi bledder, hypertropi
prostat , kanker, infeksi saluran kemih , pembesaran besar abdomen.
INTERVENSI RASIONAL
1. Memonitor keadaan bledder 1. Menentukan masalah
setiap 2 jam
2. Ukur intake dan output cairan 2. Memontior keseimbangan cairan
steiap 4 jam
3. Berikan cairan 2000ml / hari 3. Menjaga defisit cairan
dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 4. Mencegah nocturia
kateter
D. Implementasi
asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Tujuan dan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang berikat..
INKONTINENSIA URIN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah
yang cukup banyak, sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang
2. Klasifikasi
Inkontinensia urin dibagi atas 3, yaitu :
a. Inkontinensia urgensi
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan
ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan
atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol
b. Inkontinensia tekanan
Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas yang meningkatkan
tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersih, tertawa dan mengangkat
beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urin
Terjadi jika retensi menyebab kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas
secara tidak terkontrol, hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik
bladder atau obstruksi bagian luar kandung kemih.
3. Etiologi
Kelainan neurogenik
Cerebral clouding
stress
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
Kulit ruam
Dekubitus
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Penatalaksanan Medik
Urgensi
Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine (tofranile). Diberikan pada
malam hari dan klien diajurkan untuk sering berkemih
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. pengumpulan data
aktivitas / Istrahat
Eliminasi
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil, klien
mengatakan kencingnya keluar sendiri
Integritas Ego
Keamanan
Tanda : Dekubitus.
Nyeri/Kenyamanan
b. Pengelompokan Data
Data Subjektif
Data Objektif
c. Analisa data
cemas
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
3) Kecemasan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding kandung kemih yang
ditandai dengan :
3. Perencanaan
Tupan :
Tupen :
Intervensi
Tupan :
Tupen :
Intervensi
Tupen :
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa hari rasa cemas klien
beransur-ansur hilang dengan kriteria :
Intervensi
Tupan :
Intervensi
® Tanda kulit kering serta tugor kulit merupakan tanda dari dehidrasi
Tupan :
Tupen :
Intervensi
® Pasien yang tidak nafsu makan dapat mengalami penurunan berat badan
4) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan atau cairan yang diizinkan
dan libat kan pasien dalam pemilihan menu